Monday 21 November 2016

FF SHINee : Pixie Rain [Part 9]





Annyeonghaseo~
seperti janji saya, ff ini keluar ngga lama-lama(?). cuman emang lumayan pending gara2 kemaren sempet ribet mempersiapkan diri buat nonton konser wkwk alay(?). dan setelah nonton ternyata itupun masih belum bisa move on hikhiks
semoga masih pada inget eps sebelumnya yak!
selamat membaca!






Tittle                    : Pixie Rain [Part 9]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


“Bun… bunny??”
                Yunbi terperanjat, ia hampir tidak percaya sebutan kesayangan dari kakaknya itu ditujukan pada dirinya yang sekarang.
                Jangan-jangan… Tidak! Jongsuk tidak mungkin tahu siapa sebenarnya Yunbi sekarang!
                “Kau… Bunny-ku kan?”
                Yunbi tidak bisa berkata-kata. Ia berusaha sempat berdiri tapi kakinya masih sulit untuk bergerak.
                “Ap… apa yang terjadi?” Tanya Jongsuk tidak percaya.
                Akhirnya Yunbi jatuh terduduk, ia menutup wajah dengan kedua tangannya. “Aku juga tidak tahu kenapa bisa jadi seperti ini Oppa.” Ucapnya terisak. “Saat bangun tidur, tiba-tiba aku menjadi seperti sekarang.”
                Hening sejenak. Jongsuk hampir saja lupa menarik nafasnya. Hanya sanggup melihat ke arah Yunbi tak percaya.
                “Jadi memang benar kau adalah Yunbi?”
                Yunbi membuka kedua tangannya. Perlahan namja itu mengangguk.
                “Aigoo…” Jongsuk memeluk sambil mengusap ujung kepala Yunbi. “Apa karena aku sangat suka dengan komik fantasi huh, jadi aku mudah percaya dengan hal-hal semacam ini?”
                Yunbi cepat-cepat mengusap air matanya. “Bagaimana oppa tahu kalau ini aku?”
                Jongsuk justru tertawa. “Bagaimana aku tidak mengenali adik yang sudah 17 tahun tinggal bersamaku huh?” ia menunjuk ke jam tangan Yunbi. “Itu bukankah hadiah dariku waktu ulang tahunmu tahun lalu?”
                “Ah ini…”
                “Awalnya aku tidak curiga melihat name tag ‘Lee Yunbi’ di seragammu…”
                Astaga… Yunbi lupa melepasnya.
                “… karena kupikir didunia ini nama Yunbi tidak hanya kau kan?” Jongsuk kemudian menunjuk kaki Yunbi. “Tapi tidak mungkin ada seseorang bernama Yunbi yang juga memiliki tahi lalat di mata kaki sebelah kiri seperti milikmu. Belum lagi kebiasaanmu yang selalu menekan ujung jari saat sedang gugup. Aku sangat yakin itu adalah kau.”
                Yunbi hampir saja kembali menangis karena terharu.
                “Pasti sulit ya?” Tanya Jongsuk lagi. “Maaf karena tidak memberitahumu tentang rencana appa yang ingin memasukkanmu ke sekolah ini. Sepertinya tekad appa sudah bulat, jadi aku tidak berani menentangnya.”
                Yunbi menunduk, sedikit memajukan bibirnya.
                “Lalu bagaimana hari-harimu selama disini?”
                Yang ditanya tidak langsung menjawab. Justru sedikit menggerakan dagunya, seakan menunjuk ke arah seseorang yang terlihat sedang berlari dari kejauhan. “Dia yang selama ini menolongku.”
                Jongsuk tersenyum. “Kenapa lama sekali?” tanyanya pada Taemin yang baru saja datang. “Apakah UKS sekolahmu berada diluar negri?” canda namja itu kemudian meraih spray pengurang rasa sakit dari tangan Taemin dan menyemprotkannya di kaki Yunbi.
                “Itu…hh….hyung…. hhh… aku…” Taemin terengah. Dia lantas ambruk di pinggiran taman.
