Monday 18 April 2011

FF SHINee : The Sweet Summer (Part 15)

Tittle                : The Sweet Summer (Part 15)
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Cast                 : Shin Hye Rin, Shin Eun Kyo, Lee Taemin, Kim Ki Bum (Key), Choi  Minho, Kim JongHyun (Jjong), Lee Jin Ki (Onew).
Genre              : Friendship, Romance.
Length             : Series (Chaptered)



            “KYAA~ GOSONG!!” terdengar teriakan keras dari arah dapur. Saking kerasnya bahkan membuat Hye Rin yang tidur siang sampai terbangun.
            Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, Hye Rin berjalan gontai menuju dapur untuk melihat insiden yang terjadi. Namun belum sempat ia sampai, suara itu kembali terdengar.
            “Sudah kubilang apinya jangan terlalu besar Taemin! Lihat, omelette nya jadi gosong.” Omel Key pada Taemin yang justru tersenyum garing. “Kau ini, baru ditinggal memotong bahan lain saja sudah gosong. Apalagi kalau benar-benar kutinggal pergi? Bisa terjadi kebakaran disanggojae ini!”
            Hye Rin yang melihat kejadian itu tak tahan untuk membela, “Sudahlah Key… lagipula Taemin tidak sengaja…”
            Baru saja Key ingin menyanggah, tapi suara lain terdengar menyelusup diantara mereka lebih dulu.
            “Ada apa Key? Kenapa rebut sekali?” ucap orang itu dari luar dapur. “Apa masakannya sudah matang? Aku sudah lapar sekali.”
            Ragu-ragu Hye Rin membalikkan badannya dan memastikan seseorang yang kini berdiri dibelakangnya. Namun yang terlihat justru sebuah dada yang bidang terpampang tepat didepan mata Hye Rin. Saat Hye Rin mendongak, mata bulat itu terlihat jelas serta sebuah senyum simpul tersungging manis disana.
            Hye Rin hanya mampu menelan ludah sementara tubuhnya jadi mendadak kaku.
            “Jika kau sudah lapar, beli saja makanan diluar sana, Minho. Karena sepertinya masakan ini masih lama matang. Aku harus mengulangnya dari awal lagi.” Saran Key.
            “Ah!” *ting! Tiba-tiba muncul sebuah ide brilian di kepala Taemin.
            “Hyung, kau bilang kau sudah lapar bukan?” tanya Taemin pada Minho yang kemudian dijawab dengan anggukan. “Kalau begitu benar apa kata Key Hyung, sebaiknya Hyung makan diluar. Biar Hye Rin noona yang mengantarmu.”
Ide brilian Taemin ternyata ingin memberi kesempatan pada Minho dan Hye Rin untuk jalan berdua.
            “Mwoya? Aku?” Hye Rin menoleh cepat kearah Taemin sambil menunjuk dirinya sendiri.
            “Sudahlah noona.. ayo antarkan Minho Hyung…” ucap Taemin sambil membalikkan kedua punggung Minho dan Hye Rin lalu mendorongnya pelan menuju teras depan.
            “Eh, tapi Taemin…” Hye Rin tak mampu berkata-kata lagi karena tampaknya Minho tak keberatan dengan ide gila itu.
            Akhirnya Hye Rin berjalan canggung bersama Minho menuju pintu depan. Dan saat dia menoleh sekilas, ia bisa menemukan Taemin tampak mengangkat tangannya sambil berkata “Hwaiting!” tanpa suara.
            Hye Rin pun tersenyum cerah saat melihat semangat yang Taemin berikan. Padahal Hye Rin tahu, ada semburat kesedihan yang terpancar dari raut wajah polos itu. Bagaimanapun juga, Taemin pernah mencintainya dan kini justru memberikan ‘jalan’ pada Hye Rin untuk mendapatkan cintanya.
