Monday 26 May 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 12]

Wuannyeong lucider yang hari ini makin berseriii~
Kemaren kan aku dah janji kalo ngga bakalan lama2 ngepostnya, oleh karena itu sesuai janjiku hari ini aku bakalan ngepost part 12. Mhehehe
Karena ngga terlalu lama, jadi ngga udah pake cuplikan langsung cekidot yaa
Jangan kaget kalo di akhir part ada sesuatu yang mengejutkan!
Happy reading!



Tittle                    : Lucid Dream [Part 12]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!



-Flashback-
Tepat di samping gerbang fakultas ekonomi, sejak siang hari bertengger sebuah motor sport berwarna hitam metalik yang menarik perhatian. Seorang namja dengan jaket kulit duduk diatasnya sambil terus mengamati satu persatu mahasiswa yang berlalu lalang melewati gerbang itu. Tampaknya ada seseorang yang ingin ia temui disana.
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, dari kejauhan terlihat seorang yeoja yang baru saja turun dari mobil. Yeoja dengan rok terusan berwarna pink pastel dengan motif polkadot itu langsung terkejut saat menemukan orang yang tak asing sedang menunggunya disana.
“Apa yang sedang kau lakukan disini Jonghyun?”
Jonghyun tidak menjawab, justru meraih lengan yeoja yang merupakan sahabat dari Yujin itu dan membawanya ke taman kampus yang tak jauh dari sana. Ia melepas kacamata hitamnya kemudian menunjukkan sesuatu dalam handphonenya.
“Foto ini kau kan yang mengambil dan menyebarkannya?” tanya Jonghyun to the point, tak alang membuat Hana seketika terkejut.
“Apa maksudmu? Jangan menuduhku yang tidak-tidak Kim Jonghyun!”
Jonghyun menyeringai. “Apa perlu aku cek nama admin yang memposting berita ini di fansclub?” ia kemudian mengutak atik handphonenya. “...Tepat pukul 10 malam seorang admin bernama Flaming Angel baru saja memposting sebuah berita dan beberapa foto dalam blog... Sepertinya kau lupa kalau blog ini memiliki profil lengkap para admin dengan beberapa media sosial yang dimilikinya.” Jonghyun kembali membaca sesuatu dalam handphonenya keras-keras. “Dan dalam media sosial milik Flaming Angel tercantum bahwa nama aslinya adalah...”
“CUKUP!” Hana tersudut. Ia tak menyangka jika identitasnya bisa dengan sangat mudah ditemukan. Padahal awalnya ia sengaja memposting foto-foto itu agar Yujin mendapatkan kesulitan, tapi sekarang itu justru menjadi boomerang baginya.
Semua yang Jonghyun katakan benar. Hana lah yang mengambil semua foto-foto itu. Ia sengaja membuntuti semua kegiatan Yujin terutama bersama member SHINee setelah tahu Yujin adalah manager mereka. Semua itu ia ambil sejak Minho mengajak Yujin untuk mempersiapkan ulang tahun Onew, sampai saat Minho dan Yujin pergi bersama bermain ice skating.
Kehadiran Yujin di antara member SHINee membuat Hana tidak terima. Apalagi melihat kedekatannya bersama Minho, memberikan kecemburuan yang mendalam meski ia tahu Yujin adalah teman terdekatnya. Ia tidak peduli siapapun itu, orang yang mendekati Minho adalah musuh baginya.
 “Aku tak menyangka ternyata kau tidak hanya licik, tapi juga bodoh.” Cela Jonghyun yang lantas membuat Hana melirik tajam. “Apa hanya ini yang bisa kau lakukan? Kau pikir dengan cara ini kemudian Yujin menyerah dan pergi?”
“NE!” jawabnya tak mau kalah. “Memangnya kenapa? Kau ingin mengungkapkannya pada Yujin untuk mengancamku huh? Katakan saja! Aku tidak takut!”
