Thursday 24 November 2016

FF SHINee : Pixie Rain [Part 10]




Selamat sore semuaa!!
Lanjutan yang udah mulai lumutan ini akhirnya datang lgi
hehee rekor nih baru beberapa hari udah posting lagi
soalnya pengen cepet2 di sudahi(?)





Tittle                    : Pixie Rain [Part 10]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih baik?” itu adalah kalimat pertama yang Minho ucapkan sejak dua puluh menit yang lalu mereka berdua menyadari bahwa tengah terkunci di tempat ini.
                Yunbi mengangguk pelan. Ia masih belum melepaskan genggaman tangan Minho.
                “Apakah itu sudah lama?”
                Minho menggantungkan pertanyaanya, membuat Yunbi terpaksa melihat ke arah namja itu. “…fobiamu?”
                ‘Ah…’ batin Yunbi.
                “Entahlah…” akhirnya ia melepaskan tangan Minho dan menyembunyikannya di saku jaket karena sudah merasa nyaman. “Mungkin sejak setahun yang lalu...”
                Minho sedikit tidak enak karena harus mengungkit masa lalu Yunbi. Tapi nampaknya Yunbi justru tertarik mengangkat cerita itu.
                “Dari dulu aku tinggal di rumah yang sangat besar…” ucap Yunbi memulai kisah itu. “Ah.. bukan maksudku untuk menyombongkan diri tapi… di rumah sebesar itu rasanya sepi sekali.” Ia mendongak, membayangkan kejadian terdahulu.
                “Ayahku sangat sibuk, sedangkan ibuku sangat menyukai kegiatan sosial.” Lanjut Yunbi. “Sejak kecil aku hanya dekat dengan Oppaku…”
                “Setiap kali hujan deras, aku selalu tidur dengan Oppaku.” Ia sedikit tersenyum. “Atau terkadang ibuku juga masuk ke dalam kamar untuk memastikan aku baik-baik saja.”
                Yunbi menghela nafas sebelum akhirnya kembali bercerita. “Tapi kemudian ibuku sakit keras…” Ia berhenti sesaat. “Saat itu oppaku sudah ada di luar negri dan ayahku masih di luar kota karena urusan bisnis.”
                Yunbi nyaris menangis. “Aku mengunci diriku didalam kamar dan mencoba tidur. Berharap setelah aku bangun, semuanya akan berakhir seperti mimpi.” Ia akhirnya benar-benar menangis. “Tapi ternyata tidak sesederhana itu.”
                Suara hujan di luar gedung masih berteriak nyaring. Seakan menggedor-nggedor pintu hati Yunbi yang sedang sakit.
                “Di tengah malam aku terbangun karena suara telepon. Ternyata dari ayahku. Dia mengatakan bahwa…” Yunbi tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.
“…Aku… aku hanya sendiri disana. Aku mencoba untuk cepat pergi ke rumah sakit, tapi aku terjatuh dari tangga karena waktu itu sangat gelap. Aku berteriak kencang, tapi tak ada yang mendengarku. Aku bertanya-tanya apakah semua orang pergi ke rumah sakit dan meninggalkanku…”
                “…Aku tidak ingat dengan jelas apa yang terjadi selanjutnya tapi… aku hanya bisa menemukan diriku terbaring di rumah sakit keesokan harinya.” Yunbi mencoba mengusap air mata dengan tangan kirinya. Ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya kembali melanjutkan cerita.
“Sejak saat itulah aku kesal dengan dunia ini. Aku mulai melakukan hal yang sering membuat ayahku kecewa. Sampai akhirnya aku harus berakhir di sekolah ini. Sepertinya rasa benci yang dimiliki ayahku melebihi rasa benciku terhadapnya bukan?”
                Yunbi menoleh ke arah Minho untuk melihat jawaban dari namja itu, tapi ia hanya menunduk tanpa menjawab sepatah katapun.
                “Ah.. maafkan aku karena sudah menceritakan hal yang tidak penting.” Yunbi menggaruk tengkuknya malu. “Kau pasti merasa terganggu mendengarnya bukan? Jadi sebaiknya… lupakan saja semuanya.”
                “Tidak.”
                Jawaban itu membuat Yunbi sedikit terkejut.
                “Kita punya rasa benci yang sama rupanya.”
                Benci… ah… Yunbi jadi teringat dengan pembicaraan Minho dengan orang lain itu sebelumnya. Sepertinya Minho memang memiliki alasan yang cukup untuk membuat dirinya membenci ayahnya sendiri.
