Monday 22 August 2011

FF B1A4 : Victory [Part 10]


alohaaa~ saiia datang lagi bawa ff victory part 10. hehehehe, sebelumnya maaappppp banget yak, kemaren pada mintanya cepet, ehh ternyata malah kelewat lama. hihihi pisss ^^v. cekidot aja yaaa~ happy reading!

Tittle                : Victory [Part 10]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Friendship, Romance.
Rating             : T
Cast                 : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length             : Chaptered
Desclaimer      : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

*ini cover terinspirasi dari cover yang dibikin author dheAKTF. hihihi ^^v*
            Ruangan serba putih itu sunyi senyap. Beberapa orang yang ada didalamnya tak mengeluarkan sepatah katapun, namun tatapan mereka tampak serentak tertuju pada satu orang yang tengah terbaring lemah di tempat tidur. Hye Mi terlihat tidak berdaya. Senyum cerahnya memudar seketika. Wajah itu berubah pucat pasi seakan sinar diwajahnya telah hilang tertiup angin.
            Namun perlahan-lahan jemari Hye Mi bergerak pelan. Bola matanya pun berputar di balik kelopak. Sayangnya belum ada yang menyadari gadis itu mulai sadar.
            Hye Mi ingin cepat-cepat rasanya membuka mata dan melihat dunia luar. Tapi kepalanya terasa begitu berat. Tiba-tiba ada sebuah flash back yang berkelibat dengan cepat dalam pikirannya.
Hye Mi ingat sekali ia sempat menyelamatkan tubuh Jane dari hantaman mobil. Namun bahkan perbuatan itu seperti tak berguna, karena Jane masih belum mampu memaafkannya dan justru mendorong tubuh Hye Mi ke belakang. Hye Mi telah berusaha cepat menguasai dirinya, tapi saat itu juga ada sebuah motor yang melintas. Terakhir Hye Mi ingat, tubuhnya telah tergeletak di pinggir trotoar sementara kakinya tertimpa motor. Setelah itu semuanya menjadi gelap.
“Unnie~ kau sudah sadar?” tanya Eun Sun cepat sesaat setelah Hye Mi membuka matanya.
Samar-samar Hye Mi lihat orang-orang yang sedari tadi duduk, langsung mendekati tempat tidurnya. Namun ada seorang lagi yang justru berlari meninggalkan ruangan.
“Gwenchana Hye Mi-ah? Apakah ada yang terasa sakit?” Kali ini Jinyoung yang berdiri disisi kanan Hye Mi mulai bertanya. Namun Hye Mi tak menjawab pertanyaan itu justru mencoba menggerakkan kaki kirinya. Terasa berat dan sangat nyeri. Pasti terjadi sesuatu disana.
“Jinja gwenchana?” tanya Jinyoung lagi tak sabar.
Hye Mi mengangguk pelan. Ia mencoba melihat bagian di lain di tubuhnya, ada beberapa luka lecet di siku, dan sebuah perban yang tertempel di kening. Kepalanya juga sedikit pusing.
Saat itulah tiba-tiba datang seorang dokter, seorang perawat serta Shinwoo yang mengekor dibelakang mereka. Rupanya tadi Shinwoo langsung mencari dokter ketika mengetahui Hye Mi mulai sadar.
Dokter yang mungkin berumur sekitar 30 tahunan itu langsung mengeluarkan stethoscope nya kemudian memeriksa detak jantung Hye Mi, sementara yang lain menunggu di sudut ruangan. Kedua mata Hye Mi disinari sebuah senter kecil untuk mengecek reaksi pupil, serta beberapa hal lain yang perlu ia lakukan.
“Dokter, apa yang terjadi padaku?” tanya Hye Mi pelan.
Dokter itupun menghentikan pekerjaannya lalu memandang ke arah Hye Mi. begitupun Eun Sun, Jinyoung, Shinwoo, Gongchan, dan Kumiko yang ada disana.
“Terdapat cidera di pergelangan kakimu akibat kecelakaan tadi. Kau hanya perlu banyak istirahat untuk memulihkannya.” Jawab dokter itu ringan, tanpa memberikan pernyataan yang lebih jelas.
“Lalu apakah aku tidak akan bisa menari lagi?” Hye Mi kembali bertanya.
Dokter itu tak langsung menjawab, masih tampak sibuk membereskan perlengkapannya, “Kau hanya harus sedikit bersabar nona Hye Mi.” nada bicaranya masih terdengar ringan dan datar. Padahal Hye Mi sedang menggantungkan harapannya pada kalimat sederhana itu. Dan sekarang, Hye Mi tak tahu jelas bagaimana nasibnya nanti.
Hye Mi tertegun, tatapannya pias.
“Unnie~” Kumiko langsung menghambur memeluk Hye Mi sambil menangis. Dia justru terlihat jauh lebih sedih daripada Hye Mi yang mengalaminya. Begitu pula dengan semua yang ada dalam ruangan itu, mereka tahu benar sekali lagi Hye Mi harus mengalami masa yang begitu berat.
“Gwenchana Kumiko, semuanya akan baik-baik saja…” ucap Hye Mi mencoba menenangkan dongsaengnya yang paling manja ini. Padahal Hye Mi sendiri tak mampu memungkiri bahwa perasaannya sekarang jauh lebih kalut dari apa yang ia tunjukkan.
