Thursday 19 March 2015

FF SHINee : Pixie Rain [PART 1]


Annyeonghaseooo~
Long time no seee buat semua readers yang sangat baik hati mau baca ffku sebelum2nya.... ah kayaknya baru kemaren ya FF Lucid Dream ending (plak!). maap maap maap karena terlalu lama menunggu. Sebenernya ff ini udah lama jadinya tapi belum ada waktu buat ngepost. Lagian tadinya mau bikin sampe part 7 atau 8 dulu baru di post, tapi baru bikin ampe part 5 udah langsung aku post takutnya kelamaan hihi

Oiya di akhir drama Lucid dream aku udah pernah nyampain kalo FF ini Cuma akan di post di blog ini, jadi FF ini ngga akan aku posting di FB. Cuma link nya aja yang aku share. Harap maklum ya <3

Berbeda dengan FF-Ffku sebelumnya, kali ini selain bertemakan fantasy, FF ini juga jauh lebih fresh. Bertemakan school life dan dibintangi(?) oleh pairing paling populer(?) di SHINee yaitu 2MIN hehehe.

Langsung aja deh ya, selamat membaca!


Tittle                    : Pixie Rain [Part 1]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Langit berselimut mendung tampak mengiringi laju sebuah mobil mewah yang berjalan melintasi jalanan tol dari pusat distrik kota seoul menuju ke arah selatan, tepatnya di kota Busan. Seorang yeoja dengan baju terusan motif bunga berwarna peach duduk di bangku penumpang sambil melihat-lihat keadaan sekitar dengan bosan. Sejak mobil yang ditumpanginya keluar dari rumah, perasaannya tidak enak. Apalagi sudah berjam-jam mereka ada di perjalanan, sang sopir pribadinya enggan menyebutkan tujuan kemana mereka pergi sekarang.
                Gadis itu bernama Yunbi. Dia adalah putri kedua dari keluarga Kang yang terkenal memiliki usaha di bidang property kualitas ekspor. Yunbi memiliki seorang kakak laki-laki bernama Kang Jongsuk yang kini tengah berada di Amerika untuk melanjutkan kuliah.
                Berbeda dengan Jongsuk yang merupakan anak penurut, Yunbi sering kali membuat appanya kerepotan. Yunbi memang pintar, ia menguasai berbagai bidang mulai dari seni, fashion hingga akademik. Sejak kecil yeoja itu sudah mengikuti kursus ballet, melukis, biola, piano, gitar, fashion, menyanyi, bahasa inggris, bahasa jepang, bahasa perancis sampai kursus kecantikan. Yunbi sangat sempurna. Dia tidak hanya memiliki banyak keahlian, namun juga kecantikan yang luar biasa. Tapi semenjak ibunya meninggal, Yunbi sering sekali berbuat masalah. Ia sengaja melakukan hal yang tidak disukai oleh ayahnya hanya demi membuat beliau marah. Tidak hanya melakukan kegiatan yang dilarang, tapi Yunbi juga gemar menghabiskan uang untuk membeli hal yang tidak ia butuhkan.
                Dan tepat seminggu yang lalu, tampaknya kesabaran Mr. Kang sudah habis. Yunbi sengaja berbuat onar di dalam bar dan minum-minuman keras padahal sudah jelas dia belum memiliki cukup umur. Urusan dengan pihak polisi dan sekolah bisa terselesaikan dengan cepat mengingat posisi Mr Kang sekarang, namun sejak saat itu beliau sama sekali tidak berbicara sedikitpun pada Yunbi. Sampai akhirnya hari ini tiba-tiba sopir pribadinya membawa Yunbi ke tempat yang tidak Yunbi ketahui. Yunbi curiga appanya akan melakukan sesuatu padanya karena kejadian itu.
                “Apa masih jauh?” tanya Yunbi untuk yang kesekian kalinya.
                “Sebentar lagi nona muda.” Selalu jawaban yang sama yang Yunbi dengar sejak pertama kali Yunbi bertanya.
                Mulanya mereka melalui jalan raya di kota Seoul, kemudian menuju ke arah selatan agak condong ke barat. Melewati jalanan tol, jembatan layang dan sempat berhenti sejenak di rest area. Perjalanan terasa begitu jauh dengan waktu tempuh sekitar 6 jam, rasanya seperti tidak juga mencapai tempat tujuan.
                Tapi kemudian mobil yang Yunbi tumpangi masuk ke dalam sebuah area yang sangat luas. Hanya untuk masuk ke gerbang utamanya saja Yunbi harus melewati jalan masuk yang begitu panjang dan dikelilingi taman serta pepohonan rindang. Yunbi mengerutkan dahinya saat melihat area yang tampak asing itu. Alisnya menyatu sambil menengok ke luar jendela untuk mencari nama tempat dimana ia sekarang. Sampai yeoja itu menemukan sebuah tulisan yang cukup besar di tengah taman dengan hiasan bunga lavender berwarna ungu yang berbunyi, Seungri International School.
                Yunbi terperangah.
                “Berhenti ahjussi!”
                Sopir itu bergeming.
                “Aku bilang berhenti!!” ulangnya berteriak. “Berhenti sekarang juga atau aku akan melompat keluar.”
                Sopir itu sempat melirik ke spion tengah kemudian menghentikan laju mobilnya tak jauh dari sana.