Jonghyun menarik salah satu sudut bibirnya. “Ani. Aku juga ingin membuatnya pergi. Tapi tidak dengan cara bodoh sepertimu.”
Hana membola. ‘Ingin membuat Yujin pergi?’
“Jadilah yeojachinguku dihadapan mereka. Maka aku akan merahasiakan semua perbuatanmu.”
-Flashback End-

Chagiya? CHA-GI-YA?
                Yujin terperanjat. Ia hampir tidak mempercayai indera pendengarannya sendiri saat mendengar panggilan mesra itu keluar dari bibir Hana. Apakah panggilan itu benar-benar ditunjukkan untuk JONGHYUN?
                Semua member tak kalah terkejut saat mendengarnya, mereka semua masih terdiam menunggu bagaimana reaksi Jonghyun. Tapi yang terjadi berikutnya justru lebih buruk. Jonghyun memeluk tubuh Hana dari samping kemudian membawanya duduk tepat dihadapan Yujin. Dengan tatapan yang nakal namja itu mendekatkan wajahnya ke arah Hana sambil berbisik lirih. Ia pun tersenyum puas saat menyadari ekspresi Yujin berubah drastis.
Karena sudah tidak tahan akhirnya Yujin bangkit, dengan gerakan cepat ia langsung meraih tangan Hana. “Aku ingin bicara denganmu diluar.”
“Shireo!” Hana menangkisnya.
“HANA!” bentak Yujin keras sambil menarik tangan sahabatnya sekali lagi. Hana mencoba meminta bantuan pada Jonghyun tapi Jonghyun diam. Akhirnya Yujin berhasil membawa keluar yeoja itu meski dengan deretan kalimat keluhan yang terlontar darinya. Mereka berdua menaiki tangga dan berhenti diatas basement, tepat dipinggir jalan.
“Apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan? Kenapa kau memaksaku seperti ini huh?” protes Hana sambil memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
“Katakan...! Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu.”
Hana bertingkah seolah ia tidak mengerti. Yeoja itu memainkan ujung rambutnya sambil menatap penuh tanda tanya ke arah Yujin. “Apa maksudmu? Aku tidak menyembunyikan apapun.”
Yujin menutup matanya dan menghembuskan nafas keras-keras. “Aku percaya padamu Hana. Aku selalu berusaha tidak mengabaikanmu...”
“Tch...” Hana tersenyum kecut. “Kau lucu sekali Yujin. Kau bilang kau tidak pernah mengabaikanku? Haruskah kukatakan semuanya sekarang?”
Yujin mengerutkan dahinya.
“Kau sudah menyembunyikan identitasmu sebagai manager mereka, kau juga hampir setiap hari bertemu dengan mereka tanpa memberitahuku...”
“Tapi bukankah kau sudah memaafkanku?”
“...kau bahkan diam-diam pergi bersama Minho dibelakangku. Sekarang bisa-bisanya kau bilang kau tidak pernah mengabaikanku?” nada bicara Hana semakin meninggi. Tampaknya yeoja itu sudah tidak tahan untuk meluapkan amarah yang selama ini bersembunyi dalam dadanya.
Yujin terdiam. Tatapannya nanar. Ia tidak pernah berfikir jika selama ini sahabatnya memiliki anggapan seperti itu. Yujin tahu ia salah. Seharusnya sudah sejak awal dia melibatkan Hana dalam kegiatannya. Ia bisa terima jika Hana meluapkan emosinya seperti sekarang, bahkan ia pun tidak akan memberontak jika yeoja itu memutuskan untuk menjauh darinya. Tapi dengan mendekati Jonghyun? Kenapa Hana sengaja melibatkan namja itu hanya untuk menyakiti hati Yujin?
“Aku...” Yujin sampai sulit untuk membuka bibirnya.  Kedua matanya berkaca-kaca. “Aku... tidak pernah menyangka selama ini kau memiliki pikiran seperti itu Hana...”
