Thursday 21 November 2013

FF SHINee : Lucid Dream [Part 5]

                AAAAAAAAAAAAAAA author paling lelet se jagad raya akhirnya dataang! Maafkan akuu karena udah lebih dari sebulan ngga ngepost ini FF huhuhu. Padahal jujur ini FF udah aku bikin sampe part 8. Cuma ngga ada waktu buat ngetik + ngeditnya, jadinya yah.... :(
                Tapi apapun yang terjadi walaupun badai menerpa, angin topan menerjang, hujan deras mengguyur(?) aku akan tetap berusaha bikin ff ini sampai ada kata END. Walau itu entah selesai tahun berapa ._. #mukapolos
                Pasti udah pada lupa kan sama part sebelumnya, oke ini dia cuplikannya :
-     Jonghyun terdiam, dahinya berkerut. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah seperti baru saja melihat alien yang terlalu percaya diri sehingga sekarang bertanya pada  Jonghyun seolah-olah Jonghyun yang lebih dulu mengenalinya.
-     Lagi-lagi sudut mata Yujin menangkap sesuatu yang tergeletak di samping meja tempat Jonghyun baru saja menghabiskan ramennya. Ada sebuah benda yang tertinggal.
-     Yujin menghela nafas berat kemudian membuka genggaman tangannya dimana ada barang milik Jonghyun yang terselip disana. Sebuah kalung dengan bandul cincin bernama Lee Tae Hoon. Mungkin ini milik seseorang yang penting bagi Jonghyun.
-     Awalnya Yujin mengira apartemen ini milik Onew karena ia bisa dengan mudah membuka pasword untuk masuk kesana. Tapi ternyata... ini lebih buruk! Yujin tak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika Hana tahu sedang ada dimana Yujin sekarang. Itu apartemen milik Minho Key.
-     “Ah iya benar. Kau Yujin kan?” tebak Minho langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian menghapiri Yujin. “Mian aku terlalu sibuk bermain game sampai-sampai lupa kalau itu kau.”
-     “Aku tidak bisa menyelesaikannya Minho-ya. Melihat angka-angka ini saja sudah membuatku pusing...” Key mengacak rambutnya frustasi, seakan-akan beberapa potong kertas yang ada dihadapannya mengandung zat adiktif yang mampu melumpuhkan syaraf-syaraf di otaknya dalam sekejap.
-     “Memangnya...” suara lirih Yujin langsung menyita perhatian. “...apa yang bisa kubantu?”



Tittle                    : Lucid Dream [Part 5]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Jinja daebak!” Taemin menggeleng-gelengkan kepalanya seraya bertepuk tangan pelan saat melihat hasil kerja Yujin. Sorot mata namja berwajah polos itu memancarkan kekaguman seperti baru saja menemukan satu kilogram emas didalam kulkas.
                “Sudah kuduga kau pasti bisa membereskannya.”
                Yujin membalas ucapan Key dengan senyum canggung. Semua tugas yang diberikan namja itu pada Yujin hari ini hanya seperti ‘a-piece-of-cake’ baginya. Meski Key mengaku hanya dengan melihat rentetan angka-angka itu saja sudah membuat matanya pusing, namun semua itu tidak ada apa-apanya bagi Yujin yang notabene memiliki prestasi cemerlang di kelas.
                Yujin memang tidak secantik Hana, ia juga tidak se-modis, se-kaya, se-elegan, se-imut dan blablabla jika dibandingkan dengan sahabatnya itu. Tapi setidaknya ada satu hal yang sedikit bisa Yujin banggakan, bahwa ia pintar. Ia adalah tipikal seseorang yang akan memahami suatu hal dalam sekali lihat. Jadi meskipun selama ini Yujin jarang belajar dan otaknya sudah penuh dijejali dengan imajinasi ‘liar’, tapi tetap saja ia akan mengingat sesuatu yang pernah ia pahami sebelumnya.
                Tapi pertanyaannya adalah, tugas apa yang diberikan Key pada Yujin?
                Yang jelas itu bukan tugas mata kuliah Key yang berada di fakultas tehnik, bukan juga soal sin, cos, tan yang bisa ditemukan di lembar kerja siswa kelas 2 sma. Tapi ini berkali lipat jauh lebih menyebabkan stres bagi Key. Karena tugas itu bukan hanya pembagian jatah pendapatan masing-masing member, melainkan juga jadwal manggung, jadwal latihan serta kegiatan para member diluar band.
