Wednesday 13 March 2013

Tentang Kedewasaan


Untuk viewers baru, mungkin agak asing dengan postingan semacam ini. Tapi dulu waktu awal-awal jadi blogger, aku justru lebih sering ngepost postingan semacam ini ketimbang FF. Sebelumnya aku udah pernah ngebahas tentang ‘Sahabat’, ‘Mimpi’ dan ‘Cinta’. Dan setelah sekian lama ngga ngepost, sekarang aku pengen ngangkat sesuatu sering disebut kedewasaan.
            Sebelumnya, yang tertulis disini adalah Opini. Jadi ini merupakan pandanganku terhadap sesuatu yang akan aku bahas nantinya. Oke?

P4_large

             Menurut kamus webster, kedewasaan berarti
suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Banyak yang menganggap bahwa kedewasaan seseorang ditandai dengan ‘kematangan’secara fisik, namun ada juga yang menganggap seseorang dikatakan dewasa jika telah menginjak usia tertentu.
             Benar jika ada ungkapan ‘kedewasaan’ seseorang tidak ditentukan oleh tua-mudanya umur mereka.  Karena tidak sedikit usia remaja sudah memiliki pemikiran yang ‘matang’ atau ‘dewasa’. Tapi pemikiran yang matang, pemikiran yang seperti apakah itu?
Pemikiran-pemikiran seperti ini ada yang menjurus ke arah positif, ada pula yang menjurus ke arah negatif. Sekarang banyak sekali anak-anak yang mengalami fase ‘kedewasaan sebelum waktunya’, hal ini terjadi karena pergaulan yang tidak sesuai dengan umur mereka. Mungkin anak seumuran sekolah dasar harusnya masih bermain boneka atau menghabiskan waktu seharian untuk bermain, tapi sekarang mereka sudah mengenal dunia maya dimana banyak hal-hal yang tidak terbatas. Yang memberikan kesempatan mereka untuk berfikir jauh dari apa yang seharusnya tidak mereka pikirkan. Akibatnya banyak sekali ‘kedewasaan’ yang menyimpang.
Lalu bagaimana ‘kedewasaan’ yang seharusnya dialami? Seseorang untuk dapat berfikir dewasa tidak perlu mengetahui ‘hal-hal yang jauh dari umur mereka’. Namun kedewasaan dinilai dari bagaimana respon ‘dia’ terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Seseorang yang memiliki pemikiran dewasa tidak hanya sanggup memberikan ‘jawaban’ ketika orang lain memiliki permasalahan, namun dia juga harus sanggup merefleksikan ‘jawaban’ itu terhadap dirinya sendiri. Dalam artian, dia juga harus bisa menanggapi jika permasalahan yang sama melanda dirinya sendiri.  Karena pada dasarnya orang yang dewasa bisa menerima dan mempertanggung jawabkan situasi dimana ia perbuat-dan berada.
Poin penting mengenai pemikiran yang dewasa adalah, dia sanggup menentukan tidak hanya apa yang ia inginkan melainkan apa yang ia butuhkan. Banyak diantara kita yang menginginkan untuk menjadi sosok yang sejak dulu kita impikan, misal itu menjadi artis. Tapi apakah itu benar-benar bisa kita pertanggung jawabkan? Lain halnya jika kita berfikir untuk menjadi sosok yang sesuai dengan apa yang kita miliki, bukan sosok yang apa yang kita (dan mungkin orang lain) inginkan.
Selain hal tersebut diatas, kesabaran juga tidak boleh dilupakan. Yang paling terlihat antara seseorang yang masih memiliki pemikiran ‘childish’ dan yang ‘mature’ adalah hal yang satu ini. Contoh simpelnya, jika ada seorang teman yang memiliki sesuatu (yang kebetulan) sangat kita inginkan, pasti ambisi kita untuk memiliki barang yang sama sangat besar. Jika ini terjadi, pasti kita akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan secepatnya. Orang yang memiliki pemikiran dewasa tidak akan melakukan hal yang sama, melainkan dia akan mempertimbangkan hal tersebut dengan segala kemungkinan. Meskipun ‘sesuatu’ itu sangat dia inginkan, tapi pada akhirnya ia akan memprioritaskan sesuatu yang lebih ia butuhkan. Kita juga harus selalu sabar dalam menerima kritik atau saran dari orang lain, karena dengan introspeksi kita jadi lebih mengetahui kekurangan apa saja yang kita miliki.
Dalam pemecahan masalah, sangat penting untuk berfikir dua arah. Semisal ada dua orang yang sedang bertengkar, kita tidak bisa hanya membela yang ‘mengaku bersalah’, tapi kita juga harus memberi kesempatan dan mendengarkan versi dari seseorang yang dianggap bersalah. Bisa saja keduanya yang menyebabkan hal tersebut. Setidaknya kita bisa belajar ‘tidak mudah percaya’pada suatu hal yang belum tentu benar.
Meski begitu banyak ‘jalan’ menuju kedewasaan, kita harus sanggup mengenali diri kita sendiri. Dari situ akan timbul rasa percaya diri, tanpa takut untuk tidak menjadi orang lain. Karena bagaimanapun juga, kedewasaan muncul dari dalam diri kita sendiri secara natural tanpa merubah jati diri kita sebenarnya.
Tidak harus besok, tidak harus 3 tahun lagi. Meski orang lain menganggap kita belum cukup untuk menjadi ‘dewasa’ setidaknya kita tahu kedewasaan itu tumbuh dalam dirikita dengan sendirinya.

Nah, itu dia bahasan tentang kedewasaan. Semoga postingan ini bermanfaat dan bisa jadi refleksi untuk diri kita ya :D

Originally posted by : ichaichez.blogspot.com


2 comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...