Thursday, 7 April 2011

FF SHINee : The Sweet Summer (part 3)

The Sweet Summer




Tittle                    : The Sweet Summer (Part 3)
Author                  : Ichaa Ichez Lockets
Cast                      : Shin Hye Rin, Shin Eun Kyo, Lee Taemin, Kim Ki Bum (Key), Choi  Minho, Kim JongHyun (Jjong), Lee Jin Ki (Onew).
Genre                  : Friendship, Romance.
Length                : Series (Chaptered)

                Malam sudah semakin larut namun Eun Kyo tak kunjung mampu memejamkan matanya. Tampaknya kejadian tadi siang benar-benar mengusik pikirannya. Entah kenapa kejadian tadi sulit sekali ia lupakan.
                Tentang kedatangan dua namja itu…
-Flashback begin-
“Mereka berdua akan tinggal disini untuk sementara.” Ucap Eun Kyo pada dongsaengnya ketika mereka sudah berada jauh dari ruang tamu.
“Mwo?? Unnie serius?” Hye Rin shock berat mendengar ucapan Eun Kyo.
“Sssttt, pelankan suaramu. Namja yang memakai baju putih itu adalah keponakan dari pemilik toko buku dimana unnie bekerja. Namanya Key.” ucap Eun Kyo berbisik. “Atasan unnie bilang, Key dan temannya sengaja ke desa ini karena ingin mencari obyek fotografi untuk tugas kuliah mereka. Oleh karena itu, atasan unnie ingin mereka tinggal disini. Tentu saja unnie tidak bisa menolaknya.”
“Jeongmal??” Hye Rin masih tak percaya. “Lalu mereka mau tidur dimana? Bukankah kamar di sanggojae ini tinggal tersisa satu?”
“Kita akan tidur sekamar, lalu Minho akan tidur di kamar yang tersisa. Sedangkan Key akan tidur di kamarmu. Dia sudah memesannya sejak tadi. Katanya tempatnya dekat dari dapur.”
“MWO? Namja itu…? Ish!” bibir Hye Rin mengerucut. Tapi hatinya baru saja menangkap sesuatu dari ucapan Eun Kyo yang tak sengaja ia cari.
“Minho… ternyata malaikat itu bernama Minho!” ucap Hye Rin dalam hati.
Tanpa Hye Rin sadari pipinya sudah merah merona ketika mengingat nama itu. Hye Rin bisa merasakan jantungnya berdebar lagi.
Sebenarnya ia tak tahu apa yang terjadi padanya ketika setiap kali mengingat sosok Minho. Hanya saja, perasaan itu terasa begitu asing.
-Flashback End-
Disaat Hyo Rin sedang asik mengingat bagaimana reaksi dongsaengnya siang tadi, tiba-tiba sebuah petikan gitar menyelusup ke telinganya. Sebuah petikan yang terdengar melantun indah memecah sunyinya malam.
“Oppa? Kau belum tidur?” tanya Eun Kyo saat menemukan JongHyun tengah bermain gitar di teras belakang sanggojae.
“Eun Kyo?” JongHyun menghentikan permainan gitarnya kemudian mempersilahkan Eun Kyo duduk disampingnya. “Aku tidak bisa tidur karena udara didalam sangat panas.”
“Oh..” Eun Kyo mengangguk. “Kau tadi sedang memainkan lagu apa oppa?”
“Ah tidak. Hanya bermain petikan gitar saja.”
Eun Kyo tak langsung bertanya lagi. Sampai ia teringat akan sesuatu. “Kau bilang kau sedang mencari sesuatu di sekitar sini. Apa itu oppa?”
JongHyun tersenyum sambil melihat kearah gitarnya. “Ini… aku kesini karena ini…”
Mendengar jawaban JongHyun yang mengambang, Eun Kyo mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti.
“Aku sedang mencari inspirasi untuk membuat lagu.” Lanjut JongHyun. “Suasana desa ini benar-benar memberikan banyak inspirasi. Mungkin aku tidak akan menemukan tempat ini jika tak ada kau.”
Mendengar ucapan JongHyun, Eun Kyo jadi ingat kejadian saat belanjaannya dibawakan oleh JongHyun waktu lalu. Rasanya memang lucu sekali mengetahui JongHyun bersedia memasukkan semua belanjaan Eun Kyo ke dalam tas gitarnya.
Eun Kyo mendadak tertawa geli saat mengingat kejadian itu. Tanpa sadar, tawa kecil Eun Kyo menorehkan sesuatu bagi JongHyun.
“Kau tahu Eun Kyo? Sepertinya malam ini aku kembali menemukan sebuah inspirasi ketika melihat senyummu itu.” Ucap JongHyun kemudian.
***
                Seperti pagi-pagi sebelumnya, Hye Rin kembali disibukkan dengan kegiatan favorit yang sekaligus menjadi sumber penghasilannya. Pagi ini Hyo Rin harus menyelesaikan beberapa pesanan kue kering yang kemudian ia antarkan ke rumah-rumah pelanggan setianya.
                “Annyeong noona!” sapa Taemin dengan ceria. Tampaknya Taemin begitu semangat membantu Hye Rin mengantarkan kue-kue pesanan pagi ini.