SHINee memang bukan band besar, tapi bisa dipastikan dalam satu minggu akan ada lebih dari 2 panggilan untuk mereka. Belum lagi penampilan di cafe milik Onew setiap week end. Jonghyun juga di hari-hari tertentu jadwalnya tidak bisa ‘diganggu gugat’. Sedangkan Taemin yang merupakan siswa kelas 3 SMA masih harus mengikuti les privat matematika. Onew pun masih memiliki tanggung jawab untuk memantau perkembangan cafe setiap harinya. Tidak jarang, bahkan sangat sering sekali jadwal-jadwal itu bertabrakan. Akhirnya tentu saja ada salah satu yang terabaikan, dan yang paling sering adalah jadwal latihan.
                Mungkin dengan sebuah band populer tanpa ‘label’, SHINee merupakan salah satu pilihan. Para pembuat acara hanya perlu mengeluarkan uang minimal untuk mendapatkan sesuatu yang maksimal (jika dibandingkan harus membayar band dengan agensy besar).
                Key adalah satu-satunya member yang dipercaya mengurus semuanya. Untuk menerima semua panggilan, ia masih bisa menghandle nya. Tapi dalam menyusun jadwal apalagi menghitung pengeluaran ia benar-benar tidak sanggup. Karena pendapatan mereka sering ‘menghilang’ hanya untuk membeli sesuatu yang tidak penting, sedangkan mereka memiliki beban untuk secara rutin membayar sewa tempat latihan. Jika ada uang yang tidak jelas kemana perginya maka akan menjadi tanggung jawab Key. Mungkin sebab itulah Key sangat hobi mengoleksi struk belanja. Kekeke
                Intinya adalah, semakin banyak orang-orang yang menyukai SHINee, maka pekerjaan Key akan semakin banyak.
                “Berarti berapa uang yang tersisa sekarang?” tanya Onew melihat ke tabel keuangan yang Yujin buat.
                “Berdasarkan perhitungan dari gaji kalian selama tiga minggu ini kemudian dikurangi pengeluaran untuk sewa tempat latihan dan makan, harusnya masih sekitar 586 ribu won.” Yujin beralih dari catatan ke beberapa lembar uang yang dipegangnya. “Tapi... uang yang tersisa hanya 374 ribu won...”
                Semua pandangan beralih ke arah Key.
                “Aku tidak mengambilnya!”
                “Bukan begitu Key. Kami hanya ingin tahu apa ada pengeluaran lain yang kau lupakan.”
                “Ah itu...” Key menatap Onew sambil mengingat-ingat. “Uang sewa alat band dan untuk menebus Jonghyun di...” namja itu menghentikan ucapannya tepat ketika mendengar seseorang tiba dari arah pintu depan.
“Siapa kau?”
                Coretan pena ditangan Yujin terhenti, tatapanya kini tertumpu pada namja yang berdiri tepat dihadapannya. Hanya dengan melihat sorot mata itu saja sudah membuat jantung Yujin berdetak cepat, apalagi mengetahui kalimat pertama yang baru saja  ia ucapkan, membuat tubuh yeoja itu seketika membeku.
 Tampaknya Jonghyun yang baru saja datang tidak hanya merasa asing dengan keberadaan Yujin, tapi juga sedikit terganggu akan kehadirannya yang tiba-tiba seperti sekarang.
                “Oh hyung! Kau sudah pulang?” sapa Taemin senang. “Sepertinya kita sudah menemukan manager yang tepat untuk band kita Hyung...”
                “Mwo?” tanya Jonghyun tidak percaya. “Manager?”
                Minho mengangguk, “Meski sebelumnya kita sepakat untuk tidak melibatkan ‘orang luar’, tapi sepertinya kali ini kita benar-benar membutuhkannya Hyung.”
                Yang lain mengangguk setuju. Terutama Key yang merasa kehadiran Yujin benar-benar penyelamat baginya.
                Jonghyun tak lantas bersuara. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah dengan sarkatis. Beberapa detik sebelum akhirnya kembali keluar, bibir tebal namja itu berseloroh tegas, “Aku setuju jika band kita memiliki manager, asal bukan dia.”