            “Jadi kita mau makan dimana Hye Rin? Kau ada usul?” tanya Minho lebih dulu.
            “Eh? Apa ya?” Hye Rin menjentikan telunjuk di dagunya sambil berfikir. “Bagaimana kalau mie hitam? Kau mau?”
            “Ehmmm.. Ne~ Kajja!” jawab Minho sambil berjalan keluar sanggojae, diikuti Hye Rin yang mengekor di belakangnya.
            Tak sampai 10 menit mereka berjalan kaki, akhirnya kedai mie hitam itu terpampang didepan mata. Minho dan Hye Rin pun memilih tempat duduk di pojok ruangan dan langsung memesan menu tanpa harus menunggu lebih lama.
            “Tak salah jika kau memilih tempat ini Hye Rin, mie hitamnya sangat enak.” Ucap Minho sesaat setelah menu itu datang. Namun Hye Rin tak menanggapinya, justru sibuk memencet botol saus yang sulit dikeluarkan.
            “Sini biar kubantu.” Minho meraih botol itu dari tangan Hye Rin kemudian mencoba mengeluarkannya. Jemari mereka sempat bersentuhan hingga membuat Hye Rin mendadak salah tingkah.
            “Gam.. gamsahamnida.” Ucap Hye Rin sambil mengaitkan sumpit ditangannya sementara matanya sempat mencuri-curi pandang ke arah Minho yang masih terlihat asik menyantap mie hitam itu. Tampaknya Minho benar-benar kelaparan.
            “Gomawo untuk traktiranmu hari ini Minho.” Kata Hye Rin ketika mereka  keluar dari kedai itu. Hye Rin terlihat senang sekali mendapatkan traktiran untuk hari ini.
            “Cheonmaneyo.” Jawab Minho singkat.
            Setelahnya mereka sempat terdiam sampai Minho menangkap sebuah tempat yang terlihat di pinggir jalan.
            “Eh ada lapangan basket!” seru Minho sambil menunjuk ke tempat itu.
            Mata Hye Rin ikut berputar mencari apa yang Minho lihat. Dan benar, itu lapangan basket yang tidak terlalu luas dengan hanya satu ring disisinya.
            “Andwae!” sergah Hye Rin saat Minho mendekati bibir lapangan itu. “Lapangan ini bukan untuk umum. Kudengar pemiliknya sangat galak.” Ucap Hye Rin horor.
            Tapi Minho tidak mengindahkan larangan Hye Rin, justru mengajak Hye Rin untuk ikut bersamanya berjalan menuju tengah lapangan, kemudian mengambil  sebuah bola basket yang tampak menganggur disana. Dengan hanya beberapa langkah dan satu lompatan akhirnya bola itu melesat sempurna melewati bundaran ring.
            “Yey masuk!” teriak Hye Rin lebih heboh daripada Minho yang memasukkan bola itu.
            “Kau mau mencobanya?” tawar Minho.
            “Oh? Molla. Aku tidak bisa main basket, Minho.”
            Mendengar jawaban itu, Minho justru tersenyum kemudian menyuruh Hye Rin untuk berdiri beberapa meter dari tiang penyangga ring.
            “Ini bolanya. Peganglah seperti ini.” Ucap Minho sambil menyerahkan bola itu kemudian Minho mengambil posisi dibelakang Hye Rin. Diangkatnya telapak tangan Hye Rin yang mengapit bola berwarna oranye itu. Telapak tangan Hye Rin yang kecil terlihat bersembunyi di belakang tangan minho yang lebar, sementara punggungnya melekat di dada Minho yang lapang.
            Mereka hampir berpelukan.
