Friday 28 February 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 9]

Selamat (tengah) malam readers yang paling kucintai didunia ini (?)
Kayaknya semua udah bosen ya denger kata maap dari aku gara2 (selalu) terlambat ngepost dari chapter ke chapter berikutnya. Tapi aku juga ngga akan bosen buat (selalu) minta maaf setiap kali ngepost ^^v
Apakah ada yang masih inget part sebelumnya? Oke cekidot...
  • “Seharusnya kau bilang sejak awal Yujin. Tentang jam malammu.” Lanjut Minho. “Mian karena kami kau jadi dihukum.”
  • “Kau seharusnya menceritakan pada umma sejak awal kalau kau menjadi manajer mereka. Lain kali umma akan mengijinkannya...”
  • “Minho memintaku untuk memaafkanmu. Dia bilang kau melakukan ini bukan karena kehendakmu, tapi karena permintaan member SHINee.” Lanjut Hana. “Apa itu benar?”
  • “Ah itu, iya-iya! Apa kau tau? Hanya dengan memberitahu alamat rumahmu, aku jadi bisa mendapatkan nomor telpon Minho dan alamat apartemennya. Ah... jinja, kau memang berguna Yujin. Hihihi”
  • “Hari ini Onew hyung ulang tahun. Tapi sayangnya hari ini Key memiliki acara bersama keluarganya, Taemin ada jadwal les piano, sementara Jonghyun hyung tidak mengangkat telpon, jadi aku terpaksa meminta bantuanmu Yujin. Mian...”
  • “Kau sudah berulang kali memintaku untuk tidak muncul dihadapanmu, tapi aku terus saja mengganggu kehidupanmu.” Sesal Yujin. “Terkadang aku berfikir untuk berhenti. Tapi aku tidak bisa melakukannya sebelum aku menemukan jawaban atas rasa penasaranku. Mianhe karena aku terlalu egois.”
  • “SURPRISE! Saengil chukkahamnida... saengil chukkahamnida...”
  • Semuanya saling bertukar pandang. Setahu mereka tidak ada orang lain selain Yujin dan pemilik persewaan yang ‘tahu’ tempat ini. Tapi bahkan pemilik persewaan adalah seorang ahjussi paruh baya yang tidak mungkin memiliki suara cempreng seperti sekarang. Akhirnya Minho memilih bangkit kemudian membukakan pintu untuk orang itu.




Tittle                    : Lucid Dream [Part 9]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Hana?!? Apa yang kau lakukan disini?” Yujin berseru tidak percaya menatap kehadiran Hana yang tiba-tiba.
                “Aku...” Hana sempat menghentikan kata-katanya. “Tentu saja aku ingin bertemu denganmu Yujin.”
                “Kita bicara diluar.”
                Yujin menarik tangan Hana bermaksud untuk mengajaknya keluar, namun sesosok namja lebih dulu mendahului langkahnya. Membuka pintu kemudian pergi tanpa suara. Yujin tahu benar namja itu paling tidak suka jika ada orang lain yang datang ke tempat latihan ini. Yujin sudah lebih dari cukup mengusik Jonghyun. Dan sekarang...Hana?
                “Wah... apakah ada yang sedang ulang tahun?” Hana tampak tidak memperdulikan ajakan Yujin dan mengabaikan sama sekali kepergian Jonghyun. “Astaga, apa sekarang tanggal 14 Desember? Hampir saja aku melupakannya. Onew Oppa chukkae!” lanjutnya seperti tidak terjadi apapun.
                Yujin menurunkan bahunya sambil menunduk, tidak berani menatap member yang ada disana. Dia benar-benar tidak enak karena Hana telah merusak acara malam ini.  Rasanya yeoja itu ingin menyembunyikan wajahnya didalam kantong jika ia bisa.