                “Temanmu lucu sekali.”
                Yunbi jadi ikut tertawa melihat tingkah Taemin. Meskipun bodoh, tapi namja itu selalu sanggup menolong Yunbi dengan caranya yang ajaib.
                “Selesai!”
                Sebuah ikatan banded dengan manis melingkar di kaki Yunbi. Bibir namja itu melengkung melihatnya.
                “Minta temanmu untuk membelikan obat, nanti aku akan mengirimkan resepnya lewat sms.” Ucap Jongsuk sambil berdiri. “Maaf tapi sepertinya aku harus kembali sekarang.”
                “Tapi oppa…”
                “Sebenarnya abeoji tidak tahu aku ke korea hari ini.” Jawab Jongsuk. “Ada beberapa urusan yang harus segera aku selesaikan. Aku berfikir untuk mampir kesini sebentar tapi yah… ternyata tempat ini lebih jauh dari yang kubayangkan.”
                Yunbi jadi tidak sanggup berkata apapun. Bagaimanapun juga kedatangan Oppanya hari ini sudah membuat ia sangat berterimakasih.
                “…Jaga dirimu baik-baik.” Pamit Jongsuk akhirnya. “Jika sesuatu terjadi jangan lupa untuk menghubungi Oppa.”
                Yunbi menjawabnya dengan anggukan.
                “Dan kau…” Jongsuk mengalihkan pandangannya pada Taemin. Taemin yang semula tiduran langsung bangkit. “Jaga Yunbi baik-baik. Jangan sampai dia dalam kesulitan, arraseo?”
                “N..ne… Hyung.”
                Melihat ekspresi Taemin, Jongsuk justru tertawa. “Lain kali aku berjanji akan menraktirmu. Terimakasih sudah menjaga Yunbi selama ini.”
                Taemin langsung tersenyum lebar mendengar kata ‘traktiran’. Dengan sopan ia lantas membungkuk sembilan puluh derajat begitu tahu Jongsuk mulai melangkahkan kakinya pergi.
                “Annyeong Oppa!” teriak Yunbi dari kejauhan. Di tangannya kini menggantung sebuah kotak berisi cheese cake kesukannya. Yunbi merasa lega karena sudah melepaskan salah satu beban terberat baginya.
                “Apa katamu?” Taemin kanget. “Oppa?!?”
                Yunbi hanya nyengir membalas pertanyaan itu. “Sebaiknya kita cepat kembali, Taemin. Sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi!”
***
                Asrama pria pukul 8 malam. Sudah sejak pukul lima sore tadi Taemin pamit untuk berlatih dance (seperti biasanya), dan Yunbi yang kakinya masih sakit hanya bisa terdiam diatas meja belajar sambil menatap ke sebuah kotak berisi cheese cake yang tadi siang diberi oleh Oppanya. Yunbi menatap kue itu dan hpnya bergantian. Ia ingin sekali kembali menelpon Oppanya, tapi ia takut kalau-kalau saat ini namja itu sedang sibuk. Bagaimanapun juga Yunbi tidak mau mengganggu urusan Oppa semata wayangnya itu.
                Yunbi menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, memandang langit-langit kamar sambil melamun. Saat itu juga terdengar suara pintu kamar asrama yang dibuka.
                “Taem…” Yunbi berseru sambil menoleh. Tapi yang ada disana bukan Taemin seperti yang Yunbi kira, melainkan Minho. Cepat cepat Yunbi beringsut ke arah tempat tidurnya dan ingin bersembunyi disana.
                “Hey kau!”
                Belum juga Yunbi menghempaskan pantatnya diatas kasur, suara Minho lebih dulu terdengar.
                “Bisakah aku minta tolong?”
                HE?!? Apakah Yunbi tidak salah dengar? Minho minta tolong padanya? Seorang Minho? Choi Minho?
                Yunbi sempat ragu untuk menanggapi kalimat Minho, tapi kemudian ia ingat bahwa ia berhutang budi satu kali pada namja itu. Tanpa pikir panjang Yunbi menoleh.