            Saat itu juga Hye Rin bisa merasakan jantungnya ingin melompat saking girangnya. Hye Rin sampai takut kalau-kalau Minho mendengarkan degup jantungnya yang sangat cepat itu.
            “Siap… lemparkan!”
            Jeduk! Bola itu sempat memantul di papan kayu belakang ring lalu berputar dipinggiran ring, sampai akhirnya masuk dengan sempurna.
            “Yea!” Hye Rin melonjak gembira.
            “Kau berhasil Hye Rin! Give me five!”
            *high five*
            “Hey! Siapa disana!” saat itu juga tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah samping lapangan. “Cepat pergi dari lapanganku! Ini bukan tempat untuk umum!!!” teriak orang bersuara berat itu lebih keras.
            “Wah kita ketahuan!”
            Dengan cepat Minho meraih tangan Hye Rin dan mengajaknya berlari bersama meninggalkan tempat itu, sebelum sang pemilik berteriak lebih keras lagi atau bahkan akan keluar rumah.
            Sambil berlari, keduanya justru tertawa lepas mengingat kejadian ini. Benar-benar kejadian yang aneh, namun mampu memberikan kesan yang tak mungkin dilupakan. Terutama oleh Hye Rin yang bahkan tak sepenuhnya percaya bahwa dia baru saja melewatinya bersama Minho.
***
            “Tempat apa ini, Oppa?” tanya Eun Kyo merasa asing dengan sebuah tempat sepi yang baru saja didatanginya bersama JongHyun.
            Disana Eun Kyo bisa melihat deretan kursi kosong yang berjajar rapi memenuhi ruangan. Persis seperti gedung bioskop, namun bedanya bukan layar besar yang terpampang disana. Melainkan sebuah panggung dengan tirai merah yang menyibak.
            “Ini gedung teater.” Jawab JongHyun seraya menggandeng tangan Eun Kyo mendekati panggung itu. “Aku ingin menunjukkanmu sesuatu.” Lanjutnya.
            Klik! JongHyun memencet saklar. Tepat setelah itu ada cahaya terang dari atas yang bersinar dan menyorot sebuah benda dibawahnya. Benda itu adalah sebuah piano berwarna putih yang tampak gagah berdiri diatas panggung.
            “Kau ingin memainkannya Oppa?”
            “Ne~.” Jonghyun menuntun Eun Kyo mendekati piano. “Duduklah disini.”
            Setelah mereka duduk berdampingan di kursi piano yang sempit, kemudian JongHyun membuka penutup tuts piano namun belum tampak ingin memainkannya.
            “Ehmmm, ada beberapa lagu yang berhasil tercipta selama aku berada di sanggojaemu, Eun Kyo.” Ucap JongHyun memulai cerita sebelum ia bermain piano. “Lagu yang akan kumainkan ini kuciptakan tepat di malam kedua saat aku tinggal disana. Tak terasa ternyata waktu telah berlalu begitu cepat.”
            Eun Kyo mengangguk. “Ne~.”
JongHyun tersenyum sekali lagi. Rahangnya yang kukuh menampakkan lekukan yang membuat senyuman itu semakin manis. Membuat Eun Kyo terhipnotis seketika.
            “Ah iya, lagu ini berjudul life. Dan inspirasi lagu ini adalah kau Eun Kyo.”
            Belum sempat Eun Kyo mencerna ucapan JongHyun, suara dentingan piano yang JongHyun mainkan lebih dulu terdengar.
            (Backsound : Life)
Perlahan suara merdu dari bibir JongHyun mulai terdengar pelan dan lembut. Dentingan itu begitu tenang dan mengalun indah. Eun Kyo bisa merasakan sentuhan JongHyun diatas tuts piano sangat lembut dan dengan segenap hati.

