Saturday 25 December 2010

Funfiction : Forgotten (Jonghyun)

hahahahaAnnyeonggg!
hari sabtuu saatnya aku bagi2 FF (di page fb)
tapi sebelum aku share di page fb, aku pengen share dulu di blog akuu.

xixixi, senengnya ternyata FF ku ini banyak yang suka.
yaaa~ semoga semuanya ngga bosen yaa baca FF ku inii.


*notes yang selalu aku tulis dan harus dibaca
perlu diketahui juga kalaaauuuuuuu FANFICTION INI SUDAH PERNAH DITERBITKAN DI PAGE SHINEE (nama page disamarkan, yang pasti pembacanya udah banyak *lol) dan juga DITERBITKAN DI FB AKUU. Jadi jangan coba2 mengcopy atau menyadur.
*plak, siapaa juga yang mau ngopy FF jelek kaya gini. hehehe


Forgotten


Tittle                     : Forgotten
Cast                      : JongHyun (jjong), Park Yong Jin, Jung Ji Kyung.
Author                 : Ichaa Ichez Lockets
Genre                   : Tragedy, Romance.

                Angin semilir menghempas melewati permukaan aliran sungai dan deretan pohon, membuat udara sore itu semakin terasa dingin. Suasanapun terlihat sunyi ditengah langit yang semakin menggelap.
                Terlihat seorang namja tampan yang merenung tepat dipagar besi pembatas antara sungai dan daratan yang tertutup dengan beton. Namja bernama JongHyun itu tampak begitu asik melamun sampai seorang yeoja mengalihkan pandangannya.
                “Sedang apa dia disana?” batin Jjong tanpa suara. Dahinya berkerut melihat ada seorang yeoja tampak berdiri diatas pagar jembatan dan bermaksud ingin terjun.
                Jjong sempat panic dan melihat keadaan disekeliling, tak ada siapapun.
                Tanpa pikir panjang, jjong langsung berlari ke atas jembatan dan meraih lengan yeoja itu sebelum jatuh.
                “Kau? Apa yang kau lakukan? Kau ingin bunuh diri?” pekik Jjong to the point.
                Yeoja itu tidak menjawab, justru kembali beranjak mendekati pembatas jembatan. Ia ingin terjun kembali.
                “Hey!” Jjong menarik lengan yeoja itu dengan cepat. “Apa kau sudah gila?”
                “Lepaskan!” ucap yeoja itu akhirnya. Suaranya terdengar pelan dan parau, membuat jjong terdiam sesaat.
                Kini langit sudah benar-benar gelap, lampu disepanjang pinggir sungai sudah dinyalakan. Dari kejauhan terlihat dua orang tengah duduk terdiam diatas sebuah kursi pinggir sungai. Mereka adalah jjong dan (tentu saja) yeoja itu.
                Setelah mereka berdebat panjang, akhirnya yeoja itu tidak jadi nekat bunuh diri. Namun sampai sekarang masih saja ia menangis sesengukan sambil menunduk memandangi ujung sepatunya.
                “Kalau boleh tahu, siapa namamu?” tanya jjong sepelan mungkin. Dia sangat berhati-hati dan tidak ingin menyakiti hati yeoja itu.
                “Aku Park Hyo Jin.” Jawabnya. “Tidak seharusnya kau mencegahku. Aku sudah tidak pantas untuk hidup.” Lanjutnya.
                Jjong menghela nafas, “Sudah berkali-kali kubilang. Bunuh diri bukan jalan keluar.” Ucap Jjong dengan tenang. “Lagipula, kenapa kau ingin bunuh diri?” tanyanya kemudian.
                Hyo Jin tidak langsung menjawab, ia kembali menghapus air matanya kemudian menatap Jjong dengan lekat.
                “Sesudah ini, semua tidak aka nada gunanya. Karena satu-persatu akan hilang dari pikiranku dengan cepat.” Ucap Hyo Jin perlahan.
                Jjong mencerna jawaban itu beberapa saat. Tapi ia tidak sanggup memahaminya.
                “Kau tau apa yang paling berharga didunia ini Hyo Jin?”
                Hyo Jin tidak menjawab.
                “Itu adalah waktu. Karena kau tidak akan pernah bisa mengulang setiap detik yang terlewat. Jadi jangan pernah sia-siakan hidupmu seperti ini. Atau kau akan menyesal.”
                Hyo Jin mengalihkan pandangan dari Jjong lalu menerawang jauh. “Justru itu yang kutakutkan. Kau tidak akan mengerti.
***
                Jalan setapak di pinggiran trotoar terlihat penuh. Banyak orang berlalu lalang dan tampaknya sibuk dengan urusan masing-masing.
