Saturday 5 November 2011

FF B1A4 : Victory [part 19A]


annyeonghaseoo~ huahh, akhirnya tiba di part terakhir. . langsung aja deh. cekidot.



Tittle                : Victory [Part 19A]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Friendship, Romance.
Rating             : T
Cast                 : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length             : Chaptered
Desclaimer      : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

                -Flashback-
            Sore itu Hye Mi tampak sibuk didapur, membuka-buka lemari dan rak piring yang ada disana. Bukan ingin memasak sesuatu, melainkan ia berencana untuk berlari sore hari ini, dan Hye Mi harus membawa botol minum yang tiba-tiba hilang entah kemana.
            “Kau sedang mencari apa, unnie?” tanya Eun Sun menyadari Hye Mi yang tampak bingung.
            “Botol minum.” Jawab Hye Mi tanpa membalas tatapan Eun Sun, masih sibuk mengubrak abrik lemari dapur. “Apa kau melihatnya?”
            Eun Sun menggeleng. “Jika kau ingin, kau bisa meminjam botol minumku unnie.”
            Tiba-tiba Hye Mi menghentikan aktifitasnya, “Boleh? Kau tak ingin memakainya?”
            Eun Sun tersenyum. “Kau bisa memakainya dulu, nanti akan pergi berlari setelah kau datang.”
            “Oh ne~. Gomawo.” Jawab Hye Mi.
            Eun Sun hanya menjawabnya dengan anggukan kemudian mengambil botol minum dari kamarnya. “Ini…”
            Hye Mi menerima botol itu kemudian beranjak mendekati wastafel.
            “Oh tidak usah dicuci unnie!” cegah Eun Sun cepat. “Kau bisa langsung mengisinya.”
            Botol minum berwarna biru tua yang tak transparan itu sepintas memang tidak berisi apapun. Hye Mi hanya tidak tahu bahwa didalamnya terdapat sedikit bubuk arsenic yang mudah larut dalam air.
            Hye Mi membawa botol itu bersamanya sampai ia menapaki taman sekeliling dorm. Gadis itu tidak berlari. Justru terdiam memandangi matahari sore yang mulai condong ke arah barat. Silau.
            “Unnie sudah kembali? Bukankah tadi…” tanya Eun Sun yang sedikit terkejut melihat kedatangan Hye Mi.
            “Tiba-tiba unnie tidak enak badan saengie. Apa kau sudah ingin pergi?” tanyanya balik.
            “Oh…” Eun Sun berseloroh sambil berfikir. “Ne~ tentu saja.”
            “Kalau begitu kau bisa langsung membawa botol minum ini. Isinya belum berkurang sedikitpun.”
            “Eung? Ne~” Eun Sun mengangguk ragu. “Taruh saja di meja makan eonni. Aku akan bersiap-siap dulu.”
            Ketika botol itu Hye Mi taruh diatas meja, bisa ia lihat Kumiko dan Jane tengah makan bersama. Seperti biasa karena telah berulang kali diabaikan, tanpa menyapa Jane, Hye Mi langsung beranjak mandi. Dia hanya tersenyum sekilas pada Kumiko.
            “Hoahh~ mashitta!” ucap Kumiko melahap spaghetti yang memenuhi piringnya. “Eonnie, spaghetti ini enak sekali bukan?”
            Jane hanya sedikit mengangguk sambil memutar-mutar garpunya diantara gulungan spaghetti.
            “Oh iya eonnie, nanti malam kau juga akan datang ke pesta… uhuk! Uhuk!”
            Melihat Kumiko yang tiba-tiba tersedak, Jane langsung menaruh garpunya dan meraih botol minum yang tak jauh dari jangkauan tangannya kemudian menyerahkan botol itu pada Kumiko.
            “Ah leganya~” ucap Kumiko setelah merasa tenggorokannya tak lagi tersedak. “Gomawo Eonnie.”
            “Hem.” Jawab Jane singkat.
            Kumiko kembali melahap spaghetti bolognisenya, tapi tak lama kemudian dia tampak kehabisan nafas dan cepat berlari ke arah wastafel dapur.
