Monday 19 May 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 10]


Tittle                    : Lucid Dream [Part 10]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Sore itu member SHINee bersama Yujin dan Hana berkumpul di ruang latihan. Mereka semua duduk melingkar dan tampak serius ingin mendiskusikan sesuatu yang sebelumnya Onew sampaikan melalui pesan singkat.
                Tentang kedatangan Hana, sepertinya bukan hal yang mengejutkan lagi bagi semua member. Tidak mungkin bagi mereka untuk menolak kehadiran yeoja itu karena semua member tahu benar situasi ini sudah membuat Yujin cukup kesulitan. Pada akhirnya, ada atau tidaknya Hana, itu sama saja. Para member hanya akan menganggap keberadaan Yujin.
                “Jadi ada apa sebenarnya? Kenapa Hyung meminta kami untuk berkumpul disini?”  tanya Minho sesaat setelah Taemin bergabung sebaga member terakhir yang datang.
                “Tadi malam ada seseorang yang mendatangiku di cafe.” Ucap Onew memulai penjelasan. “Dia menawarkan kita untuk bergabung di agensinya dan melakukan persiapan untuk debut.”
                Debut? Tentu saja itu impian semua musisi. Selama ini SHINee memiliki keterbatasan ruang untuk tampil karena mereka tidak bernaung dibawah sebuah agency. Akan lebih mudah jika mereka telah terikat kontrak, karena tidak hanya fasilitas dan kualitas yang akan meningkat, namun kesempatan untuk mengembangkan sayap mereka didunia musik akan terbuka semakin lebar. Namun tentu saja ada hal yang dikorbankan. Selain privasi yang terbatas, mereka juga harus mengikuti konsep yang diinginkan agency, juga menjalani semua jadwal yang ditetapkan tanpa terkecuali.
                “Semua detailnya ada disini.” Lanjut sang leader sambil meletakkan sebuah amplop besar diatas meja.
                Begitu amplop itu mendarat, Key dan Taemin buru-buru ingin melihatnya padahal mereka berdua duduk berseberangan. Alhasil amplop itu jadi bahan tarik menarik karena tidak ada yang mau mengalah.
                “Hyung~” Taemin merengek bercampur aegyo karena ingin melihatnya lebih dulu. Tapi Key tidak peduli, justru melayangkan tatapan tajam yang spontan membuat Taemin beringsut di belakang Minho.
                “Menurut Hyung bagaimana?” Tanya Minho menengahi.
                “Aku tidak bisa memutuskanya sendiri. Tentu saja itu juga tergantung bagaimana keputusan kalian.” Onew menjawabnya dengan bijaksana. “Tapi untuk pertimbangan, aku sudah mencari tahu latar belakang agency itu. Mereka memang terfokus pada band-band indie seperti kita. Meski belum lama berdiri, sudah ada artis mereka yang debut dan terbilang sukses untuk kategori rookie. Jadi ini keputusan penting untuk band kita, tolong baca tawaran mereka dengan seksama.”
                Mendengar perintah dari Onew, yang lain pun tampak jauh lebih serius menanggapinya. Sebagian dari mereka berdiskusi tentang tawaran itu, sebagian lagi bergantian membaca isi amplop yang diberikan. Bahkan Key dan Taemin yang selalu berdebat tidak penting pun membuka suaranya untuk hal-hal yang berkaitan dengan keputusan band nanti. Tampaknya diskusi kali ini benar-benar menentukan bagaimana nasib band kesayangan Hana itu.
                “Oiya mereka bilang mereka ingin melihat perform kita secara live sekali lagi untuk bahan pertimbangan.” Tambah Onew. “Waktu dan tempatnya kita yang tentukan.”
                “Kalau begitu bagaimana kalau sabtu besok saat tampil di season cafe?” usul Taemin pada yang lain.
                Minho menatap Taemin sambil berfikir, “Menurutku lebih baik jika saat kita tampil di panggung yang lebih besar. Sepertinya semakin banyaknya penonton maka responnya pun akan semakin baik.”
                Hana mengangguk semangat menyetujui pendapat Minho.
                “Seingatku kita ada tawaran tampil di festival tahunan daerah Sangamdong.” Timpal Key. “Yujin, kapan kita tampil disana? Bukankah kau sudah menyusun jadwalnya?”
                Yujin menguap. Tatapannya kosong mengarah ke lantai.
                “Yujin?” Panggil Key lagi.
                Tak ada jawaban.