                Taemin, Key dan Onew yang semula terkejut dengan kehadiran Hana hanya saling menukar pandang. Disusul oleh kata ‘Gomawo’ yang diucapkan Onew karena Hana sudah memberinya ucapan ulang tahun. Meski suasana berubah canggung, namun karena tahu Hana adalah teman Yujin, mereka tidak ragu untuk mempersilakan yeoja itu duduk.
                “Kalian sudah berbaikan rupanya?” Key menyeletuk sambil makan tobboki. “Kukira temanmu kemarin tidak akan memaafkanmu Yujin.”
                Minho langsung menyenggol lengan namja itu.
                “Ah... tentu saja aku akan memaafkan Yujin. Lagipula Minho sudah menjelaskan semuanya.” Jawab Hana melempar tatapannya pada Minho. Minho justru melihat ke arah Yujin yang tampak diam sejak kehadiran Hana disana.
                “Oiya, sepertinya aku belum memperkenalkan diriku pada Onew Oppa dan Taemin.” Hana kembali berujar. “Annyeonghaseo, naneun Hana imnida. Bangapta!” ucapnya disusul dengan senyuman lebar.
                “Ne. Bangapta noona.” Balas Taemin. “Tapi apakah noona teman sekelasnya Yujin noona?”
                Cepat-cepat Hana mengangguk. “Aku ini...”
                “Bagaimana kau bisa kemari Hana? Bukankah aku tidak pernah memberimu alamat tempat ini?”
                Semua yang ada disana langsung menoleh mencari sumber suara itu. Ternyata Yujin buka suara. Sejak tadi ia menimbang-nimbang akan langsung menanyakan ini didepan semua member atau tidak. Tapi karena Hana seperti tidak memperdulikan ketidaknyamanan Yujin, akhirnya Yujin memilih untuk to the point.
                “Aku yang memberitahunya.” Minho yang lebih dulu menjawab. “Hana bilang dia ingin bertemu denganmu karena ada urusan penting. Jadi aku memberitahumu kalau dia ada ditempat ini. Mian.” Ucap Minho semakin pelan di akhir kalimat. Ia memilih untuk memberikan alamat tempat ini pada Hana karena tidak ingin Hana salah paham pada Yujin untuk yang kedua kalinya. Tapi Minho tidak mengira justru hal itu membuat Yujin tidak nyaman.
                Yujin sama sekali tak bermaksud untuk menyembunyikan keberadaan SHINee dari sahabatnya. Ia juga tak bermaksud untuk membenci Hana karena terlalu mencampuri urusannya. Tapi kehadiran Hana sekarang benar-benar tidak tepat. Apalagi ini saat yang spesial, dan para member sudah mempersiapkan semua hal sebelumnya. Lagipula jika ada urusan, seharusnya ia menghubungi Yujin lebih dulu daripada Minho kan? Sekarang Yujin bukan hanya tidak enak pada Onew yang sedang berulang tahun karena suasana jadi berubah, tapi juga pada Jonghyun yang sudah bisa dipastikan akan kembali membencinya.
                “Ah iya, kudengar tugas Yujin banyak sekali. Kalau begitu bagaimana jika aku juga jadi manager kalian? Bukankah kasihan Yujin jika harus jadi manager kalian seorang diri?”
                Semua member kembali saling bertukar tatapan. Sedangkan Yujin langsung tertunduk dalam.
                Hana kumohon...berhentilah, batin Yujin tidak tahan.
***
                Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana bisa dipastikan akan ada kenaikan pengunjung di Season Cafe, cafe milik Onew. Alasannya tentu saja karena jadwal mingguan member SHINee. Para penggemar band indie itu sudah memadati setiap meja pelanggan, dan bahkan tidak sedikit yang rela berdiri dibagian belakang cafe demi menantikan penampilan SHINee.
