Friday 16 September 2011

FF B1A4 : Victory [Part 13]


annyeonggg~ ternyata eh ternyata aku ngga telat post kaaan? *kedip kedip mata
ngga tau kenapa langsung ting! ting! ting! ide di otak muncul seperti air yang mengalir.
kemaren juga sempet iseng bikin cover ff (*soalnya bosen ama cover yang lama). pas udah dibikin, ternyata jadinya jelek . wkwkwk. jangan pada diketawain ya kalo covernya jelek. soalnya (asli) ini bikinnya ngasal banget! Tapi kasian juga kalo ga dipamerin. puhahahaha~
langsung aja deh ya~, happy reading!



Tittle                : Victory [Part 13]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Friendship, Romance.
Rating             : T
Cast                 : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length             : Chaptered
Desclaimer      : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


            “Mwo?? Operasi plastik?” teriak Kumiko dan Eun Sun bersamaan.
            Hye Mi hanya mampu mengangguk pelan.
            Saat ini mereka bertiga tengah bersantai diatas tempat tidur Kumiko. Hye Mi bersandar pada dinding, Eun Sun memeluk bantal berbentuk hello kitty, kemudian Kumiko yang sebelumnya sempat tiduran di tempat tidur langsung bangkit begitu mendengar penjelasan Hye Mi tentang perintah-Mr Cho-untuk-oparasi-plastik. Sedangkan Jane (seperti biasa) selalu pulang larut malam. Entah karena untuk menghindari Hye Mi atau memang sedang rajin berlatih, Hye Mi tidak tahu.
            “Apa kau akan melakukannya, Eonnie?” Eun Sun masih terlihat penasaran.
            Hye Mi menggeleng.
            “Mendengar kata operasi plastik saja sudah membuatku merinding~” ucap Kumiko sambil sedikit menggetarkan tubuhnya dan menggosok lengannya karena ‘merinding’. Jika Kumiko yang ada di posisi Hye Mi sekarang, sudah jelas ia akan menolak. Karena Kumiko sendiri phobia dengan jarum suntik.
            Begitu pula dengan Eun Sun. Sudah sejak sebelum menjadi trainee, Eun Sun dikenal sebagai seorang ulzzang. Meski terkadang tidak bisa lepas dari make up, tanpa operasi plastic pun dia sudah terlihat begitu cantik.
            “Kupikir~ sebenarnya kau tidak perlu melakukan operasi plastik , Eonnie.” Ucap Kumiko lagi. “Eonnie sudah cantik.”
            Eun Sun mengangguk setuju. “Ne~ Eonnie punya mata yang indah, hidung yang mancung serta bibir yang tipis. Bahkan eonnie punya double eyelids yang tidak semua orang korea memilikinya” Ucap Eun Sun sambil menunjuk bagian wajah Hye Mi. “Kau hanya perlu mengubah warna kulitmu yang sedikit gelap, Eonni.”
            “Ne~” sahut Kumiko. “Eonnie juga punya tubuh yang tinggi. Dan bahkan jika diliat baik-baik, wajah eonnie itu lama-lama jadi mirip dengan wajah orang korea.”
            Eun Sun dan Hye Mi kompak melihat ke arah Kumiko sejenak lalu tertawa, padahal wajah mereka sebelumnya terlihat sangat serius.
Awalnya Eun Sun dan Hye Mi hanya diam sambil memandang Kumiko sesaat. Tapi kemudian…
“Wahahaha.” Tawa mereka lantas meledak. Padahal sebelumnya mereka terlihat begitu serius.
            “Apa karena aku tinggal di korea beberapa bulan, lalu kau pikir wajahku jadi mirip orang korea?” tanya Hye Mi terkekeh.
            “Kau ini aneh-aneh saja Kumiko.” Timpal Eun Sun. “Bukan begitu maksud ucapanku. Lagipula kau sudah lama tinggal disini tapi wajahmu masih saja terlihat seperti orang Jepang.” Lanjutnya yang langsung membuat Kumiko cemberut.
            “Aaaahh unniee!!” Kumiko merebut bantal yang sejak tadi di peluk Eun Sun lalu melemparnya ke arah Eun Sun. Sayangnya meleset. Membuat Kumiko semakin cemberut.
            “Kau sudah pulang Jane?”