“Jangan bertingkah seolah-seolah kau tidak menyadarinya Yujin.” Balas Hana tajam. “Kau pikir kau pantas mendapatkan Minho sedangkan aku tidak pantas bersama Jonghyun? KAU MENYUKAI JONGHYUN KAN?”
Yujin tersentak karena Hana mengungkapkan hal itu secara terang-terangan.
“Jangan bermain-main denganku Yujin. Akupun bisa melakukan sesuatu dengan cara yang kotor.” Lanjut Hana. “Aku tahu kau sengaja berpura-pura menjadi manager SHINee hanya untuk mendekati Jonghyun. Aku tidak peduli apa sebenarnya yang kau inginkan darinya, tapi aku tidak bisa tinggal diam jika kau harus melibatkan Minho. Aku...”
Hana terus saja meluapkan amarahnya dengan lantang. Ia tidak akan berhenti sampai seluruh isi kepalanya bisa sampai di telinga Yujin. Tapi satu yang Hana dan Yujin tidak sadari, bahwa sebenarnya para member bisa mendengar semuanya dengan jelas.
Tentang kekecewaan Hana... tentang prasangkanya pada Yujin... dan tentang perasaan yang diam-diam Yujin sembunyikan dari Jonghyun. Semua member bisa mendengarnya. Mereka hanya terdiam tanpa saling bertukar pandang. Tak ada satupun yang berani buka suara.
Key dan Taemin tampak terkejut dengan perasaan Yujin pada Jonghyun, Onew menyesalkan semua yang terjadi sekarang, Minho tidak menyangka seseorang yang selama ini menjadi perhatiannya ternyata menaruh hati pada orang lain, dan Jonghyun yang menjadi topik pembicaraan justru tampak cuek menancapkan headset di telinganya meski tak satupun lagu terputar disana.
Jonghyun tahu jika selama ini Yujin menyukainya. Ia juga mengetahui bahwa ia adalah alasan terbesar untuk Yujin tetap bertahan. Tapi Jonghyun tidak ingin semua itu terjadi. Ia hanya ingin Yujin pergi darinya secepat mungkin. Sayangnya semakin Jonghyun berusaha untuk membuat Yujin jera, justru semakin membuat yeoja bertahan karena sudah terlalu banyak kejadian yang telah mereka lalui bersama-sama.
Di tengah pertengkaran Hana-Yujin yang kian menjadi, Minho sebagai salah satu penyebab pertengkaran itu akhirnya bangkit ingin melerai mereka berdua.
“Biar aku saja.” Onew pikir jika Minho yang menengahi maka situasi justru akan semakin sulit, oleh karenanya ia memilih untuk mendahului langkah Minho berjalan menuju keluar basement tempat latihan.
***
Sekitar tigapuluh menit setelah kejadian itu, Yujin tampak duduk dengan resah di salah satu meja Season Cafe. Ia tidak menyentuh sedikitpun hidangan yang ada didepannya meski sang pemilik sudah mempersilakan.
“Aku tidak menyangka situasinya akan menjadi rumit seperti sekarang...” Onew membuka pembicaraan, tapi Yujin masih tidak mengeluarkan sepatah katapun.
“...Apa ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki hubungan kau dan Hana? Karena bagaimanapun juga ini karena...”
“Aniyo Oppa, gwenchanayo.” Ucap Yujin akhirnya. “Ini sepenuhnya masalahku dengan Hana, tidak ada hubungannya dengan kalian.”
Onew menurunkan bahunya sambil menatap Yujin sekali lagi. Melalui kegelisahan yang terpancar dari wajah yeoja itu, bisa Onew tebak bahwa yang tengah dipikirkan Yujin bukan Hana, melainkan namja yang membuatnya terkejut karena tiba-tiba menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri.