                “Yujin, lebih baik kau lewat pintu samping cafe karena bagian depan sudah penuh.” Jelas Minho via telpon. “Ada gang kecil disebelah kiri cafe, tepat disana ada sebuah pintu berwarna abu-abu bertuliskan staff only. Aku akan menunggumu disana.” Lanjutnya kemudian menutup telpon setelah mendapat persetujuan dari Yujin.
                Hari itu Yujin tidak datang sendirian seperti biasanya. Karena memang telah mengetahui jadwal member SHINee, Hana mengajak Yujin untuk datang bersama. Tidak hanya sekarang, tapi juga untuk seterusnya. Meski para member tidak memberi persetujuan Hana untuk menjadi manajer mereka yang kedua, namun Hana akan tetap mengikuti Yujin kemanapun Yujin berurusan dengan SHINee. Dan Yujin tahu benar, bahwa mustahil ia bisa menolak.
                “Mian kami datang sedikit terlambat.”
                “Gwenchana.” Jawab Minho lantas mempersilakan mereka untuk masuk.
                Dalam ruangan selebar 3x3 meter itu terlihat dua buah sofa dan beberapa perlengkapan khas ruangan staff. Yujin juga bisa menemukan rak berisi beberapa map, sebuah gitar, dan meja kerja dengan sebuah laptop diatasnya.
                “Apa Jonghyun belum datang?” tanya Hana memperhatikan isi ruangan itu dan tidak menemukan sosok Jonghyun. “Sejak kemarin aku bahkan belum berbicara dengannya sama sekali.”
                “Dia tidak bisa datang hari ini.” Onew membawa dua buah kaleng soda untuk Yujin dan Hana kemudian ikut duduk disofa.
                “Waeyo?” tanya Yujin tidak sabar.
                “Dia sakit.” Key mengucapkan kalimat itu tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
                “Jadi hari ini kalian tidak tampil?” Hana mendadak panik. Ia tidak ingin hari ini SHINee tidak jadi tampil karena bahkan sekarang pertamakalinya ia menjadi bagian dari ‘crew’ band itu.
                “Tidak, kami akan tetap tampil.” Jawab Onew. “Meski hanya berempat.”
                Pukul tujuh malam tepat akhirnya mereka berempat benar-benar tampil. Karena Jonghyun tak ada, maka posisi vokalis diisi oleh Onew. Tapi bukan SHINee namanya jika tidak bisa membius para penonton. Meski tanpa Jonghyun, semua penonton tetap terlihat puas menyaksikan penampilan SHINee malam itu. Semua, kecuali satu orang.
                Yujin yang memilih untuk berdiri di sisi panggung tampak begitu resah. Ketidakhadiran Jonghyun malam ini membuat hatinya menduga begitu banyak kemungkinan. Jonghyun sakit apa sampai tidak bisa datang kemari? Kejadian di SMA Chungdam terus saja menghantuinya. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana keadaan namja itu jika memang kejadian yang sama kembali terulang.
                Apakah namja itu berkelahi lagi? Atau sekarang bahkan lebih parah? Apa yang bisa ia lakukan jika itu benar-benar terjadi? Lagipula Jonghyun tinggal sendirian. Belum lagi Jonghyun masih marah karena kehadiran Hana di ruang latihan kemarin.
                Semakin lama memikirkan kemungkinan, perasaan Yujin jadi semakin tidak enak.
                Yujin pikir masih ada 30 menit tersisa sebelum jam malamnya habis. Meski penampilan SHINee belum selesai, diam-diam yeoja itu ‘melarikan diri’. Setidaknya ia ingin memastikan kalau Jonghyun baik-baik saja.
                Setelah kurang lebih lima belas menit menaiki bus, yeoja itu turun di halte Itaewon. Ia lantas mengeluarkan syal dari dalam tasnya karena cuaca diluar ternyata lebih dingin dibandingkan dengan sebelumnya.