                Sama seperti sepasang manusia yang terlihat santai melintasi jalan itu sambil membawa es krim. Rasa coklat milik Jjong, sedangkan rasa strawberry milik Hyo Jin.
                “Bagaimana Hyo Jin? Rasanya enak bukan?”
                Hyo Jin mengangguk cepat. “Daritadi kita hanya berjalan disekitar  sini terus, bagaimana kalau ke tempat kita pertama kali bertemu, oppa?”
                “Ehmm,” jjong berfikir sejenak. “Boleh.”
                Sikap manis jjong rupanya dengan cepat merubah keinginan Hyo Jin untuk mengakhiri hidupnya beberapa waktu lalu. Kalimat yang pernah Jjong ucapkan juga mampu membuat Hyo Jin menghargai hidupnya, bahkan sangat menghargai hidupnya sekarang.
                “Hey Hyo Jin, kenapa daritadi kau memotret terus?” tanya jjong ketika mereka tiba ditempat tujuan.
                Hyo Jin tersenyum simpul lalu menoleh ke arah Jjong. “Aku harus mengambil semuanya sebelum menghilang.”
                “Mwo? Kau bisa kembali kesini kapanpun kau mau. Tempat ini tidak akan tutup Hyo Jin-ah.”
                Tawa Hyo Jin meledak. “Aku tahu.”  Hyo Jin berjalan mendekati Jjong lalu menempelkan pipinya di pipi Jjong. Dan klik! Kini wajah mereka terpampang jelas disebuah foto yang tercetak otomatis dari kamera Hyo Jin.
                “Ya! Kau kembali mengambil fotoku tanpa ijin.” Protes Jjong.
                Hyo Jin tersenyum lebar.
***
                Jam menunjukkan pukul 4 sore. Dengan cemas, Jjong menunggu ditepian sungai tempat mereka pertama kali bertemu.
                Berkali-kali jjong menebar pandang ke keadaan sekitar kalau-kalau Hyo Jin tiba dari arah yang berlawanan.
                Satu jam… dua jam…
                Matahari menghilang. Jjong mulai gelisah. Dia tidak bisa berbuat apapun untuk menghubungi Hyo Jin yang tidak kunjung datang. Jjong tidak memiliki nomor telepon Hyo Jin apalagi alamat rumahnya.
                Tiga jam… empat jam…
                Malam semakin larut. Tenaga Jjong sudah mulai habis. Udara membentuk seperti asap keluar dari hidungnya. Sesekali ia mengusap lengannya untuk menahan dingin. Badannya terasa membeku terduduk kaku di pinggir sungai malam-malam seperti ini.
                “Dia pasti datang, dia pasti akan datang sebentar lagi.” Ucap Jjong meyakinkan diri. Tapi kenyataannya, yeoja itu tidak pernah datang.
***
                “Oppa, cepatlah kesini. Pemandangan disini indah sekali. “ teriak seorang yeoja yang berlarian dipinggir sungai. Wajah yeoja itu terlihat sangat cerah dan tanpa beban.
                Jjong menoleh. Dia mengamati yeoja yang tampak sangat familiar itu. Berulang kali Jjong mengucek-ucek matanya, tapi yang ia lihat tetap sama. Itu Hyo Jin. Itu benar-benar Hyo Jin. Hyo Jin yang ia tunggu setiap sore ditempat ini. Itu benar-benar Hyo Jin yang berjanji akan datang dan kini ia telah menepati janjinya walau selang waktu 2 bulan terlewat.
                Perlahan Jjong melangkah mendekati yeoja itu dan mulai memanggil namanya. “Hyo Jin?”
                Hyo Jin menoleh. Begitu melihat Jjong, Hyo Jin mengerutkan dahi dan memiringkan kepalanya kekanan.
                “Dia siapa Oppa?”
                Nafas Jjong berhenti. Dadanya tiba-tiba terasa sakit. Bibir Jjong bergetar menatap Hyo Jin yang kini hanya berjarak setengah meter dan mendadak tidak mengenalinya.
Saat ini ingin sekali Jjong menggoyangkan tubuh Hyo Jin agar menyadari kehadirannya, namun kaki Jjong seperti terpaku ditanah. Ia hanya mampu mematung dihadapan seseorang yang selalu ia tunggu dan tiba-tiba menganggap dirinya sebagai orang asing.
                Disaat yang bersamaan, muncul seorang namja yang berjalan mendekati mereka berdua. Namja itulah yang Hyo Jin panggil “Oppa”. Dia pun terlihat sangat shock melihat kehadiran Jjong disana.
                “Hyo Jin, kau tidak mengenaliku?” tanya Jjong tidak yakin.