            “Kumiko?!?” panggil Jane mulai panik melihat Kumiko tak berhenti mengeluarkan isi perutnya.
            “Kumiko kenapa Eonnie?!” tanya Eun Sun yang baru saja datang.
            Jane menggeleng tak tahu.
            Lama-lama Kumiko semakin parah, ia terus saja muntah-muntah hingga mengeluarkan darah.
            “Kumiko!!”
            “Kumiko gwenchana??”
            Pertanyaan Jane tak Kumiko jawab, gadis itu langsung ambruk di lantai setelah kehabisan cairan.
            “Astaga Kumiko?!” pekik Hye Mi yang langsung menghambur ke arah Kumiko. “Cepat panggil ambilance sekarang juga!!!”
            -Flashback end-
            Setiap kali mengingat kejadian itu, hati Hye Mi terasa begitu sakit. Tapi ada hal lain yang sekarang lebih menyita pikirannya. Tentu saja tentang keputusan Mr Cho yang mengeluarkan Hye Mi dari agensi WM Entertaiment.
            Setelah mendapatkan surat resmi dari WM Ent, Hye Mi berjalan gontai dari gedung agensinya menuju dorm. Pikirannya kosong. Semua hal yang selama ini diperjuangkannya telah menguap entah kemana, membuat gadis itu tak mampu membayangkan betapa buruk keadaannya sekarang.
            Dorm tampak sepi saat Hye Mi tiba. Kumiko ada dirumah sakit, sedangkan Jane mungkin saja sedang memberi ‘pelajaran’ pada Eun Sun atau justru sedang membujuk Mr Cho, entahlah… Hye Mi sedang tak ingin memikirkannya. Yang Hye Mi tahu, ia harus segera meninggalkan dorm ini karena mulai sekarang ia bukan lagi seorang trainee.
            Ketika Hye Mi memasuki kamar, entah kenapa ia baru menyadari kamar ini terasa begitu hangat. Menyimpan banyak sekali kenangan yang sempat terekam selama 6 bulan lamanya.
            Hye Mi mulai memandangi satu persatu barang yang ada disana. Banyak sekali boneka milik Kumiko, alat make up milik Eun Sun serta beberapa CD milik Jane. Mungkin dulu Hye Mi hanya mampu mengabaikannya, namun sekarang Hye Mi tahu betapa tidak ingin ia meninggalkan semua barang itu disana.
            Sampai ekor mata Hye Mi menemukan sebuah buku berwarna krem dengan pita merah hati tergeletak diatas meja. Hye mi ingat betul buku ini pemberian Eun Sun, seseorang yang tak pernah Hye Mi duga bisa melakukan hal yang begitu kejam.
            Perlahan Hye Mi membuka lembar pertama, terpampang fotonya bersama Renata disana. Kemudian Hye Mi mulai membuka lembar berikutnya dimana ia mulai mempelajari huruf dan bahasa korea. Dalam lembar itu terpampang jelas sebuah nama yang ditulis menggunakan tinta biru.
            Jinyoung.
            Hye Mi jadi ingat buku ini dulu pernah dibawa namja itu, dan dia juga sempat menuliskan sebuah kalimat menggunakan huruf hangul. Kalimat itu belum sempat diartikan oleh Shinwoo saat mereka pertama kali bertemu. Tapi sekarang, tanpa Shinwoo pun Hye Mi tahu benar apa artinya.
            “I know you will get your victory…”
***
            Kurang dari 2 jam, pesta perayaan debut B1A4 selesai. Berulang kali Gongchan menebar pandangan ke sekitar ruangan, orang yang dicarinya tak juga muncul bahkan sampai acara ini selesai.
            “Hyung, apa kau tadi sempat melihat Hye Mi noona diatara trainee lain?” tanya Gongchan pada Shinwoo yang tampak melamun.
            “Ani. Aku juga tidak melihat Eun Sun, Kumiko dan Jane. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu?” Duga Shinwoo yang sedikit membuat Gongchan berfikir.
            “Maksud Hyung?”
            Shinwoo menggidikkan bahunya. “Sebaiknya kita cari tahu.”
            Mereka berdua kemudian bertanya ke beberapa trainee lain yang ada disana, namun tak ada satupun yang mengetahui keberdaan Hye Mi, sampai Shinwoo berinisiatif untuk bertanya pada Miss Young yang baru saja datang.