                “Putar balik.” Lanjut Yunbi yang tidak mendapatkan respon dari supirnya.
                “Aku bilang putar balik!”
                “Jeosonghamnida nona muda. Tapi Tuan meminta saya untuk mengantar nona sampai ke dalam.”
                Yunbi menekuk kedua tangan di dadanya sambil mendengus. Matanya menyipit sambil berfikir. “Kalau begitu turunkan saja aku disini biar aku masuk sendiri.” Ia tahu sekarang ia tidak lagi bisa mengendalikan supirnya. Oleh karena itu Yunbi terpikir rencana lain.
                “Tapi nona...”
                “Jika appa bertanya, bilang saja aku sudah selamat sampai tujuan. Atau aku sendiri yang akan menghubunginya.” Lanjut yeoja itu kemudian membuka pintu.
                Yunbi tidak mengira orang tuanya sudah menyiapkan semuanya hanya dalam waktu singkat. Tidak hanya perpindahannya dari SMA Seoul sampai ke Busan, tapi juga semua barang-barang kebutuhan Yunbi sudah berada dalam satu koper. Ia hanya bisa terperangah saat sang supir menurunkan kopernya dari bagasi mobil.
                Dengan kesal Yunbi menyeret kopernya menjauhi gerbang utama menuju gerbang luar sekolah sesaat setelah memastikan mobil yang ditumpangi supirnya sudah meninggalkan area sekolah itu. Hanya dengan melihatnya dari luar saja Yunbi tahu sekolah ini memiliki aura yang sama sekali tidak cocok baginya.
Yunbi membuang nafas berat sambil memandang ujung sepatunya yang lancip. Saat itu juga tiba-tiba ia teringat akan seseorang. Cepat-cepat Yunbi berhenti sejenak di bawah pohon sambil menengok kanan kiri siapa tahu ada orang yang datang. Yunbi mencoba menelfon Oppa kesayangannya untuk mencari ‘bantuan’. Disaat genting seperti sekarang tidak ada orang lain selain Oppanya yang bisa Yunbi percaya.
                “Tuuut...tut....” Yunbi menunggu seraya melilitkan ujung rambut di jemari lentiknya untuk mengurangi rasa bosan.
                “Beep.” Tidak diangkat. Yunbi lantas mencobanya sekali lagi.
                “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif....”
                “Ige mwooyaa!” Yunbi menggerutu sambil membanting kopernya di jalan.
                Tadinya Yunbi ingin meminta Oppanya untuk menyuruh ‘utusannya’ menjemput Yunbi dan membawa gadis itu sekalian sampai ke Amerika. Disana mungkin Yunbi bisa hidup jauh lebih enak ketimbang terdampar di tempat ini. Tapi Yunbi tidak mengira disaat seperti ini Oppanya bahkan tak mau mengangkat telpon. Apakah appa dan oppanya sudah sepakat untuk membuang Yunbi sampai kemari?
                Tidak ada pilihan lain. Rencana Yunbi kini tinggal satu, yaitu kembali ke Seoul sendirian. Untuk masalah lain yang kemungkinan akan ia hadapi disana, ia akan memikirkannya nanti. Yang penting ia tidak akan terdampar di tempat ‘mengerikan’ ini untuk sementara.
                Jarak dari gerbang luar sampai ke gerbang utama sekitar satu kilometer. Sedangkan mobil yang mengantar Yunbi tadi sudah lewat setengahnya. Kini terpaksa Yunbi harus berjalan kaki sekitar 500 meter sambil menggeret sebuah koper. Yeoja itu tak henti-hentinya menggerutu karena keputusan konyol dari appanya ini.
Tepat ketika Yunbi mencapai depan gerbang utama, tiba-tiba gerimis mulai turun. Yunbi langsung menyeberang jalan dan berteduh di tempat terdekat dari sana, sebuah toko aksesoris.
“Aneh sekali, perasaan tadi langit masih cerah...” pikir Yunbi. Padahal sudah sejak ia berjalan dari Seoul, langit sudah mulai mendung. Wajar jika kemudian turun hujan.
Yeoja itu duduk didepan pintu toko yang kebetulan sepi. Ia sempat mengintip ke dalam dan melihat beberapa barang yang terpajang rapi disana. Daripada Yunbi bosan menunggu, lebih baik sambil melihat-lihat aksesoris, pikirnya.
Krincing...krincing...
Beberapa tabung kecil yang terbuat dari alumunium diatas pintu berbunyi nyaring ketika Yunbi membukanya. Seorang gadis dengan seragam berwarna putih langsung menyambutnya dengan senyuman.
Toko yang memiliki dekorasi warna kesukaan Yunbi, peach, itu tidak memiliki ukuran yang cukup luas. Dengan design yang sederhana, disana terdapat beberapa rak berisi aksesoris mulai dari cincin, kalung, gantungan kunci dan beberapa jepit rambut. Dibagian kanan ruangan juga terlihat berbagai bentuk kuciran rambut yang tampak tergantung dengan rapi.
Yunbi langsung menuju ke rak bagian kiri toko dimana banyak sekali cincin dan kalung yang beraneka ragam. Begitu melihatnya dengan seksama, pandangan Yunbi langsung tertuju pada sebuah kalung perak dengan lingkaran dibagian luar dan bentuk tetesan yang bisa berputar di bagian dalam.

