Friday 28 December 2018

FF Ongniel Wannaone : Serenity [PART 19]

HALLLOOOO sesuai janjikuu aku datang lagi hahahaha

Beneran dikejar setoran kalo ini mah wkwkwkwk

Masih ngelanjutin part sebelumnya, part ini bakalan ngejelasin alasan kenapa Sungwoon datang dan... konflik puncak(?) dari FF ini.

Ngga usah banyak cuap2, langsung aja ya~~



Serenity Part 19



                “Ini minumlah. Semoga bisa menghangatkan tubuhmu yang membeku.” Ucap Jihyun menaruh cangkir berisi kopi panas kemudian duduk disamping sahabatnya.
                Jihyun tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan Sungwoon seperti malam ini.  Melihat ia jauh-jauh datang kemari beserta tas ransel yang tidak terisi penuh, sepertinya Sungwoon memang sengaja ingin bertemu dengan Jihyun karena hal tertentu. Jihyun tahu benar Sungwoon bukan seseorang yang dengan mudah melanggar kalimat ‘Kau tidak perlu mengunjungiku di Seoul, karena aku akan pulang beberapa bulan sekali.’ jika ia tidak memiliki sebuah alasan yang kuat. Lagipula darimana namja itu mendapatkan alamat apartemennya di Seoul padahal Jihyun tidak pernah memberinya sekalipun?
                “Ah~ hampir saja tadi aku tersesat.” Cerita Sungwoon membuka pembicaraan. “Aku mencoba naik bus dari stasiun Seoul ke tempat ini, tapi jalurnya ada banyak sekali sampai membuatku bingung. Tahu begitu aku naik taksi saja walaupun harganya mahal.”
                Senyuman di wajah Jihyun terkembang mendengar cerita Sungwoon yang menggebu-gebu. Ditambah dengan aksen kota Jeonju yang khas, Jihyun baru menyadari betapa ia merindukan sahabat kecilnya itu.
                “Ah iya, aku sampai lupa. Kenalkan ini Daniel, teman yang tinggal satu apartemen dengan Seongwu.”
                Jihyun memang sengaja mengajak Sungwoon ke apartemen milik Seongwu–bukan miliknya, karena bagaimanapun juga nantinya namja itu akan menginap disini bersama dengan Seongwu dan Daniel.
                “Wah…” Sungwoon masih memandang Daniel heran meski sudah beberapa menit mereka bersama. Postur tubuh Daniel yang tinggi dan berbahu lebar sepertinya memang dengan mudah diidamkan oleh setiap pria. Termasuk Sungwoon, mahluk special dengan tinggi 168cm itu.
                “Seongwu hyung sudah pernah bercerita tentang hyung padaku.” Ucap Daniel ramah. “Jika hyung butuh apa-apa, jangan sungkan untuk mengatakannya.”
                “Tentu saja.” Sungwoon nyengir lebar. “Ah iya! Dimana Seongwu? Aku ingin bicara dengannya.”
                Jihyun terdiam dalam beberapa detik mencerna kalimat itu. Jadi Sungwoon jauh-jauh datang kemari hanya ingin bertemu dengan Seongwu?
                “Dia… sedang ada urusan. Sepertinya Seongwu sibuk sejak kemarin sampai aku tidak sempat bertemu dengannya.” Jihyun menjawab sambil melemparkan pandangannya pada Daniel, berharap ia bisa menjawab pertanyaan itu.
                “Aku juga belum bertemu dengan Seongwu hyung.” Jawab Daniel. “Sore ini aku baru kembali ke apartemen karena nuna menelfonku.”
                Membaca ekspresi Sungwoon yang berubah membuat Jihyun tiba-tiba merasa tidak enak. Entah kenapa Sungwoon tampak begitu khawatir setelah mendengar jawaban Jihyun dan Daniel tentang keberadaan Seongwu.
                “Ada apa Woon-ah?” Tanya Jihyun gelisah.
                Sejak hari Jumat setelah Jihyun pergi bersama Seongwu, mereka sempat berbicara sejenak di rooftop apartemen seperti biasa. Kemudian hari Sabtu Jihyun tidak bisa menolak panggilan ‘lembur’ kerja karena hari Jumat ia membolos. Pekerjaan di kantor pun kian menumpuk saat memasuki akhir tahun. Malamnya Jihyun sama sekali tidak mengecek keberadaan Seongwu dan langsung pulang untuk beristirahat.
Dan hari ini… seharian Jihyun membersihkan apartemennya dan menelfon Daniel untuk berbelanja karena Seongwu tidak bisa dihubungi. Jihyun hanya berfikir secara sederhana, mungkin memang Seongwu sedang sibuk jadi tidak bisa diganggu.
                Sekarang setelah Sungwoon bertanya, Jihyun baru menyadari bahwa malam itu terakhir kalinya ia melihat Seongwu.