            “Kumiko masuk rumah sakit?” pekik Shinwoo dan Gongchan bersamaan saat pertamakali mendengar kalimat yang diucapkan Miss Young.
            “Tapi dia sakit apa Miss?”
            “Keracunan.” Jawab Miss Young yang sekali lagi membuat Gongchan dan Shinwoo terkejut. “Ketiga teman se dorm Kumiko diduga menjadi penyebabnya. Dan setelah mereka memberi keterangan, tuduhan jatuh pada Hye Mi.”
            Tentu saja kalimat yang diucapkan Miss Young diluar dugaan.
            “Ini tidak mungkin! Hye Mi noona tak mungkin melakukannya!”
            “Lalu apa Hye Mi akan dijatuhi hukuman?” tanya Shinwoo cepat.
            “Aku dan Jane baru saja mencoba membujuk Mr Cho, tapi Mr Cho tak ingin merubah keputusannya. Lagipula Hye Mi sudah menandatangani surat itu. Dia dikeluarkan.”
            “Hye Mi dikeluarkan?” suara itu bukan berasal dari Gongchan maupun Shinwoo. Melainkan dari Jinyoung yang ternyata mendengarkan pembicaraan mereka sejak tadi.
            Tanpa berfikir panjang, Jinyoung langsung berlari ke tempat yang mungkin Hye Mi datangi. Diatas atap. Pikiran Jinyoung benar-benar kalut, takut kalau terjadi apa-apa dengan gadis itu. Ia pikir, Hye Mi pasti sangat sedih karena masalah ini.
            Dan benar, bisa Jinyoung lihat ada seorang yeoja tengah duduk disana sambil menangis. Tapi yeoja itu bukan Hye Mi seperti yang Jinyoung kira.
            “Eun Sun?”
            “Oppa…” ucap Eun Sun menghambur ke arah Jinyoung kemudian memeluknya dengan erat.
***
            Setelah membereskan barang bawaan seperlunya, Hye Mi mulai menarik tasnya menuju pintu depan. Namun belum sempat Hye Mi membuka pintu, Jane lebih dulu memasuki ruangan.
            “Kau mau kemana?” tanya Jane terkejut melihat Hye Mi membawa begitu banyak barang.
            “Aku…”
            “Kau tidak boleh pergi!” Jane langsung meraih tas Hye Mi, bermaksud mengembalikan tas itu ke dalam kamarnya.
            “Jane.. jangan.” Cegah Hye Mi. “Kumohon, aku harus pergi Jane!”
            Jane berhenti lalu menatap Hye Mi dalam-dalam. “Apakah hanya sampai disini? Apakah hanya ini perjuanganmu?” ucap Jane dengan nada meninggi. “Mana Hye Mi yang kukenal?”
            Hye mi tak sanggup menjawab. “Aku…”
            PLAK! Sebuah tamparan dengan cepat mendarat dipipi Hye Mi.
            “Sadarlah Hye Mi, sadarlah!” ucapnya menggoncangkan tubuh Hye Mi. “Sudah begitu banyak pengorbanan yang kau berikan. Apakah kau akan membiarkan semuanya berakhir seperti ini?”
            “Jane…” suara Hye Mi terdengar bergetar saat Jane meluapkan emosinya. Bahkan bisa Hye Mi lihat kedua mata Jane mulai berkaca-kaca.
            “Aku tidak akan membiarkannya Hye Mi! Tidak akan!”
            Kali ini kedua mata Hye Mi mulai memanas, “Jane… Sudahlah…”
            Jane diam, sejenak menatap Hye Mi dengan nafasnya yang terengah, tapi kemudian kedua tangan yeoja itu melingkar di bahu Hye Mi.
            “Sudah cukup aku hampir merenggut mimpimu satu kali.” Ucapnya terisak. “Tapi bagaimana bisa aku membiarkan saat mimpimu telah terenggut untuk kedua kalinya?”
            “Jane… naneun... gwenchana....”
            Jane justru menggeleng sambil mengeratkan pelukan itu. “Mianhaeyo Hye Mi. Jeongmal mianhe…” setelah sekian lama ingin mengucapkan kalimat itu, akhirnya Jane menyampaikannya sekarang juga. “Aku tahu aku tak pantas mengucapkannya. Aku terlalu jahat untuk menjadi temanmu Hye Mi…”