Meski Jonghyun sangat sering berganti yeojachingu dan Hana memiliki kriteria untuk itu dibandingkan dirinya, tapi Yujin tahu benar sejak awal Jonghyun tidak terlalu menyukai Hana. Setau Yujin mereka berdua juga tak pernah pergi bersama diluar. Bahkan setiap kali Hana berbicara, Jonghyun selalu berpura-pura tidak mendengarkannya. Yujin berani bertaruh, Hana pasti tidak mengetahui siapa Jonghyun sebanyak yang ia tahu.
Tapi mengapa Jonghyun bersedia untuk menjadi namjachingu Hana?
Kerutan di dahi Yujin semakin dalam. Tatapannya tertuju pada vas bunga yang berdiri diatas meja namun pikirannya melayang entah kemana. Membuat Onew tersenyum melihatnya.
“Mereka berdua tidak benar-benar menjalin hubungan, kau tahu itu Yujin.”
Yujin mendongak, ia tidak mengerti yang dimaksud Onew.
“Aku tidak tahu pasti apa alasannya, tapi sepertinya mereka hanya ingin menujukkan sesuatu didepanmu. Yang mungkin bisa menarik perhatianmu.”
Bukan menarik perhatian, cemburu lebih tepatnya. Untuk Hana itu sudah sangat jelas, tapi Jonghyun?
“Sejujurnya sampai sekarang akupun tidak mengerti mengapa Jonghyun selalu mengabaikanmu Yujin. Selama lebih dari 10 tahun kami berteman, ia tak pernah menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi tidak denganmu...”
Yujin tak menyangka ternyata diantara semua member justru Onew lah yang paling dekat dengan Jonghyun. Jika ia berkata lebih dari 10 tahun, berarti bisa dipastikan kalau Onew pun mengenal Jihyun dan mengetahui semua masa lalu Jonghyun yang kelam.
“...Satu hal yang aku tangkap dari perlakuan Jonghyun padamu, bahwa ia selalu berbuat sesuatu yang yang tidak kau sukai untuk membuatmu jera. Dan setelah kau jera, kau pergi menjauh darinya.”
“Jonghyun ingin aku menjauh darinya?”
Onew mengangguk, “Termasuk yang terjadi hari ini. Sepertinya ia ingin membuatmu membencinya namun... sepertinya itu tidak terlalu berhasil. Haha...” ia justru tertawa setelah mengucapkan kalimat itu. Onew tahu benar Yujin bukan tipe yang akan dengan mudah membenci seseorang. Apalagi orang yang disukainya. Bahkan Hana yang sudah jelas-jelas menusuknya dari belakangpun bisa dipastikan akan dengan cepat Yujin maafkan.
“Tapi Oppa... kenapa Jonghyun selalu ingin aku menjauh darinya? Apa ia benar-benar membenciku atau...?”
Mendengar pertanyaan Yujin wajah Onew kembali berubah serius. Ia memainkan gelas yang ada didepannya sambil berfikir. “Untuk yang satu itu aku tidak terlalu mengerti. Mungkin kau mengingatkan Jonghyun pada seseorang di masa lalunya. Apakah itu cinta pertamanya? Ah... Dulu Jonghyun punya terlalu banyak yeojachingu, jadi aku tidak bisa mengetahui siapa yang jadi cinta pertamanya -_-. Mungkin saja kau mengingatkannya pada seseorang yang ia benci atau sejenisnya(?)”
Benarkah Yujin mengingatkan Jonghyun akan seseorang di masa lalunya? Ucapan Onew justru membuat Yujin bertanya-tanya. Jika memang benar haruskah ia mencari jawabannya langsung pada namja itu? Tapi bagaimana caranya? Hanya untuk bertemu namja itu saja sulit.
Tampaknya Yujin memang harus berfikir tentang itu sekali lagi.