                Yujin tersentak, dalam sekali ucapan tiba-tiba seluruh keberaniannya untuk mengejar Jonghyun sejauh ini sirna. Bahkan alasan untuk menemui Jonghyun perlahan menguap di udara meski jelas-jelas sebuah kalung berbandulkan cincin dengan inisial Lee Jonghoon sudah siap ia kembalikan saat itu juga.
***
                Jalan Seungbookdong, belakang gedung etude, pintu pearl aqua. Sebuah alamat abstrak yang tertera di hp Yujin berulang kali ia cocokkan dengan lingkungan disekitarnya sekarang. Untuk menemukan jalan seungbookdong cukup mudah, gedung etude juga tidak sulit. Tapi yang jadi masalah adalah, pintu pearl aqua? Bagaimana bisa Yujin menemukan pintu seperti itu sementara di daerah sini hampir semua tempat tinggalnya ada di apartemen? Sebagian lagi hanya minimarket dan beberapa rumah dengan pagar tembok yang tinggi.
                Sudah hampir setengah jam Yujin berkeliling tidak jelas disana. Satu-satunya orang yang bisa ia hubungi juga tidak kunjung mengangkat telfonnya. Jika saja tidak hanya nomor Key yang Yujin miliki, sudah pasti sekarang ia akan menghubungi member lain.
                “Apa yang kau lakukan sekarang Key? Kenapa kau tidak mengangkat telfonku huh?” gerutu Yujin kesal. Ia duduk disebuah pembatas di pinggir jalan sempit. Saat itulah suara sebuah motor yang berhenti tepat disebelahnya mengalihkan perhatian Yujin. Pengendara motor itu dengan cuek memarkirkan kendaraannya kemudian berjalan melintas tanpa sepatah katapun.
                “Chakkaman!” Panggil Yujin cepat.
                Yang dipanggil tidak langsung menghentikan langkahnya, Yujin tahu ia pasti akan diabaikan lagi seperti sekarang.
                “Aku berbicara denganmu, Kim Jonghyun.” Entah darimana keberanian itu tiba-tiba saja muncul dalam hati Yujin.
                Jonghyun akhirnya merespon. Langkahnya terhenti tepat di ujung anak tangga menuju ke sebuah ruangan yang berada di bawah tempat Yujin berdiri sekarang. Dan benar, saat Yujin menoleh, pintu ruangan bawah tanah itu berwarna pearl aqua. Ingin rasanya Yujin cepat-cepat menggerutu pada Key karena tidak memberitahunya sejak awal kalau itu adalah ruang bawah tanah, tapi seseorang yang berdiri didepannya sekarang ia rasa lebih penting.
                “Kenapa kau selalu mengabaikanku huh?”
                Jonghyun melepas kacamata hitam yang sejak tadi menutup sebagian wajahnya, “Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau selalu muncul dihadapanku dan apa yang sedang kau lakukan disini?”
                Yujin menelan ludahnya membalas tatapan Jonghyun yang dingin. “Key memintaku untuk datang kemari. Dia bilang ini tempat latihan kalian.”
                Ekspresi Jonghyun berubah lebih buruk, “Apa dia tidak menyampaikan kalau tempat ini tidak boleh dikunjungi orang lain?” ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.
                “Itu...”
                Belum selesai Yujin mengucapkan kata-katanya, Jonghyun lagi-lagi berbalik tak memperdulikan.
                “Kim Jonghyun...” kali ini yeoja itu mengikuti langkah Jonghyun menuruni tangga.
                “Berhenti memanggilku seperti itu!” bentak Jonghyun keras.
                Yujin terkesiap melihat kilatan di mata Jonghyun. Rahang namja itu menggeras menahan amarah. Meski sudah berulang kali menemukan ekspresi tidak menyenangkan, tapi kali ini Jonghyun terlihat benar-benar tidak bisa menahan emosinya.
                “Kuperingatkan kau untuk pergi dariku sekarang juga, atau kau akan menyesal!”
                Nafas Yujin tercekat. Tidak hanya sebuah bentakan, tapi juga ancaman yang menyerangnya. Ia tak tahu pasti apa alasan Jonghyun tiba-tiba berkata demikian. Apa keberadaan Yujin begitu mengganggu kehidupannya? Atau memang Jonghyun selalu bersikap demikian terhadap orang lain yang baru ia kenal? Meski Yujin merasa takut, namun jemarinya tetap bergerak perlahan. Merogoh saku jaketnya dan memperlihatkan benda itu didepan Jonghyun.