*kurang lebih begini ya -_-*

Bola matanya membesar, hanya dalam hitungan detik Yunbi langsung jatuh cinta pada kalung itu. Sejak dulu Yunbi memang paling suka berbelanja aksesoris. Ia tak pernah ketinggalan memakai satu aksesoris pun yang melekat di tubuhnya mulai dari anting-anting, kalung, gelang, cincin atau bando dan jepit rambut.
Tidak ingin berfikir lebih lama, Yunbi langsung mengambil kalung itu kemudian membawanya ke meja kasir. Tak lupa Yunbi mengeluarkan credit cardnya untuk membayar.
“Ah maaf, tapi kami hanya menerima uang cash.” Tolak kasir itu lembut.
Yunbi mulai panik, ia membuka setiap sisi dari dompetnya untuk mencari uang cash. Namun seingat Yunbi, ia jarang menyimpan uang cash dalam dompetnya. Bahkan untuk membayar parkir ke beberapa tempat, Yunbi selalu menggunakan kartu langganan yang sudah diurus oleh pembantunya. Yunbi tidak pernah sekalipun menaiki bus dan membeli makanan ataupun sesuatu di pinggiran jalan yang membutuhkan uang cash.
Dan benar, setelah berulang kali mengecek isi dompetnya, tidak ada satu lembar pun uang disana.
“Eottokhae?” Yunbi tidak berani menatap kasir di toko itu, pandangannya hanya tertuju pada sebuah kalung yang sudah masuk ke dalam kotak bening terbungkus plastik yang siap untuk Yunbi bawa.
“Jika kau menginginkan kalung ini, kau boleh mengambilnya.” Ucap kasir itu akhirnya.
Wajah Yunbi berubah cerah. “Jeongmal?”
Dia mengangguk.
Eyyy, tapi seumur hidup Yunbi ia tidak pernah menerima barang secara cuma-cuma kecuali dari anggota keluarganya. Selama ini justru Yunbi yang sering memberikan barang maupun makanan kepada teman-temannya di sekolah. Tapi sekarang keadaan justru berbalik. Yunbi tidak pernah bertemu dengan situasi seperti ini.
“Kau bisa membawanya agashi.” Kasir itu menawarkan sekali lagi. Membuat Yunbi semakin bimbang, ia melihat ke arah kalung itu kemudian memandang kasir sekali lagi. Yunbi sangat menginginkannya, haruskah ia menerimanya begitu saja?
***
Tetesan air hujan yang semula memenuhi setiap sudut kota Busan semakin lama semakin menipis. Beberapa ranting dan ujung daun yang semula goyah oleh terpaan angin kini terdiam dan menurunkan sisa-sisa air yang membasahinya. Aktivitas para warga yang sempat terhenti sejenak kembali dimulai. Beberapa dari mereka tampak terburu-buru dengan langkah yang lebar dan berjingkat menghindari genangan air.
Dari kejauhan terlihat sesuatu yang menarik perhatian. Segerombolan orang tengah berdiri melingkar di halte bus sambil saling berbisik pelan karena ada sebuah objek yang tampak asing di mata mereka. Tak jarang ada yang hanya melihat secara sekilas kemudian pergi menaiki bus dengan tawa yang mereka tinggalkan. Ada pula yang tidak ingin kehilangan moment dan memutuskan untuk menyimpan pemandangan asing itu dalam ponselnya. Sementara yang lain hanya duduk dengan cuek sambil menunggu bus yang ia tunggu datang.
Sampai salah satu diantaranya mulai mengambil langkah. Meninggalkan ketegangan sekaligus rasa penasaran bagi yang lainnya.
Yunbi yang sebelumnya tertidur dengan pulas mulai terusik dengan sebuah sentuhan pada lengan sebelah kirinya. Ia menggeliat sejenak kemudian menguap karena rasa kantuk yang menyerangnya masih sangat terasa. Perlahan-lahan kelopak Yunbi bergerak ke atas, mengijinkan sorotan cahaya matahari sore menyentuh permukaan bola matanya.
Yunbi masih belum sadar dengan apa yang ada di sekitarnya. Ia justru mencoba terduduk tegak sambil mengucek kedua matanya, saat itulah sebuah gumaman orang-orang disekitarnya mulai terdengar. Yunbi terkesiap. Tepat disekelilingnya kini tengah berdiri begitu banyak orang yang menatapnya dengan aneh, ada beberapa yang tertawa geli, namun tidak jarang mereka melontarkan pandangan jijik. Yunbi seperti sesuatu yang tidak pantas untuk mereka pandang. Bahkan ada seorang ibu yang menutup mata anaknya kemudian cepat-cepat pergi dari sana.