            Pertanyaan Hye Mi barusan langsung membuat suasana berubah dingin. Jane yang baru datang tak menghiraukan pertanyaan Hye Mi, justru memilih untuk mandi. Hye Mi lantas terdiam. Sampai sekarang ia masih saja tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Jane darinya.
***
            Dengan sebelah tongkat, Hye Mi berjalan melintasi koridor yang tidak terlalu ramai. Sekarang waktunya kelas koreo, Hye Mi sengaja memanfaatkan waktu luang ini untuk menemui Mr Cho dan membicarakan tawaran Mr Cho tempo hari.
            Tentu saja jawabannya tidak. Hye Mi akan berusaha memegang teguh pendiriannya untuk menolak melakukan operasi plastik. Sudah ada beribu kalimat yang telah ia persiapkan kalau-kalau nanti Mr Cho sampai mengeluarkan Hye Mi karena keputusannya ini.
            Operasi plastik dan dikeluarkan dari agensi, Hye Mi tak ingin mendapatkan keduanya.
            “…Kumohon Mister mempertimbangkannya sekali lagi…”
            Jemari Hye Mi terhenti di gagang pintu ketika samar-samar mendengar pembicaraan seseorang di dalam ruangan Mr Cho.
            “Sebenarnya aku juga tak ingin membuang uang perusahaan hanya demi ini. Tapi aku tidak yakin Hye Mi berhasil tanpa operasi plastik.”
            DEG! Hye Mi terkejut namanya disebut-sebut. Suara berat itu, sudah pasti Hye Mi tahu Mr Cho yang memilikinya.
            “Tapi jika operasi plastik ini dilakukan, bukan hanya uang yang terbuang, tapi juga reputasi.” Ucap suara pertama dengan yakin. “Mungkin operasi plastik akan mampu diterima oleh sebagian warga korea. Tapi tidak dengan warga Indonesia. Saat ini saja, Korean wave sudah begitu banyak digemari oleh remaja Indonesia. Jika mereka tahu bahwa Hye Mi – seorang kpop idol yang notabene warga asli Indonesia – melakukan operasi plastic, aku tidak yakin mereka akan menerimanya. Karena operasi plastik dianggap sebagai sesuatu yang tabu di Indonesia.” Papar orang itu panjang lebar.
            Suara Mr Cho tak lantas terdengar. Sepertinya Mr Cho sedang memikirkan apa yang baru saja orang itu katakan.
            “Kalau Mister tidak yakin, beri Hye Mi waktu beberapa bulan.” Dia terdiam sejenak. “Biarkan Hye Mi melakukan perawatan tubuh dan wajah untuk memperlihatkan pesona terbaiknya. Lagipula Hye Mi masih memiliki waktu ‘luang’ bukan?”
            Hanya terdengar desahan nafas Mr Cho sebelum ia berbicara, “Baiklah. Kurasa ucapanmu ada benarnya juga.” Kali ini suara Mr Cho lebih terdengar santai. “Entah kenapa, baik kau dan Hye Mi memiliki kata-kata yang selalu membuatku percaya. Seakan aku tidak dipersilakan untuk menolak.”
            Lawan bicara Mr Cho itu langsung tertawa.
            Dibalik pintu, Hye Mi membekap mulutnya rapat-rapat saking senangnya. Ingin sekali Hye Mi berteriak, tapi ia tahu ia sedang ‘bersembunyi’ sekarang.
            Ada satu hal yang membuat Hye Mi lebih merasa senang. Bukan hanya karena gagal operasi plastik. Melainkan sebuah pembuktian. Hari ini Hye Mi baru saja membuktikan bahwa dugaannya selama ini tidak salah.
            Pintu ruang Mr Cho terbuka. Seseorang yang baru saja membela Hye Mi keluar dari sana kemudian berjalan pelan menuju lift ke lantai atas.
            “Jane!” panggil Hye Mi yang berdiri di belokan.
            Panggilan itu Jane abaikan.
            “Jane aku sudah mendengar semuanya.”
            Tubuh Jane mendadak kaku di tempat. Dia tak berani menoleh ke arah Hye Mi yang berjalan beberapa meter di belakangnya.
            “Tunggu Jane!” panggil Hye Mi saat Jane kembali melangkahkan kakinya. “Kau tahu bukan, bahkan sekarang aku tidak bisa menyamakan langkah kakimu. Jadi kumohon berhentilah disana.”
