Saturday 22 October 2011

FF B1A4 : Victory [Part 17]


Wuanyeonggg~
Setelah minggu kemarin sempat diusik (?) sama FF Two Shootnya akang Minong (?) .sekarang saatnya kembali kita saksikan lanjutan FF Victory yang udah nyampe di part 17. HOHOHO
Bagi yang lupa ama part sebelumnya, ini dia cuplikan ceritanya. Cekidottt..
·    “Eun Sun?” ucap Hye Mi kemudian reflek melepaskan genggaman tangan Jinyoung darinya.
·    “Eum, mungkin ini terdengar sedikit childish, tapi bisakah kau berjanji untuk tidak merebut Jinyoung Oppa dariku unnie?”
·    Hye Mi langsung mengambil tisu kemudian membersihkan makanan itu dari mulut Gongchan, seketika membuat Gongchan terdiam.
·    Hye Mi tak tahu pasti, yang jelas dia merasakan adanya perubahan disana. Mungkin ini karena Jinyoung cs yang terlampau sibuk dan jarang sekali terlihat di sekitar tempat trainingnya.
·    “B1..A…4.” ucap Hye Mi membaca salah satu kata yang ada dalam kertas itu. “Apa grup kalian bernama B1A4?”
·    “Kuharap kau mendengarkannya baik-baik karena aku hanya akan mengucapkannya sekali saja…” ucap Jane dingin, membuat Hye Mi mampu menerka ini hal yang serius. “Gongchan menyukaimu. Dan aku ingin kau tidak mengecewakannya.”

Naahh, itu dia cuplikan adegannya. Udah lumayan inget kan? Hohoho. Langsung aja yaaaa, happy reading.


Tittle                    : Victory [Part 17]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance.
Rating                 : T
Cast                      : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length                : Chaptered
Desclaimer        : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