                “Tapi kau lebih berani daripada aku.” Minho memuji Yunbi. “Selama ini aku hanya bisa membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Aku… tidak bisa melakukan apapun.”
                “Gwenchanha.” Yunbi menjawab sekenanya. “Aku percaya kau melakukannya karena sebuah alasan.”
                Minho terdiam, membiarkan Yunbi meneruskan kata-katanya.
                “Karena hujan akan selalu turun disaat yang tepat, ia tidak menghianati matahari dengan mengambil waktunya untuk bersinar. Meskipun ada yang tidak menginginkan kehadirannya, tapi hujan akan tetap turun. Selalu seperti itu. Sampai tanpa sadar orang-orang akan berterimakasih karena hujan telah meninggalkan keindahan.”
                Yunbi tersenyum menatap Minho yang terdiam.
                “Oppa… apa kau tau… sebenarnya hujan tidak pernah menghianati matahari, ia selalu turun disaat yang tepat. Walau banyak orang yang tidak menyukainya, hujan tetap saja turun. Pada akhirnya orang akan berterimakasih karena hujan akan meninggalkan pelangi. Bukan begitu?”
                “Aku baru sadar, sepertinya kau mirip dengan hujan.” Yunbi tersenyum. “Apakah karena kita sering bertemu disaat hujan turun?”
                “Oppa  mirip sekali dengan hujan. Apa oppa ingat? Pertemuan kita selalu disaat hujan turun. Benarkan?”
                “Lee Yoora…” Sebuah nama tiba-tiba saja terlontar dari bibir Minho.
                Yunbi mengerutkan dahinya. “Yoo… yoora?”
                “Ah! Mi… mian…” Minho cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Aku hanya teringat dengan seseorang.”
                Rasanya Yunbi ingin sekali bertanya siapakah Yoora yang Minho sebutkan itu. Tapi ia mengurungkan niatnya, yeoja itu memilih diam ketimbang membuat Minho membahas sesuatu yang tampaknya sangat ingin ia lupakan.
***
                “Yoora?!? Darimana kau tahu nama itu??”
                “Sst! Pelankan suaramu Taemin, nanti yang lain mendengarnya!” Seru Yunbi mengingatkan Taemin. Bagaimanapun juga sekarang mereka tengah berada di kantin saat istirahat sekolah. Sepertinya teman satu-satunya ini paling tidak bisa mengendalikan ekspresi saat mengetahui sesuatu.
                “Aku tahu dari Minho.” Jawab Yunbi lagi dengan suara pelan. Ia tidak menceritakan bagaimana kronologis ia bisa mendengar nama itu, jika Yunbi memberitahu Taemin tentang kejadian tadi malam pasti namja itu akan lebih heboh dari ini. Lagipula setelah pagi datang dan pintu terbuka, Yunbi langsung pergi meninggalkan Minho yang masih tertidur di dalam gedung olah raga. Setelah menyebutkan nama Lee Yoora atau siapapun itu, Minho tak mengucapkan apapun lagi. Dia mendadak terdiam. Yunbi pun tidak berbicara banyak dan langsung tertidur karena sudah larut malam. Tidak lupa ia mengembalikan banded yang sudah ia pinjam sebelum pergi meninggalkan gedung itu.
                “Yoora dulu adalah siswa di kelas 2-3. Bisa dibilang dia punya hubungan yang special dengan Minho Hyung.” Taemin mulai bercerita. Dia masih memegang sumpit dan mengapit toppoki dari dalam mangkuk sebelum kembali melanjutkan perkataannya. “Sepertinya aku pernah ingin menceritakannya padamu dulu. Tapi tidak jadi… kenapa ya?”
                Yunbi mendadak gemas dengan temannya yang satu ini,. Selalu bisa membuat orang lain penasaran dengan penjelasannya yang berbelit-belit. “Ya~ itu tidak penting, Taemin! Cepat teruskan ceritamu huh?”
                “Ah ne…ne…ne…! Sabar sedikit, Bi-yah! Kau selalu begini jika bertanya soal Minho Hyung. Apa jangan-jangan…”
                “YA!” Yunbi menjitak kepala Taemin, membuat topokki yang ada di ujung sumpitnya melayang.
                “Aigoo… toppoki ku…”
                “Taemin-ah!” Yunbi berteriak kesal, ia hampir saja kembali melayangkan pukulan ke kepala namja itu tapi buru-buru Taemin cegah.