            Kalimat itu terhenti. Hye Mi tahu Jane sudah sekuat tenaga untuk mengucapkannya. Dan bahkan Hye Mi tak menyangka Jane mampu memeluknya, menangis karenanya, dan berani meminta maaf. Sama sekali tidak seperti sosok Jane yang selalu dingin, yang pernah dengan sengaja mencelakai Hye Mi…
            “Gwenchana.” Ucap Hye Mi kemudian membalas pelukan Jane. “Aku sangat berterimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku selama ini Jane. Aku tahu aku tak sanggup membalasnya.”
            Air mata Hye Mi kembali mengalir. Sejak dulu Hye Mi mengetahuinya, bahwa Jane adalah seseorang yang jauh berbeda dari apa yang orang-orang pikirkan terhadapnya.
            Kemudian Jane melepaskan pelukan itu. “Lalu sekarang kau mau kemana?”
            “Aku…”
            “Jangan bilang kalau kau ingin kembali ke Indonesia?” Jane kembali meraih tas Hye Mi.
            “Jane kumohon hentikan. Aku harus pergi sekarang juga. Aku tak mungkin berada disini lebih lama lagi.”
            Jane mengatur nafasnya sambil memandang Hye Mi, kemudian ia berlari kedalam kamar. Saat Jane keluar, ia tampak membawa sebuah surat, kartu nama serta sebuah amplop yang cukup tebal.
            “Bawalah.” Ucap Jane memberikan semua barang itu. “Ini adalah kartu nama sebuah café milik keluargaku yang kini sedang dikelola oleh paman dan bibiku. Sekitar 45 menit jika menaiki bus dari sini. Setelah sampai disana, berikan surat ini, maka mereka akan mengantarkanmu ke rumah nenekku. Katakan kalau kau adalah teman Janny Lee dari Indonesia.” Papar Jane. “Dan satu lagi, jangan buka amplop ini sebelum kau sampai diatas bus. Gunakan sebaik mungkin dan jangan pernah memiliki niat untuk mengembalikannya. Jika kau melakukan itu, maka aku akan membencimu.”
            “Tapi Jane?”
            Jane menghela nafas kemudian menaruh kedua tangannya di bahu Hye Mi. “Kau belum siap bukan jika harus kembali ke Indonesia sekarang juga dan mengatakan kalau kau gagal pada teman-teman dan keluargamu?”
            Hye Mi diam.
            “Kau harus memikirkannya matang-matang Hye Mi. Atas langkah apa yang akan kau ambil setelah ini.” Ucap Jane lagi. “Kalau keadaan Kumiko sudah membaik, aku akan menghubungimu. Kau bisa menjenguknya kapan saja.”
            Hye Mi menatap barang yang ada ditangannya kemudian beralih menatap Jane. Matanya kembali basah.
            “Gomawoyo Jane.”
            Jane mengangguk kemudian memeluk Hye Mi sejenak. “Sekarang aku bisa sedikit tenang. Semoga kau menemukan jalan lain yang lebih cerah diluar sana, Hye Mi.”
            Dan Hye Mi benar-benar pergi meninggalkan dormnya. Tapi tepat ia sampai di halaman depan, dua namja sudah menantinya disana.
            “Noona~”
            “Channie? Oppa?”
            Gongchan langsung berlari mendatangi Hye Mi. “Noona mau pergi?” tanyanya melihat tas yang Hye Mi bawa.
            Hye Mi mengangguk.
            “Tapi apakah keputusan ini sudah tak bisa berubah?” tanya Shinwoo masih tak percaya.
            Kali ini Hye Mi menggeleng. “Meski aku tak bisa menerimanya, tapi tak ada yang sanggup kulakukan Oppa.”
            “Noona~~” Gongchan langsung memeluk Hye Mi.
            “Gwenchana Channie. Selamat atas debutmu hari ini.” Ucap Hye Mi kemudian melepas pelukannya.
            “Apa kau akan kembali ke Indonesia?”
            “Aniyo Oppa. Aku akan tetap disini. Disuatu tempat untuk berfikir apa yang akan aku lakukan setelah ini.”
            Shinwoo ingin bertanya lebih lanjut, tapi ia tahu Hye Mi tak ingin diganggu siapapun ditempat itu.
            “Jaga dirimu baik-baik Hye Mi. Kalau ada yang kau butuhkan, kau bisa menghubungiku.”