                “Ku-kurasa... in-ini milikmu...” jawab yeoja itu terbata.
                Tatapan Jonghyun beralih dari bola mata Yujin ke sebuah kalung yang menggantung di sela jari yeoja itu. Yujin tidak terlalu yakin, tapi entah kenapa ada semburat sendu yang terpancar dari sorot mata Jonghyun. Tiba-tiba air mukanya ia berubah seratus delapan puluh derajat. Antara merasa lega karena menemukan sesuatu yang mungkin selama ini ia cari, atau justru ada sebuah rasa sakit yang muncul ketika sepenggal memori kembali teringat saat melihat benda itu.
                “...K-kau meninggalkannya di sebuah minimarket di daerah itaewon. Aku ti-tidak sengaja menemukannya.”
                Jonghyun membuang nafas berat, “Buang saja. Aku sudah tidak membutuhkannya.” Jawab namja itu sambil membalikkan badan kemudian masuk ke ruang latihan.
                Sedangkan Yujin masih mematung menatap kalung yang ada di tangannya. Sebenarnya ada apa dengan kalung ini sampai-sampai Jonghyun ingin membuangnya? Apa kalung ini memberikan kenangan yang tidak ingin ia ingat?
                “Ya! Yujin-ah! Kau sudah datang rupanya?”
                Yujin menengok ke atas kemudian buru-buru naik saat melihat Minho dan Key berdiri disana. “Kenapa kau tidak mengangkat telponku huh? Apa kau tahu sejak tadi aku berputar-putar daerah sini karena kau?”
                “Hehehe, mian. Hpku didalam tas, jadi aku tidak menyadarinya.” Key tersenyum tanpa dosa.
“Tapi kau bilang kau ingin bertemu kami? Memangnya ada apa?” Sela Minho mengingatkan tujuan Yujin datang kemari.
                Ah benar! Memang Yujin yang ingin bertemu member SHINee lebih dulu, tapi bukannya bertemu di kampus atau di apartemen, Key malah menyuruhnya untuk kesini.
                “Ini...aku sudah menyelesaikan semua tugas yang kau berikan padaku kemarin. Di sini sudah ada semua catatan anggaran, dan jadwal kalian. Mulai dari jadwal yang sudah terlewat, sampai jadwal 3 minggu kedepan. Didalamnya termasuk jadwal individu Jonghyun di hari Selasa dan Rabu, jadwal latihan di sela-sela les matematika Taemin, shift ‘pengawasan’ Onew di cafe, serta jadwal individu lain. Kau bisa melihat tanggal dengan warna yang berbeda-beda disini. Masing-masing warna sudah kuberi keterangan dengan jelas...”
                “Daebak!”
                “....Untuk anggaran juga sudah aku buatkan tabel agar kau mudah untuk menghitungnya. Kau tinggal memasukkan berapa nilai pendapatan kalian disini, kemudian dikurangi dengan pengeluaran yang ada di tabel bagian kanan.” Terang Yujin panjang lebar.
                “Kau pasti menghabiskan banyak waktu karena ini.” Minho menatap Yujin tak enak.
                “Ani-ani tidak pa-pa. Tapi sebenarnya ada hal lain yang ingin kusampaikan.”
                Spontan tatapan Minho dan Key berubah penasaran.
                “Aku...sepertinya tidak bisa menjadi manager kalian.”
                “MWO?” seruan lain terdengar dibelakang Yujin. Saat Yujin menoleh, tampak Onew dan Taemin berdiri disana.
                “Andwae! Andwae!” Key langsung tak sanggup berdiri santai. “Itu tidak boleh terjadi~ TIDAK BOLEH!”
                “Iya noona, jebalyo... Tolong temani aku menghadapi hyung-hyungku yang gila ini -_-“
                “Tidak bisakah kita berbicara didalam?” ucap Onew menengahi.
                “Aniyo Oppa. Disini saja.” Cegah Yujin cepat, ia tidak mungkin bisa berbicara didepan Jonghyun – yang lebih dulu masuk kedalam. “Ini... aku... sebenarnya...”