“YUJIN!” Hana berseru menyenggol lengan Yujin.
                “Oh! A....ada apa Hana?”
                “YA! Apa kau tidak mendengarkanku huh?” teriak Key kesal. “Sejak tadi kami berdiskusi serius kau tak memperhatikannya?”
                “Oh? Oh...Mian...”
                Onew terdiam. Ia perhatikan sejak tadi Yujin dan Jonghyun sama sekali tidak mengeluarkan suara, padahal biasanya Jonghyun adalah orang yang paling kritis menanggapi hal semacam ini. Apa ia sedang tidak mood karena kedatangan Hana? Atau terjadi sesuatu diantara Jonghyun dan Yujin tadi malam?
                “Sehabis kuliah kau langsung kesini bukan?” Minho mengira Yujin tidak fokus kemungkinan besar karena kecapaian. “Sekarang sebaiknya kau pulang saja Yujin, biar kuantarkan.”
                “Ani-ani.” Tolak Yujin cepat.
                “Tidak pa-pa Yujin, kau pulang saja.” Hana ikut buka suara. “Nanti biar aku yang menggantikanmu disini.”
                ‘Menggantikanku disini?’ batin Yujin tidak setuju.
                “Lebih baik kau saja yang pulang.” Ucap Key menunjuk ke arah Hana. “Yujin masih kami butuhkan disini...”
                Skak mat. Hana langsung mengatupkan bibirnya karena tak sanggup membalas kalimat Key.
                “...Minho, kau mau kan mengantarkannya?”
                Minho sempat terdiam beberapa detik. Ia hanya bertukar tatapan dengan Key sampai akhirnya mengangguk karena mengerti apa yang dimaksud sahabatnya itu. Tidak masalah ia harus mengantarkan Hana pulang jika itu untuk kebaikan semua member.  Lagipula meski yang lain tidak memberikan tanggapan soal ini, tampaknya mereka menyetujui keputusan namja yang selalu berbicara to the point itu.
                “Oke Hana sudah pergi. Sekarang apa diskusinya bisa kita lanjutkan?” ucap Key tersenyum tipis pada Yujin. Yujin hanya membalasnya dengan tawa karena heran ternyata Key bisa membaca pikirannya.
***
                Sosok itu muncul lagi, mengenakan kemeja putih yang senada dengan celana yang ia pakai tampak tersenyum sambil meraih tanganku kemudian mengajakku berjalan menyusuri pantai.
                Senyum hangatnya sangat ku rindukan. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Tapi entah kenapa aku justru merasakan tangan namja itu semakin lama semakin merenggang. Saat aku menoleh, ia sudah tidak ada disana. Namja itu menghilang! Sudah kucoba mencarinya dimanapun, namun jejaknya bahkan tidak terlihat. Yang bisa kulihat hanya kesendirianku bersama angin deras dari pantai dan ribuan pasir putih yang membisu.
***
Yujin membuka mata, ia terkesiap dengan nafas yang tidak beraturan.
                Astaga ternyata itu hanya mimpi. Yujin pikir ia benar-benar berada disana. Padahal beberapa menit yang lalu ia sangat senang karena bisa bertemu dengan namja yang sudah setahun lebih membayangi mimpinya. Tapi dalam sekejap semua itu hilang.
Sudah lama semenjak Yujin bertemu Jonghyun, ia tidak pernah memimpikan namja itu lagi. Jangankan mengendalikannya seperti dulu, untuk menemukan sosok Jonghyun dalam mimpinya saja tidak pernah. Dan kali ini saat Yujin sanggup memimpikannya, Yujin merasa ia tidak bisa melakukan apapun. Eh, tapi ada dimana Yujin sekarang? Ia tahu persis kamarnya tidak seperti ini.
                Cepat-cepat Yujin bangkit. Kepalanya terasa pusing karena bangun tiba-tiba.
                “Kau sudah bangun rupanya?”
                Yujin menoleh. Tepat di kursi kayu sebelah sofa tempat ia tidur, tampak sesosok namja yang baru saja muncul dalam mimpinya tengah mendengarkan musik. Namja itu berbicara tanpa melihat ke arah Yujin.
                “Aku??” Yujin menoleh kanan-kiri. Baru ia sadar kalau ia sekarang masih ada diruang latihan. “Ah... mian aku ketiduran. Yang lain...ada dimana?”
