Monday 18 April 2011

FF SHINee : The Sweet Summer (Part 14)

Tittle    : The Sweet Summer (Part 14)
Author                : Ichaa Ichez Lockets
Cast                      : Shin Hye Rin, Shin Eun Kyo, Lee Taemin, Kim Ki Bum (Key), Choi  Minho, Kim JongHyun (Jjong), Lee Jin Ki (Onew).
Genre                  : Friendship, Romance.
Length                : Series (Chaptered)



                (Backsound : Your Name)
                Sore ini Eun Kyo terlihat asik merasakan sejuk udara yang ia hela hingga terasa bergejolak memberikan sebuah aliran dingin di dalam paru-parunya. Meski terasa segar, namun udara yang menyeruak terasa berbeda dengan udara di desanya. Biasanya, Eun Kyo bisa menghirup kesegaran angin yang berhembus diikuti dengan sebuah gesekan batang padi yang menguning, namun kini ia justru bisa merasakan udara berhembus seiring dengan daun-daun pohon cemara yang bergoyang.
                Bukan nuansa berwarna kuning, melainkan warna hijau yang mendominasi. Eun Kyo tampak tersenyum melihat keadaan di sekitarnya yang tidak terasa asing namun benar-benar ia rindukan.
                Ini adalah daerah dimana Eun Kyo tinggal bersama Hye Rin dan kedua orang tuanya dulu, sebelum akhirnya mereka berdua ditinggalkan begitu saja di rumah halmoni mereka. Sejak saat itu, Eun Kyo jarang dan bahkan hampir tidak pernah kembali ke tempat ini. Terlalu banyak kenangan pahit baginya.
                Perlahan namun pasti, Eun Kyo terus melangkah menyusuri pinggir jalan yang penuh dengan deretan pepohonan. Sekali lagi ia tersenyum ketika sebuah bangunan besar berdiri kokoh didepannya. Awalnya ragu, tapi akhirnya Eun Kyo membuka gerbang yang tidak terkunci itu kemudian menyelusup masuk.
                Halaman gedung yang Eun Kyo masuki adalah SMA tempat ia bersekolah 3 tahun lalu. Jaraknya lumayan jauh dari desa tempat sanggojaenya berada, namun cukup dekat dari rumah dimana ia tinggal bersama orangtuanya dulu.
                Entah kenapa hari ini sepulang dari toko buku Eun Kyo ingin pergi ketempat ini. Tak ada alasan pasti, hanya sebuah keisengan yang justru membawa langkahnya sampai kesini.
                Eun Kyo bisa melihat bangunan yang berdiri didepannya belum banyak berubah. Hanya saja ada sedikit renovasi di bagian depan, selebihnya masih sama. Bahkan warna cat tembok bangunan 3 lantai itu juga tak berbeda dengan yang dulu. Namun kini tampak kusam dan sedikit mengelupas.
                Eun Kyo mulai melangkah ke bagian samping bangunan sambil mencari sesuatu yang dulu pernah menjadi tempat favorite nya di sekolah ini. Setelah beberapa kali menebar pandang, akhirnya ia menemukan tempat itu. Sebuah pohon beringin yang sangat besar dan tua dengan bangku besi yang kini sudah karatan.
                Namun Eun Kyo terkejut saat menemukan bangku itu sedang tidak kosong, melainkan ada seseorang yang duduk diatasnya.
                “Oppa?” pekik Eun Kyo terkejut.
                Orang yang Eun Kyo panggil langsung menoleh. Sejurus kemudian ia tersenyum. Senyum menggemaskan itu sudah pasti sangat Eun Kyo kenal. Siapa lagi kalau bukan Onew.
                Eun Kyopun membalas senyum itu kemudian duduk di samping Onew.
“Sedang apa kau disini Eun Kyo?”
Eun Kyo tampak berfikir sambil melihat ke keadaan disekelilingnya, “Ehmm… Aku…” Dia terdiam sejenak mencari alasan yang tepat. “Aku hanya sedang penasaran dengan keadaan sekolah ini. Sudah lama aku tidak kemari. Ternyata tidak ada yang berubah yah?” pandangan Eun Kyo beralih kea rah Onew. “Oppa sendiri?”
                “Oh..” Onew mengangkat sebuah map yang ada di tangannya. “Kalau aku baru saja selesai mengurus legalisir ijasah.” Ucapnya sambil tersenyum.
                Eun Kyo mengangguk-ngangguk lalu diam. Onew pun terdiam. Suasana yang menyusul setelahnya terasa begitu canggung. Lagi-lagi mereka berdua belum berhasil memecahkan jarak yang pernah membuat mereka berpisah dalam beberapa waktu.