            Hye Mi mengangguk. “Aku pergi dulu. Kuharap kalian sukses nantinya. Aku tahu kalian pasti akan sukses.” Ucapnya tersenyum. “Annyeong~” pamit Hye Mi kemudian berjalan menuju halte. Ada tempat yang ingin Hye Mi kunjungi sekarang sebelum ia pergi kerumah halmoni Jane. Yaitu rumah sakit.
            Suasana rumah sakit tak berubah sejak terakhir kali Hye Mi meninggalkannya. Tampak ramai sekaligus sepi. Tak ada yang saling memperhatikan satu sama lain, semua orang tampak sibuk lalu lalang.
            Langkah Hye Mi berhenti tepat didepan pintu kamar Kumiko, dengan ragu jemarinya meraih gagang pintu kemudian memutarnya. Ketika Hye Mi masuk, bisa ia lihat tubuh kecil Kumiko tampak lemah terbaring di tempat tidur dengan selang infuse tertancap di punggung tangannya.
            “Kumiko…” panggil Hye Mi lirih.
            Perlahan digenggamnya jemari Kumiko yang kururs. Tak berdaya, membuat Hye Mi tak sanggup menahan air matanya.
            Jika saja semuanya berjalan sesuai dengan yang Eun Sun rencanakan, mungkin Hye Mi lah yang akan ada diposisi Kumiko sekarang. Namun kenyataannya bukan hanya Hye Mi, tapi Kumiko juga harus merasakan imbasnya.
            “Mianhaeyo saengie.” Hye Mi mulai mengusap kepala Kumiko. “Eonni harap kau cepat pulih karena eonni tak bisa selalu menemanimu disini…”
            Saat itu juga tiba-tiba pintu kamar Kumiko terbuka, seorang namja berwajah panik muncul dari baliknya.
            “Noona?”
            Hye Mi tersentak. “Baro?”
            “Apa yang noona lakukan disini?” Baro sempat terkejut melihat keadaan Kumiko, namun pandangannya kembali mengarah pada Hye Mi. “Bukankah noona yang membuat Kumiko menjadi seperti ini?”
            Hye Mi terkesiap mendengar pertanyaan itu.
            “Hye Mi?”
            Mereka berdua langsung melihat ke arah orang ketiga yang berdiri di ambang pintu.
            Dia Jinyoung.
            “Katakan noona, kenapa kau tega membuat Kumiko menjadi seperti ini?”
            Pertanyaan Baro membuat Hye Mi terdiam sekaligus Jinyoung terkejut. Hye Mi tahu tentu saja Baro akan marah jika Kumiko harus celaka karena perbuatan yang dituduhkan pada dirinya.
            “Sungguh, aku tak pernah berniat untuk membuat Kumiko menjadi seperti ini Baro.” Ucap Hye Mi serius. Tapi ia tahu jawaban itu bahkan tak bisa menjelaskan apapun. “Aku benar-benar minta maaf, dan kuharap kau percaya atas apa yang kukatakan.” Ucapnya lalu bangkit kemudian pergi tanpa pamit.
            “Hye Mi tunggu!” panggilan itu Hye Mi abaikan. Ia justru dengan cepat berlari keluar ruangan. Meski Jinyoung telah mencoba mengejarnya namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu lift yang lebih cepat tertutup.
            “Sial!”
            Jinyoung memilih untuk melewati anak tangga. Ia telah berusaha berlari secepat mungkin, tapi namja itu masih tak sanggup mengejar Hye Mi yang kini mulai memasuki bus dari halte depan rumah sakit.
            “Hye Mi!” Jinyoung berlari menyamakan langkahnya dengan bus itu sambil menepuk bawah jendela, namun Hye Mi mengabaikannya.
            “Tunggu Hye Mi!!” Jinyoung berteriak sekali lagi. Dan sekali lagi pula air mata Hye Mi mengalir. Hatinya terasa begitu sakit saat harus mengabaikan Jinyoung seperti ini. Ingin sekali rasanya meminta supir memberhentikan bus ini kemudian turun dan memeluk Jinyoung erat-erat sebelum ia benar-benar pergi. Tapi Hye Mi tak sanggup melakukannya. Masih saja menangis diantara tempat duduk penumpang sementara bus berjalan semakin cepat dan Jinyoung telah sampai pada batas kemampuannya.
            “Mianhe Jinyoung, aku harus pergi sekarang juga.” Ucap Hye Mi dalam hati.