                Seingat Yujin, setelah Minho berpamitan mengantar Hana tadi ia sempat berdiskusi dengan para member, kemudian... ia meletakan kepalanya diatas meja, kemudian... ah! Jadi sejak saat itu ia ketiduran. Rasanya yeoja itu ingin bersembunyi di balik sofa karena malu.
                “Yang lain sudah pulang.” Jawab Jonghyun datar. “Tapi... apa setiap kali kau tidur kau selalu berbicara aneh seperti itu huh?” nada bicara Jonghyun berubah. Ia memperlihatkan ekspresi terganggu karena ulah Yujin.
                “Aku?? Aku... aku mengigau?” Yujin panik, takut mengatakan hal aneh. “Apa yang kukatakan?”
                Bahu Jonghyun naik, “Aku... tidak memperhatikannya.” 
                Yujin mengerutkan dahi. Jika Jonghyun tidak memperhatikannya, tidak mungkin sekarang namja itu bisa menjawab semua pertanyaannya bukan? Padahal sudah jelas-jelas namja itu tengah menancapkan headset pada kedua telinganya.
                “Aku bermimpi tentang kau.” Jawab Yujin ingin melihat bagaimana reaksi namja itu. “Aku selalu bermimpi tentang kau Kim Jonghyun.”
                Jonghyun bergeming.
                “Aku tidak tahu kenapa, tapi itu selalu saja kau.” Yujin melanjutkan kata-katanya meski lawan bicaranya masih terdiam. “Bisa bertemu dengan namja yang selama ini ada dalam mimpiku adalah hal yang hal paling kuinginkan sejak dulu. Karena itu aku akan bertahan, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu Kim Jonghyun.”
                Tubuh kekar berbalut kaos tipis tanpa lengan itu masih membeku beberapa detik setelah Yujin menyelesaikan kata-katanya. Tapi kemudian ia melepas kedua headsetnya dan membalas tatapan yeoja itu. Bisa Yujin temukan keseriusan mendalam dibalik sorot mata Jonghyun yang seketika sanggup membuat perasaan Yujin menegang.
Detik berikutnya, bibir yang semula membentuk garis lurus itu berujar dengan pelan. “Namja yang ada dalam mimpimu... Bagaimana jika itu bukan aku?”
Hening sejenak. Bahkan untuk menjawab pertanyaan sederhana dari Jonghyun, Yujin harus berfikir beberapa saat. Karena sejujurnya ia bahkan tidak pernah menanyakannya pada dirinya sendiri. Rasanya begitu canggung saat mendengar pertanyaan itu justru terlontar dari bibir Jonghyun.
Tapi pada akhirnya Yujin tersenyum tipis, “Aku sudah melihatnya lebih dari 100 kali dalam mimpiku. Dan aku yakin itu kau.”
Keduanya lantas saling beradu tatapan dalam diam. Mencoba mencari tahu siapa yang lebih yakin dengan argumen masing-masing. Namun itu tidak berlangsung lama saat Jonghyun kemudian bangkit meraih jaket kulitnya, seperti tidak ingin membahas lebih lanjut.
“Sudah hampir jam 9 malam. Minho tadi menelpon dan memintaku untuk mengantarkanmu pulang sebelum jam 9 malam. Dia bilang Hana mengajaknya pergi ke suatu tempat jadi ia tidak bisa kembali kemari tepat waktu.”
Sekali lagi Yujin tersenyum. Kali ini lebih lebar bahkan. Tanpa harus beralasan mengenai Minho pun Yujin yakin Jonghyun tidak akan membiarkannya pulang sendirian.
***
Sudah sejak tadi malam Minho mengirimi Yujin pesan singkat agar hari ini yeoja itu meluangkan waktu untuk pergi bersamanya. Yujin hanya bisa menyutujuinya, asal ia bisa pergi dengan member SHINee tanpa kehadiran Hana saja sudah menjadi hal yang bagus baginya. Yujin tidak ingin Hana lagi-lagi menjadi perusak mood mereka semua, termasuk Minho, meski hari ini mereka hanya pergi berdua.
“Seoul Square?” mata Yujin membelalak ketika mobil Minho terparkir di depan gedung dengan LED superbesar itu.
Minho hanya tersenyum. “Kau akan tahu nanti. Kajja! Mari kita bersenang-senang!”
Seoul square adalah sebuah gedung megah dengan berbagai fasilitas yang lengkap, mulai dari berbagai macam restaurant, hotel dan tempat yang akan Minho serta Yujin datangi. Tempat ini sangat ramai dikunjungi saat musim dingin. Apalagi kalau bukan ice rink!