                “Geurae! Aku akan melanjutkannya. Ehemm… ehem…” Taemin mulai lagi. “Jadi Lee Yoora itu adalah kapten cheerleader sekolah ini sebelum akhirnya digantikan oleh Naeun. Dia termasuk siswi yang sangat populer. Yah.. bisa dibilang dia sepopuler Minho Hyung waktu itu.”
                Yunbi menganga, membayangkan wajah Yoora yang pernah ia lihat di wallpaper milik Minho.
                “Tapi ternyata tidak hanya Minho Hyung yang mendekatinya, melainkan juga Suho Hyung, ketua OSIS kita sekarang ini.” Taemin mulai serius. “Padahal awalnya Minho dan Suho adalah sahabat yang sangat dekat. Dan ternyata keduanya menyukai yeoja yang sama.”
                Yunbi terkejut. Tidak menyangka Minho pernah dekat dengan rivalnya saat ini.
                “Bisa dibilang selain wajahnya yang cantik, Yoora juga memiliki hati yang baik. Meskipun dia sudah menjadi yeoja nomer 1 di sekolah ini dan bahkan disukai oleh namja-namja populer, ia tetap baik hati kepada semua orang. Yah… mungkin karena sifatnya itu, Suho Hyung dengan mudah mengklaim bahwa Yoora adalah kekasihnya.”
                “Lalu bagaimana dengan Minho Hyung?”
                “Tentu saja Minho Hyung tidak terima. Mereka bahkan terang-terangan pernah berkelahi di gedung olah raga karena masalah ini. Sejak saat itulah Minho dan Suho saling membenci satu sama lain. Persahabatan mereka pun hancur.”
                Ah… sepertinya Minho memang sangat menyukai Yoora sampai dia harus bertanding dengan sahabatnya sendiri, batin Yunbi.
                “Tapi kemudian Yoora pergi.”
                “Pergi?”
                Taemin mengangguk. “Iya. Setelah kejadian itu dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke luar negri. Sepertinya dia tidak ingin membuat pertengkaran antara Minho Hyung dan Suho Hyung semakin sengit karena dirinya.”
                “Ah… sayang sekali.” Tapi sepertinya memang itu satu-satunya jalan untuk membuat masalah ini selesai. Jika Yoora tetap tinggal disini mungkin pertengkaran lain akan kembali muncul. Meskipun kenyataannya memang itu yang terjadi sekarang.
                Beberapa saat melamun memikirkan penjelasan Taemin, tiba-tiba Yunbi teringat sesuatu. “Oiya, apakah keluarga Suho dan Minho juga merupakan rekan bisnis?”
                Taemin sempat menyeruput susu pisang kesukaanya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan itu dengan anggukan. “Kudengar keluarga mereka cukup dekat.”
                Tidak salah lagi, orang yang berbicara dengan Minho malam itu adalah Suho. Pantas saja Minho terlihat begitu marah. Suho tidak hanya merebut orang yang ia sukai tapi juga melecehkan keluarganya.
                “Kringg…kringg…” Bell pulang sekolah berbunyi. Taemin yang masih belum menyelesaikan makan siangnya langsung mencomot toppoki untuk dimakan selama perjalanan.
                “Cepat Bi! Setelah ini pelajaran Mr Kim!” ia tampak buru-buru sampai tidak menyadari ada beberapa orang yang tengah berjalan ke arahnya.
                Tanpa sengaja Taemin pun menabrak laki-laki berseragam putih itu dan toppokki yang tengah dibawanya tercetak dengan sempurna disana.
                “APA YANG KAU LAKUKAN?!?”
                Apes sekali, orang itu adalah Woohyun yang selama ini selalu membully Taemin. Dibelakangnya berdiri L dan juga Hoya yang langsung mengecek baju seragam Woohyun yang kotor akibat ulah Taemin.
                “Mianheyo. Jeongmal Mianhaeyo!” Taemin langsung minta maaf sambil berlutut. Saat itulah Woohyun tanpa ampun langsung menendang bahu Taemin dan membuat tubuhnya terlempar ke belakang.
                “Cukup!” Yunbi jadi emosi. “Bukankah dia sudah minta maaf?”
                Sebuah senyum licik terkembang di bibir L. Ia bergerak maju mendekati Yunbi. “Oh jadi mulai sekarang kau adalah bodyguardnya Taemin?”
                  Yunbi tidak tampak takut. “Kalau iya kenapa?” tantangnya. “Jika kau ingin menyakiti Taemin, kau harus melangkahi mayatku terlebih dahulu.”