                Yeoja itu mulai berjalan selangkah demi selangkah melewati mini market tempat ia membeli belanjaan bulan lalu, kemudian perlahan mulai memasuki gang-gang perumahan yang ada disana. Gang selebar kurang lebih dua meter itu tampak tidak jauh berbeda dengan suasana terakhir kali Yujin kemari. Sangat sepi. Semua tembok pagar tertutup rapat dan bahkan hampir tidak ada orang yang lewat meski banyak persimpangan. Lagipula kali ini hujan salju turun bagitu lebat sampai-sampai menyulitkan Yujin melihat jalan didepannya. Berulang kali Yujin hanya bisa menoleh kanan kiri untuk memastikan mana jalan yang dapat membawanya ke rumah Jonghyun.
                Yeoja itu melewati beberapa tanjakan, beberapa persimpangan, kemudian tangga keatas, dan juga turunan.
                “Apakah aku tersesat?” tanya Yujin pada dirinya sendiri. Seingat dia tidak ada sebuah apotik di perempatan gang menuju rumah Jonghyun. Tapi sekarang ia justru mematung didepan apotik yang sudah tutup itu sambil menunjuk gang didepannya yang bercabang.
                Saat melihat disalah satu gang, dari kejauhan ada segerombolan orang yang berjalan ke arahnya. Namja-namja itu berjumlah sekitar 5 orang dengan 2-3 orang yang tampak sempoyongan.
                Yujin menyipitkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat. Terlintas dalam benaknya untuk segera berlari namun entah kenapa kakinya tidak bisa ia gerakkan. Dalam hitungan detik saat ketakutannya memuncak, gejala menyebalkan itu justru datang. Sungguh ia ingin melarikan diri untuk menghindari namja mabuk itu, namun tubuhnya bahkan tidak bisa ia perintahkan.
                Masih dengan posisi yang sama, yeoja itu merogoh sakunya dan menemukan handphone disana. Tanpa berfikir panjang, langsung saja ia menekan tombol pada panggilan terakhir yang ia terima.
                “Tut...tut...”
                Gerombolan namja itu berjalan semakin lama semakin dekat, membuat tubuh Yujin gemetaran.
                “Tut...tut...”
                ‘Angkat telponnya jebal...’
                Mereka masih saling bercanda sampai salah satu diantaranya menangkap tatapan Yujin dan melayangkan seringaian.
                “Yeoboseyo...” suara berat seorang namja mulai terdengar di ujung telpon.
                “Minho–”
                “Hey gadis yang berdiri disana!”
                Yujin tersentak. Handphone dalam genggamannya seketika terjatuh dan chasing belakangnya terlepas. Cepat-cepat ia kembali memungut handphone nya dengan panik. Saat Yujin bangkit, rupanya gerombolan itu sudah menghampirinya dan mulai berdiri mengelilingi Yujin.
                “Aigoo~ mau kemana kau gadis manis?” namja dengan rambut acak-acakan yang tadinya berjalan paling depan itu berujar sambil menunjuk-nunjuk Yujin. “Apa ingin Oppa antarkan?”
                Yang lain langsung tertawa mendengar pertanyaan yang sebenarnya bukan lelucon itu, disusul dengan bau alkohol yang tercium begitu menyengat.
Yujin menyembunyikan wajahnya dibalik syal tebalnya, jantung yeoja itu berdegup begitu kencang sementara tengkuknya terasa begitu berat. Yujin sangat ketakutan, nafasnya tercekat membayangkan hal buruk apa yang bisa saja ia terima dalam keadaan seperti ini.
                “Tenanglah gadis manis, Oppa tidak kan berbuat apapun.” Ucap namja yang berdiri disamping Yujin. Nadanya bicaranya terseret-seret, ketara sekali ia sedang mabuk berat.
                ‘Kumohon jangan menggangguku... Kumohon pergilah...’ ucap Yujin dalam hatinya. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi, tapi ia juga tak sanggup berbuat apapun sekarang.
