Banyak orang-orang melintas, berhenti sejenak lalu kemudian pergi. Tanpa kata, tanpa arti dan sampai akhirnya dia benar-benar menghilang. Ada juga yang dalam beberapa waktu selalu ada, namun terasa samar, terkadang benar-benar tak ada, namun kembali muncul dalam kekakuan.
Mereka. Yang kuanggap antara ada dan tiada. Selalu ingin didengarkan, namun tak mau tahu apa isi hati orang yang mendengarkan. Ingin dimengerti, namun tak mau mengerti perasaan orang lain. Terasa wajar saat ku tahu itu mereka.
Saat kau meratap
Saat kau bahagia
Kuingin ada disana
Saat ku melangkah
Saat ku berpijak
Adakah kau bersamaku?
(Sheila On 7 – Tanyaku)
Berjalannya waktu terasa sangat sia-sia saat kulalui bersama mereka. Semua hanya untuk sekedar formalitas, selebihnya terasa transparan. Tidak ada apapun dibaliknya. Lagi-lagi, saat waktu terus berjalan, entah kemana mereka membawa cerita itu pergi. Biarlah bergitu adanya, biar mereka merasa puas.
Sayangnya aku harus terkurung diantara mereka. Mereka yang tak pernah sama denganku. Ketika mereka hitam, aku putih. Tapi saat mereka putih, justru aku yang terpaksa berubah hitam. Selalu terjadi demikian tanpa bisa aku kendalikan.
Jangan berfikir kalau aku tak pernah marah, sakit hati atau merasa jenuh hanya karena aku tersenyum setiap harinya. Tersenyum saat mereka memberikan canda ataupun memberikan kata-kata yang menyayat hati. Sekali lagi aku akan mencoba tersenyum. Yeah, tetap tersenyum walau itu menyakitkan. Keep smile eventhough it hurts…
Mereka boleh saja datang dan pergi. Toh aku juga tidak pernah meminta mereka untuk tinggal. Biar saja roda hidup berputar demikian. Lagipula, aku tak bisa merubahnya, aku hanya mampu menjalani, dan sekali lagi mencoba tersenyum walau itu menyakitkan…
No comments:
Post a Comment