                “Sebentar ya Taemin. Ada beberapa kue yang masih belum matang.”
                “Mau kubantu?”
                “Andwae… nanti kau malah merepotkanku.”
                Saat itu juga tiba-tiba datang seorang namja dengan wajah kusut yang tampak cuek masuk ke dalam dapur dan membuka beberapa lemari disana. Sepintas Hye Rin bisa melihat kaos oblong yang dikenakan namja itu berlabel mahal. Ia juga tidak habis pikir kenapa orang se-kaya namja itu bisa nyasar di sanggojae tuanya ini.
                “Dimana kau menyimpan gelas? Kenapa tidak ada?” tanyanya cuek tanpa memandang Hye Rin.
                “Disebelah kanan.” Jawab Hye Rin tak kalah cuek. Jika saja yang berdiri disana adalah Minho, sudah pasti Hye Rin beranjak dan mengambilkan minum untuk Minho. Tapi ini Key. Insiden tabrak-es-krim kemarin masih membuat ia kesal.
                “Akh!” terdengar suara erangan dari sudut dapur. Spontan Key dan Hye Rin menoleh.
                “Ada apa Taemin?”
                “Aduh… ini noona! Tanganku..” Taemin menggoyang-goyangkan jarinya. Tampaknya jari Taemin sakit. Bukan sakit lagi tapi melepuh! Aigoo, taemin mengambil Loyang dari oven tanpa menggunakan sarung tangan!
                “Omonaa, kenapa bisa seperti ini?” Key mengambil tangan Taemin lalu mengamatinya. “Apa yang baru saja kau lakukan disitu? Kau ini ceroboh sekali…”
                “Tunggu sebentar!” Hye Rin langsung melesat keluar sanggojae kemudian berlari mencari sesuatu yang mampu mengobati luka Taemin. Tapi sayang, pagi ini bahkan belum ada jam 8. Toko obat yang sudah buka sangat sulit ditemukan.
                Mungkin saja itu luka kecil, tapi Hye Rin merasa sangat bertanggung jawab mengobatinya. Dan meski tidak sepadan, kali ini Hye Rin benar-benar ingin membalas baik budi Taemin saat menyelamatkan nyawanya waktu lalu.
                Saat Hye Rin berlari di persimpangan, sepintas ia melihat dua orang yang ia kenal. Jarak mereka lumayan jauh, sehingga Hye Rin tidak bisa melihatnya dengan jelas. Lagipula keadaan sedang genting. Sekarang hanya Taemin yang ada dipikirannya.
                Keringat Hye Rin mulai menetes, nafasnyapun memburu. Tak terasa 1 kilometer jauhnya telah ia lewati.
                “Hahaha. Ne~ hyung! Aku setuju!” terdengar gelak tawa yang begitu keras dari dalam sanggojae.
                “Benar! Kau harus mencobanya Taemin.” Suara kedua terdengar lebih keras. Disusul dengan suara ketiga. Tampaknya obrolan mereka sangat asik dan mereka terdengar begitu akrab.
                “Hye Rin ?!?” Key terkejut saat melihat Hye Rin menjulang didepannya. Wajah Hye Rin tampak begitu lelah dan nafasnya terdengar ngos-ngosh-an.
                “Tanganmu, apakah sudah tidak sakit lagi Taemin?” tanya Hye Rin dengan nafas yang tersengal. Namun ia coba untuk menahannya.
                “Ne~. Ini semua berkat Key Hyung! Dia memberikanku obat oles. Gomawoyo Hyung.” Jawab Taemin polos.
Key membalasnya dengan senyuman.
                “Oh… syukurlah kalau begitu.” Jawab Hye Rin.
“Kau dari mana saja Hye Rin?”
Hye Rin tidak menjawab pertanyaan JongHyun, justru dengan lemas ia berjalan mendekati ketiga namja yang sedang duduk di teras depan. Langkahnya begitu lambat karena tenaganya mulai habis.  Saat itu juga JongHyun bisa melihat sesuatu yang Hye Rin genggam. Sebuah obat yang dengan susah payah Hye Rin cari keliling desa untuk mengobati luka Taemin. Namun Taemin justru tidak mengetahui pengorbanan Hye Rin dan mengabaikannya.
Tapi belum sempat JongHyun menanyakan keberadaan obat itu, pertanyaan Hye Rin lebih dulu terdengar.
“Ehmm, dimana Unnie dan Minho? Kenapa mereka tidak terlihat?” tanya Hye Rin saat ia mulai teringat dengan dua orang yang ia temukan di jalan tadi.
“Mereka pergi.” Jawab Key datar.
“Mereka pergi berdua.” Tambah JongHyun.
***
                “Kau yakin ingin menemaniku mengajar pagi ini Minho?” tanya Eun Kyo pada Minho yang berjalan di sampingnya.
                “Ne~ noona, lagipula aku juga ingin mencari obyek untuk tugas liburanku.” Jawab Minho sambil melirik kearah kamera SLR nya.