                “Ada ap…” belum sempat Yunbi menyelesaikan kalimatnya. Namja itu lebih dulu dibuat terkejut.
                Ia menemukan Minho tengah duduk diatas kasur dengan badan yang condong kedepan, menunduk, kulitnya penuh keringat, nafasnya terengah dan bibirnya pucat. Bahkan seluruh tubuhnya gemetaran.
                “Hyung?!?” Yunbi dengan cepat menghambur ke arah Minho meski sedikit terseok karena kakinya yang masih sakit. “Apa yang terjadi? Kau… kau kenapa Hyung?”
                Minho tidak langsung menjawab. Dia tampak susah payah menarik nafasnya sambil membuka bibirnya perlahan.
                “Tolong ambilkan…” tangannya bergerak menunjuk ke satu arah. “…obat itu…”
                Tatapan Yunbi mengikuti jemari Minho, ia menemukan sebuah kotak yang bertengger diatas rak di dekat pintu. Cepat-cepat Yunbi meraih kotak itu dan melihat isinya.
                “Pelan-pelan Hyung…”
                Setelah minum obat, Minho membuka-tutup matanya sambil kembali mencoba menarik nafas pendek-pendek. Beruntung ia bisa sampai di kamar asrama ini sebelum jatuh di pinggir jalan. Minho rasa, ia bisa kembali hidup sekarang.
                “Apa yang terjadi…” Tanya Yunbi lagi. “Apa kau memiliki alergi?” Namja itu masih penasaran. “Mungkinkah… seafood?”
                Mendengar pertanyaan Yunbi, Minho langsung melihat ke arah namja itu. Ia hanya menatapnya sesaat sebelum membuang mukanya lagi.
                “Jadi benar rupanya.” Celoteh Yunbi lagi. “Aku tahu benar gejala orang yang memiliki alergi karena waktu kecil aku pernah melihat Oppaku sakit seperti kau sekarang ini.” Dia menatap Minho lagi. Menerka-nerka sesuatu yang terjadi.
                Apakah Minho baru saja kembali dari makan malam seperti waktu ia diculik? Apakah kembali terjadi perseteruan antara dia dan orang kedua itu? Ataukah orang kedua itu sengaja memberikan seafood pada Minho agar ia keracunan? Lama-lama pikiran Yunbi jadi ngelantur. Tanpa sadar kini imajinasinya melebihi imajinasi yang dimiliki Taemin.
                “Kembalilah.”
                “He?”
                “Itu…” Minho menunjuk ke lantai didepan Yunbi. “Kau sudah melewati batas.”
                Yunbi yang semula khawatir jadi berubah kesal. Bisa-bisanya Minho menyinggung garis batas yang ia buat, sementara sebelumnya namja itu hampir mati dan memohon-mohon pertolongan dari Yunbi? Namja ini benar-benar… seperti roaler coaster. Tingkah lakunya sedikitpun tidak bisa ditebak!
                Dengan malas Yunbi kembali ke atas kasurnya di seberang tempat tidur milik Minho. Sementara Minho dengan cuek membaringkan badannya dan mencoba menutup mata meski sebuah kejanggalan tiba-tiba mencuat dari dalam hatinya.
***
                Malam yang sama, dua jam kemudian. Yunbi meletakkan kepalanya diatas jendela ruang operator gedung olah raga. Tiga puluh menit yang lalu turun hujan sesuai dengan prediksi jam tangannya. Oleh karena itu Yunbi terpaksa bersembunyi padahal ia sudah sangat mengantuk. Padahal tadinya Yunbi sempat berniat untuk pura-pura tidur saja dan menyembunyikan badannya dibawah selimut. Tapi Taemin… ia tidak yakin namja itu akan bisa diam jika menemukan Yunbi versi yeoja tidur di dalam asrama. Minggu lalu saja saat mereka berdua pergi bersama, Taemin sampai lompat kegirangan di pinggir jalan. Dia mengklaim sebagai penggemar berat Yunbi dan bahkan menyatakan cinta pada yeoja itu. Taemin bilang, jika dilihat-lihat wajah Yunbi mirip dengan Song Hye Gyo, aktris favoritenya.