                Woohyun tertawa sarkatis mendengar kalimat itu. “Apa kau sadar siapa yang menjadi lawanmu, Kang Yunbi?” ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.
                Namja itu tidak menjawab, ia hanya menggandeng Taemin sambil terus bertatapan dengan Woohyun hingga mereka benar-benar pergi meninggalkan kantin itu.
Sementara siswa lain tampak berbisik pelan diantara kerumunan, memberikan komentar atas perkelahian kecil hari ini. Banyak diantara mereka yang menebak nebak apakah Yunbi bisa menjadi sasaran Woohyun berikutnya atau justru sebaliknya.
***
                Kelas Seni jam pelajaran ke enam. Dua jam pelajaran terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Siswa dari kelas 2-2 diminta berpindah ke ruang music yang terletak sebelah timur sekolah, tepat disamping asrama putri. Untuk kelas Seni diampu oleh Mr Kang atau yang akrab disapa Mr Gary yang nyentrik dan juga friendly. Para siswa dijamin tidak bosan karena selain lihai bermain music, Mr Kang juga piawai dan melakukan freestyle rap.
                “Saem, apakah kali ini kami akan menulis lirik lagu lagi?” Tanya Taeyong yang merupakan siswa favorite Mr Kang karena dia sangat pandai menulis lagu.
                “Tidak tidak.” Jawab Mr Kang santai. “Kali ini kalian harus memainkan alat music. Apakah ada yang menguasai salah satu alat music disini?”
                Naeun mengangkat tangannya, “Aku bisa bermain biola, Saem.”
                “Bagus, yang lain?”
                Seulgi mengajukan diri untuk memainkan seruling, chanyeol mengambil gitar, Jungshin memainkan bass, dan Taemin mengajukan diri bermain piano.
                “Apa masih ada yang bisa?” Tanya Mr Kang.
                Yunbi tidak bereaksi, padahal sudah jelas dia menguasai alat music biola, piano dan gitar sekaligus. Sudah dari sekolah dasar Yunbi memulai les alat music itu. Bahkan dia sudah menguasai berbagai genre music mulai dari modern, tradisional bahkan klasik. Tapi karena semuanya sudah diambil yang lain, Yunbi memilih masuk ke tim paduan suara.
                “Sekarang coba kita mulai.” Mr Kang membagikan kertas berisi not balok. “Tim music memainkan alat music kalian berdasarkan not ini, dan paduan suara akan menyanyikannya.”
                Lagu yang dipilih saat itu cukup mudah, Somewhere Over The Rainbow. Beberapa menit mencoba dengan alat music, ternyata terdengar sebuah suara yang fals didalamnya. Mr Kang lantas bangkit.
                “Taemin, lagu ini dimulai dengan nada dasar C, tapi di bait kedua kau selalu turun ke nada G, membuat alunannya menjadi tidak singkron.” Ralat Mr Kang.
                “Ah, ne. Mianhe Saem.”
                “Padahal lagu ini sudah pernah kita bawakan tahun lalu saat di kelas 1 bukan? Apakah kau memang wakil dari kelas 1 yang bermain piano waktu itu?”
                Jawabannya tidak. Saat pentas kelas 1, pemain pianonya adalah Lee Yoora. Waktu itu Taemin dan Yoora masih duduk di kelas yang sama.
                “Kalau begitu apakah ada siswa lain yang bisa menggantikan Taemin?”
                Taemin hanya menunduk malu didepan teman lainnya. Ia sangat ingin menunjukkan bakat yang ia miliki selain dance, tapi tampaknya itu belum cukup.
                “Bi… Yunbi, Saem.” Naeun menyebutkan sebuah nama. Yunbi tersentak.
                “Ti…tidak… aku…”
                “Aku sudah pernah mendengarnya bermain piano saat kelas selesai. Dan dia sangat pandai memainkannya.”
                Benar, Yunbi memang terkadang akan berada di ruang music saat ia menunggu Taemin sampai selesai latihan dance. Hanya beberapa kali sebenarnya. Tapi Yunbi tidak menyangka Naeun akan melihat kemampuannya bermain piano.
                Tanpa dikomando Taemin langsung bangkit dan menarik Yunbi menuju kursi piano.
                “Tidak Taemin. Aku…” Yunbi merasa tidak enak karena ia harus menggantikan posisi teman baiknya. Yunbi tahu benar Taemin ingin memperlihatkan kemampuannya demi mendapatkan perhatian dari teman satu kelas, agar namja itu tidak lagi dipandang sebagai siswa cupu yang hanya bisa menerima bully.