‘Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi?’
“...Ya! Kenapa kau berpakaian seperti itu?...”
“...Sepertinya dia bukan orang dari daerah sini...”
“...Sebaiknya kita lapor polisi sebelum keributan bertambah besar...”
“...Tutup kakimu dengan ini, Adeul-i!...”
Seseorang melemparkan sebuah jaket. Saat itulah Yunbi menyadari ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya.
Yunbi lantas bangkit, tapi kakinya terasa begitu sakit karena sepatunya jauh lebih sesak daripada sebelumnya. Cepat-cepat Yunbi melepas high heelsnya, menarik koper kemudian pergi dari sana.
‘Kenapa seperti ini? Kenapa tubuhku terasa aneh?’ Yunbi berlari sambil menutup wajahnya. Kejadian tadi benar-benar membuat Yunbi terkejut sampai ia tidak sempat menyadari apa yang tengah terjadi. Biasanya Yunbi akan memberikan respon dengan nada tinggi setiap kali ia mendapatkan komentar buruk, tapi ia tahu ada sesuatu yang salah.
Tak jauh dari sana Yunbi menemukan toilet umum. Tanpa berfikir panjang ia langsung masuk ke toilet wanita, namun belum juga menginjak bagian dalam toilet semua yeoja yang ada didalam sana langsung berteriak.
“Keluar! Dasar lelaki mesum!”
DEG!
Yunbi merapatkan punggungnya di dinding bagian luar. Nafasnya memburu, lututnya lemas sementara jantungnya berdegup sangat kencang.
‘Mereka tadi memanggilku apa??’
‘Tolong katakan kalau tadi aku hanya salah mendengarnya...’
Yunbi kemudian melirik ke bagian kiri tempat ia berdiri, disana terpampang simbol toilet pria. Jika tadi Yunbi tidak diperkenankan masuk toilet wanita, haruskah ia lalu masuk ke dalam sana?
Setelah menarik nafas dalam dua kali, Yunbi nekat masuk ke dalam toilet itu.
Rupanya didalam tidak ada orang sama sekali. Yunbi langsung disambut dengan sebuah cermin besar yang berada tepat disamping kiri pintu masuk. Tubuhnya seketika terperanjat begitu melihat pantulan dirinya disana.
“KYAAAAA!!!!”
Yunbi berteriak sekeras-kerasnya. Ia hampir pingsan saat itu juga.
Jika disana tidak hanya ada Yunbi seorang diri, mungkin ia mengira seseorang yang ada dalam cermin itu adalah orang lain. Namun ruang itu terlalu sederhana untuk bahkan melakukan trik sulap. Yunbi tahu benar orang itu adalah dirinya. Yunbi menyadari jika ia sudah 100% berubah meski ia sangat ingin membohongi dirinya sendiri.
“Ini pasti hanya mimpi! Tolong katakan ini semua hanya mimpi!!!”
Yunbi menyentuh wajahnya sambil membuang nafas keras-keras.
“Astaga... ini benar-benar aku!!”
Tangannya kemudian turun ke dadanya, disana tidak ada gundukan atau apapun(?) yang wajar dimiliki wanita. Dada Yunbi benar-benar rata.
Saat itu juga tatapannya bergerak kebawah, pikirannya jadi tertuju pada sesuatu.
“Seolma... (tidak mungkin...)”
Cepat-cepat Yunbi masuk ke dalam ruang toilet kemudian membuka dress terusan mini dan celana yang ia pakai. Saat itu juga seketika tubuhnya menegang. Dari semua hal yang ia temukan sejak tadi tidak ada apa-apanya ketimbang sesuatu yang tengah ia lihat sekarang.
“WAAAAAAA BENDA APA INI!!!” Yunbi berteriak lebih keras. “Pergi... pergi... kenapa ‘itu’ harus ada disanaaa...huwaaaa....”
Yunbi melompat-lompat sambil menggoyangkan tangannya jijik, tidak ingin menyentuh benda itu namun juga tidak sudi memilikinya. Ia langsung kembali memakai celana kemudian dress terusannya yang terasa sesak. Tubuhnya seketika ambruk di dudukan closet.
“Kenapa jadi seperti iniiii? Huwaaaaa, apa salahku sebenarnyaaa?” Yunbi kemudian berteriak dari dalam hatinya. ‘KENAPA AKU BISA BERUBAH MENJADI NAMJAAA!!!’
-To Be Continue-