Ini… bukan berarti pertanda buruk kan?
Iya kan?
Jihyun menggigit bawahnya karena ragu.
                “Kemarin Seongwu datang menemuiku.”
                DEG!
                “…ia menghubungiku dan mengatakan bahwa tengah berada di Jeonju.”
                Jihyun terperanjat mendengar kalimat Sungwoon. ‘Seongwu… ke… Jeonju?’
                “Dia mengatakan padaku bahwa aku tidak perlu memberitahu ommoni dan juga kau.” Lanjut Sungwoon menunjuk Jihyun dengan tatapannya. “Pertemuan kami hanya singkat, namun kata-katanya membuatku tidak bisa tidur semalaman. Jadi aku memutuskan untuk datang ke Seoul hari ini.”
                Jihyun masih terdiam, dalam beberapa detik ia mencoba memproses kalimat yang tiba-tiba datang diluar akal sehatnya itu.
                “Maafkan aku Jihyun-ah. Tapi Seongwu yang memberitahuku alamat apartemen ini karena ia ingin aku bisa datang kesini sewaktu-waktu.”
                “Memangnya…” Jihyun berujar pelan. “…apa yang Seongwu katakan padamu?”
                Kini gantian Sungwoon yang tampak ragu. Saat itu juga Daniel sempat ingin bangkit, namun Sungwoon lebih dulu menahannya.
                “Sepertinya Daniel-ssi juga harus tahu.” Jawab Sungwoon lalu kembali melihat ke arah Jihyun. “Seongwu bilang… sepertinya ia tidak akan bisa menepati janjinya.”
                ‘Janji?’
                “Waktu kalian pergi ke Jeonju dan aku mengantarkanmu ke rumah saat kau mabuk, aku sempat mengobrol bersama Seongwu.” Sungwoon berhenti sejenak, menimbang-nimbang akan menceritakan semua pembicaraan mereka atau tidak. “Hm… aku mengatakan padanya bahwa ia harus berjanji untuk menjagamu dan tidak boleh menyakitimu.”
                Jihyun mengigit bibir bawahnya, tidak menyangka seorang Sungwoon akan mengatakan hal semacam itu pada Seongwu meski ia tidak mengetahui alasannya.
                “…Dan kemarin, Seongwu meminta maaf padaku karena ia tidak bisa menepati janjinya. Dia bahkan mengatakan bahwa aku harus menjagamu mulai sekarang. Oleh karena itu ia memberiku alamat apartemenmu ini.”
                Setiap kata yang diucapkan Sungwoon bagai cambukan bagi Jihyun hingga rasa takut perlahan muncul. Disusul dengan sekelebat memori yang dengan cepat menyeruak dalam fikiran Jihyun bak potongan film. Dalam diam Jihyun menatanya satu persatu hingga setiap potong adegan itu menjadi utuh. Alasan mengapa Seongwu ke Jeonju, rencana pergi ke Bukcheon yang tiba-tiba berubah, dan… obrolan mereka berdua malam itu.
                Nafas Jihyun tercekat saat menyadari sesuatu.
                ‘Jihyun baboya!’
                Yeoja itu langsung bangkit meraih handphonenya diatas meja. Dengan tangan yang gemetar ia mencari nama Seongwu disana, berharap namja itu mengangkat telfon dan menjelaskan semuanya sekarang juga.
                ‘Nomor yang anda tuju…’
                “Ish…”
                “Nuna.” Daniel ikut bangkit mendekati Jihyun. “Gwenchanayo~ Sebentar lagi hyung pasti…”
                Belum juga Daniel menyelesaikan kata-katanya, tapi Jihyun lebih dulu berjalan menuju jaket yang ia sampirkan di sandaran kursi.
                “Nuna~ Kau mau kemana?”
                “Mencari Seongwu.” Jawab Jihyun cepat kemudian menghilang dari balik pintu, membuat kedua namja yang semula ingin mencegah kepergian yeoja itu lantas bangkit untuk menyusulnya.
                Dengan taksi yang mudah dicari dijalanan depan apartemen, tempat pertama yang mereka kunjungi adalah CafĂ© Season dimana tempat Seongwu bekerja. Sayangnya ketakutan Jihyun justru semakin nyata saat mereka mendapatkan informasi dari sana.
Bahwa Seongwu sudah berhenti bekerja setelah terakhir kali ia mengikuti shooting bersama kru milik Jihyun.
                Mereka juga sempat mendatangi tempat yang biasa Seongwu kunjungi, mulai dari tempat kerja paruh waktu Seongwu dulu, sampai ke kedai jjampong yang terakhir kali ia makan bersama Jihyun.
                Dan jawaban mereka semua sama, bahwa mereka tidak tahu dimana Seongwu sekarang.