***
                Pukul 11 malam lebih 15 menit, Minho yang tengah bermain game sendirian di ruang televisi tiba-tiba dikejutkan oleh suara dering telfonnya. Dengan malas ia bangkit kemudian mengambil ponsel diatas meja, namun begitu lawan bicaranya terdengar dari seberang telefon, raut wajah namja itu langsung berubah. Cepat-cepat ia menyambar jaket dan kunci mobil sesaat setelah menutup ponselnya.
                Sebuah bar di daerah Gangnam menjadi tujuan mobil Minho melaju. Ia tidak terlalu familiar dengan tempat itu, tapi tak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain menjemput seseorang disana.
                Minho menebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan begitu sampai di bar yang penuh dengan pengunjung itu. Kata pekerja bar yang baru saja menelfonnya, ada seorang yeoja yang membutuhkan bantuan Minho karena tengah mabuk berat. Meski orang itu tidak menyebutkan nama, namun dari nomor telpon yang Minho simpan tentu saja ia tahu siapa yang harus ia cari.
                Tepat di sebuah meja yang terletak tak jauh dari panggung bar, seorang yeoja dengan baju berwarna merah motif bunga tengah meletakkan kepalanya diatas meja. Tampaknya yeoja itu mabuk berat.
                “Hana... Bangunlah...”
                Tak ada jawaban. Hanya justru bergumam tidak jelas dengan posisi badan yang tak berubah.
                “Permisi...” panggil Minho pada salah satu pelayan. “Apakah yeoja ini sudah membayar minuman yang ia pesan?”
                Pelayan itu sempat memeriksa catatan yang dipegangnya kemudian menggeleng.
                “Berapa minuman yang harus kubayar?” tanya Minho sambil mengeluarkan dompet dari saku belakangnya.
                Setelah memastikan semua beres, dengan sekali angkat Minho menggendong Hana menuju mobilnya. Ia sempat bimbang harus mengantar yeoja ini kerumahnya atau tidak. Karena jika orang tuanya mengetahui Hana pulang dalam keadaan mabuk dan diantarkan oleh seorang namja pasti mereka akan mengira yang tidak-tidak. Minho juga sempat berfikir untuk mengantar Hana kerumah Yujin, tapi bukankah mereka berdua sedang bertengkar?
                Dalam beberapa saat namja itu hanya terdiam di parkiran sambil menatap setir mobilnya.
                Sejujurnya Minho tidak pernah membenci Hana. Ia pun tidak merubah persepsinya tentang yeoja itu meski ia sudah mendengar semua yang Hana ucapkan dalam pertengkaran yang terjadi tadi sore. Minho justru merasa kasihan. Lagipula sedikit banyak ia juga merupakan salah satu alasan kenapa Hana melakukannya. Minho tahu Hana hanya terlalu mengaguminya sampai harus membenci sahabatnya sendiri.
                “Mi...minho...”
                Minho menoleh, tanpa sadar Hana bergumam memanggil namanya.
                “Maafkan aku...” ucap Hana sambil terisak. Matanya terbuka sedikit namun alkohol masih menguasai kesadarannya. “Bintang...” telunjuk yeoja itu mengarah ke atas. “Kau seperti bintang... bintang yang ber-sinar...”
                Minho masih diam mendengarkan ucapan Hana yang terbata.
                “Kau yang paling terang, saa-ngat terang. Uhuk!” Hana terbatuk tapi tetap melanjutkan kata-katanya. “Tapi sekarang sinar itu... sinar yang terang itu hilang. Hik hik... aku tidak bisa melihatnya.” Ia mulai menangis lagi. Mencoba menatap wajah Minho yang duduk di sebelahnya tapi ia tak sanggup melihatnya dengan jelas karena air yang memenuhi sudut matanya.
                “Minho kumohon... aku mohon...” kedua tangan Hana menyatu dengan lemas. “Jangan meredupkan sinar itu... Kau meredupkannya dengan memilih seseorang untuk ada disisimu.” Tangisnya semakin menjadi. “Bagiku jika ada seseorang... itu... Sinarmu akan redup. Huhuhu Aku mohon Minho... Aku...”
