Thursday 7 July 2011

FF B1A4 : Victory [part 2]

hehhehe, hari ini saiia sudah kembalii. gak lama kan nunggunya?
lagi2 mau nerusin FF victory yang kemaren TBC.

oiya, di FF ini nanti banyak cast fiktifnya. Jadi kalo mungkin ada yang susah ngebayangin, 'wujud' (?) cast-cast itu udah ada di cover. jadi silakan lihat covernyaa. 

Victory


Tittle                    : Victory [Part 2]
Author                 : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance.
Rating                 : T
Cast                      : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length                : Chaptered
Desclaimer     : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

                “Annyeonghaseo, naega Shin Hye Mi imnida. Bangapseumnida.” Ucap Hye Mi yang adalah nama korea dari Naya.  Ia tahu nama itulah yang akan menjadi namanya selama di korea. Orang-orangpun akan mulai mengenalnya dengan nama Hye Mi, bukan Naya.
                “Naega Jung Eun Sun imnida.” Ucap seorang yeoja menunjuk dirinya sendiri kemudian menunjuk teman disampingnya. “Ige Kumiko Chan imnida.”
                “Bangapseumnida.” Ucap Eun Sun dan Kumiko bersamaan sambil membungkuk.
                Hye Mi pun membungkuk. Tak lupa ia tersenyum pada kedua yeoja yang kini akan menjadi teman sekamarnya itu.
                Mereka berdua terlihat begitu ramah. Wajah mereka pun sangat cantik. Tapi kecantikan Kumiko tampak sedikit berbeda dengan Eun Sun. Dari namanya pun Hye Mi bisa tahu kalau Kumiko ini bukan dari korea, melainkan dari jepang.
                Dan sore itu, Hye Mi datang tidak sendirian. Melainkan bersama Janny Lee, atau yang lebih akrab disapa Jane. Jane memiliki darah blasteran Korea-Jerman namun kedua orang tuanya kini tinggal di Indonesia untuk mengembangkan usaha mereka.
                Saat pertama kali bertemu Jane di Jakarta, Hye Mi tahu gadis ini terlihat sedikit pendiam dan juga angkuh. Dia jarang sekali berbicara. Kalaupun iya, pasti terdengar sarkatis. Namun Hye Mi berusaha untuk tetap bersikap baik terhadap teman barunya ini. Karena bagaimanapun juga mereka berangkat dari negara yang sama.
                “Oh iya, kau…” Eun Sun ragu-ragu menunjuk Jane yang sedari tadi hanya diam, “What is your name?” lanjutnya dengan bahasa inggris. Untuk sementara tentu saja hanya bahasa inggris yang bisa mereka gunakan untuk berkomunikasi.
                “Jane.” Jawabnya singkat.
                “Bangapseumnida Jane. Selamat datang di dorm kami.” Coba Eun Sun dan Kumiko untuk tetap bersikap ramah.
                “Yeah.” Jane tampak mulai bosan. “Tapi bisakah sekarang aku masuk ke dalam? Kakiku benar-benar pegal terlalu lama berdiri didepan pintu seperti ini huh!?”
                “Oh.. ne. Mianhamnida. Silakan masuk.” Ucap Eun Sun sambil mempersilakan mereka masuk.
                Ketika berada didalam, Hye Mi bisa melihat kalau dorm itu benar-benar sederhana dengan ruangan yang tidak terlalu luas. Hanya ada 1 kamar tidur, dapur kecil, kamar mandi, ruang ganti dan ruang tamu. Ini memang seperti apartemen, Hye Mi pikir. Dan di tempat inilah ia akan tinggal bersama ke tiga teman barunya.
                “Wah… aku yang diatas yah.” Pinta Hye Mi ketika ia mulai memasuki sebuah kamar dengan 2 tempat tidur yang masing-masing bertingkat.
                “Tidak!” cegah Jane cepat. “Aku yang akan diatas. Aku tidak mau mendengarkan suara berisik orang lain berguling diatasku saat tidur.”
                Hye Mi langsung terdiam.
                “Jika kau ingin diatas, kau boleh menggunakan tempat tidurku unnie.” Tawar Eun Sun yang ternyata menggunakan tempat tidur atas disamping tempat tidur Jane.
                “Ah.. tidak usah Eun Sun, aku disini saja.” Hye Mi menjatuhkan barang-barangnya di tempat tidur bawah. “Terima kasih ya atas tawarannya.”
                “Ne~ sama-sama unnie.”