                Angin semilir dari barat mulai menghempas. Menerbangkan beberapa dedaunan kering pohon beringin yang kemudian membuatnya jatuh. Hening…
                Baik Eun Kyo maupun Onew masih saja sibuk menyusuri pikiran mereka masing-masing. Namun tanpa mereka sadari pandangan mereka justru kompak menyapu kearah lapangan basket yang terletak tepat didepan pohon beringin.
                “Apa kau ingat dulu pernah pingsan gara-gara terkena bola basket yang kulayangkan padamu, Eun Kyo?” kenang Onew. “Hehe, mian. Aku tidak sengaja. Aku memang tidak ahli dalam bermain basket.”
                “Hahaha. Ne~. Kau jahat sekali Oppa.” Eun Kyo langsung tertawa ketika  kejadian itu kembali muncul dalam otaknya.
                “Hey, itu kenangan yang buruk. Tapi kenapa kau malah tertawa?” protes Onew.
                “Itu karena ekspresimu sangat lucu Oppa.” Ucap Eun Kyo terkekeh. “Waktu aku jatuh dan hampir pingsan, kau malah mengguncang-guncangkan tubuhku dan bahkan ingin memberiku nafas buatan. Kau pikir aku sedang kehabisan nafas? Hahaha. Makannya aku memilih pingsan daripada merasakan nafasmu yang bau itu. kekeke.” Canda Eun Kyo.
                “Jinja?? Jadi kau pingsan bukan karena terkena bola, tapi karena nafasku bau? Aigooo~.” Tanggap Onew serius.
                “Bhahahaha.” Tawa Eun Kyo malah semakin keras sekarang. “Andwae Oppa. Aku hanya bercanda. Kenapa kau menanggapinya begitu serius?”
                “Jeongmal?” pekik Onew terkejut sambil memajang tampang kebingungan. Wajah innocent nya makin terlihat seperti anak kecil. Begitu menggemaskan!
                “Oppa… kau lucu sekali! Hahaha…”
                “Heii.. Kenapa kau malah tertawa? Jawab pertanyaanku Eun Kyo-ya!” Onew masih saja protes.
                Kali ini Eun Kyo benar-benar tak mampu menahan gelak tawanya. Ekspresi wajah Onew dengan sukses membuat perutnya seketika kram karena terlalu keras tertawa. Sedangkan Onew masih saja merengek minta penjelasan yang seharusnya tidak perlu lagi ditanyakan.
                Tampaknya kehangatan antara mereka berdua kembali muncul di permukaan. Kehangatan yang dulu sempat tenggelam selama tiga tahun lamanya. Kehangatan yang diam-diam sangat Onew rindukan.
***
                Disaat yang bersamaan, sore itu Hye Rin justru tampak suntuk duduk diteras sanggojae sambil menekuk kedua kakinya. Bibir tipisnya bahkan terlihat mengerucut.
Ini semua karena  ulah Taemin, Key dan juga Minho. Sore ini mereka bertiga pergi bersama, sementara Hye Rin tidak boleh ikut dengan alasan “Kau hanya akan merepotkan saja!” ucap – siapa lagi kalau bukan – Key.
                Uh… sejak kapan sih mereka bisa kompak seperti ini?
                “Kau tidak ikut pergi bersama Minho dan Key tadi Hye Rin?” tanya seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Hye Rin di teras depan.
                “Oppa?” Hye Rin setengah terkejut saat JongHyun sudah menjulang di belakangnya. “Anio. Mereka tidak memperbolehkanku ikut. Ugh…”
                JongHyun tersenyum sekilas kemudian duduk disamping Hye Rin. Hye Rin pun baru sadar kalau ternyata ada sebuah gitar di tangan JongHyun.
                Seperti biasa, jika sedang jenuh seperti ini JongHyun sering memainkan gitar kesayangannya. Nada demi nada dari petikan gitar mulai terdengar dengan indah, namun belum sempat Hye Rin menikmatinya, JongHyun malah berhenti memainkan petikan itu dan menoleh ke arah Hye Rin.
                “Ehmm.. karena kau dan aku sama-sama suntuk, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Hanya disekitar sini saja…”
                “Eh?” Hye Rin lagi-lagi terkejut mendengar ajakan JongHyun. Tapi tampaknya itu bukan ide yang buruk untuk menghabiskan sisa sore hari yang cerah ini.
                “Geurae. Kajja!” jawab Hye Rin bersemangat.