                “Tunjukkan pada mereka, Bi! Aku tahu kau pasti bisa…” ucap Taemin kemudian turun dari podium.
                Yunbi yang kini jadi pusat perhatian tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa memandangi deretan tuts piano dan mulai memainkannya saat aba-aba dari Mr Kang terdengar. Yunbi tidak perlu melihat kertas berisi not balok karena nada lagu ini sudah tergantung di luar kepalanya. Sejujurnya ini adalah lagu pertama yang ia pelajari saat bermain piano, kira-kira ketika Yunbi duduk di bangku kelas 1 SD.
                Memasuki bait terakhir, saat klimaks lagu tiba-tiba saja alarm jam tangan Yunbi berbunyi. Ia mendadak panic dan menghentikan permainan. Spontan seluruh aktivitas kelas pun ikut berhenti.
                “Ada apa Bi?” Tanya Mr Kang pada Yunbi. Yunbi tengah bingung mencari-cari alasan.
                “Apa perutmu sakit lagi?” terdengar suara Taemin dari kerumunan peserta paduan suara.
                Yunbi masih mencoba membaca situasi. Dengan cepat Taemin menghampirinya dan menggandeng tangan Yunbi. “Aku minta ijin mengantarkan Yunbi ke UKS, Saem. Bolehkah?”
                Mr Kang sempat berfikir karena tadi Yunbi tampak baik-baik saja. Tapi kemudian Yunbi yang sudah paham dengan maksud Taemin langsung pura-pura memegang perutnya.
                “Silakan. Tapi setelah itu kau harus cepat kembali kemari, Taemin.”
                Taemin mengangguk. Kemudian ia pamit meninggalkan ruang music dan membawa Yunbi keluar.
                “Terimakasih Taemin.” Jawab Yunbi melepas pegangan tangan Taemin. “Maafkan soal tadi, aku tidak bermaksud…”
                “Gwenchanha.” Taemin tersenyum lebar. “Cepatlah bersembunyi di sana. Langit sudah sangat mendung, sebentar lagi pasti akan turun hujan.” Ucapnya lalu kembali menuju ruang music sebelum mendengar jawaban dari Yunbi.
                Yunbi hanya bisa membuang nafas keras-keras. Ia sempat melihat kea rah langit sebelum akhirnya bergegas ke gedung olahraga. Hampir saja Yunbi membuka pintu gedung itu, tapi ia lebih dulu mendengar suara bola basket dan beberapa orang disana. Tampaknya Yunbi harus mencari tempat lain.
                Gedung laboratorium sepertinya sedang dipakai oleh kelas lain. Begitu juga dengan gedung pertemuan. Hanya ada satu gedung yang menjadi harapan terakhir bagi Yunbi, yaitu gedung Theater. Semoga tidak ada siswa disana.
                Yunbi berlari cepat menuju gedung theater yang terletak diantara gedung olah raga dan asrama pria. Ia ingin segera mencari tempat bersembunyi di ruang ganti yang terletak di belakang panggung.
                “Hei kau!”
                Sebuah suara menghentikan langkah Yunbi tepat ketika ia ingin membuka pintu. Saat Yunbi menoleh, dia menemukan geng Woohyun tengah duduk di samping gedung sambil merokok. Pantas saja dia membolos pelajaran seni hari ini.
                “Mau kemana kau?” Tanya Hoya dengan nada sedikit membentak. “Bukankah urusanmu dengan kami belum selesai?”
                Ya Tuhan kenapa harus sekarang? Kenapa harus disaat seperti ini mereka muncul?
                Sebuah seringaian terpampang di wajah Woohyun. Sementara langit mendung kian gelap. Bahkan suara gemuruh petir terdengar dari kejauhan. Bisa dipastikan sebentar lagi hujan akan turun. Dan otomatis beberapa detik kemudian Yunbi akan kembali berubah menjadi yeoja.
Tapi sayangnya kali ini Yunbi harus berubah dihadapan orang-orang yang tidak pernah Yunbi harapkan.
-To Be Continue-
               

 hahahaha
maapkan aku ternyata part ini lebih drama banget hahaha
sumpah ceritanya klasik abis yak
tapi tolong tetap setia pada FF ini hikss T.T

1 comment:

  1. Akhirnya rasa penasaranku terobati. Di tunggu next partnya, jgn lma" ya eonni

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...