                Mulai sekarang, baik Eun Sun maupun Kumiko akan mendapatkan unnie baru, karena mereka berdua memiliki selisih masing-masing 1 tahun untuk Eun Sun, dan 2 tahun untuk Kumiko. Sedangkan Jane lahir di tahun yang sama dengan Hye Mi, namun ia 6 bulan lebih muda. Meski demikian, tak pernah terdengar embel-embel “unnie” setiap kali ia memanggil Hye Mi.
                “Unnie sudah bangun?” tanya kumiko saat Hye Mi keluar dari kamarnya. Karena terlalu lelah, setelah mandi dan menata barang gadis itu langsung tidur.
                “Iya. Maaf unnie tidur terlalu lama.” Hye Mi berjalan pelan sambil mencoba mencari letak jam dinding. Ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam waktu korea.
                 “Tidak apa-apa unnie. Lagipula unnie bangun di tepat kami akan memulai makan malam.” Ucap Kumiko sambil menghidangkan mie ramen di atas meja. “Oh iya, mana Jane unnie?”
                “Sepertinya dia masih tidur.”
                “Kalau bergitu kita makan malam sekarang saja ya?” ucap Eun Sun yang baru selesai menonton tv.
                Hye Mi mengangguk.
                “Oh iya unnie, tadi ada seseorang yang menitipkan sesuatu untuk diberikan padamu dan Jane unnie.” Eun Sun lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan menyerahkan kertas itu untuk Hye Mi.
                Saat Hye Mi mulai membukanya, dengan jelas bisa ia melihat sebuah judul yang dicetak dengan huruf besar dan tebal. Membuat gadis itu seketika menghela nafas.
                “Memangnya itu kertas apa unnie?” tanya Kumiko penasaran.
                “Ini jadwal training.” Jawab Hye Mi. “Sepertinya dimulai besok pagi.”
***
                Dengan langkah mantap, Hye Mi mulai memasuki gedung WM Entertaiment pagi itu. Meski ia merasa sedikit lelah karena perjalanan kemarin, Hye Mi masih begitu terlihat bersemangat mengikuti training hari pertamanya.
                “Hai Jane! Apa kau sudah siap mengikuti training hari ini?” sapa Hye Mi saat melihat Jane di lorong gedung. Meski mereka tinggal satu dorm, Jane menolak untuk berangkat bersama. Hye Mi lah yang sampai lebih dulu.
                “Hmm.” Jawab Jane tanpa membalas pandangan Hye Mi yang berusaha mensejajarkan langkah dengan Jane.
                “Aku benar-benar tak sabar mengikuti hari ini!” ucap Hye Mi penuh semangat sambil mendekati loker yang berjajar.
                “Dasar yeoja aneh.” Jane melirik sekilas ke arah Hye Mi kemudian mendahului langkahnya.
                Hye Mi tak memperdulikan ucapan Jane, perhatiannya justru teralih saat ia menemukan sebuah tas kertas yang tergantung didepan pintu lokernya.
                ‘Milik siapa ini?’ batin Hye Mi sambil membuka tas kertas itu.
                Isinya hanya sebuah buku catatan yang cukup tebal berwarna krem dengan sebuah pita berwarna merah hati yang melintang di cover bagian depan. Hye Mi bisa menemukan ada sebuah ucapan terselip di halaman pertama buku itu.
                ‘Good luck untuk training hari pertamamu unnie. Semoga buku ini berguna! – Jung Eun Sun.’
                 “Gomawo saeng.” Ucapnya lirih sambil tersenyum lebar.
                Pelajaran pertama yang Hye Mi dapatkan hari ini adalah latihan vocal. Suasana kelas tidak begitu ramai dengan sekitar 15 orang didalamnya. Didepan ruang selebar 8x6 meter itu terdapat sebuah piano serta beberapa alat musik lain. Ada juga sebuah papan tulis yang berisi not balok.
                Hye Mi terperangah. Ia menatap setiap sudut ruang itu sejenak. Entah kenapa tiba-tiba Hye Mi jadi teringat betapa berat perjuangannya untuk sampai di tempat ini, terutama ketika ia di audisi. Ketika itu suasana sangat genting. Juri memberikan keputusan yang benar-benar di luar dugaannya.
                Flashback on…
                “Ternyata suaramu tidak buruk.” ucap seorang juri sesaat setelah Hye Mi selesai bernyanyi. “Selain dance yang memukau, kau juga memiliki kemampuan bernyanyi yang cukup baik.” Ia menghentikan ucapannya sesaat, “Sayangnya… kami tak ingin mengambil resiko.”