                Akhirnya mereka pergi bersama, berjalan pelan menyusuri desa yang tampak tenang dengan pepohonan hijau dan padi-padi yang mulai menguning. Sambil berjalan kaki, terkadang mereka terlibat asik dalam obrolan. Tampaknya Hye Rin sudah menganggap JongHyun sebagai oppanya sendiri. Dia tampak begitu senang bisa mengenal sosok JongHyun yang hangat dan bersahaja.
Kini mereka berdua mulai melintasi jalan yang lebih kecil. Dan bahkan melewati pematang sawah menuju sebuah gubuk kecil yang ada ditengahnya untuk beristirahat.
                “Sangat indah…” ucap JongHyun sambil menyandarkan punggungnya di gubuk itu untuk melepas lelah.
                “Ne~. Dulu jika sedang libur sekolah, aku sering kemari untuk membantu halmoni memanen padi. Sedangkan unnie hanya duduk di gubuk ini sambil melihat kami dari kejauhan. Benar-benar curang…” protes Hye Rin tidak terima.
                “Hahaha…” JongHyun justru tertawa mendengar kalimat polos itu. Tampaknya memang banyak kenangan masa kecil mereka yang tersimpan didesa ini.
                “Meski demikian, aku tetap sayang pada unnie. Bagaimanapun juga dia adalah unnie ku yang perhatian dan baik hati.” Ucap Hye Rin sambil menerawang jauh. Entah kenapa dia tiba-tiba teringat pada Minho yang lebih memilih Eun Kyo daripada dirinya. Walau terasa begitu sakit, tapi ia tahu bahwa ia tidak boleh membenci unnienya sendiri.
                “Kau benar Hye Rin.” Ucap JongHyun setuju. “Sudah sejak pertama kali bertemu dengannya, aku tahu kalau dia adalah yeoja yang baik hati dan juga lembut.”
                Mendengar kalimat itu, Hye Rin justru mendelik heran. “Hehehe, kau tidak sedang curhat padaku kan, Oppa?”
                Wajah JongHyun dengan cepat berubah merah. Ia tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Salah tingkah.
                “Hahaha.” Tawa Hye Rin meledak. “Oppa suka pada unnie ya? Ayo ngaku…” tanya Hye Rin penuh selidik sambil menyentuh lengan JongHyun dengan telunjuk jarinya.
                JongHyun yang merasa terpojok hanya mampu tersenyum garing. Membuat Hye Rin semakin keras tertawa.
                “hahaha, tapi sebenarnya kalian berdua memang cocok.” Ucap Hye Rin kemudian.
                “Jeongmal?”
                “Ne~ aku serius.” Hye Rin mengangguk. “Oppa itu sangat tampan, berbakat dan juga sangat baik dalam memperlakukan seorang yeoja. Unnie juga sangat cantik, lembut dan perhatian. Kalian benar-benar pasangan yang cocok.”
                JongHyun terdiam sejenak kemudian tersenyum.
Sejenak waktu keduanya terdiam. Hye Rin tampak berfikir, sedangkan JongHyun mengalihkan pandangan kea rah hamparan padi yang menguning di depannya.
“Tapi aku takut unnie-mu tidak mengukaiku, Hye Rin.”
                Dahi Hye Rin bertaut, kembali berfikir. Ucapan JongHyun itu lagi-lagi sukses membuatnya teringat akan kehadiran Minho yang bisa saja menjadi penghalang antara JongHyun dan unnienya. Dan lagi, waktu JongHyun, Onew dan Minho mengajak Eun Kyo pergi di waktu yang bersamaan, Eun Kyo justru memilih Minho.
                Uh… jika memang benar Eun Kyo menyukai Minho, pasti akan menjadi sangat rumit. Karena Hye Rin tahu benar, bukan hanya hatinya yang akan sakit kemudian, tapi juga hati seorang namja yang duduk disampingnya sekarang.
                “Tapi kupikir tak ada salahnya untuk mencoba.” Ucap JongHyun tiba-tiba.
                “Mwo?” Tanya Hye Rin tersadar dari lamunannya.
                “Aku akan mencoba mengungkapkan perasaanku pada unnie-mu, Hye Rin. Mungkin tidak saat ini. Tapi aku akan tetap mengatakannya.” Jawab JongHyun mantap.
-To Be Continue-

                Wuaaa~ JongHyun punya niat buat nembak Eun Kyo nih… Kya… kira-kira dia bakal beneran nembak Eun Kyo ngga ya? Kalo iya, terus Eun Kyo bakal nerima ngga ya? Atau Eun Kyo justru milih Minho? Apa justru milih Onew?
                Makin rumit aja nih… *author ikutan bingung*
                Yang pensaran, harap bersabar menunggu di part berikutnya yuaaa~ hehehe
                Ditunggu komennya. Gamsahamnida! *bow

1 comment:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...