                “Bagaimana kalau kau ikut Oppa saja.” Namja yang berdiri didepan Yujin kembali berujar. Ia mulai menyentuh kepala Yujin dan membelai rambutnya. “Kita akan bersenang-senang gadis manis.”
                Yujin semakin rapat menutup kedua matanya. Tubuhnya bergetar semakin kuat. Bahkan untuk menarik nafas saja gadis itu tidak mampu, kedua kakinya pun terasa begitu lemas.
                Detik berikutnya Yujin justru merasa ada orang yang memeluknya dari samping secara tiba-tiba. Hampir saja tubuh Yujin jatuh karena namja itu melakukan hal diluar dugaan. Namun entah kenapa bau parfum namja itu begitu khas. Terasa sangat familiar.
                “Apa kalian ada urusan dengan yeojachinguku?” tanya namja itu geram.
                “Jong...Jonghyun?” salah satu dari namja pemabuk itu langsung mengenalinya. Yang lain justru saling pandang karena tidak tahu harus berbuat apa.
                Jika kau ingin selamat, maka jangan pernah membuat masalah dengan Kim Jonghyun. Hampir semua penduduk Itaewon tahu siapa namja ini. Ia di kenal bertangan besi. Bahkan beredar kabar kalau namja itu pernah menang melawan 9 orang sekaligus sendirian. Oleh karena itu sebelum babak belur, para pemabuk yang mengganggu Yujin itu memilih untuk lari. Jika tidak, mungkin Jonghyun sudah menghabisinya sekarang juga.
                “Gwenchana?”
                Yujin masih diam. Tatapannya kosong. Sebutir air matanya hampir menetes.
                “Tenang saja Yujin, kau aman bersamaku sekarang.”
                Hanya dibutuhkan satu kalimat. Satu kalimat yang sanggup membuat ketakutan itu mulai berkurang. Cara bicara Jonghyun yang hangat seketika membuat hatinya merasa nyaman. Akhirnya Yujin menangkap tatapan khawatir Jonghyun kemudian mengangguk pelan.
                “Minumlah...” Ucap Jonghyun menyodorkan sebuah gelas berisi kopi panas. Yujin menerima dengan kedua tangannya.
                 Kini mereka berdua tengah berada dirumah Jonghyun yang tak jauh dari sana. Meski rumah rooftop sederhana itu tidak memiliki banyak perabotan dan terasa dingin karena minimnya penghangat ruangan, entah kenapa Yujin merasa tenang berada disana.
                “Tapi apa yang sebenarnya kau lakukan didaerah sini? Kau tau kan disini tidak aman?” Jonghyun meluapkan kekhawatirannya pada Yujin. “Apa kau tahu apa yang terjadi jika aku tidak datang? Jika aku terlambat sedikit saja yang terjadi akan lebih buruk. Apa kau ingin jadi berita utama di koran hanya karena perbuatan bodohmu ini?” namja itu menyesalkan kecerobohan Yujin yang kurang hati-hati sampai terjadi kejadian seperti tadi. Ia tidak ingin kejadian ini terulang hanya karena Yujin tidak mengenali tempat-tempat disekitarnya, terutama daerah yang rawan seperti disini.
                “Kau tidak bisa tampil hari ini...” Jawab Yujin lirih. Jonghyun mengerutkan dahi.
                “...kudengar karena kau sakit.”
                Sakit?
                Jonghyun menengadah sambil menutup matanya karena tidak tahu apa yang harus diucapkan lagi. Bisa-bisanya Yujin percaya dengan alasan tidak masuk akal itu. Kalaupun Jonghyun memang sakit ia masih bisa mengatasinya, jadi Yujin tidak perlu jauh-jauh datang kemari sampai mengalami kejadian seperti tadi.
                “Mianhe... aku memang bodoh.”
                Jonghyun hanya sanggup menurunkan bahunya menatap yeoja itu. Ia jadi sedikit menyesal karena telah membentaknya tanpa berfikir lebih dulu.