            Jane langsung menghentikan langkahnya sambil menunduk. Sementara Hye Mi mulai berjalan mendekat secepat yang ia bisa. Ketika tepat di belakang Jane, ingin rasanya Hye Mi memeluk Jane atau menepuk pundak sahabatnya itu. Tapi tangan Hye Mi terhenti di udara.
            “Aku…” kalimat Hye Mi terputus. Sudah lama ia menantikan saat-saat seperti ini. Namun ketika telah benar-benar ada sekarang, Hye Mi justru tidak tahu apa yang harus ia katakan.
            “Aku tahu sebenarnya kau orang yang baik Jane.” Ucap Hye Mi akhirnya. “Aku tahu kau selalu bersikap baik padaku. Hanya saja…” Hye Mi terdiam sejenak menghirup udara yang tiba-tiba terasa sempit dalam dadanya. “…kau tidak pernah menunjukkannya padaku. Dan aku justru berbuat sebaliknya padamu…” sesal Hye Mi kemudian.
            “…gamsahamnida Jane~ Jeongmal gamsahamnida…”
            Ting! Pintu lift terbuka. Jane langsung berjalan memasuki lift dan menutup pintunya. Tanpa suara. Tanpa bertukar pandang.
Hening.
Sedangkan Hye Mi masih berdiri memandangi pintu lift yang tertutup rapat. Kini Hye Mi tahu benar siapakah orang yang ada dibalik pintu itu. Seorang Janny Lee, yang tak akan pernah seorangpun tahu bahwa kebaikannya tak terkira.
***
            “Kumiko, ini bagus tidak?” tanya Eun Sun pada Kumiko sambil menunjukkan sebuah rajutan syal berbahan lembut berwarna abu-abu gelap saat mereka berdua tengah bersantai di ruang tivi dorm.
            “Eum syal itu…” hanya untuk menjawab pertanyaan sesederhana itu saja wajah Kumiko terlihat begitu serius. “Memangnya kenapa Eon? Apa kau ingin memberikannya padaku?”
            “Ya!” Eun Sun mengibaskan syal itu ke arah Kumiko, “Siapa bilang syal ini untukmu? Aku hanya bertanya ini bagus atau tidak.”
            “Syal itu bagus.” Jawab Hye Mi yang baru keluar dari kamarnya menuju dapur.
            “Jeongmalyo Eonnie?” wajah Eun Sun berubah cerah, “Ah~ berarti aku memang tidak salah pilih.” Lanjutnya sambil memandang ke arah syal yang ia rentangkan.
            “Kalau bukan untukku, lalu itu untuk siapa Eon?” tanya Kumiko cuek sambil memakan cemilan dari salam toples.
            “Sssttt, ini untuk Jinyoung Oppa...”
            Hye Mi yang sedang menuang air ke dalam gelas tiba-tiba berhenti. Bagaimanapun juga, dapur dan ruang tivi itu terletak di satu ruangan yang memanjang. Tak mungkin Hye Mi tidak mendengar kalimat itu.
            “…Jinyoung Oppa sangat mudah sekali jatuh sakit. Karena sebentar lagi musim dingin, aku ingin memberikan ini padanya…”
            Tak ada tanggapan. Hanya terdengar suara iklan di TV yang sedang Kumiko tonton.
            “…Dan Eonni, bisakah kau membantuku?” tanya Eun Sun yang membuat Hye Mi sedikit terkejut.
            “Ne?”
            “Bisakah kau menyerahkan ini pada Jinyoung Oppa besok? Entah kenapa aku malu jika harus menyerahkannya langsung.” Wajah Eun Sun tersipu saat mengatakannya. “Lagipula aku tidak percaya jika harus menitipkannya pada Kumiko.”
            Merasa terpanggil, Kumiko langsung melayangkan tatapannya pada Eun Sun. “Weekk!” dia menjulurkan lidahnya. Sedangkan Hye Mi sempat terdiam sejenak, sampai akhirnya ia mengangguk saat berjalan mendekat.
            Melihat jawaban itu Eun Sun kembali girang. “Wah gomawoyo Eonnie~”
            “Ne~ cheonmaneyo saengie.” Jawab Hye Mi mencoba tersenyum.
***
            Kotak berwarna merah hati dengan pita berwarna emas. Dibaliknya terdapat syal pemberian Eun Sun untuk Jinyoung.
            Berkali-kali Hye Mi mengamati kotak yang sedang dibawanya itu. Dia tak tahu kapan harus menyerahkannya. Lagipula sejak tadi pagi sampai makan siang tiba, Hye Mi sama sekali belum berpapasan dengan Jinyoung.
            “Channie!” panggil Hye Mi pada Gongchan yang tengah berjalan bersama Sandeul. “Apa kau melihat Jinyoung?”