“Tapi aku tidak bisa ice skating Minho... apa yang harus aku lakukan?” Yujin bergidik ngeri melihat area ice rink yang ada didepannya. Sebagian besar orang disana tampak begitu lihai berlarian diatas es, bahkan ada beberapa yang sanggup berputar-putar seperti seorang profesional. Mungkin nanti nasib Yujin hanya akan berakhir seperti beberapa pengunjung yang hanya berdiri di pinggiran sambil memegangi besi. Sangat tidak keren.
“Tempat ini hanya untuk Kim Yuna, Minho. KIM YUN-A! Kau tau kan Kim Yuna? Kita pulang saja yaaa~“ *Kim Yuna pemain ice skating korea yang terkenal*
Minho tertawa, “Ayolah Yujin, kau harus mencobanya...” ajaknya memasuki ruang dimana mereka mengganti sepatu yang mereka pakai dengan sepatu ice skating.
Sudah terlanjur basah, tidak mungkin Yujin tidak sekalian menceburkan diri. Ia sudah terlanjur ada disana, Minhopun tidak berhenti untuk memaksana, tak ada pilihan lain selain masuk ke area ice rink. Langkah pertama ia masuk, kedua kakinya bergetar karena takut terjatuh. Hanya Minho harapan ia satu-satunya sekarang.
“Eottokkhae? Eottokkhae? Eottokkhae? Umma! Akk Minho~ Andwae... Andwae....” yeoja itu tampak super panik padahal sudah jelas-jelas Minho memegangi kedua tangannya. Lagipula ice rink ini tidak terlalu licin, Yujin hanya perlu menyeimbangkan badannya agar bisa berdiri dengan tegak.
“Minhoo~ Salyeo juseyo T_T”
Minho jadi tak sanggup menahan tawanya melihat ekspresi Yujin. Seakan-akan nyawa yeoja itu akan diambil sampai-sampai ia memohon dengan wajah ketakutan.
“Jika kau takut jatuh, tekuk kedua kakimu seperti ini.” Ucap Minho memberikan sedikit intruksi. Yujin langsung mempraktekkannya. “Nah sekarang, kita maju perlahan-lahan.” Lanjutnya menarik tangan Yujin pelan.
“Jangan lepaskan! Jangan lepaskan! Kumohon jangan lepaskan! Aakk Umma! Umma! Umma!”
Lagi-lagi Minho tertawa. Maksud ia membawa yeoja itu ke tempat ini untuk memberikan sedikit hiburan karena akhir-akhir ini Yujin terlihat lebih pendiam dari biasanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Yujin tampak begitu panik, padahal permainan ini sungguh menyenangkan.
Sepuluh menit... dua puluh menit... tiga puluh menit... sampai hampir satu jam mereka bermain, lama kelamaan Yujin menikmatinya. Ia terus-terusan meminta Minho untuk menariknya berkeliling ice rink, tanpa mempedulikan namja itu yang sudah mulai kelelahan. Tapi melihat Yujin berteriak, tersenyum, bahkan sesekali terjatuh sambil tertawa membuatnya tidak ingin berhenti. Setidaknya Minho tahu kalau ini adalah tempat yang tepat untuk menghibur yeoja itu.
“Ingin berputar lagi?” tawar Minho saat mereka berdua berhenti sejenak di pinggiran ice rink.
“Aniya~” Yujin menggeleng. “Aku capek.” Ucapnya lalu tertawa menyadari Minho akan berlipat-lipat lebih lelah ketimbang apa yang ia rasakan. “Tapi kau benar-benar hebat. Apa kau sering kemari?”
Minho tersenyum tipis, “Setiap musim dingin Key selalu mengajaku kemari. Dia sangat suka bermain ice skating.”
Yujin hanya mengangguk-angguk. “Apa kalian sudah mengenal lama?”
“Hm.. mungkin sepuluh tahun? atau lebih?” jawab Minho mengira-ira sejak kapan mereka saling kenal pertama kali. “Kami berdua satu sekolah sejak SMP, kemudian SMA, dan sekarang kuliah di tempat yang sama.”
‘Hebat sekali Minho bisa tahan begitu lama berteman dengan orang yang super cerewet seperti Key’, batin Yujin.
                “Tapi apa kau lapar? Bagaimana kalau kita makan? Disini ada retoran galbijjim yang sangat enak. Kau harus mencobanya.”