                “BA!” coba Gongchan membuat Hye Mi terkejut. “Noona~~!”
                Hye Mi justru tertawa melihat ekspresi Gongchan. “Ada apa Channie?”
                “Hehehe. Ayo ikut aku.” Ucap namja itu tersenyum garing. “Yang lain juga sudah menunggumu noona.”
                “Menungguku?”
                Gongchan mengangguk. “Kajja!” lanjutnya langsung mengapit lengan Hye Mi kemudian mengajak yeoja itu menuju kantin.
                Dari bibir pintu Hye Mi bisa melihat Jinyoung cs beserta Kumiko dan Eun Sun sudah berkumpul di beberapa meja yang sengaja mereka satukan hingga menjadi sebuah meja yang cukup panjang.
                “Oh, noona sudah datang rupanya?” ucap Sandeul menyambut kedatangan Hye Mi. Hye Mi hanya sedikit mengangguk.
                “Sebenarnya ada apa kalian mengajakku kemari?” tanya Hye Mi yang masih belum mengerti.
                “Eum, tidak ada apa-apa Unnie.” Kumiko mencoba menjelaskan. “Kami hanya merasa sudah lama tidak berkumpul seperti ini. Sebentar lagi mereka akan debut, dan setelah mereka debut, pasti kita akan jarang bisa berkumpul seperti ini lagi.” lanjutnya sambil melihat ke arah anggota B1A4 yang duduk disampingnya.
                Gongchan mengangguk. “Setelah aku debut, kalian tidak akan melupakanku bukan?” tanyanya kepada 3 yeoja yang ada disana.
                “Ya~ seharusnya mereka yang berkata seperti itu huh? Kau ini~” ucap Baro menyenggol lengan Gongchan.
                Dan obrolan demi obrolan mulai tenggelam dalam hangat suasana disiang itu. Sesekali Sandeul dan Baro berkolaborasi mengeluarkan joke-joke yang membuat semua tertawa. Mereka tampak sangat menikmatinya sampai ada sesuatu yang menyita perhatian Hye Mi.
                “Oppa, bisa kau ambilkan tisu di seberang meja itu?”
                Jinyoung pun menuruti permintaan Eun Sun, dan bahkan namja itu juga membersihkan noda yang menempel disekitar bibir Eun Sun.
                Hye Mi pikir kejadian ini sama seperti saat dia dan Gongchan makan siang beberapa minggu lalu. Namun entah kenapa Hye Mi merasakan beberapa keganjilan muncul dihatinya sekarang. Ia memilih untuk tidak menghiraukannya. Tak ingin membuat hal ini mengganggu pikirannya.
                “Hye Mi, kau mau tambah lagi?” tawar Shinwoo ingin menuangkan jus ke dalam gelas Hye Mi.
                “Oh ani Oppa.”
                “Oppa, bolehkah sosis itu untukku?” rengek Eun Sun lagi.
                Jinyoungpun kembali tersenyum kemudian menusuk sosis itu dengan garpunya. “Ini…”
                “Haa~” eun Sun melebarkan mulutnya dan Jinyoung langsung menyuapkan sosis itu tanpa perlu Eun Sun minta lagi.
                “Mashitta.” Ucapnya sambil tersenyum. “Gomawo Oppa.”
                Jinyoung hanya menjawabnya dengan anggukan. Merasa ada yang memperhatikan, Jinyoung memutar bola matanya menangkap tatapan Hye Mi yang sejak tadi melihat ke arahnya, membuat Hye Mi seketika tersentak.
                “Prang!” saat itu juga terdengar suara pecahan gelas yang terjatuh.
                Hye Mi yang tanpa sengaja menjatuhkannya langsung bangkit, bermaksud mengambil pecahan gelas yang berserakan.
                “Chakkaman!” cegah Shinwoo lebih dulu. “Biar aku saja. Sebaiknya kau membersihkan bajumu yang terkena jus ini Hye Mi.”
                Hye Mi tak langsung menjawab, melirik ujung kaosnya yang ternyata memang sedikit basah karena jus itu sempat jatuh membasahi kaosnya kemudian ke lantai.
                “Oh ne~ Gomawo Oppa.” Ucap Hye Mi bergegas pergi dari sana, sedikit berlari menuju toilet terdekat.
                 Bukan karena ingin cepat-cepat membersihkan bajunya, namun Hye Mi tidak tahan jika harus lebih lama ditempat itu. Seperti ada sebuah tekanan yang mengantui perasaannya.
                Setelah kran air terbuka, Hye Mi justru membasahi wajahnya berkali-kali. Mencoba menghapus semua pikiran buruk yang membayanginya sekarang.
                ‘Kenapa kau jadi seperti ini?’ bantinnya menyesali diri sendiri. ‘Tak seharusnya kau memiliki perasaan seperti itu Hye Mi!’
                Hye Mi terpaku menatap wajah basahnya di cermin dengan sedih. “Hye Mi… Kau benar-benar… bodoh!”
***
                Training hari itu akhirnya usai. Meski telah larut, seperti biasanya Hye Mi tak langsung kembali ke dorm. Namun kali ini entah kenapa Hye Mi memutuskan untuk tidak latihan, ia justru berdiam diri di atas atap gedung WM Ent sambil melihat langit malam itu yang kebetulan mendung.
                Hye Mi memeluk lututnya. Tertegun. Ia tak tahu pasti apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Semuanya terasa campur aduk memenuhi otaknya.
                Tentang Jinyoung dan Eun Sun, atau Gongchan serta Jane yang tak sepenuhnya mampu Hye Mi mengerti. Semakin Hye Mi berusaha keras memikirkan masalah itu, semakin ia tak sanggup menemukan jawabannya.