Apakah semuanya berhenti sampai disini? Apakah mimpinya akan benar-benar hancur? Jika ia harus bersabar, lalu sampai kapan ia harus menunggu? Padahal besok pagi penilaian kelompok mereka akan dimulai.
Tatapan Hye Mi masih terlihat kosong menatap langit-langit kamar. Bibirnya bergetar, matanya basah. Sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak menangis. Ia tahu ia harus kuat. Setidaknya didepan semua orang yang selama ini telah memberinya kekuatan.
Saat itu juga ada sentuhan seseorang yang menggenggam lembut telapak tangan Hye Mi. Pandangan Hye Mi langsung beralih pada orang itu.
“Aku yakin kau bisa melewati semua ini Hye Mi. Bersabarlah…” ucap Jinyoung sambil berusaha menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman.
***
Jam dinding di kamar Hye Mi menunjukkan pukul 23.15. Ruangan yang tadinya penuh kini hanya terisi oleh Hye Mi seorang diri. Para trainee sudah memilih kembali ke dorm sebelum makan malam. Karena bagaimanapun juga mereka harus mempersiapkan diri untuk latihan esok pagi.
            Lampu kamar Hye Mi padam. Satu-satunya cahaya hanyalah dari temaram bulan purnama yang menerobos lewat kaca jendela dengan korden yang terbuka lebar. Entah kenapa baru sekarang Hye Mi benar-benar merasa sedih. Ia baru menyadari betapa buruk keadaannya sekarang. Dengan kaki yang cidera seperti ini, dia tidak akan bisa tampil untuk penilaian besok. Ironisnya lagi, Hye Mi juga tak tahu bagaimana dengan nasib teman satu timnya nanti.
            Tak terasa sebuah cairan bening mengalir melewati pipi Hye Mi, ia sudah tidak tahan dengan keadaan ini. Ingin rasanya lari dari kenyataan. Tapi Hye Mi tahu, bahkan tak ada pilihan lain selain menghadapinya.
            “Kenapa noona menangis?”
            Hye Mi menoleh ke sumber suara itu. Ditemukannya sosok Gongchan tengah berdiri di ambang pintu.
            “Gwenchanayo noona?” tanya Gongchan lagi sambil berjalan mendekat. Hye Mi masih diam.
            “Aku tak percaya Jane noona bisa melakukan ini padamu noona.” Ucap Gongchan memulai pembicaraan. “Ia benar-benar keterlaluan.” lanjutnya tampak begitu kesal akan kejadian siang tadi yang membuat Hye Mi terpaksa menanggung semua ini.
            “Tolong jangan membenci Jane, Channie.” Ucap Hye Mi memohon. “Mungkin dia tidak sengaja melakukan ini…”
            “Tapi jelas-jelas aku melihat…”
            “Sssttt…” telunjuk Hye Mi menekan bibir Gongchan. Seketika membuat namja itu diam. “Kumohon jangan bicara seperti itu lagi. Aku juga tak ingin orang lain tahu soal ini. Arasso?”
            Gongchan hanya menatap mata Hye Mi dalam. Terdapat ketulusan dari nada bicara yeoja itu, seakan tak memberi ruang pada Gongchan untuk memilih.
            “Lalu bagaimana dengan kelompok kita?” Hye Mi balik tanya. “Kenapa kau tidak latihan?”
            Yang ditanya justru tertunduk, “Kami memutuskan untuk tidak tampil, noona.”
            Hye Mi tersentak. Ia tak percaya ternyata dugaan itu benar. Gongchan, Shinwoo dan Jane tidak bisa tampil karenanya. Karena dirinya!
            “Gwenchanayo noona?” tanya Gongchan panik saat Hye Mi mulai menangis lagi.
            “Mianhe channie…” ucap Hye Mi parau. Ingin sekali mengucapkan beribu-ribu kalimat permintaan maaf, namun entah kenapa tak ada satupun kata yang mampu Hye Mi keluarkan.
             “Ini semua bukan salahmu noona…” Gongchan menatap Hye Mi iba, tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
            Suasana kembali sunyi. Tak ada suara apapun disana. Bahkan suara isak tangis Hye Mi nyaris tak terdengar. Hening. Baik Gongchan maupun Hye Mi tampak sibuk menyusuri pikiran masing-masing.
            “Kurasa kita harus tetap tampil besok pagi Channie.” Ucap Hye Mi tiba-tiba.
            “Ne?”
            “Maukah kau membantuku kali ini?” pinta Hye Mi sungguh-sungguh. Namun Gongchan justru membalas tatapan Hye Mi ragu.
            Tanpa menunggu persetujuan dari Gongchan, Hye Mi langsung menarik selang infusnya dengan kasar. Ada noda merah yang muncul setelahnya, namun wajah Hye Mi sama sekali tidak menampakkan rasa sakit yang berarti.
            “Noona?! Apa yang kau lakukan?” Gongchan mendadak panik. Tapi sekali lagi Hye Mi tak peduli dan justru mencoba turun dari tempat tidur. Ia sempat hampir terjatuh jika saja Gongchan tidak menopang tubuhnya lebih cepat.