                Yujin langsung mengembangkan senyum cerahnya, apa lagi yang bisa ia lakukan selain menerima tawaran menggiurkan itu?
                Sekarang, tidak hanya sedang berada sebuah restaurant yang nyaman, menyantap makanan enak, menghabiskan waktu yang menyenangkan, tapi Yujin juga ditemani dengan namja tampan sekaligus populer seperti Minho. Ia merasa sangat beruntung meski sebenarnya sedikit berharap namja yang duduk di seberang meja adalah namja yang selama ini mengabaikannya, menyuruhnya menghilang dan memajang wajah tidak menyenangkan setiap kali bertemu dengannya. Seburuk apapun perlakuan yang Yujin terima dari Jonghyun, tetap saja hatinya telah terpenuhi oleh bayangan namja itu.
                “Yujin... Yujin apa kau mendengarkanku?”
                Yujin yang sedang asik melamun tiba-tiba tersadar oleh suara berat Minho. “Oh? Wae...?”
                Mata besar Minho menyipit, mencoba menerka apa yang sedang Yujin pikirkan.
                “Aniyo, gwenchanayo.” Ucap namja itu akhirnya. Ia kembali berkutat dengan sumpit yang berada di sela jari-jarinya, menelan rasa ingin tahu yang sebelumnya ingin lontarkan pada Yujin.
                Minho tahu Yujin tidak seperti Hana yang akan mengoceh sepanjang hari meski ia tak pernah meminta. Yujin bukan seseorang yang akan menceritakan sebuah rahasia dengan mudah. Yujin adalah yeoja yang lebih banyak melakukan pekerjaan ketimbang berbicara. Yujin lebih senang melakukan sebuah aktifitas ketimbang duduk dan saling bertukar pikiran. Setiap kali berada di dalam mobil, Yujin akan tenggelam dengan lamunannya sambil melihat ke pinggiran jalan. Yujin tidak pernah berprasangka buruk, ia lebih suka memendam semua ketidaknyamanannya ketimbang mengungkapkannya secara langsung. Yujin bahkan akan membiarkan sahabatnya mengganggu kegiatannya, ketimbang harus bertengkar. Yujin...
                Minho sebanyak itu telah mengetahui siapa Yujin. Jadi untuk pertanyaan ‘Apa makanannya enak? dan ‘Apa restorannya nyaman?’ mungkin terlalu klasik dan tidak  penting, jadi memang tidak seharusnya ia bertanya demikian.
                “Mi...Minho...”
                “Eo?”
                “Makanannya enak.” Jawab Yujin kemudian. “Dan aku suka tempat ini. Dari sini aku bisa melihat mereka bermain ice skating.” Lanjutnya menunjuk ice rink yang tersekat oleh jendela kaca. “Gomawo... karena sudah membawaku ke tempat ini.”
                Senyum lebar itu terkembang, semua keresahan yang bergulir dalam hatinya hilang sudah. “Kalau kau suka, kita bisa kesini lain kali.”
                “Jinjja?” Yujin antusias. “Geurae! Gantian aku yang akan meraktirmu.”
                Tawaran Yujin hanya dibalas tawa oleh Minho. Tentu saja ia tak akan membiarkannya, tapi untuk sekarang ia hanya sanggup menyetujuinya.
                “Tapi Yujin...” lanjut Minho dengan nada yang lebih serius. “...bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
                Yujin mendongak setelah memasukkan sepotong daging kedalam mulutnya, kemudian memberi sedikit anggukan untuk menjawab pertanyaan itu.
                “Malam itu... saat aku menjemputmu dirumah Jonghyun Hyung...”
                Meski pertanyaan Minho baru terdengar sepenggal, Yujin tahu benar kemana arah pembicaraan namja itu sekarang.
                “... Apa yang sebenarnya terjadi?” Minho bertanya dengan sangat pelan dan hati-hati. Ia tidak ingin mood Yujin berubah karena rasa penasarannya. “Malam itu kau memang sudah mengatakan kalau tidak ada apa-apa... tapi saat kau menelponku... ehm, maksudku... saat itu...”
                “Memang terjadi sesuatu. Tapi bukan sesuatu yang besar.” Potong Yujin meletakan sumpitnya diatas mangkuk lalu membalas tatapan Minho yang tampak khawatir sesaat setelah mendengar kalimat pertama dari Yujin. “Aku tersesat saat mencoba mencari rumah Jonghyun. Tanpa sengaja aku bertemu dengan beberapa pemabuk...”