                Minho memegang kedua bahu Hana dan menyandarkannya di jok mobil seperti semula. Dengan hati-hati ia memasang sabuk pengaman untuk yeoja itu. Lama kelamaan gumaman Hana menjadi pelan lalu hilang sama sekali saat ia menemukan posisi yang nyaman untuk tidur disana.
                Melihat kondisi Hana sekarang justru membuat Minho semakin iba. Kini ia mengerti kenapa yeoja itu sangat terobsesi dengan keberadaannya. Apalagi saat mengetahui Minho pergi bersama sahabatnya sendiri tentu saja membuat Hana kecewa. Tapi jauh daripada itu, Minho memikirkan perasaan semua orang yang selama ini memiliki perasaan seperti Hana. Hana adalah satu contoh dari ratusan perasaan yang kecewa karena kecerobohan Minho.
                Minho tahu ia bukan siapa-siapa. Seharusnya ia berhak untuk menentukan pilihan pada seseorang yang membuatnya nyaman. Tapi melihat akibat yang ditimbulkan seperti sekarang sepertinya memang lebih baik untuk Minho menjaga perasaan Hana atau Hana-hana lain yang ada diluar sana. Karena kejadian ini pula Yujin juga harus menerima konsekuensinya. Minho tidak ingin semua terulang kembali.
                Setelah berfikir beberapa saat akhirnya namja itu meraih ponsel dari dashbor mobil dan menghubungi seseorang.
                “Yujin, bisakah aku meminta bantuanmu?”
***
                Langit yang semula berwarna biru cerah perlahan berganti jingga dan lama kelamaan berubah kelam. Orang-orang yang semula sibuk beraktivitas harian mulai memenuhi angkutan umum dengan wajah-wajah yang lelah dan semangat yang memudar. Namun ada beberapa dari mereka yang justru memiliki planning untuk kembali melanjutkan aktivitas lain meski hanya untuk sekedar menghabiskan sisa hari yang tidak panjang.
                Tak jauh berbeda dengan Yujin yang tampak turun dari bus dan menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan dimana tempat tujuannya. Dengan jaket hitam berlapis sweater serta syal tebal, yeoja itu berjalan ke arah selatan sembari sesekali mengeja beberapa plakat Cafe yang terlihat disana. Ia tidak peduli meski malam ini suhu menurun dan membuat nafasnya dua kali terasa lebih berat, namun bukan Yujin namanya jika ia mudah menyerah dengan rasa penasaran.
                Setahu Yujin melalui jadwal harian member SHINee yang selalu dicatatnya, hari selasa adalah waktunya Jonghyun untuk melakukan penampilan solo di White Cafe. Ini semua lagi-lagi tentang Jonghyun.
                Setelah kejadian Hana yang mengaku sebagai yeojachingu Jonghyun beberapa hari lalu, mereka sama sekali belum bertemu. Mungkin ini sedikit banyak imbas dari keputusan Jonghyun untuk menolong Yujin di tengah konser waktu itu, jadwal SHINee beberapa hari kedepan jadi sepi. Hanya tersisa jadwal tampil mereka di Season Cafe dan jadwal solo Jonghyun. Karena SHINee tampil di Season Cafe masih 4 hari lagi jadi Yujin memutuskan untuk menemui Jonghyun di jadwal tampil solonya.
                Mengenai Hana, malam dimana ia mabuk, Minho memutuskan untuk meminta bantuan Yujin agar menghubungi orang tua Hana dan mengatakan kalau Hana sedang menginap dirumahnya. Awalnya memang ia bermaksud membawa Hana kerumah Yujin namun umma Yujin... bisa dipastikan beliau tidak akan memperbolehkan Hana masuk dalam keadaan mabuk, bahkan bisa saja melarang mereka berdua berteman selamanya. Tentu hal itu akan memperumit keadaan. Akhirnya Minho tak memiliki pilihan lain selain membawa Hana ke apartemennya.