                Kini Jihyun sudah tidak sanggup menyembunyikan rasa kecewa yang membelenggu hatinya. Sekeras apapun Jihyun memungkiri semua kenyataan itu, ia tetap saja tidak bisa menyanggah bahwa Seongwu benar-benar pergi meninggalkannya. Pergi tanpa alasan yang jelas. Pergi tanpa membawa apapun. Dan pergi setelah mengatakan bahwa ia mencintai Jihyun.
                Seharusnya Jihyun menyadari sebelum semuanya terlambat. Seharusnya Jihyun mengetahui apa yang sedang dihadapi oleh Seongwu sampai ia memutuskan untuk pergi. Seharusnya Jihyun tahu semua alasan itu. Tapi tak ada apapun yang Jihyun ketahui selain perasaan yang membuncah dalam hatinya.
Dan kini perasaan itupun pergi secepat ia datang.
                Jika saja Jihyun benar-benar memikirkan ucapan Seongwu seperti yang Sungwoon lakukan, mungkin namja itu tidak akan pergi seperti sekarang. Seongwu pergi setelah ia mengungkapkan perasaan yang telah lama ia pendam, Seongwu pergi setelah ia memastikan bahwa Jihyun tidak akan pernah kesepian, Seongwu pergi tanpa memberitahu siapapun, Seongwu pergi…
                Ah tidak! Dia tidak pergi.
Dia akan kembali kan?
                Iya, pasti semua keganjilan demi keganjilan yang tiba-tiba ia lakukan hanyalah sebuah kebetulan. Bukan sesuatu yang disengaja.
                Iya… kan?
                        Tanpa sadar air mata yang susah payah Jihyun sembunyikan itupun akhirnya meluruh. Mengalir dengan cepat membasahi pipi Jihyun dan jatuh mengenai hatinya yang terluka.
                Sekuat apapun Jihyun menyangkal kepergian Seongwu, kenyataan tetap saja mampu lebih keras memukul hatinya. Hingga yang tersisa hanyalah rasa sakit dan kerinduan yang tidak bisa Jihyun luapkan.
                Kenapa Seongwu memutuskan untuk pergi setelah ia lebih dulu membuat Jihyun terperangkap oleh perasaan yang kini sudah terlanjur mengakar dalam hatinya? Kenapa Seongwu harus memilih untuk tidak menepati janjinya setelah sebelumnya ia berkata bahwa ia sanggup? Kenapa Seongwu harus pergi dengan alasan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun?
                Kenapa?
                Kenapa Seongwu harus meninggalkan semua tanda Tanya besar itu?
                Saat itu pula sebuah obrolan yang terakhir kali ia lakukan bersama Seongwu tiba-tiba muncul di pikiran Jihyun. Kala itu Jihyun menemukan Seongwu tengah duduk di rooftop tepat beberapa jam setelah pulang dari Bukcheon Hanok Village.
                “Sudah kuduga kau ada disini.” Jihyun berjalan mendekati Seongwu kemudian duduk disampingnya.
                “Kenapa nuna belum tidur?”
                Jihyun tersenyum, “Bagaimana aku bisa tidur setelah perasaanku diobrak-abrik oleh seseorang huh?”
                Tawa Seongwu meledak mendengar kalimat itu. “Jadi nuna masih memikirkannya?”
                “Tentu saja… Itu…” Jihyun sangat ingin membahas bagaimana perasaannya ketika Seongwu tiba-tiba mengucapkan kalimat ‘Saranghamnida’ setelah mencium pipinya siang tadi. Tapi belum juga ia bersuara, jantungnya justru lebih dulu berdegup dengan irama tidak menentu.
                “Jadi… apa jawabannya?”
                “Kau tidak menanyakan apapun tadi.”
                “Kalau begitu aku akan bertanya sekarang.” Ucap Seongwu lalu memutar badannya ke arah Jihyun. “Apa nuna menyukaiku?”
                Seperti boomerang bagi Jihyun, kini senjata itu justru berbalik kepadanya. “Itu…” Ia terdiam sejenak. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang Seongwu ya, tolong beri aku waktu.”
                “Tapi aku tidak punya banyak waktu, nuna.”
                Seongwu mengucapkannya sambil menatap Jihyun lurus-lurus. Dengan sorot mata yang begitu serius, tidak memberikan sedikitpun ruang bagi Jihyun untuk mengambil nafasnya. Jihyun tidak menyangka itu adalah pertanda ia akan benar-benar pergi.
                Pergi untuk sebuah alasan yang tidak pernah Jihyun ketahui.
                Dan kini ribuan air mata pun tidak akan sanggup membayar penyesalan dalam hati Jihyun.
-To Be Continue-