                Minho menegakkan posisi duduknya, ingin langsung bertanya tapi Yujin tahan. Wajahnya tampak semakin khawatir.
                “...Saat itu aku hanya sedikit panik jadi langsung menekan panggilan terakhir dalam handphoneku... yang kebetulan itu adalah kau.” Yujin menarik nafasnya dalam. “Untungnya Jonghyun datang disaat yang tepat, jadi mereka tidak sempat berbuat apapun.”
                “Tapi kenapa tiba-tiba kau menutup telponnya? Aku sudah mencoba menghubungimu tapi handponemu tidak aktif.” Ketara sekali Minho masih belum sepenuhnya percaya dengan penjelasan Yujin karena yang Minho temukan saat menjemput Yujin waktu itu, Yujin tampak begitu shock dan bahkan wajahnya memucat dengan kedua mata yang sembab. Saat Minho bertanya pada Jonghyun, namja itu menjawab sama persis seperti apa yang Yujin katakan. Bahwa ia baik-baik saja.
                “Aku menjatuhkan handphone ku dan tidak sempat menyalakannya kembali.” Jawab Yujin merasa bersalah. “Mianhe... karena sudah menelponmu dan membuatmu khawatir.”
                Masih begitu banyak pertanyaan yang berkutat di kepala Minho, tapi bibirnya justru terkatup rapat.
                “Tapi Minho... Bolehkah aku juga bertanya sesuatu?” Gantian Yujin yang bertanya, tapi kali ini tampaknya bukan hal serius seperti pertanyaan Minho sebelumnya.
                “Hmm...?”
                Yujin tersenyum tipis, “Apakah mimpimu menjadi seorang drummer terkenal?”
                Minho tidak langsung menjawab, ia tahu benar pertanyaan ini sebagai upaya Yujin untuk mengalihkan topik pembicaraan. Yujin tidak ingin Minho bertanya lebih banyak tentang hal yang terjadi kemarin. Ia mengerti, oleh karenanya ia membalas senyum itu.
                “Aniyo... mimpiku menjadi pemain sepak bola.”
                “Jinjja?”
                Minho mengangguk.
                “Lalu kenapa kau sekarang menjadi drummer?”
                “Itu... terjadi begitu saja.” Jawabnya jujur. “Lalu kau? Apa mimpimu?”
                “Aku?” Yujin berfikir sambil menyedot jus alpukat. “Menjadi Eriko Kitagawa.” Lanjutnya sedikit terkekeh.
                “Eriko Kitagawa? Siapa itu?”
                “Mollayo? Dia adalah seorang penulis skenario sekaligus sutradara yang terkenal di jepang.” Yujin terlihat begitu bersemangat bercerita. Seakan-akan tidak ada orang lain sebelum Minho yang pernah ia beritahu soal ini. “Imajinasinya sangat luar biasa, dan dia sangat lihai menuangkannya dalam sebuah film dan juga drama. Ah, film ‘Postman to Heaven’ kau tahu? Itu adalah salah satu karyanya... Dia benar-benar... Aku sangat... Hampir semua karyanya... Dari dulu aku... Oleh karena itu... Sampai sekarang... ”
                Setiap kali Minho bertemu Yujin, gadis itu selalu menunjukkan sisi lain dari dirinya. Entah Yujin yang sering sekali melamun, Yujin yang selalu berkata baik-baik saja, Yujin yang terkadang menyembunyikan perasaannya, dan Yujin yang punya banyak rahasia. Tapi sisi apapun yang Yujin tunjukkan pada Minho, ia akan tetap berdiri disana dan menunggu sampai semua sisi yeoja itu terbuka satu persatu.
***
                Genap dua minggu sudah sejak pertemuan member SHINee di ruang latihan untuk membahas tawaran yang akhirnya mereka terima. Selama dua minggu pula hampir setiap hari mereka menyempatkan diri untuk latihan demi mempersiapkan penampilan spesial di festival tahunan daerah Sangamdong ini. Entah itu di sore hari maupun malam hari mereka tetap datang dan berlatih dengan serius karena penampilan kali ini akan menentukan apakah mereka akan diterima atau tidak.
Meski tawaran dan persetujuan ada ditangan, tentu saja penilaian secara langsung oleh agency sangat penting. Bisa saja agency yang sebelumnya menawarkan debut tiba-tiba berubah pikiran, atau mengganti beberapa point dalam tawaran yang mereka berikan jika penampilan SHINee malam ini tidak seperti yang agency inginkan. Bagaimanapun juga selama SHINee belum menandatangani kontrak, apapun bisa saja terjadi.