                “Udara malam sangat dingin. Apa kau tidak merasa kedinginan?” tanya seseorang yang tiba-tiba menjulang disamping Hye Mi.
                Hye Mi tak menjawab, hanya menangkap tatapan Jinyoung yang mengarah padanya. Lantas Jinyoung tersenyum kemudian melepas jaketnya dan memakaikannya pada Hye Mi.
                “Oh tidak usah, Jinyoung. Nanti kau sakit.” Tolak Hye Mi.
                Jinyoung kembali memasangkan jaket yang sempat Hye Mi lepas itu. “Tidak pa-pa jika aku sakit. Tapi aku tak boleh membiarkan kau sakit.” Ucapnya lalu duduk setelah memastikan jaket itu melekat di punggung Hye Mi.
                “Biasanya kau latihan~” ucap Jinyoung memulai pembicaraan.
                “Aku ingin ketempat ini sebentar.” Jawab Hye Mi tanpa membalas tatapan Jinyoung, masih terpaku menatap langit hitam pekat yang diselimuti oleh awan.
                Jinyoung pun ikut memandang langit, sama seperti apa yang Hye Mi lakukan. “Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.”
                “He’em.”
                “Rasanya seperti baru kemarin aku menemukan seorang trainee baru yang menangis di hari pertama trainingnya.”
                Merasa sedang dibicarakan, Hye Mi langsung menoleh. “Ya~ apa kau sedang membicarakanku huh?”
                Jinyoung tertawa kecil melihat reaksi Hye Mi, “Saat itu aku tak pernah berfikir kita akan menjadi teman yang dekat.” Lanjutnya. “Tapi aku sudah menduga kau pasti akan menjadi trainee yang hebat.”
                “Kau yang hebat.” Seloroh Hye Mi cepat. “Sebentar lagi kau akan debut bersama B1A4. Dan bahkan kau terpilih menjadi leader grup. Tak ada yang lebih hebat darimu Jinyoung.”
                Ucapan Hye Mi kembali membuat Jinyoung tertawa. “Suatu saat nanti kau pasti juga akan sanggup meraih mimpimu Hye Mi. Bahkan mungkin akan melebihi aku. Aku percaya itu akan terjadi.” Ucapnya yakin, membuat Hye Mi terdiam merenungkan kalimat itu baik-baik.
Suasana yang muncul setelahnya terasa sangat sepi. Yang terdengar hanya sekelebat kata demi kata yang berputar dalam pikiran mereka masing-masing. Hening.
                “Sejujurnya aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.” Ucap Jinyoung lirih. “Dimana kau bisa jadi diri sendiri, bukan seperti sosok yang selalu menghindariku akhir-akhir ini.”
                Kerongkongan Hye Mi tercekat. Bingung harus menjawab apa.
                “Entahlah Hye Mi, aku merasa begitu jahat dimatamu. Aku tak tahu apa salahku. Dan aku tetap mampu menemukannya meski telah mencoba berfikir dimana letak kesalahanku.” Ucap Jinyoung menatap Hye Mi lurus-lurus.
                Sejurus kemudian baru Hye Mi sadar Jinyoung tengah menunggunya mengatakan sesuatu. Ketika Hye Mi membalas tatapan itu, ia sedikit takut. Tidak mungkin ia sanggup bicara karena memang tak ada yang harus ia bicarakan.
                Lama tak mendengar apapun, akhirnya Jinyoung mengalihkan pandangannya. Tertunduk. Ketara sekali namja itu sedang putus asa.
                “Mianhe…” ucap Hye Mi akhirnya. “Ini semua… sebenarnya… aku…” Hye Mi tak melanjutkan kalimat itu. Suaranya tiba-tiba tertahan oleh sesuatu yang kini mengganjal di dalam dadanya.
                “Gwenchana..” Jinyoung menggenggam tangan Hye Mi. “Kau sudah berulang kali meminta maaf Hye Mi, dan aku tak ingin mendengar kau mengatakannya sekali lagi.”
                Entah kenapa ucapan Jinyoung semakin membuat hati Hye Mi begitu sakit. Bagaimana bisa dia mengabaikan seseorang yang begitu baik seperti ini? Dan bahkan sekaligus menyakiti hatinya?
                “Sebenarnya aku sangat ingin mengungkapkan semuanya… tapi … aku…” kalimat itu terhenti ketika sebuah cairan bening mengalir melalui sudut mata Hye Mi. Ia sudah mencoba bertahan, tapi kini hanya tangis yang sanggup menjadi tempat peraduannya.
                “Kumohon jangan menangis lagi…” Jinyoung menyentuh pipi Hye Mi dengan kedua tangannya kemudian menghapus air mata yang sempat mengalir melewati pipi yeoja itu. “Aku tak sanggup jika harus melihatmu menangis Hye Mi…”
                Hye Mi menangkap tatapan Jinyoung yang lekat memandang ke arahnya. Masih terlihat begitu teduh, namun seketika membuat hatinya lebih terasa sakit karena harus menemukan ketulusan didalam tatapan itu.
                Mereka berdua sempat terdiam dalam posisi yang sama, merasakan gejolak yang mengusik pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Hye Mi sadar kedua tatapan Jinyoung perlahan mendekat hingga Hye Mi reflek menutup kedua matanya dan merasakan sebuah kehangatan menyentuh ujung bibirnya.
                Seperti ada sebuah aliran listrik yang menjalari tubuh Hye Mi hingga ia kaku tak bergerak. Bahkan Hye Mi bisa mendengar suara detak jantungnya begitu keras seakan memenuhi indera pendengarannya.
                Tak sanggup Hye Mi percaya hal ini benar-benar terjadi sekarang!