            (Backsound: Only One)
Ulgo sipeul ttae ureoyo seulpeumdeureul aesseo chamji marayo
(Cry when you want to cry. Don’t purposely hold in your sadness)
Geudaega dasi useul su itge naega anajulgeyo
(I’ll embrace you so that you can smile again)
            Sekarang semuanya sudah berakhir. Mimpi, harapan dan perjuangan yang telah susah payah Hye Mi bangun harus berhenti sampai disini. Semua usaha yang selama ini Hye Mi jalani dengan penuh kerja keras sama sekali tak ada artinya. Kosong.
            Hye Mi tak sanggup jika harus membayangkan seberapa berat dia melangkah. Hampir saja ia kehilangan mimpi itu ketika Jane dengan sengaja mencelakainya. Tapi Hye Mi tetap gigih berjalan, karena ia tahu ia masih memiliki harapan. Tapi sekarang, harapan dan mimpi itupun telah hilang.
Hye Mi merasa bersalah. Ia marah dengan keadaan. Ingin rasanya berteriak pada semua orang betapa putus asa dia sekarang, tapi Hye Mi tahu ia hanya bisa diam.

I pray no tears in your dreams
I know you’ll fly high in your life
i sesangeun jageun nuneuro tto geudael boryeogo hajiman
(Although this world tries to look at you with a small view)
boran deusi dangdanghage malhal su isseo You‘re the only one
(I can confidently say you’re the only one)