                “Seharusnya aku berlari atau berteriak tapi aku tidak bisa.” Yeoja itu terus melanjutkan kata-katanya. “Kejadian ini mengingatkanku pada sesuatu.”
                Mata Jonghyun menyipit, “Apa kau pernah mengalami kejadian serupa?”
                Yujin tidak langsung menjawab. Ia menunduk beberapa saat kemudian bergumam lirih. “Waktu itu musim dingin... sekitar dua tahun yang lalu. Karena sedang mempersiapkan diri untuk ujian akhir sekolah, aku jadi pulang sedikit larut. Jalanan sangat sepi dan gelap. Tiba-tiba ada segerombolan lelaki yang mabuk datang menghampiriku.”
                Jonghyun langsung terduduk tegak, matanya menatap lurus ke arah Yujin. “Apa yang mereka lakukan padamu?”
                Yujin menelan ludah dengan susah payah. “Kejadian itu sudah lama... maksudku...”
                “Yujin.” Jonghyun bergerak menghampiri Yujin dan duduk dihadapan yeoja itu. Memaksa Yujin membalas tatapannya. “Apa yang mereka lakukan padamu?” tanya Jonghyun lebih pelan.
                “Salah satu dari mereka mendekat. Sangat dekat. Aku bisa merasakan bau alkohol mengenai wajahku.” Lanjut Yujin sambil menunduk. “Dia... mencengkram bahuku dan mendorongku ke dinding. Aku sudah berusaha untuk mengelak tapi tenagaku tidak sebanding.”
                Saat itulah Jonghyun melihat gelas yang dipegang yeoja itu bergetar, membuat air didalamnya sedikit terkoyak. Lantas Jonghyun menyingkirkannya dan menggenggam tangan Yujin lembut.
                “Yang aku ingat saat itu hanyalah sebuah cahaya lampu yang terlihat begitu jauh. Tak ada orang lain disana.” Yujin terus saja bergumam. “Aku sudah berteriak minta tolong tapi tetap tak ada yang datang. Jadi aku hanya bisa menangis dan menutup mataku.” suara Yujin mulai pecah. Ia mencoba menarik nafas untuk menahan air mata yang bergulir di pipinya. “Namja itu... namja yang mendekatiku pertama kali... dia mencoba...mencoba... maksudku tangannya... tangannya bergerak terus dan aku... aku...”
                Tanpa berkata apapun, Jonghyun langsung merengkuh Yujin ke dalam pelukannya. Tubuh yeoja itu gemetar dan Jonghyun semakin mempererat pelukan itu. Yang terdengar berikutnya hanya isak tangis dari bibir Yujin. Membuat hati Jonghyun terasa pilu mendengarnya.
                Ketara sekali kejadian itu memberikan trauma yang mendalam pada Yujin. Entah bagaimana hanya dengan mendengarnya saja Jonghyun merasa sangat marah sampai hampir tidak bisa menahan diri. Jika ia bisa kembali ke masa itu, mungkin Jonghyun akan benar-benar membunuhnya. Bagaimana orang itu tidak memiliki perasaan sampai tega meninggalkan luka mendalam seperti sekarang? Ia tidak bisa membayangkan apa yang Yujin rasakan tadi saat kejadian itu hampir saja terulang.
                Jonghyun lantas bergerak melepaskan pelukan itu sambil melihat Yujin sekali lagi.
                “Tapi aku tidak pa-pa. Orang itu tidak melakukan apapun selain... maksudku itu tidak lebih jauh.” Jawab Yujin memaksakan dirinya terlihat tegar dihadapan Jonghyun. “Tak ada yang berubah, hanya mungkin ummaku yang sedikit lebih protektif.” Lanjutnya tidak menjelaskan tentang keprotektifan ummanya tentang jam malam yang diberikan beliau.