                “Ini karena Jonghyun kan?” Ucap Onew tepat sasaran. Sepertinya Onew bisa ‘membaca’ reaksi tidak nyaman Jonghyun tadi malam. “Jika memang benar, biar aku yang bicara padanya. Kau tidak perlu khawatir. Tapi jika ada alasan lain, kumohon kau mempertimbangkannya karena kami sangat membutuhkanmu.”
                Hanya dengan mendengar kalimat Onew saja Yujin tidak bisa berkata apapun lagi. Tadinya ia sudah menyusun dengan rapi beberapa alasan yang bisa ia jadikan ‘senjata’ tambahan untuk menolak tawaran mereka. Tapi dalam sekejap semua itu lenyap dalam hitungan detik. Lagipula apa yang bisa ia lakukan jika seorang leader SHINee meminta padanya dengan tulus seperti sekarang?
***
                Malam itu SMA Chungdam tampak berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tidak terasa sunyi oleh gesekan kertas dari lembar buku-buku usang yang berulangkali dibuka oleh para siswa, melainkan justru terdengar riuh dengan alunan musik yang terpusat pada aula sekolah. Lampu-lampu koridor juga tidak mau kalah, berhiaskan beberapa aksesoris pesta berwarna-warni yang terlihat indah.
Tepat dimalam ini, SMA Chungdam mengadakan pensi tahunan dengan lomba yang diikuti oleh setiap kelas. Masing-masing perwakilan kelas wajib menampilkan berbagai macam pertunjukkan mulai dari dance, drama, hingga parodi. Siswa di masing-masing kelas tampak sangat sibuk dengan berbagai kostum dan make up yang berbeda-beda. Ada yang memilih untuk berkostum ala idol, ada pula yang tampak jauh lebih dewasa dengan baju kantoran karena harus mementaskan drama. Tentu saja tidak ketinggalan bintang tamu spesial yang kebetulan salah satu membernya adalah siswa di SMA ini.
                “Hyung, kata panitia kita akan tampil pada opening dan closing.” Lapor Taemin kepada seluruh member band SHINee sesuai dengan perintah panitia – yang adalah teman sekelasnya sendiri.
                “Acara masih kurang berapa menit lagi?” Key bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphonenya, sejak tadi namja itu tampak sibuk menghubungi seseorang.
                “Mungkin 10 menit.”
                “10 menit?” sahut Yujin panik. “Tapi sampai sekarang Jonghyun belum datang. Bagaimana ini?” Selain Yujin dan Key, tak ada lagi yang memperdulikan ke-belum-datang-an Jonghyun disana. Sepertinya mereka semua sudah sangat hafal dengan kebiasaan Jonghyun yang selalu datang terlambat.
                Yujin sendiri awalnya tidak ingin datang kemari. Apalagi datang sebagai manager SHINee, dia tidak pernah membayangkannya. Tapi lagi-lagi karena ulah Key dia harus terjebak di tempat ini. Key mengatakan kalau ada alat musik yang tertinggal di ruang latihan – dan sebagai satu-satunya orang selain SHINee yang tahu ruang itu – akhirnya Yujin terpaksa datang untuk mengambilkannya. Tapi belum sempat Yujin masuk, mereka semua (kecuali Jonghyun) sudah standby didepan ruang latihan dan ‘menculik’ Yujin ke tempat ini. Jadilah Yujin sebagai satu-satunya yeoja yang kini tampak berdiri resah di sudut ruangan. Beruntung sekali acara ini hanya diadakan untuk siswa SMA Chungdam, jadi Yujin bisa memastikan ketidakhadiran Hana di tempat ini.
                “Sudah saatnya kalian tampil.” Kalimat dari seorang panitia yang baru saja datang dengan cepat mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu.
                “Tapi Jonghyun Hyung belum datang.” Jawab Taemin. “Bisakah kau menunggu 10 menit lagi?”
                Panitia itu menggeleng, “Ini sudah ketiga kalinya kau menyuruh kami menunggu Taemin.”
                “Tapi ah... Jebal...” Taemin mulai mengeluarkan aegyo pada temannya yang tampak tidak terpengaruh sama sekali.
                “Bagaimana ini Hyung?” tanya Key pada Onew. “Apa kita harus tampil tanpa Jonghyun?”              
                “Andwae!” cepat-cepat Taemin menyanggah. “Di SMA ku ini paling banyak fans Jonghyun hyung, bisa-bisa aku di ‘bully’ mereka besok kalau dia tidak tampil.”