Oh geochin salmae shideuleogal ddae (Oh, when this passing life withers away)
Geudaega naegae dagawa (you come to me)
Eoleobooteun geu maeumae soneul daen soongan (The moment I touch your frozen heart)
Na.ae salmeun shijak.dwaesseumeul (my life begins)

Irama dari piano mengalun indah senada dengan nyanyian dari JongHyun.
Eun Kyo menatap JongHyun diam, sejurus kemudian mulai menutup matanya menikmati alunan indah itu.

Geudae jichigo himdeul ddae (When you’re tired and having a hard time)
Budi geu yeop.jariae nareul itgae hae (Please let me stay by your side)
Badgiman han sarangeul dashi deuril su itgae (So I can give back to you the love I had only received)
Ee salmi kkeutnagi jeonae (Before this life ends)

Hati Eun Kyo kembali merasakan kehadiran sesuatu yang asing setiap kali ia mencoba memahami lirik demi lirik yang JongHyun nyanyikan dengan penuh penghayatan. Tapi ia belum berani mengambil kesimpulan tentang hal itu.

Sesangae mureup kkulgo noonmul heullilddae (When I get on my knees and cry before the world)
Pokpoong sok bal mumchul ddae geudaeman seo itdamyeon (When I stop my tracks inside the storm)
Eereon apeum, gotong.jjeum gyeondil su itneun.geolyo (I can handle this much pain and suffering)
(Ojik geudaeman) Ojik geudaeman ((If only you) If only you)
(Naegae itdamyeon) Naegae itdamyeon in my life ((Are with me) Are with me in my life)

Dentingan terakhir dari piano itu terdengar semakin pelan lalu akhirnya menghilang. Benar-benar lagu yang indah, nadanya pun mengalun menghanyutkan. Sampai-sampai Eun Kyo enggan untuk membuka mata hingga kini yang terdengar hanya debar jantungnya.
 “Saranghae Eun Kyo…” ucap JongHyun dalam keheningan.
Eun Kyo terkejut lalu spontan membuka matanya dan menemukan seulas senyum indah serta sebuah tatapan yang terlihat begitu tenang.
Eun Kyo hanya tidak tahu, bahwa sebenarnya JongHyun pun merasakan hal yang sama dengan apa yang Eun Kyo rasakan. Namja itu benar-benar gugup namun dengan tersenyum ia mampu menutupi keraguan yang melanda hatinya sekarang.
Saat itu juga Eun Kyo melihat JongHyun mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak kecil berwarna krem dengan pita berwarna merah muda.
“Bukalah…” ucap JongHyun seraya menyerahkan kotak itu.
Eun Kyopun menuruti apa yang JongHyun katakan. Perlahan ia buka kotak itu, kemudian ia bisa menemukan sebuah kalung dengan liontin berbentuk kupu-kupu yang terbuat dari emas putih dan beberapa intan yang menghiasinya.
“Cantik sekali…” kalimat itulah yang langsung keluar dari bibir Eun Kyo saat melihatnya.
“Sini… Biar ku pakaikan.” Eun Kyopun menyerahkan kalung itu pada JongHyun. Sesaat kemudian kalung itu telah melingkar di lehernya.
“Sudah kuduga, kalung ini akan sangat cocok jika kau pakai. Kau terlihat sangat cantik.” Puji JongHyun.
 “Gamsahamnida Oppa.” Ucap Eun Kyo sambil tersenyum. Padahal detak jantungnya sekarang benar-benar tak mampu ia kendalikan. Berdegup semakin cepat sementara pipinya bersemu merah.
“Ehmm Eun Kyo…” JongHyun meraih tangan Eun Kyo kemudian menggenggamnya dengan erat. “Kutahu ini terdengar klasik, tapi kurasa aku memang beruntung telah mengenalmu…”
Eun Kyo sangat gugup mendengar setiap kata yang JongHyun ucapkan. Ia hanya mampu menggigit bibir bawahnya keras-keras.
“Mungkin selama ini kau mengenalku sebagai sosok JongHyun yang kau anggap sebagai ‘Oppa’-mu, tapi sebenarnya aku ingin lebih dari itu…” JongHyun sempat menghela nafas sejenak. “Ehmmm, maukah kau menjadi yeojachinguku, Eun Kyo?” kata JongHyun akhirnya.
Mata Eun Kyo membelalak lebar menatap keseriusan yang terpancar jelas dari raut wajah JongHyun yang menanti jawabannya.
Kini Eun Kyo mendadak dilemma. Ia sendiri bahkan tak tahu apa yang sedang ia rasakan.  Yang jelas ia tidak boleh mengecewakan sosok namja yang benar-benar mampu mewarnai hidupnya ini.
‘Ya… tidak… ya… tidak… Omonna… Apa yang harus kukatakan?’

Sesangae mureup kkulgo noonmul heullilddae (When I get on my knees and cry before the world)
Pokpoong sok bal mumchul ddae geudaeman seo itdamyeon (When I stop my tracks inside the storm)
Eereom apeum, noonmul. (If you alone are standing)

jjeum chameul su itneun.geolyo (I can suppress whatever pain and tears)
(All want is you) All I want is you
(Only one is you) Only one is you in my life

-To Be Continue-


            Kyaaa~ akhirnya JongHyun nembak Eun Kyo juga! Kira-kira bakalan diterima ngga ya?
            Kalo iya, gimana tuh nasib Minho sama Onew? Gimana juga nasib Hye Rin yang lagi berbunga-bunga gara-gara abis makan bareng ama Minho?
            Part ini nanggung banget ya? Tambah bikin penasaran ya? Ehmm… author juga ngerasa gitu. *plak!
           
             Be a good readers please. *gamsahamnida!

1 comment:

  1. wuuuuuaaaaaa...pengen banget ditembak kayak gitu,.....*mupeng*

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...