            Gongchan mengerutkan dahinya kemudian melempar pandangan pada Sandeul seakan bertanya ‘Apa Hyung melihatnya?’
            “Sepertinya Jinyoung Hyung sedang bermain gitar diruang music.” Jawab Sandeul memahami arti pandangan Gongchan. “Tadi ia sempat berpamintan hendak kesana.”
            Hye Mi mengangguk pelan mendengar jawaban itu.
            “Waeyo noona? Apa mau kupanggilkan?” tawar Gongchan.
            “Oh tidak usah Channie. Aku bisa kesana sendiri. Gomawo~”
            Gongchan tersenyum lebar. “Ne noona.” Jawabnya dengan Sandeul bersamaan.
            Hye Mi langsung berjalan ke ruang music yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. Perlahan gadis itu mengetuk pintu begitu sampai.
            Tak ada respon dari dalam.
            Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Hye Mi memutuskan untuk masuk ke dalam. Disana Hye Mi tidak menemukan sosok Jinyoung yang sedang memainkan gitar. Jinyoung justru terlihat duduk dilantai, bersandar pada dinding, memejamkan mata sambil memangku gitar yang tidak ia mainkan. Hye Mi juga bisa melihat sebuah headset berwarna putih tertancap di telinganya.
            Wajah Jinyoung terlihat begitu lelah. Mungkin ia terlalu focus dengan hari-hari trainingnya sampai-sampai mengabaikan waktu untuk beristirahat.
            Hye Mi tak ingin mengganggu tidur namja itu. Akhirnya ia hanya meletakkan kotak pemberian Eun Sun disamping Jinyoung kemudian cepat-cepat pergi sebelum Jinyoung menyadarinya.
            Tapi belum sempat Hye Mi meraih gagang pintu, ada seseorang yang menahan tangannya.
            “Tunggu~” ucap Jinyoung pelan.
            Hye Mi sempat tertunduk lalu menoleh.
            “Apa kotak ini untukku?” tanya Jinyoung sambil menunjuk kotak yang sedang ia pegang.
            Hye Mi mengangguk tanpa membalas tatapan Jinyoung.
            “Gomawo~”
            “Itu dari Eun Sun.” ralat Hye Mi cepat.
            Jinyoung mengeryitkan dahinya menatap kotak itu lalu tersenyum, “Sampaikan ucapan terimakasihku padanya.”
            “Ne~” jawab Hye Mi singkat kemudian bermaksud kembali membuka pintu.
            “Apa kau sedang menghindariku?” ucap Jinyoung yang langsung membuat Hye Mi membeku.
            “Kenapa kau selalu menghindariku, Hye Mi?” tanya Jinyoung lagi.
            “Aku tidak pernah menghindarimu.” Hye Mi tak memberi penjelasan apapun. Ia tak tahu penjelasan apa yang seharusnya ia berikan.
            “Jika kau tidak menghindariku, kenapa kau masih saja tak mau menatapku?”
            Hye Mi menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab apa. Akhirnya yeoja itu berbalik badan kemudian mencoba menatap mata Jinyoung yang berdiri tepat didepannya sekarang.
            Dalam sepersekian detik saja tatapan Jinyoung yang teduh sudah berhasil membuat Hye Mi gusar. Apalagi saat melihat namja itu tersenyum, jantung Hye Mi seketika berdegup begitu cepat.
            “Maafkan aku karena telah mengira yang tidak-tidak.” ucap Jinyoung memulai pembicaraan. “Tapi semenjak terakhir kali kita berbicara diatap  waktu itu, entah kenapa aku selalu merasa kau berusaha menjauh. Mulai dari di rumah sakit sampai saat kita bertemu dilapangan basket kemarin.”
            Hye Mi menunduk seakan takut mendengar kebenaran yang kian terkuak. Sayangnya jawaban Jinyoung tak ada yang salah satupun. Hye Mi memang sedang menghindari namja itu. Alasannya tentu saja karena Eun Sun.
            “Kau kembali tak mau menatapku, Hye Mi.” Sindir Jinyoung lagi, membuat Hye Mi langsung menangkap tatapannya.
            “Bukankah kita teman?” Jinyoung tak langsung melanjutkan pertanyaan itu. Seperti menunggu reaksi Hye Mi, tapi Hye Mi masih diam.