                Spontan Hye Mi mengalihkan pandangannya tepat ketika Jinyoung mengakhiri ciuman singkat itu, pikirannya masih kosong. Hanya sanggup percaya bahwa ini semua hanya mimpi.
                “Jinyoung mianhe, sepertinya aku… harus kembali latihan sekarang.” Ucap Hye Mi terbata.
                “Oh chakkaman!” cegah Jinyoung menggapai tangan Hye Mi yang mulai bangkit. “Aku tadi… itu… maaf…”
                “Gwenchana. Anggap kau tak pernah melakukannya.” Ucap Hye Mi kemudian lekas pergi sebelum ketidakwarasan ini menguasainya.
                Gadis itu berjalan lambat melintasi tangga menuju lantai 4. Sambil menuruni tangga, Hye Mi menyentuh bibirnya. Ia benar-benar terlihat seperti orang linglung sekarang.
                ‘Aigooo~ apa yang baru saja aku lakukan?’
                Tepat di koridor lantai 4, Hye Mi melihat ada seorang namja yang tampak berdiri lemas merapat ke dinding. Dia tertunduk, seperti tak sanggup menahan tubuhnya sendiri.
                “Genchanayo?” tanya Hye Mi mencoba melihat siapakah namja itu. “Channie?!” pekiknya terkejut.
                Gongchan tak menjawab. Justru menutupi wajah dengan sebelah tangannya.
                “Channie gwenchana?”
                “Pergi dariku noona!” Bentak Gongchan cepat menangkis tangan Hye Mi.
                “Tapi channie…”
                “Kubilang pergi sekarang juga!!”
                Kali ini Hye Mi terperanjat. Bukan karena mendengar bentakan keras itu, melainkan jelas-jelas ia bisa melihat Gongchan tengah menangis!
                “Ada apa Channie? Apa yang terjadi?” tanya Hye Mi mendadak khawatir.
                Gongchan lagi-lagi tak menjawab, ia justru berlari cepat meninggalkan Hye Mi yang diliputi tanda tanya.
                ‘Ini benar-benar aneh. Kenapa Gongchan menangis? Mengapa dia tak ingin melihatku?’
                Hye Mi sempat terdiam menatap koridor lantai 4 yang tengah kosong sampai Jinyoung muncul tepat di ujung tangga menuju atap.
                “AIGOO! Jangan-jangan…?!?”
                Hye Mi langsung melesat mengejar Gongchan saat itu juga sebelum Jinyoung sempat menemukannya. Pikiran Hye Mi kalut. Ia sangat takut dugannya benar-benar terjadi.
                “Tunggu Channie!”
                Pintu lift yang Gongchan tumpangi lebih dulu tertutup. Hye Mi langsung menaiki lift yang ada tepat disampingnya.
                ‘Apakah channie melihatnya? Apakah channie benar-benar melihat kejadian tadi?!?’
                Saat pintu lift terbuka, Gongchan sudah melesat keluar gedung menuju dorm. Hye Mi berusaha mengejarnya namun langkah Hye Mi terhenti tepat ketika pintu dorm B1A4 tertutup. Hye Mi tahu ia tak sanggup menemui namja itu sekarang.
                “Tolong bukakan pintunya Channie. Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu…” pinta Hye Mi didepan pintu, namun tak ada respon apapun dari dalam.
                “Channie… jebal…” pintanya sekali lagi. Tetap tak ada respon.
                “Mianhe jika kau tadi melihatnya… aku…” Hye Mi tak melanjutkan kata-katanya tepat ketika kelopak matanya mulai menebal menahan tangis.
                “Apapun yang kau lihat tadi, tidak seperti apa yang kau pikirkan. Sungguh…”
                Meski telah berusaha menjelaskan, namun Hye Mi tak mendengar sedikitpun jawaban dari sana. Hye Mi hanya tidak tahu bahwa Gongchan sedang meringkuk didepan pintu sambil memeluk lututnya. Terisak. Berharap kejadian tadi bukan kenyataan, namun ia tahu bola matanya sendiri yang telah menjawab kebenaran itu.
                “Kau tahu bukan bahwa aku masih menyayangimu Channie? Jadi bisakah kita berteman seperti dulu lagi?”
                Gongchan sempat menoleh ke arah pintu yang ada dibelakangnya. Tapi kemudian kembali tertunduk.
                “Kumohon pergilah noona.” Ucap Gongchan akhirnya.
                “Channie?! Kau…?”
                “Pergilah… Aku hanya ingin sendiri sekarang…”
                Hye Mi bisa merasakan betapa dalam kekecewaan yang melanda Gongchan saat ini. Ingin sekali menghancurkan pintu ini dan memeluk Gongchan yang ada dibaliknya. Tapi Hye Mi tak mampu berbuat apapun sekarang, yeoja itu tak memiliki pilihan lain selain menuruti apa yang Gongchan inginkan.
                “Gongchan?” tanya Shinwoo yang baru saja keluar dari kamarnya dan menemukan Gongchan tengah terduduk didepan pintu sambil menangis. “Gwenchana? Apa yang baru saja terjadi?”
***
                Alunan musik bertempo cepat terdengar keras memenuhi ruang koreo. Bersaing dengan derap langkah Hye Mi yang sesekali menghentakkan kakinya di lantai mengikuti irama. Di malam yang sama, pukul 12 malam lebih 20 menit, sudah lebih dari 3 jam Hye Mi berlatih koreo di tempat ini tanpa istirahat. Namun ia tak merasa lelah meski keringat sudah memenuhi setiap jengkal tubuhnya, dan sebagian membasahi kaosnya yang tipis.