Dalam kesunyian Hye Mi duduk diatas kursi tepian sungai Han. Pikirannya jauh menerawang langit. Dengan tatapan yang mengabur, Hye Mi menatap bintang-bintang yang tampak begitu jelas tergantung diatas langit.
Sangat Indah. Tapi justru membuat hati Hye Mi semakin sakit. Ia jadi teringat akan keluarga dan temannya di Indonesia, betapa besar harapan yang mereka titipkan pada Hye Mi. Tapi sekarang telah hancur, dan Hye Mi tak tahu bagaimana cara memperbaikinya.
Hye Mi benar-benar putus asa.

Jogangnan kkumeul chajayo an doendaneun mareun haji marayo
(Find your broken dreams again. Don’t say that you can’t)
geu kkumeul dasi irul su itge naega dowajulgeyo
(I will help you to make that dream come true)

“Aku tahu kau pasti akan ketempat ini.”ucap seseorang dengan nafas berat.
“Kau?”
Jinyoung tersenyum kemudian duduk disamping Hye Mi. “Kau pasti sedang tak ingin bertemu denganku bukan? Tapi jika itu karena masalah diantara kita, kau tak perlu memikirkannya Hye Mi. Karena aku sudah melupakan semuanya.”
Hye Mi diam. Jinyoung pun tak langsung melanjutkan kata-katanya.
“Aku tahu saat ini adalah saat yang sangat berat bagimu. Aku percaya apa yang kau katakan Hye Mi. Kau bisa menceritakan apapun padaku, atau bahkan menangis sejadi-jadinya seperti dulu.”
Hye Mi menoleh membalas tatapan Jinyoung, terpancar keteduhan melalui kedua mata namja itu. Tapi kemudian mata Hye Mi justru memanas, air kembali tergenang memenuhi sudut bola matanya.
“Semuanya telah berakhir Jinyoung.” Ucap Hye Mi bergetar. “Mimpiku telah hancur…” Hye Mi sudah tak sanggup menahan sesak yang meradang dalam dadanya. Akhirnya gadis itu benar-benar menangis sekali lagi.

Uh jikyeojulge nunmul heullineun geudae gyeoteseo
(Uh I’ll protect you and stay by your side as tears flow)
amu geokjeong malgo swieo ijen nae pumeseo
(Just rest without any worries in my embrace)

Kemudian Jinyoung meraih kepala Hye Mi, menyandarkan dalam dadanya, dan memeluk gadis itu dari samping. Membiarkan Hye Mi puas menangis, melepas semua perasaan sedih, kecewa dan emosi yang melanda yeoja itu sekarang. Karena Jinyoung tahu hanya ini yang sanggup ia lakukan.
“Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini Hye Mi?” tanya Jinyoung pelan saat yeoja itu mulai tenang.
Hye Mi kembali menegakan posisi duduknya sambil menghapus air mata yang telah berhenti mengalir. “Untuk sementara aku akan tinggal disuatu tempat.” Pandangannya beralih pada Jinyoung. “Aku butuh waktu untuk berfikir.”
Jinyoung mengangguk. “Aku tahu pasti semua ada jalan keluarnya.”
Ucapan itu membuat Hye Mi terdiam sejenak memandang langit. “Semoga demikian.” Kemudian yeoja itu bangkit. “Sepertinya aku harus pergi sekarang juga. Malam sudah semakin larut.”
Jinyoungpun turut bangkit sambil meraih tas Hye Mi. “Biar kucarikan taksi. Aku ingin memastikan kau selamat sampai tujuan.”
Dan merekapun berjalan melintasi trotoar. Begitu ada taksi yang lewat, Jinyoung langsung menghentikannya.
“Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi.” ucap Jinyoung. “Tapi sampai kapanpun itu, aku akan tetap menunggu kabar gembira darimu.”
Hye Mi mengangguk kemudian membuka pintu taksi. Tapi dalam beberapa saat ia terdiam, dan menatap Jinyoung sekali lagi.
Entah dorongan apa yang mempengaruhi Hye Mi saat itu, tiba-tiba ia berbalik dan melingkarkan tangannya di tubuh Jinyoung. Spontan membuat Jinyoung terkejut.
“Saranghae…”
Jinyoung terperanjat mendengar kalimat itu. Seakan tak percaya Hye Mi sendiri yang mengatakannya. Tapi kemudian Jinyoung membalas pelukan Hye Mi, dia tersenyum.
“Nado saranghae. Jaga dirimu baik-baik Hye Mi. Aku tahu kau sanggup melewati semua ini.”
Dan tak lama setelah itu Hye Mi meluncur bersama taksi yang ditumpanginya. Meninggalkan Jinyoung yang masih berdiri ditempat yang sama… Meninggalkan semua harapan serta mimpi yang dulu pernah menjadi bagian dari kehidupannya…
I pray no tears in your dreams…
I know you’ll fly high in your life…
-To Be Continue-
Ouch, Hye Mi beneran dikeluarin ternyata, hiks hiks. utung ada jane u.u *peluk Jane.
sebelum move ke part B jangan lupa tinggalin jejak ya. hihihi. 

3 comments:

  1. kerennnnn eon,,,, pokoknya icha eonni yang paling top lah....:)

    ReplyDelete
  2. wawawawaaa aku kelewatan part ini langsung ke part 19 b aaaa babo !! tapi ini kereeennn eon !! mengharu biruuu~

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...