                Semua terdiam. Minho dan Onew yang sejak tadi tidak bersuara juga mulai resah. Memang Jonghyun sering sekali terlambat, tapi dia tidak pernah sangat-terlambat dan sulit dihubungi seperti sekarang. Ini sudah lebih dari 30 menit. Apa dia benar-benar tidak datang?
                “Agashi...” panggil Yujin pada panitia itu. “Bisakah kita bicara sebentar?”
                Dan saat itu pula sudut bibir Key melengkung, dia tahu Yujin memang bisa diandalkan. Terbukti setelahnya bisa diambil sebuah kesepakatan kalau akhirnya SHINee tidak akan tampil pada opening, melainkan hanya saat closing. Tapi tentu saja ada konsekuensinya, bahwa SHINee harus menambahkan satu lagu pada saat closing untuk pengganti penampilannya yang tertunda. Bukan hal yang sulit tentu saja.
                “Sekarang sebaiknya kau memberitahu yang lain, Taemin.” Ucap Yujin sesaat setelah keluar dari backstage untuk berdiskusi dengan panitia. “Aku akan mencoba mencari Jonghyun. Kita punya waktu sekitar 3 jam sampai closing nanti.”
                “Oh ne, arraseoyo.” Taemin sempat membalik badannya kemudian memanggil Yujin lagi. “Tapi, memangnya noona mau mencari dimana?”
                Pertanyaan Taemin tak ayal membuat Yujin berfikir.
                “...Jonghyun hyung pasti akan datang. Kita hanya tinggal menunggu sebentar lagi.” Lanjut Taemin. “Walaupun sedikit menyebalkan, tapi dia bukan tipe orang yang suka melupakan janjinya.”
                Entah kenapa hanya dengan mendengar kalimat itu, perasaan Yujin menjadi sedikit lega. Setidaknya ada secercah harapan meski sisi lain dari Yujin masih tidak sanggup mempercayainya.
                Lee Taemin. Namja yang selalu menunjukkan wajah polos dan senyum cerah. Tidak suka perkelahian, penurut, hobi bermain game bersama Minho, benci matematika, sering tidur di kelas, dan selalu berkedip cepat saat sedang gugup. Tiba-tiba serangkaian fakta tentang Taemin yang pernah Yujin baca kembali terlintas. Dan sepertinya ada beberapa yang bisa ia temukan sekarang.
                Karena tidak tahu harus mencari Jonghyun dimana, akhirnya Yujin memilih untuk menunggu namja itu didepan gerbang sekolah. Mungkin Jonghyun sedang dalam perjalanan. Mungkin juga ada kepentingan mendesak yang membuat ia harus datang terlambat. Seperti kata Taemin, Jonghyun tidak pernah melupakan janjinya. Yujin percaya pasti Jonghyun akan datang.
Jika Jonghyun benar-benar datang, kesempatan kali ini ingin Yujin gunakan untuk membicarakan ‘keberadaan’ dirinya sekarang yang berperan sebagai manager, meski Jonghyun dan bahkan dirinya sendiri tidak menginginkan itu terjadi. Setidaknya jika terjadi pertengkaran, mereka bisa melakukannya disini, bukan dihadapan member SHINee pikir Yujin.
                Yeoja itu menyandarkan bahunya di tembok gerbang sambil menghela nafas panjang. Baru beberapa hari ia mendapat ‘predikat’ manager, ia sudah harus mendapatkan masalah seperti ini. Setengah dari diri Yujin menginginkan untuk pergi meninggalkan semuanya, namun setengahnya lagi mendesak Yujin untuk tetap tinggal. Yujin pikir ia sudah terlanjur ‘basah’, jadi tak ada salahnya untuk ‘menceburkan diri’ sekaligus. Bagaimanapun juga misteri kehadiran Jonghyun dalam mimpi dan kehidupan nyatanya belum terungkap. Yujin ingin bertahan, setidaknya setelah semua pertanyaan dalam kepalanya berhasil ia temukan.
                Dari kejauhan samar-samar Yujin seperti melihat seorang namja yang berjalan lambat. Saat ia perhatikan lebih teliti, kaki sebelah kiri namja itu tampak sedikit terseret sementara sebelah tangannya terlihat memegangi sisi dadanya kuat-kuat.