                Namja yang bersama Hyo Jin tadi memandang Jjong sebentar lalu akhirnya menarik lengan Jjong dan membawa Jjong menjauh.
                “Apa kau yang bernama JongHyun?”
                Jjong terkejut mendengar namja itu mengenalinya.
                “Kenalkan, aku Ji Kyung, kakak kandung Hyo Jin. Maaf jika semua ini membuatmu bingung. Tapi aku akan menjelaskannya.”
                Ji Kyung mulai mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalam tas nya. Semua foto itu adalah foto yang diambil Hyo Jin 2 bulan lalu.
                “Ini?”
                “Hyo Jin mengidap penyakit alzhaimer.”
                Deg! Jjong mengalihkan pandangan dari foto kea rah Ji Kyung. “Apa kau bilang?”
                “Penyakit itu menyerang otak kecil dan menghapus memori dengan cepat. Oleh karena itu Hyo Jin melupakanmu.”
                Lutut Jjong tiba-tiba melemas. Tubuhnya hampir jatuh. Otaknya berdenyut dan mulai terasa sakit menerima kenyataan ini.
                “Begitu mengetahui kalau Hyo Jin mengidap penyakit ini, dia sempat mencoba untuk bunuh diri. Tapi untung ada kau.” Lanjut Ji Kyung.
                “Jjong Oppa, cepat kemari. Aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu.”
                Jjong menoleh cepat kea rah Hyo Jin. Wajahnya terlihat cerah mengetahui Hyo Jin tidak melupakannya. Hyo Jin masih mngingat namanya!
                “Tunggu Hyo Jin. Sebentar lagi aku akan menghampirimu.” Sayangnya itu bukan suara Jjong. Melainkan suara Ji Kyung. Ji Kyung lah yang menyahut.
                Jjong terperanjat. “Kau?”
                “Maafkan aku Jjong. Tapi memori Hyo Jin sudah rusak sekarang.  Dia akan mengingat sesuatu secara acak. Semenjak mengenalmu dia banyak sekali menuliskan namamu dan menempelkan fotomu di dinding kamarnya. Sampai…”
                “Sampai apa?”
                “Sampai suatu ketika dia stress setiap kali melihat fotomu dan mulai melepaskannya satu persatu…” Ji Kyung diam sebentar. “Tapi tampaknya namamu di otaknya sangat kuat. Oleh karena itu, dia memanggilku dengan namamu. Akupun tak tahu, dia masih bisa mengingat namaku atau tidak.”
                Dada Jjong terasa lebih sesak. Ia merasakan matanya memanas setiap kali melihat Hyo Jin berlarian di tepi sungai dengan keadaan seperti ini. Jjong seperti melihat sosok Hyo Jin yang berbeda. Bukan lagi Hyo Jin yang tersenyum getir, namun sosok Hyo Jin yang ceria dan tidak memiliki beban seperti yang pernah Jjong temui.
                “JongHyun Oppa! Kenapa kau lama sekali?”
                Jjong dan Ji Kyung menoleh bersamaan. Kemudian Jjong menunduk menyadari kalau kini bukan lagi ia yang dipanggil.
                “Dia siapa Oppa?” tanya Hyo Jin sambil berjalan mendekat.
                Jjong menatap Hyo Jin iba. Mata Hyo Jin memancarkan ketulusan dan terlihat  sangat teduh. Semua itu justru membuat Jjong semakin tidak bisa menahan perasaannya. Ingin sekali rasanya memeluk Hyo Jin dan mengulang kembali yang pernah ada, tapi jjong tahu itu tidak mungkin terjadi.
Sekuat tenaga ia menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. “Kuharap kita bisa mulai dari awal lagi Hyo Jin.” Ucap Jjong disela tangisnya.




10 comments:

  1. kereeen , tapi sedih juga di lupain -_- . :)

    ReplyDelete
  2. baguz tpi sedih ..
    huhuhu :(

    ReplyDelete
  3. Baguuus :D tpi knp sih dilupain jjongku? aku g rela jjongku dilupain walau rasanya berat *plaak

    ReplyDelete
  4. Merinding aku bacanya ...
    dilupakan karena penyakit tp masih mengingat ttgnya huhuuhu sedih ..
    FF ya aku suka ini ..

    ReplyDelete
  5. wiii, kasian jjong dilupakan walau ga sepenuhnya sih, just nama saja walau itu panggilan bwt oppa kandungnya sendiri..beneran miris banget >.<

    ReplyDelete
  6. TaemintzBlingBling JiHye1 December 2012 at 15:08

    aq suka ini... ini bgus.. ^^

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...