                Jonghyun masih saja menatap Yujin dalam-dalam. Seorang yeoja yang memiliki masa lalu begitu menyakitkan, dengan kedua mata yang memerah, pipi yang basah, bibir yang bergetar dan tubuh yang terguncang. Ia terus saja menunduk, sesekali mengusap air mata dengan punggung tangannya untuk menyembunyikan tangisnya disana. Yeoja itulah yang kini tengah berada dihadapan Jonghyun dan berkata ia baik-baik saja.
Saat itu pula tiba-tiba nada dering handphone Jonghyun terdengar. Ia lantas bangkit untuk meraihnya.
                “Yeoboseyo...”
                Suara tidak asing yang terdengar panik diseberang telpon langsung bisa Jonghyun kenali. Namja itu sempat melihat ke arah Yujin sebelum kembali menjawab pada ujung telpon, “Orang yang kau cari ada disini Minho. Jemput ia sekarang.”
-To Be Continue-

                Cie cie Jonghyun meluk Yujin cieee uhuy! Aigoo ternyata yujin punya masa lalu yang pahit juga ya, untung Jonghyunnya tanggep, jadi langsung meluk gitu deh! *author kelewat girang(?) soalnya ini salah satu adegan favorite setelah yang jonghyun sekarat(?) di sma chungdam sama Jonghyun yang boncengin Yujin pertama kali hihihi. #gaje
                Oiya aku baca komen2 yang part2 lalu masih pada ngebahas secondmannya Minho wkwkwk. Sepertinya musti kasih bocoran dikit nih ya, cinta segitiga Minho-yujin-jonghyun itu bukan inti dari cerita ini, tapi intinya adalah kemisteriusan jonghyun, masa lalu jonghyun dan perjuangan yujin buat nyari jawaban dari mimpinya. Nah, jadi bisa dipastikan ini cerita ngga pake ngalah segala lah, salah faham lah, ngga enak sama temen lah dan bla bla bla (kaya ffku sebelumnya). Yang jelas nantinya ngelibatin Hana juga diantara jong-minho-yujin, tapi bakalan banyak hal diluar dugaan. Tunggu aja ya ^^v
                Jadi apakah sikap Jonghyun sudah benar-benar berubah? Gimana reaksi Minho setelah tahu apa yang terjadi? Kan Minho tadi ditelpon Yujin tuh, terus hpnya yujin jatoh, telponnya mati, minho panik deh -_- eh tau2 malah lagi sama jonghyun. Hihi
                Yang jelas tunggu part2 selanjutnya yaa. Gomawo buat semua yang masih setia. Annyeong!
               

                

5 comments:

  1. kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`
    admin agak dipanjangin dong disetiap part nyaaa;;;;_;;;;;

    ReplyDelete
  2. kerennnn ......
    next chapter harus cepet kak di publish nya takut lu prev chapternya;;;

    ReplyDelete
  3. next chapternya mana min?
    kenapa belum keluar? padahal udah bulan Mei :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh maaf banget yaa telat
      part 10 - 11 baru aku posting barusan
      enjor reading!

      Delete
  4. Hy unni saia sebenarnya readers lama (sekitar thn 2013) membaca setia postingan Ff mulai dari awal-lucid dream..
    Dulu hape aku masih jadul bgt wkwk jadi ngga bisa tinggalin jejak walopun saia uda sempet kasih tahu unni dulu, lewat twitter~~
    Jgn marah ya un hehehe
    Saia terus lupa nama blog unni pas punya hape baru yg lbh modern, akhirnya setelah menggali memori akhirnya ketemu juga...
    Huaa kangen bgt sama Unni icha, sama ff dan postingannya..
    Ff dan chapter 9 ini juga yg pertama kali aku baca di blog unni..
    Haha akhirnya jonghyun mulai ada perubahan ama yujin..
    Keren bgt ff unni, ampe speechless ..ya pokonya bgus bgt deh yaa
    #edisicurhat

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...