                ‘Resiko? Resiko tentang apa? Bukankah baru saja dia bilang tidak meragukan kemampuanku?’ Begitu banyak pertanyaan yang berkutat di kepala Hye Mi kala itu.
                “Gadis seusiamu harusnya sudah debut.” Ucap juri dengan bantuan translator. “Jika kami menerimamu, kami tidak tahu umur berapa kau memulai debutmu. Bisa kurang dari setahun, atau 5 tahun lagi, itu tergantung dari kerja kerasmu.” Tampaknya sang juri mulai sanksi dengan tekad yang Hye Mi miliki.
                “Aku akan berusaha! Aku berjanji akan berusaha sekuat tenagaku hingga berhasil debut secepatnya!” ucap gadis itu mantap.
                 “Tapi bukan hanya itu…” ucapan juri sempat kembali membuat Hye Mi terkesiap.
                “Kau tidak memiliki wajah korea sama sekali. Kami khawatir kau tidak mudah diterima pasar...”
                Bingo! Dugaan Hye Mi benar. Bagaimanapun juga sebuah perusahaan tidak akan murni menerima seseorang hanya karena bakat yang mereka miliki, tentu saja juga memperhatikan penampilan.
                “Untuk itu aku juga sudah memikirkannya.” Ucap gadis itu tegas, seakan-akan ia telah menyimpan begitu banyak rencana dalam otaknya. Padahal semua ini belum pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya. “Bukankah korea selatan terkenal akan operasi plastik?”
                Demi Tuhan Hye Mi tak pernah memiliki niat untuk operasi plastik. Tentu saja dia juga tak ingin di operasi plastik. Tapi entah kenapa kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir mungilnya. Ketara sekali ada sebuah tekad dan obsesi besar yang terpancar jelas dari nada bicara Hye Mi. Kini gadis itu benar-benar berubah menjadi sosok yang tegas tanpa adanya keraguan.
                “Sebenarnya kenapa kau ingin sekali menjadi trainee kami? Bukankah kau tahu menjadi trainee itu sangat berat?” tanya seorang juri berjas hitam yang sedari-tadi diam. Sepertinya juri yang satu ini mulai terpancing dengan semangat yang Hye Mi miliki.
                Hye Mi menghela nafasnya sejenak sebelum akhirnya berucap, “Aku bosan jika harus terus bermimpi tanpa adanya usaha untuk meraih mimpi itu. Aku hanya ingin membuktikannya! Bahwa aku memiliki kemampuan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu hingga mengantarkanku pada sebuah kemenangan.”
                Juri yang bertanya tadi langsung tersenyum. “Sangat menarik.” Dia mulai mencoret-coret sesuatu diatas sebuah map lalu kembali menatap ke arah Hye Mi. “Oke, kurasa kami telah menemukan keputusan yang tepat untukmu…”
                Flashback end…
***
                Dan akhirnya sampai disinilah Hye Mi sekarang. Dia berhasil lolos audisi dan berhak mengikuti trainee seperti saat ini.
“Noona yang duduk nomor dua dari belakang…” ucap Miss Young dengan tiba-tiba. Yang ditunjuk langsung terkejut.
                “Aku?”
Ternyata itu Hye Mi. Karena melamun, dia jadi tidak focus mendengar ucapan yang Miss Young ucapkan. Miss Young adalah seongsaenim Hye Mi di kelas vocal.
                “Cepat maju ke depan.”
                Hye Mi tersentak. Dia sempat diam sesaat sebelum akhirnya ragu-ragu melangkah kedepan.
                Kelas itu mendadak terasa sepi, trainee lain hanya diam dan saling bertukar pandang. Menunggu ‘pertunjukkan’ apakah yang terjadi hari ini.
                Begitu Hye Mi sampai didepan dan berdiri disamping Miss Young, dia hanya bisa menunduk sementara jantungnya berdetak dengan cepat.
                Tiba-tiba Miss Young menyuruh Hye Mi melakukan sesuatu. Instruksi itu Miss Young ucapkan dengan menggunakan bahasa korea, padahal sebelumnya Miss Young selalu menyisipkan kata-kata dalam bahasa inggris dalam setiap ucapannya. Termasuk saat memanggil Hye Mi tadi.
                Sepertinya Miss Young sengaja melakukan ini karena ia tahu Hye Mi bukan berasal dari korea.