                Sembari melangkah, Minho melihat ke keadaan di sekelilingnya. Terasa tenang dan sejuk. Berbeda dengan suasana kota Seoul yang sarat akan hiruk pikuk orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
                “Nah sudah sampai.”
                Minho menyipitkan mata melihat bangunan yang kini berdiri didepannya. Meski bentuknya bukan seperti sanggojae, namun bangunan itu terlihat begitu tua dengan cat dinding yang mulai memudar.
                “Ini memang bukan taman kanak-kanak. Tapi ini panti asuhan. Disaat liburan atau jika sedang ada waktu luang, aku selalu menyempatkan untuk datang dan mengajar disini.”
                “Seongsaenim!” teriak seorang anak pada Eun Kyo saat Eun Kyo muncul dibalik pintu. Mereka berlarian kemudian memeluk Eun Kyo yang tampak tersenyum menyambut tawa mereka.
                Anak-anak dipanti itu kebanyakan berumur 6-11 tahun. Ada juga beberapa yang berumur lebih dari 12 tahun.
                “Apa kalian semua siap untuk belajar hari ini?” tanya Eun Kyo.
                “Siap!” jawab anak-anak itu penuh semangat.
                Minho pun tersenyum menatap mereka. Puluhan anak dengan wajah lugu yang kini tampak begitu bahagia melihat kedatangan seongsaenim mereka yang sangat cantik dan juga kalem.
                Minho pikir ini obyek foto yang bagus. Kemudian ia ambil kamera yang menggantung di lehernya dan mulai membidik obyek dengan pose alami disana.
                Foto pertama yang Minho ambil yaitu seorang anak yang dengan semangat mengacungkan tangannya untuk menjawab pertanyaan dari Eun Kyo. KLIK!
                Kemudian ada seorang anak lain yang sedang asik menggabungkan puzzle di mejanya. KLIK!
                Terlihat juga Eun Kyo yang dengan sabar membantu seorang anak mengerjakan soal di papan tulis. KLIK!
                Minho juga sempat membidik senyum Eun Kyo yang terkembang saat seorang anak berumur 6 tahun memeluknya dengan erat. KLIK!
                “Oppa…oppa…”
                Saat mendengar suara itu, Minho mengalihkan pandangan dari lensa kamera ke arah seorang anak yang menarik-narik celana panjangnya.
                “Hey… ada apa manis?”
                Anak itu tersenyum. Kira-kira umurnya masih 4 tahun. Karena ia masih sangat kecil, jadi ia belum mengikuti pelajaran yang Eun Kyo adakan disana.
                Saat Minho duduk untuk menyamakan tingginya dengan anak itu, anak itu justru meluruskan kedua tangannya kearah Minho. Tampaknya dia minta digendong.
                Dari jarak 4 meter, Eun Kyo mengamati tingkah Minho lalu tersenyum saat melihat Minho benar-benar menggendong bocah itu. Tampaknya Minho memang penyayang anak kecil.
                “Unnie, bolehkah aku tanya sesuatu?” tanya seorang anak yang berumur kira-kira 13 tahun.
                “Apa saeng?”
                “Namja tampan itu…” dia menunjuk kea rah Minho. “Apa dia namjachingumu Unnie?”
                Eun Kyo justru tersenyum mendengarnya kemudian ia sempat menoleh kearah Minho yang masih terlihat asik bermain dengan seorang bocah yang digendongnya.
Namjachingu? Apa itu sebutan yang tepat untuk Minho yang baru saja ia kenal?
Sekali lagi Eun Kyo tersenyum. Nampaknya memang belum ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan lugu itu.
-To Be Continue-

                Wah … ternyata Minho juga punya kesamaan sama Eun Kyo, yaitu sama-sama penyuka anak kecil! Ehm… terus gimana ya nasib Hye Rin yang udah beneran “love at the first sight” ama Minho? Apalagi mereka sekarang tinggal serumah! Ditambah dengan Key, Jonghyun dan Taemin yang mulai keliatan akrab.
                Dan yang pasti kehadiran Onyu oppa udah pada dinantikan. Lagi-lagi aku minta maaf karena belum bisa menghadirkannya. *bow.
                Jangan lupa komen. Gamsahamnida!! :D

2 comments:

  1. ijin g komen buat part selanjutnya ya hehehe ngaku supaya g repot eon nanti part terakhir koment kok eon... hehehehe
    Mianhae Eon supaya g repot eon

    ReplyDelete
  2. yah...kenpa mesti triangle love ini???
    triangle???gak dech..spertinya segi 7...wkwkwkwkw XP

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...