                “Rock Cafe... Mc Donalls...” Yujin membaca satu persatu plakat yang ada di pinggir jalan sambil berjalan melewatinya. “Toko Roti...White cafe... ah ini!”
                Ia langsung bergegas masuk begitu menemukan cafe itu. Didalamnya lebih banyak pengunjung jika dibandingkan dengan Cafe milik Onew. Namun design interior Cafe ini jauh lebih minimalis dengan perabotan dan cat yang didominasi warna putih dan sedikit warna hitam. Meja kursinya pun berbentuk box dengan beberapa titik menyerupai dadu. Cukup unik tentu saja, tapi bukan itu yang jadi fokus penglihatan Yujin sekarang. Melainkan panggung yang ada di tepi ruangan.
                “Annyeonghaseo... selamat datang di white cafe!” sapa salah seorang pelayan saat melihat Yujin yang baru saja masuk memajang tampang kebingungan. “Ada yang bisa kami bantu?”
                Yujin langsung menoleh ke arah pelayan yang jauh lebih pendek darinya itu. “Jonghyun... apa dia tidak tampil hari ini?”
                Pelayan itu sempat mengerutkan dahi lalu membuka mulutnya saat mengerti siapa yang dimaksud Yujin. “Oh bintang tamu hari ini tampil lebih awal karena sebentar lagi akan diadakan privat party. Untuk Kim Jonghyun kebetulan baru saja menyelesaikan penampilannya. Mungkin dia sudah pulang sekarang.”
                Bahu Yujin menurun. Ia lantas mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya meninggalkan cafe itu dengan kecewa. Rasa-rasanya Jonghyun memang seperti hantu karena ia selalu menghilang begitu cepat.
                Tak ada pilihan lagi selain mencari bus dan segera pulang karena hari sudah gelap. Yujin tidak ingin ummanya bertanya yang tidak-tidak karena tadi ia pergi tanpa pamit.
                Tapi saat Yujin sibuk menunggu di halte bus, ekor matanya menangkap seseorang yang berjalan melewati samping halte tempat ia berdiri. Seorang namja dengan jaket kulit dan celana serta sepatu yang serba hitam, tidak mungkin Yujin salah mengenalinya.
                “Kim Jonghyun!”
                Cepat-cepat Yujin pergi mengejar Jonghyun yang lebih dulu berjalan didepannya. Yeoja itu sudah memanggil dengan keras namun Jonghyun masih saja melangkah tanpa mempedulikan teriakan Yujin.
                “Jonghyun berhenti!” Yujin berjalan tergesa melewati beberapa orang dari arah berlawanan. Ia sampai kewalahan karna langkah Jonghyun sangat cepat.
                “JONGHYUN!”
                Akhirnya namja itu berhenti. Ia memutar badannya dan terlihat ada sebuah headset yang menancap di telinganya. Pantas saja.
                “Hosh...Hosh..” Yujin membungkuk memegangi lututnya saat berhenti dihadapan Jonghyun. “Kau Jinjja...”
                Bukannya mendengarkan ucapan Yujin, namja itu kembali berbalik dan berjalan dengan cuek. Membuat Yujin terpaksa sekali lagi mengikutinya.
                “Aku ingin bicara denganmu Jonghyuun!”
                Jonghyun masih tak mempedulikan dan justru menyebrangi jalan dengan cepat. Saat itulah Yujin buru-buru mengerjarnya tanpa melihat rambu yang sudah melarangnya menyeberang.
                “TIIIN!”