                Dan malam inipun tiba, saat dimana buah kerja keras dan mimpi mereka ditentukan.
Sama seperti yang mereka duga sebelumnya, festival tahunan Sangamdong kali ini berlangsung meriah. Banyak orang-orang dari semua kalangan dan umur berbondong-bondong datang mencari hiburan. Bahkan sejak sore hari depan panggung sudah dipenuhi penonton yang tidak ingin ketinggalan melihat band kesayangan mereka. Tapi yang penting dari semuanya adalah, SHINee merupakan salah satu band yang paling ditunggu-tunggu penonton. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi SHINee dalam penilaian mengingat animo penonton akan kehadiran SHINee sangat besar.
Setelah memastikan semua alat band sudah terangkut dan tak ada yang ketinggalan, Yujin lekas menyusul Hana yang lebih dulu stand by di tempat konser. Seperti biasa Hana yang sudah heboh dengan bando warna-warninya tampak berdiri tepat berjarak sekitar 5 meter dari ujung panggung. Sudah cukup dekat, tapi ia belum puas jika belum berdiri paling depan dan benar-benar bisa menyentuhnya secara langsung -_-
“Mereka akan tampil di urutan ke berapa Yujin?” tanya Hana tidak sabar.
Yujin melirik jam tangannya, pukul 8 malam. “Harusnya sekarang mereka sudah tampil, mungkin setelah ini.” Ucap Yujin membuka syal dan beanie nya karena ternyata suasana disana sangat panas. Entah karena memang udara yang tiba-tiba berubah, atau karena Yujin yang terlewat tak sabar melihat penampilan SHINee malam ini. Yang jelas Yujin bisa merasakan para member pasti akan jauh lebih gugup daripada yang ia rasakan sekarang.
Bukannya melihat ke panggung, Yujin justru menoleh ke arah belakang untuk mencari dimana perwakilan agency akan menilai. Setidaknya jika ia menemukan orang itu, Yujin bisa sedikit mengetahui bagaimana ekspresinya saat melihat SHINee tampil.
Saat itulah tiba-tiba yeoja yang berdiri tepat di belakang Yujin tampak berbisik-bisik. Yujin menoleh sekilas, tapi mereka justru menatap Yujin sinis.
“Kau yeoja itu kan?” salah satu dari mereka buka suara, nadanya terdengar sarkatis.
“Ne?” Yujin memajang ekspresi tidak mengerti.
Tepat setelah Yujin berbicara, member SHINee satu persatu mulai memasuki panggung. Mereka sempat mengecek alat musik yang mereka pegang beberapa saat, lalu akhirnya benar-benar memulai penampilan dimalam itu. Lagu andalan “Why So Serious?” yang mereka pilih langsung membuat semua penonton berteriak histeris. Semua, kecuali beberapa yeoja yang berdiri dibelakang Yujin.
“Iya dia pasti yeoja itu!” teriak yeoja yang menggunakan jaket berwarna hijau, ia tampak memastikan wajah Yujin dengan sesuatu dalam handphonenya. “Aku yakin dia kekasih minho.”
MWO? Yujin membola. “Apa maksudmu?”
Perhatian penonton yang ada di sekitar mereka langsung teralih ke arah Yujin tepat disaat salah satu fans itu menyebutkan nama Minho. Dan anehnya mereka semua langsung terkejut melihat wajah Yujin, seakan-akan mengenalnya.
“Tidak usah berpura-pura! Yeoja ini kau kan??”
Yujin menutup mulut dengan tangannya karena tak percaya saat menemukan foto yang terpampang di layar hp yeoja itu. Ia bahkan menunjukkan beberapa foto lain yang membuat Yujin tidak sanggup berkelit. Tapi itu benar-benar Yujin! Foto-foto itu menunjukkan kedekatan Yujin bersama Minho saat berada di area ice skating minggu lalu, bahkan ada foto saat Yujin membeli kado untuk Onew di Myeongdong. Bagaimana semua ini bisa tiba-tiba tersebar?
“...Astaga jaketnya saja sama persis. Ia benar-benar yeoja itu...”
“...Aku tidak percaya Minho menyukai yeoja seperti ini...”
 “....Kau bahkan tidak lebih cantik dariku...”
“....Memangnya kau siapa berani mengencani Minho ‘kami’?....”
“....Jika aku tidak sanggup mendapatkan Minho maka tidak ada orang lain yang boleh mendapatkannya!....”