Dan dan... Seongwunya pergi ;((

Mau curhat dulu,
Sebenrnya untuk ending ff ini tuh aku dah ganti2 sekitar 4-5 kali.
Jadi aku bikin ending, terus kayaknya jelek, terus aku rubah lagi, ngga sreg lagi, terus rubah lagi ..
gituuu terus sampe datanya kemaren HILANG.

padahal yang HILANG itu udah FIX banget. Tapi akhirnya aku ngga sreg (lagi untuk kesekian kalinya), dan ngerubah lagi dengan versi ini.

Mungkin karena ini udah mau pisah sama Wanna One, jadi aku kebawa suasana kali ya. Akhirnya aku mutusin bikin ending tentang perpisahan :(

DAN SEKARANG AKU MAU BILANG KALO PART SELANJUTNYA ADALAH PART TERAKHIR. ALIAS ENDING.

Sampe aku nulis Part 19 ini, aku sebenernya masih belum punya keputusan yang fix endingnya nanti mau gimana. Apakah Seongwu beneran pergi gitu aja ninggalin Jihyun? Atau dia bakalan kembali ke Jihyun lagi?

Perasaanku masih campur aduk hehe.

Yang jelas perpisahan di part ini sudah nyata adanya.

Jadi... sampe ketemu di part terakhir.
Semoga beneran bisa aku posting tanggal 31 Desember.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...