                Yunbi tertawa kecil mengingat kejadian itu. Ia berfikir jika tidak memiliki Taemin, Yunbi tidak yakin bagaimana ia harus menghadapi situasi seperti sekarang.
                Disaat Yunbi asik melamun, sebuah suara tiba-tiba terdengar. Yunbi terlambat menyadari bahwa ada seseorang yang kini juga tengah bersamanya di tempat itu.
                “Oh… maaf, aku tidak tahu kalau kau ada disini.”
                Yunbi tidak sempat menyembunyikan wajahnya. Dari ucapan namja itu, bisa dipastikan ia sudah lebih dulu mengenali Yunbi.
                “Tidak pa-pa, Oppa.” Jawab Yunbi. “Lagipula kau juga yang menemukan tempat ini lebih dulu.”
                Ia tersenyum, lalu menyeret sebuah kursi dan duduk disamping Yunbi sambil ikut melihat ke luar gedung.
                Lagi-lagi Yunbi salah tingkah. Ini kedua kalinya ia bertemu Minho dengan identitas aslinya. Kedua pertemuan itupun selalu di tempat persembunyian Yunbi, selalu disaat hujan turun dan di waktu yang tidak pernah Yunbi ketahui.
                “Bagaimana kakimu?” Minho bertanya karena ia masih mengingat kejadian bersama Yunbi sebelumnya. “Apa masih sakit?”
                Ini hari ketiga semenjak pertemuan mereka, “Sudah tidak terlalu sakit.” Bengkak dikakinya sudah berkurang. Ditambah dengan obat yang diberikan Jongsuk waktu itu mempercepat proses penyembuhan Yunbi.
                Yunbi bahkan tidak menyadari bahwa ia mengalami sakit seperti ini. Sebelumnya ia selalu menangis jika melihat darah dari nyamuk yang menempel di tangannya, bahkan Yunbi pernah pingsan hanya karena tergores cutter di waktu les seni membuat patung. Karena itulah Oppa Yunbi memutuskan untuk menjadi dokter agar bisa mengobati setiap luka Yunbi. Dan ketika kakinya sampai bengkak seperti sekarang, Yunbi hanya meringis menahan sakit. Bahkan sampai berpura-pura baik-baik saja saat sekolah. Yunbi tidak menyangka, keadaan terdesak bisa membuat ia semakin kuat.
                “Kenapa kau tertawa?” Tanya Minho tiba-tiba.
                Yunbi terkejut karena ia tidak sadar sudah tertawa di sela lamunannya. “Tidak pa-pa. Hanya teringat sesuatu.”
                Minho kembali melihat keluar jendela, “Aneh sekali. Kita selalu saja bertemu di saat hujan seperti ini ya?”
                Sebuah senyuman mengembang di wajah Yunbi. Ia tidak menanggapinya.
                “Apakah kau sudah baikan?”
                “Hm?”
                “Aler…”
ASTAGA! Hampir saja Yunbi lupa! Orang yang mengetahui tentang alergi Minho adalah Yunbi versi pria, bukan sosoknya yang sekarang!
Yunbi mendadak terdiam, tidak melanjutkan pertanyaannya. Ia sibuk mencari-cari bahan obrolan lain sampai akhirnya tiba-tiba lampu gedung olahraga padam. Sebelumnya hanya ada satu lampu yang memang selalu dinyalakan jika tidak ada kegiatan, tapi satu-satunya lampu penerang itupun padam. Saat mereka menengok keluar, ternyata lampu seluruh sekolahan ikut padam.
“Ah… sepertinya terjadi pemadaman listrik.” Minho membalik tubuhnya jadi memunggungi jendela. “Sudah sering seperti ini jika hujan deras turun. Kau tidak perlu khawatir.”
Tidak ada suara.
Minho menunggu beberapa saat. Tapi yeoja disampingnya tetap tidak mengeluarkan suara.
“Hello…” Minho menengok ke samping meski ia tidak melihat apapun disana. “Apa kau masih disitu?”
Masih sunyi. Hanya suara hujan yang terdengar.