                Sebuah mobil mewah berwarna silver mengerem mendadak saat menyadari seseorang menyeberang dengan tiba-tiba. Suara dencitan dan klaksonnya berbunyi nyaring, menarik perhatian semua pejalan kaki serta beberapa kendaraan yang berhenti di belakang mobil itu. Dalam hitungan detik, mereka semua lantas berjalan mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Yujin langsung lemas begitu tahu sebuah mobil hampir saja mengambil nyawanya. Yeoja itu jatuh terduduk dengan mata yang tertutup karena silau dengan cahaya lampu mobil. Hanya tinggal beberapa sentimeter lagi mungkin kecelakaan akan benar-benar terjadi. Untung saja pengemudi itu memiliki reflek yang baik.
“Yujin gwenchana?” tanya Jonghyun yang tersentak saat menyadari Yujin hampir saja celaka karena perbuatannya. Ia langsung berjongkok didepan yeoja itu untuk memperhatikan bagian mana yang terluka.
“Jeosonghamnida...” kali ini giliran pengemudi yang menghampiri Yujin. “Gwenchaseumnida?”
Yujin masih shock walau sudah dua orang menanyakan hal yang sama. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan membuka matanya secara perlahan untuk membalas tatapan kedua orang itu.
“Gwencha...”
Tiba-tiba lidah Yujin berhenti bergerak. Matanya membola saat memandang pengemudi yang hampir saja menabraknya.
“K-kau...” telunjuk Yujin mengarah ke orang itu. Spontan Jonghyun pun ikut melihat ke arahnya. Dan mereka berdua sama-sama terperanjat saat saling beradu tatap.
“Hyung?!?”
Sebuah panggilan yang tidak pernah terbayang dalam pikiran Yujin. Jonghyun yang mendengarkannya sampai menyangga dengan salah satu tangannya ke aspal karena hampir terjatuh. Ekspresi wajahnya begitu terkejut saat mengetahui pengemudi itu benar-benar orang yang dikenalnya.
Yujin melihat ke arah Jonghyun, kemudian ke pengemudi itu lagi. Ia ingin memastikan kalau apa yang ia temukan sekarang bukan halusinasinya. Ini kenyataan. Kenyataan bahwa setiap inci dari wajah mereka berdua sama persis! Mereka saudara kembar!
Jonghyun memiliki saudara kembar!
Suasana semakin ramai. Orang-orang lebih banyak yang berdatangan dan bertanya tentang keadaan Yujin. Saat itulah Jonghyun langsung bangkit. Terakhir kali yang Yujin lihat, wajahnya menyiratkan kepiluan yang begitu jelas. Tapi cepat-cepat ia berpaling kemudian menghilang di balik kerumunan.
***
“Namja yang ada dalam mimpimu... Bagaimana jika itu bukan aku, Yujin?” Tanya Jonghyun dengan sorot ingin tahu.
-To Be Continue-
                Hiyaaa ternyata Jonghyun punya sodara kembar sodara-sodaraa~ huwaaah, sebenernya aku pernah ‘membahas’ tentang sodara kembar jonghyun di part sebelumnya tapi ngga terlalu jelas hehe. Dan part depan janji deh bakalan diungkapin secara nyata(?) tentang siapa saudara kembar jonghyun dan kenapa mereka berpisah. Masa lalu jonghyun yang tersembunyi ternyata masih panjang... jadi siap2 yaa? Hehe
                Dan soal Minho sebenernya aku bikin ngga terlalu yang naksir2 Yujin banget ya. Dia masih dalam batasan ‘simpatik’ karena dulu yujin pernah bantuin dia dikampus. Apalagi Yujin terus jadi manager shinee, makanya mereka deket. Gitu aja sih. Kekeke

                Akhir kata gomawo buat yang masih mau ngikutin sampe part ini. Saya cinta kalian semuaaa(?) 

3 comments:

  1. Huaaaa jjong ada sodara kembar. Ini seruuuu jadi yujin, siapa yg ada dimimpimu? Baru sempet baca
    daaann sukaaaa lanjut eon ^^

    ReplyDelete
  2. Terus lanjut..
    Daebak..(kasih cap jempol.)

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...