            “Atau… kau tidak lagi menganggapku demikian?”
            “Tentu saja tidak Jinyoung-shi.” Jawab Hye Mi cepat.
            “Baiklah.” Jinyoung meletakkan kedua tangannya diatas bahu Hye Mi. “Jika kita masih berteman, kutunggu kau di halte depan dorm tepat jam 3 sore di hari pertama kita liburan musim dingin.”
            Mata Hye Mi membelalak. “Menungguku?”
***
            Entah kenapa waktu 2 minggu berjalan begitu cepat. Masa liburan untuk para trainee telah tiba. Mereka diberi kesempatan libur musim dingin 1 bulan penuh sebelum akhirnya masuk di awal tahun nanti.
            Kumiko memilih kembali ke negara asalnya Jepang. Eun Sun kembali ke Chungbook, Cheongju. Kemudian Jane berlibur ke rumah neneknya yang terletak di Daegu. Sedangkan Hye Mi memilih untuk tetap tinggal di dorm. Ia ingin mengikuti kelas tambahan yang tempo hari di janjikan Miss Hyun. Dengan begini, Hye Mi berharap ia sudah mampu mengejar ketinggalan selama masa pemulihan kemarin.
            Kaki Hye Mi kini telah membaik. Meski belum pulih sepenuhnya, Hye Mi merasa ia tidak boleh terlalu lama ‘bermanja-manja’ dengan kondisinya sendiri. Yeoja itu memilih untuk secepatnya kembali menari. Hye Mi pikir, ia hanya memerlukan sedikit kehati-hatian dalam melakukannya.
            Tak hanya latihan. Hye Mi juga tak melupakan serangkaian perawatan tubuh dan wajahnya demi menghindari operasi plastik. Ia masih ingat akan kesepakatan Jane dan Mr Cho waktu itu. Dan Hye Mi tahu ia tak boleh menyianyiakannya. Semasa training sebelum liburan ini, Hye Mi sudah rajin untuk pergi ke salon di waktu ‘luang’nya (saat kelas koreo) dan memakai bermacam-macam produk kosmetik yang telah sengaja dibelikan oleh Eun Sun, Kumiko dan… tentu saja Jane.
            Pukul 3 sore tepat.
            Hye Mi sibuk mondar mandir di kamar dormnya sambil melihat ke arah jam dinding. Ia masih ragu ingin menerima tawaran Jinyoung waktu itu atau tidak. Hari ini adalah hari pertama libur akhir tahun, dan itu artinya hari ini tepat dimana Jinyoung pernah berjanji untuk menunggu Hye Mi di halte depan dorm.
            Pukul 4 sore tepat.
            “Ah tidak! Tidak! Waktu itu Jinyoung pasti bercanda. Seperti trainee lainnya, hari ini Jinyoung pasti lebih memilih untuk kembali ke rumah. Dia tidak mungkin menungguku.” Ucap Hye Mi mencoba meyakinkan hatinya.
            Sebenarnya bukan tak percaya pada Jinyoung, tapi Hye Mi masih memikirkan Eun Sun. Ia takut kalau Eun Sun tahu tentang hal ini, yeoja itu pasti akan kecewa.
            ‘Tapi bukannya Eun Sun sedang tidak ada disini?’ batin Hye Mi, mulai bimbang.
            “Ani Hye Mi! Kau bukan tipe orang yang menusuk teman dari belakang!” Hye Mi menyanggah batinnya sendiri. Tapi lagi-lagi kebingungan melanda hatinya, ia juga tak ingin mengecewakan Jinyoung.
            “Ahhh~ Eotokhae!?!” teriak Hye Mi mengacak rambut panjangnya karena kesal.
            Ditempat lain, asap tipis mengepul ketika setiap kali nafas itu dilepaskan. Meski salju belum turun, namun udara diluar terasa begitu dingin.
            Jinyoung memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaketnya. Berkali-kali ia membuang nafas untuk menahan udara yang sangat dingin.
            Pukul 5 sore tepat.
            Jinyoung kembali melirik jam yang melingkar di tangannya, ia baru sadar telah menunggu selama 2 jam di halte depan dorm ini. Sudah berpuluh-puluh bus kota yang ia lewatkan. Tubuhnya pun hampir mati rasa karena membeku. Bahkan dadanya terasa sedikit sesak karena harus menghela udara dingin yang terasa begitu tipis.
            ‘Aku tahu kau akan datang, Hye Mi.’  Ucap Jinyoung dalam hati. ‘Kau pasti akan datang bukan?’
-To Be Continue-