                Setelah pulang dari dorm Gongchan tadi Hye Mi sempat melamun sejenak sampai akhirnya memutuskan berlatih koreo untuk melampiaskan perasaannya.
                Hye Mi merasa kecewa, sedih, menyesal sekaligus marah dengan dirinya sendiri. Seluruh emosi itu menguasainya. Membuat pikirannya kacau tidak menentu.
                Mulai dari satu lagu, beralih ke lagu yang lain hingga tracklist lagu Hye Mi habis dan kembali mengulang di lagu yang sama sebanyak tiga kali. Hye Mi tak peduli. Tangan dan kakinya terus bergerak kesana kemari tak beraturan. Hanya mengikuti tempo dan emosi yang sedang ia rasakan sekarang.
                Meski Hye Mi terengah hingga nafasnya habis, ia tidak berniat untuk menyudahi kegiatannya ini.
                Tapi tiba-tiba musik berhenti di tengah-tengah. Spontan Hye Mi menoleh dan ia menemukan Shinwoo yang ada disana.
                “Maaf jika aku mengganggu latihanmu. Tapi ini sudah sangat larut Hye Mi.” Ucap Shinwo sambil berjalan mendekat. “Kau harus berhenti sekarang atau latihan ini hanya akan sia-sia karena kau tidak bisa mengikuti training besok pagi.”
                Hye Mi tak membalas pandangan Shinwoo, sibuk tertunduk sambil menghela nafasnya yang naik turun. Shinwoo pun tak ingin bertanya lagi, hanya menatap lekat ke arah Hye Mi yang ada didepannya. Ketara sekali yeoja itu kelelahan, tapi emosi seakan melenyapkan rasa lelah itu.
                “Menangislah jika kau ingin meluapkan perasaanmu, jangan dengan cara seperti ini.”
                Tak ada jawaban. Hye Mi masih terdiam menarik nafas dalam berulang kali.
                “Aku akan pergi jika kau menginginkannya. Tapi kumohon berhentilah. Ini demi kebaikanmu sendiri Hye Mi.” Shinwoo sempat menatap Hye Mi dalam-dalam. Gadis itu masih terdiam. Akhirnya Shinwoo memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Hye Mi disana.
                Namun belum jauh Shinwoo melangkah, ia mendengar suara isak tangis yang sangat lirih. Tak salah lagi, akhirnya Hye Mi benar-benar meluapkan perasaannya dengan menangis.
                “Ini semua salahku… aku yang menyebabkan semua ini terjadi…” ucap Hye Mi terbata, entah kenapa dadanya terasa begitu sempit sekarang.
                Semua perasaan kesal terhadap dirinya sendiri kini merajai tubuh Hye Mi. Ia ingin berbuat sesuatu, tapi semua yang ia lakukan justru membuat keadaan semakin rumit. Hye Mi ingin berlari sejauh mungkin meninggalkan kepenatan ini, tapi kakinya seperti tak sanggup ia gerakkan sama sekali. Hye Mi juga ingin berteriak sekeras mungkin, namun kerongkongannya tercekat dan dadanya terasa sangat sakit.
                Walhasil lagi-lagi hanya menangis yang bisa Hye Mi lakukan sekarang.
                Perlahan Hye Mi merasakan ada dua tangan yang merengkuh bahunya dan memendamkan tubuhnya dalam dada yang begitu hangat. Tanpa suara, tanpa sepatah katapun, namun seperti ada sebuah energy yang mampu membuat Hye Mi tenang.
                Dan Hye Mi tahu hanya Shinwoo yang mampu melakukannya.
                Hye Mi tak lagi memiliki seseorang yang mampu ia percaya untuk membagi semua masalahnya, dan kini sosok itu telah datang tanpa harus ia minta.
                ‘Oppa… Gomapta…’ batin Hye Mi lirih dalam hatinya.
                “Ini.” Ucap Shinwoo menyerahkan sebotol air minum setelah Hye Mi berhenti menangis. “Apa sudah merasa lebih tenang sekarang?”
                Hye Mi mengangguk. “Ne. Gomawo Oppa.”
                Shinwoo hanya menjawabnya dengan sedikit senyuman, “Sepertinya aku harus pergi sekarang, karena kurasa ada orang lain yang ingin berbicara denganmu Hye Mi. Dia sudah menunggumu sejak tadi.” Ucap Shinwoo tenang lalu meninggalkan ruang koreo.
                Dan ucapan Shinwoo benar. Tak lama setelah namja itu pergi, ada orang lain yang memasuki ruang koreo dan berjalan mendekatinya.
                “Jane?”
                Yang dipanggil hanya diam kemudian berhenti tepat dua langkah didepan Hye Mi. Tanpa penjelasanpun Hye Mi sudah bisa menduga ini pasti ada kaitannya dengan Gongchan.
                “Jane aku bisa menjelaskannya.” Ucap Hye Mi lebih dulu. “Kejadian yang dilihat Gonghan tadi tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku hanya…”
                “Aku sedang tak ingin membicarakan masalah itu.” potong Jane cepat.
                “Ne?”
                “Ada hal lain yang lebih penting.”
                Alis Hye Mi berkerut. Menerka-nerka hal lain apa yang dimaksud Jane. Hye Mi takut kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan Gongchan sekarang.
                Tapi ternyata dugaan Hye Mi salah besar.
                “Eun Sun.” ucap Jane menyebutkan sebuah nama yang jauh dari pemikiran Hye Mi. “Berhati-hatilah. Karena Eun Sun bisa menjadi sosok yang sangat berbahaya.” Lanjutnya tampak begitu serius dan seketika membuat Hye Mi terperanjat.
                “Eun Sun?”
-To Be Continue-
               