            “Noona… kau…?”
            “Bisakah kita latihan sekali lagi?” potong Hye Mi tepat sebelum Gongchan menyelesaikan kalimatnya. “Kita hanya harus mengulang sedikit gerakan di bagian ‘coda’. Bukankah kau yang menjadi pasangan danceku, Channie?”
            Gongchan terkejut mendengar pertanyaan dari bibir Hye Mi. Tak pernah terfikir olehnya gadis ini memiliki niat untuk tampil besok pagi, padahal keadaan Hye Mi benar-benar tak memungkinkan. Saat ini saja ia bahkan tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Lalu bagaimana dia bisa menari??
            “Tapi noona…?”
            “Percayalah padaku, Channie.” Ucap Hye Mi meyakinkan. “Aku pasti bisa melakukannya.”
            Tekat Hye Mi benar-benar bulat. Ia tak peduli apapun yang terjadi padanya, ia harus tetap tampil besok pagi. Sudah berbulan-bulan kemarin ia selalu dihadapi masa-masa yang sulit, namun ia tetap berhasil menghadapinya. Jadi Hye Mi pikir kali inipun ia yakin akan mampu menghadapinya.
            Setelah mencoba berdiri sendiri, Hye Mi mulai menghitung satu persatu gerakan yang akan ditampilkan besok. Ia lebih menekankan gerak pada tubuh bagian atasnya meski tidak seimbang. Tapi Gongchan justru terdiam menatap gadis itu penuh kecemasan.
            Belum sampai hitungan ke tujuh, tiba-tiba Hye Mi terjatuh. Kakinya kembali terasa begitu nyeri.
            “Aigoo! Noona gwenchana?” Gongchan langsung mengangkat Hye Mi dari lantai.
             “Aku tidak pa-pa.” Hye Mi tersenyum. “Ayo kita mulai lagi.” ucapnya sambil melepas pegangan tangan Gongchan dari lengannya.
            Hye Mi berusaha lebih berhati-hati sekarang. Meski hanya menopang pada satu kaki, ia berhasil menyelesaikan 1x8 hitungan. Namun Hye Mi kembali tumbang tepat ketika hitungan yang kedua.
            “Noona~” Gongchan tampak begitu sedih. Hatinya terasa sakit saat harus melihat Hye Mi berjuang sekuat tenaga seperti ini sementara ia hanya bisa diam.
            “Aku tidak pa-pa Channie.” Ucap Hye Mi menenangkan, tapi ia tahu Gongchan tak semudah itu dibohongi. Sungguh. Hye Mi ingin melakukan sesuatu, tapi bahkan ia tak memiliki pilihan lain.
            Akhirnya gadis itu kembali bangkit kemudian menghitung tanpa memperdulikan Gongchan yang berulang kali melarangnya.
            “One.. two… three… four.. akh!” teriakan Hye Mi terdengar keras. Ia kembali terjatuh untuk yang ketiga kalinya. Namun sekarang rasa sakit itu tidak bisa diajak kompromi. Kakinya terasa begitu nyeri, bahkan tubuh Hye Mi sampai panas dingin menahannya.
            “Kumohon berhentilah noona…” ucap Gongchan lalu terdiam dihadapan Hye Mi dengan kedua tangan yang masih menggenggam lengan gadis itu.
            “Aku tidak apa-apa channie.” Hye Mi masih mencoba mengelak padahal ia tahu ia sudah benar-benar tidak kuat kali ini.
            “Kumohon noona…” Gongchan masih tertunduk. “Kumohon sekali ini saja…” suaranya terdengar parau.
            “Channie…?”
            Gongchan tak menjawab, ia pun tak membalas tatapan Hye Mi.
            Perlahan tangan Hye Mi menyentuh dagu Gongchan dan menatap mata namja itu dalam-dalam. Namun ia justru tak sepenuhnya percaya melihat Gongchan benar-benar menangis. Kelopak mata namja itu membengkak, bibirnya bergetar, hidungnya memerah dan air mata terus saja melewati pipinya yang basah.
            “Hye Mi..? Gongchan?” terdengar suara dari arah pintu. Ternyata Shinwoo baru saja datang.
            Tanpa penjelasanpun Shinwoo bisa membaca apa yang baru saja terjadi. Ia langsung berjalan mendekati Hye Mi dan Gongchan yang masih saling menatap satu sama lain.
            “Gongchan, sebaiknya kau kembali ke dorm. Tolong ajak Jane ke ruang latihan sekarang juga.” Perintah Shinwoo to the point.
            Gongchan serta Hye Mi menoleh bersamaan.
            “Untuk apa Hyung? Apa kau tega menyuruhku untuk bertemu dengan orang yang membuat noona seperti ini?” Emosi Gongchan tiba-tiba kembali tersulut ketika mendengar nama itu. Ketara sekali ia masih tak mampu memaafkan Jane meski Hye Mi telah memohon sebelumnya.
            “Tolong jangan bicara seperti itu lagi channie…” ucap Hye Mi tak mau Shinwoo salah paham.
            “Kita harus memanfaatkan waktu sebelum waktu kita benar-benar habis, Gongchan.” Papar Shinwoo. “Kau mengerti maksudku?”