Minho lantas mengambil ponselnya dan menyalakan flash kamera.
“Kau… kau tidak apa-apa kan?” ia menemukan Yunbi tengah memeluk lututnya diatas kursi. Diam tidak bergerak, tapi bahunya tampak naik turun tidak beraturan.
“A…agashi…” Minho menyentuh lengan Yunbi, ia dapat merasakan tubuh yeoja itu gemetaran.
“Gwenchana?”
Yunbi masih diam.
“Agashi! Agashi!” Minho mulai berdiri didepannya dan memegang kedua lengan Yunbi. “Buka matamu sekarang.”
Minho mendadak panik, ia pernah menemukan hal semacam ini terjadi sebelumnya. Ia… ia hanya tidak ingin hal buruk itu terulang lagi.
Minho langsung memeluk Yunbi cepat, tidak peduli ia mengenal yeoja itu atau tidak tapi ia hanya ingin membuat yeoja itu menjadi tenang.
“Aku akan membawamu keluar sekarang juga.” Ucapnya berbisik. “Jadi buka matamu dan coba lihatlah…”
Yunbi mulai bereaksi. Yeoja itu perlahan membuka matanya, dan ia menemukan wajah Minho tengah menatapnya meski penerangan hanya terbatas. Yunbi sampai melupakan identitas yang harus ia sembunyikan, yang ia ingat ia hanya bisa menangis sesengukan karena fobianya terhadap kegelapan muncul tiba-tiba.
“Pelan-pelan.. ikuti langkahku.” Dengan sabar Minho menggandeng Yunbi menuruni tribun penonton. Keduanya ingin segera meninggalkan gedung olah raga dan kembali ke sekolah. Yunbi yang masih takut karena pandangannya yang terbatas hanya bisa pasrah mengikuti langkah namja itu dari belakang. Ia sudah berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak berteriak ketakutan.
Saat tiba didepan pintu, Minho mencoba mendorongnya dari dalam namun anehnya pintu itu tidak bergerak.
“Astaga… terkunci.”
Minho tidak ingin membuat Yunbi ikut panic. Meski ia memiliki kunci gedung olah raga, namun gedung ini dikunci dengan gembok yang ditaruh diluar. Minho mencoba untuk lewat melalui pintu belakang namun lagi-lagi pintu belakang terkunci. Dan sayangnya pintu utama hanya satu-satunya kunci yang Minho miliki.
Dengan berat hati harus Minho akui mereka terjebak disana. Pasti karena sudah melewati jam 10 malam jadi semua pintu kembali di periksa dan dikunci, tepat setelah Minho memasuki gedung ini.
“Maafkan aku.” Ucap Minho menyesal. Ia duduk disamping Yunbi, bersandar pada pintu utama.
Yunbi tidak menjawab. Yeoja itu terdiam melihat pancaran sinar dari flash handphone Minho yang menyorot ke tengah lapangan.
“Apa kau… baik-baik saja.”
Tentu saja tidak. Yunbi mati-matian mengontrol pikirannya untuk tetap tenang. Ia berusaha mencari-cari kenangan lain dalam pikirannya agar ingatan buruk itu tidak mempengaruhinya.
Tiba-tiba Yunbi merasakan sebuah sentuhan di tangannya, begitu hangat mengikat di sela jari-jarinya.
“Tidak pa-pa. Ada aku disini. Kau akan baik-baik saja.”
Saat itu rasanya seperti semua hal yang tengah Yunbi pikirkan mendadak kosong. Semuanya hilang. Yunbi hanya bisa berfokus pada seseorang yang duduk disampingnya sambil menggegam erat tangannya. Seakan berbagi kesunyian bersama. Saling berusaha menyembunyikan pikiran masing-masing. Tapi juga sibuk bertukar tatapan dalam diam.
Yunbi tidak bisa merasakan apapun.
Apapun selain debaran di hatinya.
-To Be Continue-


wkwkwkwk map maap episode kali ini drama banget. aku aja sampe cekikikan sendiri bacanya! sampai ketemu di eps selanjutnya yak! muaah

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...