                Yujin menghambur menghampiri namja yang tertunduk itu. Tak salah lagi, ia adalah Jonghyun yang Yujin nantikan sejak tadi. Tapi sayang kondisi Jonghyun sama sekali tidak seperti yang Yujin harapkan. Sudut bibirnya robek, berdarah. Lingkaran disekitar matanya juga lebam parah dan ada beberapa lecet di buku jarinya. Itu yang terlihat, mungkin banyak luka lain yang bahkan lebih parah.
                “Gwenchana?” tanya Yujin cemas. “Apa yang terjadi sesuatu? Kenapa kau jadi seperti ini, Jonghyun?”
                Jonghyun hanya menarik nafasnya tersendat. Dari raut wajahnya ketara sekali ia sedang menahan sakit sampai-sampai sudut mata namja itu berkaca-kaca. Membuat Yujin justru semakin takut akan kemungkinan terburuk.
                Dalam hitungan detik tiba-tiba kedua kelopak mata itupun menutup perlahan, diikuti tubuhnya yang ambruk tanpa daya ke arah Yujin.
                Yujin menjerit panik, “Jonghyun! Kim Jonghyun sadarlah!!”
-To Be Continue-

                Huaaa telpon pak RT!! Eh salah... telpon ambulaaannnn. Itu jonghyun kenapa coba dateng2 tau2 main ambruk aja didepan gerbang? -_- wkwkwk
                Oiya mau sedikit menjelaskan berdasarkan komen2 sebelumnya, disini Onew bersikap ‘demikian diatas’ itu bukan karena dia suka ama Yujin. Tapi dia bersikap sebagai seorang leader yang juga penengah, apalagi dia juga bilang kan kalo nanti mau membicarakan soal Yujin ke Jonghyun? Nah itu karena dia member yang paling deket ama jonghyun.
                Untuk love line kedua(?), alias cintrong segitiganya Yujin ama Jonghyun beda lagiii, bukan Onew tapi second man nya adalaaah.... pasti pada tau dah entar. *wink*
                Ini udah mulai konflik ya, Yujin udah ‘terjebak’ diantara member SHINee. Next part janji deh banyak adegan yang supersosuit(?) antara Jonghyun Yujin kekeke.
                Biar makin penasaran, aku kasih bocoran dikit ya buat Lucid dream part 6 :
-      “Gwenchana?” tanya Yujin lagi memastikan sesaat setelah Jonghyun duduk di tempat tidur. Jonghyun hanya mengangguk sekenanya.
-      Ekspresi Jonghyun berubah tegang. Menduga-duga apakah Yujin akan menyebutkan keberadaannya atau tidak.
-      “Aku ingin membicarakan tentang Yujin.” Ucap Onew mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya kenapa kau begitu membencinya?”
-      “Mwo?” pandangan Hana sontak beralih dari Key ke arah Yujin. “Yujin, apa itu benar? Kau adalah.... manager SHINee??”
-      Sebelah alis Jonghyun naik, “Kau memang bodoh. Bukankah aku sudah memintamu untuk pergi? Tapi kau sendiri yang memilih untuk tinggal.”
Huaaaa.... next part akhirnya semua terungkap. Apa SHINee tetep tampil padahal Jonghyun terluka? Terus kenapa Jonghyun sangat membenci Yujin? Dan apa yang terjadi saat Hana akhirnya mengetahui bahwa Yujin adalah manager SHINee?
Semua terjawab di part 6 yang kayanya bakalan panjaaang bgt. Dibumbui dengan adegan sooo suittt dah. Kkkk.
Akhir kata gomawo buat semua readers yang mau mampir. Next part ditunggu ya? ppyong!

5 comments:

  1. Aduh aduh aduh, itu si Jonghyun kenapa ? Kenapa harus ada kata TBC, padahal masih ketagihan ?

    ReplyDelete
  2. haaahhhhh udah TBC ajah...
    next part please ... #make deg2an...

    ReplyDelete
  3. lanjutannya kapan eon??

    ReplyDelete
  4. 대박!!!
    Eon masa udh nunggunya lama, tbc cepet bgt lagi.
    Bikin gereget aja ihh... ^^

    ReplyDelete
  5. nexttt cepet pls...ini udh lumuten gegara penasaran~~~~~~ keren kerennnnn

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...