“...Apa kau memang benar-benar yeojachingu Minho?...”
“...Kau pantas mati!...”
 “PLAK!” sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi Yujin, meninggalkan bercak merah disana. “DASAR WANITA JALANG!”
Sudut mata Yujin memerah, ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat sampai-sampai ia mendapatkan perlakuan seperti sekarang.
“Jaga ucapanmu!” balas Yujin tidak terima. Ia masih bisa menyimpan amarahnya mendapatkan cemoohan dari yeoja yang ada disekitarnya, tapi yeoja yang satu ini benar-benar dilewat batas.
“JADI KAU BERANI MENANTANGKU?”
Meski Yujin berani dan ia yakin bisa mengalahkan yeoja yang masih berumur belasan itu, nyatanya anggapan Yujin salah besar. Saat ini dia tidak hanya melawan satu orang, tapi semua orang yang tengah menatapnya. Entah 10 orang atau lebih, Yujin tak sanggup memastikannya.
Minho yang semula fokus ke arah perwakilan agency mengalihkan pandangannya ke tengah penonton dan menyadari ada keributan yang terjadi disana. Tidak terlalu jelas, hanya terlihat beberapa yeoja yang saling berdesakan. Tapi tunggu... bukankah itu Yujin?
Minho bangkit, melempat stick drumnya ke sembarang tempat yang otomatis membuat dentuman musik berhenti. Ia ingin segera turun untuk menolong Yujin tapi tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di bibir panggung.
Terlambat Minho sadari telah ada seseorang yang lebih dulu berdiri disamping Yujin untuk melindunginya. Seseorang yang meninggalkan stand mic begitu saja dan langsung melompat ke bawah sebelum keadaan bertambah buruk. Seseorang dengan tatapan dingin namun memiliki perasaan yang begitu hangat.
“Jong...jonghyun?”
Reaksi yang sama persis seperti yang Jonghyun temukan saat menolong Yujin dari para pemabuk kemarin. Yeoja yang semula menarik rambut Yujin dengan kasar itu langsung melepaskan tangannya. Tubuhnya gemetaran karena harus menghadapi sosok Jonghyun yang datang tanpa ia kira.
Suasana berubah hening. Musik berhenti sama sekali. Semua pasang mata langsung tertuju pada Jonghyun dan yeoja yang ada disampingnya. Mereka tampak sangat terkejut dengan perbuatan Jonghyun yang tiba-tiba saja menolong Yujin saat ia berada di tengah-tengah konser.
Member SHINee pun tidak dapat melakukan apapun. Malam yang penting dan sudah mati-matian mereka persiapkan ini dengan sekejap berubah menjadi bencana karena keputusan Jonghyun. Mereka tahu benar, mimpi yang sebelumnya tumbuh harus mereka pendam kembali.
Dan detik berikutnya, namja dengan jaket kulit berwarna hitam itu meraih tangan Yujin dan membawanya menghilang dari sana. Bersamaan dengan hilangnya harapan para member SHINee.
-To Be Continue-

               
               

                

3 comments:

  1. wahaa pasti selalu jadi masalah kalo deket sama orang yang banyak fansnya, kasihan yujin :< tapiii....... jonghyun mulai perhatian berlebih tuh aokaok :3

    ReplyDelete
  2. Hy unni saia sebenarnya readers lama (sekitar thn 2013) membaca setia postingan Ff mulai dari awal-lucid dream..
    Dulu hape aku masih jadul bgt wkwk jadi ngga bisa tinggalin jejak walopun saia uda sempet kasih tahu unni dulu, lewat twitter~~
    Jgn marah ya un hehehe
    Saia terus lupa nama blog unni pas punya hape baru yg lbh modern, akhirnya setelah menggali memori akhirnya ketemu juga...
    Huaa kangen bgt sama Unni icha, sama ff dan postingannya..
    Ff dan chapter 10 ini juga yg kedua kali aku baca di blog unni..
    Haha akhirnya jonghyun mulai ada perubahan ama yujin..
    Keren bgt ff unni, ampe speechless ..ya pokonya bgus bgt deh yaa
    #edisicurhat

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah jinjja?? udah lama banget dong ya :*
      hahaha ngga papa kog say, udah mau baca aja udah suka banget.
      hihi asikk masih diinget. makasih muaah
      iya part belakangan baru sadar hahaha

      makasih banyaaak saay.
      ppyong!

      Delete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...