            Gongchan menatap Shinwoo sekilas lalu tatapannya beralih pada Hye Mi. Tampaknya ia sedang menimbang-nimbang penjelasan singkat yang baru saja Shinwoo ucapkan. Ada benarnya. Namun sekali lagi sayangnya Gongchan harus bertemu dengan seseorang yang paling ia benci saat ini. Tapi Gongchan tahu ia tak boleh egois.
            “Baiklah.” Gongchan lalu bangkit. “Ini semua kulakukan untukmu noona.” Ucapnya menatap Hye Mi kemudian melangkah meninggalkan ruangan. Akhirnya namja itu benar-benar menyetujui permintaan Shinwoo.
            Sepeninggal Gongchan, Hye Mi dan Shinwoo hanya saling diam. Air mata yang sempat tertahan, perlahan bergumul memenuhi kelopak mata Hye Mi. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar, tapi kali ini sepertinya Hye Mi sudah benar-benar tidak kuat menahan rasa sesak yang bersarang dalam dadanya.         Shinwoo langsung membantu Hye Mi berdiri. Namun gadis itu masih menunduk menyembunyikan wajahnya. Shinwoo tahu tak seharusnya Hye Mi menjadi seperti ini. Tak seharusnya mereka tampil tanpa Hye Mi. Dan tak seharusnya ini terjadi. Tapi sekarang, penyesalan tak mampu merubah apapun.
            “Mianhe Oppa… Jeongmal mianhe…” ucap Hye Mi serak. Ia sudah mencoba menutup mata, namun cairan bening itu tetap luruh tanpa dapat ia kendalikan. Hanya isak tangis yang terdengar setelahnya. Isak tangis yang menyesakkan.
            Perlahan kedua tangan Shinwoo melingkar di punggung Hye Mi. Ia tak sanggup lebih lama lagi melihat gadis itu harus menanggung semua ini. Hye Mi bisa merasakan betapa hangat dada Shinwoo yang bidang ketika pelukan itu ia eratkan.
            Rasanya sungguh berbeda. Ketika setiap kali Hye Mi menangis dihadapan Jinyoung, maka Jinyoung akan menenangkannya dengan ribuan kata dan satu senyuman. Namun kali ini ketika Hye Mi menangis, Shinwoo tak mengeluarkan sepatah katapun. Kehangatan dari pelukannya dengan cepat mampu membuat air mata Hye Mi perlahan mengering.
            Dua namja yang berbeda… Dua cara yang berbeda… Namun keduanya sama-sama terasa janggal… Keduanya pun sama-sama menenangkan…
***
            Lorong-lorong rumah sakit terdengar ramai dengan hiruk pikuk orang yang mulai berdatangan ketika pagi tiba. Para perawat pun tampak begitu sibuk mengecek setiap pasien rawat inap di masing-masing ruangan. Ada pula sebagian yang baru datang untuk menggantikan shift masing-masing.
            Namun Hye Mi sama sekali tak terpengaruh dengan apa yang terjadi diluar. Tatapannya melayang jauh menembus jendela kamar yang terbuat dari kaca. mengamati daun yang sesekali bergoyang karena tertiup angin.
            “Nona Shin Hye Mi, sarapanmu tidak dimakan lagi?” tanya seorang perawat saat mendapati makanan yang disediakan untuk Hye Mi tak tersentuh sama sekali.
            “Aku tidak lapar.” Ucapnya tanpa melihat ke arah perawat itu.
            “Sejak kemarin kau belum makan dan minum sedikitpun nona. Aku khawatir kau bisa terkena dehidrasi.”
Hye Mi tak menjawab. Dia masih mengabaikan ucapan perawat itu, dan justru terlihat berulang kali melirik jam yang tertempel di dinding. Pukul 08.57. Tiga menit lagi penilaian untuk trainee akan segera dimulai.
Hye Mi menghela nafas pelan. Pikirannya semakin kalut.
Berjam-jam lamanya Hye Mi sama sekali tak melakukan apapun. Tatapannya masih menerawang jauh. Mengira-ira apa yang mungkin terjadi di tempat ia training.
Biasanya penilaian bulanan membutuhkan waktu 3 jam lebih untuk menilai masing-masing trainee. Penilaian dimulai dari jam 9 sampai jam 12 siang. Namun karena sekarang secara berkelompok, tentu waktunya akan lebih singkat. Mungkin akan selesai pukul 10. Atau selambat-lambatnya tepat pukul 11.
Dan kini jam dinding di kamar Hye Mi menunjukkan pukul 10.35.
“Cklek!” tiba-tiba pintu kamar Hye Mi terbuka. Ada seorang lelaki paruh baya yang muncul dari baliknya. Orang itu tidak menggunakan baju dokter ataupun seragam Office Boy. Tidak juga Hye Mi mengenalnya. Hye Mi bahkan tak pernah merasa bertemu dengan orang itu.
“Annyeonghaseo~” dia membungkuk. “Mianhe, apa anda nona Shin Hye Mi?” tanyanya sopan.
“Ne~ Nuguseyo?” Hye Mi menatap orang itu curiga. Berusaha was-was kalau-kalau hal buruk akan terjadi padanya.
“Saya-siapa itu tidak penting. Namun yang penting adalah saya memiliki tugas untuk membawa nona ke gedung WM Entertainment sekarang juga.”
DEG! “Apa?” Hye Mi terperanjat. “Gedung WM Entertainment?”
-To Be Continue-