            Kyaaaa~ Jinyoung sendirian di luaaarr!!! *brb marathon ke halte depan dorm Hye Mi. wuuuzzz~
            Whuee, Jinyoung kasian banget nungguin Hye Mi 2 jam lamanya TT___TT *lepasin jaket terus pakein ke punggung Jinyoung *ngga ngefek :p
            Itu si Jane ternyata baik juga. Syukur deh kalo udah mulai insap. *tumpengan.
            Oiya, maap sekali buat Gongchan-Sandeul yang Cuma numpang lewat a.k.a figuran. Wkwkwkwk ^^v soalnya dari kemaren2 baru nyadar mereka ngga pernah nongol. Terutama Sandeul. Puhahaha. *author: maap ye Ndul! *sandeul: iye gak papa mbakyu (?)
            Okelah sepertinya komentar author (yang gak penting ini) udah kelewat panjang (dan gak penting juga xP).
            Jadi, apa Hye Mi bakal dateng nemuin Jinyoung ato justru masih mengurung diri dikamarnya? Terus, kalo Hye Mi ngga dateng, apa pertemanan mereka bakal terancam nantinya? <--- harusnya author yang baik itu komennya cuma satu paragrap gini doang yah? Wekekekek ._.v
            Temukan jawabannya di VICTORY PART 14. Jangan lupa komen daaannn sampai ketemu di next paaarrtt *lambai-lambai tangan, balik badan, terus jalan sambil gandengan bareng CNU (?)

5 comments:

  1. alhamdulillah yahh jane ternyata bae., gini doing eon update nya cepet, besok lagi cepet juga yah update nya meheheee...

    ReplyDelete
  2. wah tambah bikin penasaran nih
    yg part 14 ditunggu secepatnya lohh
    penasaran ini..
    xd

    ReplyDelete
  3. haha iya.
    oke diusahain yaaa
    gomawo ^^

    ReplyDelete
  4. ninggalin jejak dulu akhirnya baca juga,,,
    lagi asik baca eh TBC
    part 14 cepat publish yah eonnie ^_^

    ReplyDelete
  5. oke saengiee. udah nongol part 14 nyaaa

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...