                “Ne?” Hye Mi mencoba bertanya dan secara tidak langsung meminta Miss Young untuk mengulangi kalimatnya. Namun Miss Young justru hanya diam menatap Hye Mi tajam sambil menekuk kedua tangannya di dada.
                Jantung Hye Mi berdegup kencang menangkap tatapan Miss Young yang mengerikan. Ia mendadak panik melihat situasi genting ini. Bahkan sama sekali tak mengerti apa yang harus ia lakukan sekarang.
                “Cepat lakukan! Aku sudah menyuruhmu melakukannya noona Hye Mi!” bentak Miss Young tiba-tiba.
                Hye Mi terkesiap. Ia benar-benar takut mendengar bentakan Miss Young padanya. Tampaknya suasana hati Miss Young sedang tidak baik. Atau memang suasana hati Miss Young selalu tidak baik? Hye Mi dan semua trainee baru disini tak ada yang mengetahuinya.
                Saat itu juga Hye Mi memilih keputusan terakhir yang sempat muncul dalam benaknya. Gadis itu mulai bernyanyi. Tapi belum sempat ia menyanyikan satu bait lagu, Miss Young lebih dulu memotongnya.
“Keluar sekarang juga.” Ucap Miss Young lirih namun terdengar penuh amarah.
                “Ne?” tanya Hye Mi tak percaya.
                 “Kusuruh kau untuk membaca not balok ini, tapi kau malah bernyanyi! Aku tidak suka ada trainee yang tidak mendengarkanku ucapanku dengan baik!” Miss Young benar-benar tidak dapat membendung emosinya kali ini. “Dan sekarang kuminta kau keluar sekarang juga! Kuharap kau tidak mengulanginya saat kita bertemu lagi.”
                Bibir Hye Mi bergetar. Sekuat tenaga ia menahan air mata yang ingin tumpah saat itu juga. Ia tak percaya kata-kata itu keluar dari bibir Miss Young bahkan di hari training pertamanya.
                “Dasar gadis bodoh!” ucap Jane saat perlahan Hye Mi mulai berjalan keluar ruangan.
                Meski menyakitkan, namun tak ada yang salah dengan ucapan Jane. Hye Mi benar-benar bodoh. Lebih bodoh dari apa yang ia bayangkan sebelumnya.
                “Mianhe… jeongmal mianhe…” Ucap Hye Mi sambil berlari melintasi koridor.
 Hye Mi tak tahu ia sedang meminta maaf pada siapa. Yang jelas ia hanya merasa sangat bersalah kepada semua mimpi dan harapan yang selama ini terus memberinya semangat untuk tidak pernah menyerah.
                Meski telah berusaha menahannya, akhirnya air matanya tumpah juga. Hye Mi sudah tidak bisa menyimpannya terlalu lama. Ia memilih untuk meluapkan semua tangisnya di sebuah tempat yang sepi… yang tak bisa ditemukan siapapun…
                Di atap gedung tempat ia training.
                Gadis itu memilih duduk disana, merasakan air mata mulai membanjiri kelopak matanya dan perlahan menetes melewati pipinya.
                “Neo gwenchanayo?” ucap sebuah suara yang terdengar asing di telinga Hye Mi.
                Samar-samar ia mencari sumber suara itu, sementara air mata masih mengaburkan pandangannya.
                Jarak Hye Mi dengan seorang yang mengucapkan kalimat tadi hanya sekitar 3 meter. Tentu saja ia bisa melihat sosok itu karena bahkan hari masih begitu terang.
                Namja. Dia seorang namja. Lebih tepatnya namja yang sedang tersenyum begitu manis.
                “Gwenchanayo?” tanya namja itu lagi.
                Hye Mi cepat-cepat membuang muka dan menghapus air mata dengan punggung tangannya. Hye Mi tahu benar bahwa ia sedang tertangkap basah sedang menangis sekarang.
-To Be Continue-



                Haduh… haduh… hari pertama aja udah buat masalah. Apalagi hari-hari berikutnya? Eumm…
                Terus siapa ya kira-kira yang mergokin Hye Mi lagi nangis di atap gedung? Hihihihi.
                Tunggu jawabannya di part 3 yah… jangan lupa tinggalkan komentar. Gomawo~


2 comments:

  1. aku tunggu part selanjutnya eonni.., :)
    oiya buat ff SHINee lagi yah eon, :D

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...