            Waduh waduh, ngapain ya Hye Mi mau di bawa ke t4 trainingnya segala? Padahal dia kan lagi ngga bisa ngapa2in? siapa juga ya yang mengutus sang-lelaki-paruh-baya-tidak-dikenal itu? daannnn gimana ya penampilan Gongchan, Shinwoo dan Jane tanpa Hye Mi? apa mereka berhasil dapet penilaian yang bagus?
            Tunggu jawabannya di victory part 11 ya~ hehehehe. Jangan lupa komen. Gamsahamnidaaaa *lempar gongchan.

6 comments:

  1. eonni daebak!!
    haha
    ditunggu part selanjutnya ya.. :)
    ceritanya bagus :)

    ReplyDelete
  2. Kyaaa~~ cerita FF nya keren bgt eonni XD
    Aku, sebagai BANA, sangat-sangat menantikan part-part selanjutnyaaa!
    Hwaiting eonn, aku tunggu kumpulan FF-nya di toko buku xP \:D/

    ReplyDelete
  3. aaaaahhh
    eonni
    keren banget ceritanyaaaaaaaa
    jadi semakn suka sama b1a4
    :)

    ReplyDelete
  4. wah wah ternyata ada juga yang mau baca.
    makasih semuaaa
    lanjutannya udah nongol yaaa

    ReplyDelete
  5. *tangkap gongchan
    hahah! gokil, haru, FANTASTIC BABY dah eon!!
    ^^ makin cinta deh sama Channie~ *wehehehe

    ReplyDelete
  6. LEMPAR GONGCHAN KE AKU AJA!! :3

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...