                Hoowaaaahhhh, ada apa lagi ini? Jane malah pake bawa2 Eun Sun segala. Padahal yang jadi topic permasalahannya sekarang kan Channie (?)
                Kira-kira apa yang sebenernya dimaksud Jane tentang Eun Sun? Terus gimana ya hubungan YoungMi Couple setelah ini? (*nama couplenya usulan dari nimah ^^b), dan yang terakhir apa masalah rumit Hye Mi ini akan menemukan jalan keluar? Atau bakalan tambah bikin pusing? (*lebih tepatnya author yang pusing sendiri. Wkwkwk)
                Oiya, part ini jelek banget yak? Mianhamnida readers, gak tau kenapa minggu ini susaah banget rasanya nuangin sesuatu yang udah muncul di otak. Grrrr~ padahal banyak waktu luang. Tapi tetep aja gak kelar2. Untung jadinya tepat waktu. Hehehehe <<----- curcol :p
                Daan, gomawo yang udah mau RCL. Dari kemarin komennya pada panjang2. Author jadi sangat berterimakasihhhh!!! Jeongmal Gomawo readers semuaaa. Annyeongg~ *lempar pelawak yang ada di MV beautiful target (?).
               
               

3 comments:

  1. waduh kenapa nih si eun sun? wah hye mi harus sabar nih.. hehe
    btw eonn,ff nya panjang amat yah? haha.. tapi ngga papa, ceritanya bagus kok
    eonni fighting! *wink

    ReplyDelete
  2. eonnieekuu~~ aku mohon jane jadi baik gini.. terus eun sunnya berbahaya? dikira pisau eon berbahaya? --" mungkin sebentar lagi eun sun akan marah ya? tapi kan paling cuma diem2an doang kan? jangan sampe hye mi gak ada temen yaya.. gongchan ku nangis T_T TANGGUNG JAWAB LOH EONNIE! ._.v HWAITING EONNIE~ ^^

    ReplyDelete
  3. hahahaha
    *bingung mau jawab apa. Tunggu next part aja yaa~

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...