Nyahahaha apaan itu tadi? Endingnya ambigu(?) wkwkwk maap bukan bermaksud untuk NC(?) tapi Cuma mau nggambarin kalo karakter Yunbi berubah jadi cowok tulen. TULEN! Dan pas adegan orang pada mengerumuni Yunbi di halte itu bukan karena mereka pada liat Yunbi berubah jadi namja, tapi mereka heran kenapa ada COWOK yang tidur di pinggir jalan PAKE ROK MINI dan HIGH HEELS. Begituu~
Oiya karena dicerita ini tokoh utamanya akan berubah jadi bener2 namja, maka aku juga akan memakai kata ganti “NAMJA ITU” ya biar feels nya juga bisa sampai di readers.
Untuk part 1 emang masih a lil bit classy, tapi tunggu deh part selanjutnya. Banyak hal diluar dugaan yang bakalan terjadi hehehe. Jangan lupa tinggalkan komentar!

Kalau gitu sampai ketemu lagi di part 2, saya akan bekerja keras! Annyeong!

*NB: buat yang masih bingung gimana cara ninggalin komentar, klik >>DISINI<<

5 comments:

  1. keren,,, ditungu part 2 nya,, secepatnya ya... makasih.........

    ReplyDelete
  2. icha....aku mau nanya,,tapi kalo disini aku ga tau notifinya....mau email aku yaaaa..pleasee k imelmelisa22@gmail.com....perlu bangt..kal0o pake email biar lebih cepet ajaaa..mau yaaa

    ReplyDelete
  3. Oh, jadi dia berubah jadi namja? Kirain apaan.. Ha ha.. ada" aja

    ReplyDelete
  4. Huih fantasy asik :3 rasan tuh yubin jadi cowok hahaha

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...