Monday 9 September 2013

FF SHINee : Lucid Dream [Part 3]


Tittle                    : Lucid Dream [Part 3]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

                “Namja itu bernama Kim Jonghyun. Seperti yang kubilang sebelumnya, dia lebih memilih menjadi musisi ketimbang kuliah.” Ucap Hana memulai penjelasan dengan santai, sesekali ia mengambil keripik dari dalam plastik sambil menebar pandangan ke setiap sudut kantin fakultas Tehnik kalau-kalau Minho datang.

                “...Jonghyun satu tahun lebih tua dari kita...” Hana melanjutkan kalimatnya. “Dia juga satu tahun lebih tua dari Minho dan Key. Tapi kalau diperhatikan, dia jauh lebih pendek dari Minho. Hahaha. Tentu saja begitu, sudah sejak SMA dulu Minho sangat pandai bermain basket. Dia juga...”
                “Kim Jonghyun, Hana. Aku bertanya tentang Kim Jonghyuuunn.” Protes Yujin yang sejak tadi duduk manis sambil memperhatikan penjelasan sahabatnya tentang Kim Jonghyun.
                “Oh ne~ ne~ Jonghyun.” Hana kembali memasukkan jari-jarinya ke dalam kantong snack. Sejenak menyeruput es jeruk kemudian baru melanjutkan penjelasannya yang tertunda. “Kudengar Jonghyun tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil didaerah Itaewon. Dia lebih sering pergi ke apartemen Minkey atau bar daripada ke apartemen Onew maupun rumah Taemin. Lagipula Taemin masih tinggal bersama orang tuanya, pasti tidak enak bukan jika sering-sering kesana?”
                Yujin mengangguk-angguk antusias. “Terus-terus?”
                Snack Hana habis, ia langsung menyambar beberapa ‘dumpling’ milik Yujin yang belum tersentuh. “Kau tahu kan tempat kita kemarin bertemu? Itu adalah cafe milik keluarga Onew. Setiap week end SHINee selalu tampil disana. Terkadang juga ada special stage para member seperti kemarin.” Hana berfikir sejenak kemudian melanjutkan ceritanya. “Setahuku Jonghyun sering sekali tampil sendirian di cafe itu. Terkadang juga dibeberapa cafe lain. Bisa dibilang Jonghyun adalah salah satu member yang paling populer diantara yang lain.”
                “Jeongmal?”
                Hana meng-iya-kan. “Ah... aku jadi teringat penampilan Minho kemarin. Dia sangat cool! Aku tidak menyangka ternyata Minho bisa nge-rapp bersama Key. Ah itu benar-benar...”
                Lanjutan kalimat Hana seperti lenyap dalam pikiran Yujin. Ia sibuk memikirkan ‘pertemuannya’ bersama Jonghyun yang jauh dari apa yang ia bayangkan kemarin. Hanya dengan melihat Jonghyun bermain gitar akustik sambil bernyanyi saja Yujin bisa langsung merasakan kekaguman yang selama ini Hana curahkan pada Minho. Begitu besar dan mendalam.
                Mewujudkan mimpi dalam kehidupan nyata, apa ada yang seperti itu? Jangankan orang lain, Yujin saja tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Tapi ketika semua tiba-tiba datang tepat dihadapan Yujin, bagaimana ia bisa menolaknya? Meskipun sulit, atau cepat, ataupun lambat, Yujin akan berusaha semampunya. Berusaha untuk mencari tahu kenapa sosok Jonghyun bisa selalu hadir dalam mimpinya bahkan disaat mereka berdua sama sekali belum bertemu. Dan untuk sekarang, yang bisa Yujin lakukan hanya mencari namja itu dan menemukan jawabannya.
“Tapi Yujin,” Panggil Hana membuyarkan lamunan Yujin. “Kemarin kau bilang sendiri tidak mau menemaniku menonton SHINee tampil. Kenapa kau tiba-tiba muncul disana?” ekspresi Hana berubah curiga.
                “Itu...”
                “Kenapa juga kau sekarang jadi bertanya-tanya soal Jonghyun? Apa kau menyukainya?”
                “A-ani, bukan begitu Hana. Aku...”
                “Apapun alasannya, kusarankan kau jangan menyukainya Yujin.” Ekspresi Hana berubah.
                “Waeyo?”
                “Jonghyun itu hidupnya tidak jelas. Dia tipe lelaki yang bebas melakukan apapun semau dia...” Hana menyipitkan matanya, mendekati wajah Yujin untuk memberikan kesan lebih serius. “Termasuk bermain-main dengan yeoja.”
***
                Suasana kampus Yujin terlihat semakin ramai ketika matahari tepat di ubun-ubun. Beberapa mahasiswa tampak berlarian di koridor kampus untuk mengejar waktu, sebagian lagi justru memilih duduk ditepian koridor sembari ngobrol. Hari yang sangat panas seperti sekarang tampaknya tak sedikitpun meredupkan niat mereka untuk tetap menghadiri kuliah.
Tepat di sebuah gazebo bercat hijau yang terletak di belakang fakultas Ekonomi, Yujin tampak asik berkutat dengan laptopnya. Kedua mata yeoja itu menyipit, membaca setiap baris dari kata-kata yang berjejer didalam LCDnya. Sesekali ia tersentak kaget, sesekali pula mengerutkan dahi tidak percaya.
                Profil Member SHINee. Judul sebuah postingan dalam blog fansclub SHINee sejak tadi menyita perhatian Yujin. Berbagai informasi mulai dari tanggal lahir, hobi sampai fakta-fakta mengenai member band itu tertera dengan jelas disana. Sedikit demi sedikit bisa membuat Yujin membayangkan bagaimana karakter mereka berlima sebenarnya.
                Tapi tentu saja profil Jonghyun yang paling membuat Yujin kaget. Semuanya nyaris sama dengan yang Hana katakan. Ah tidak, tapi 100% sama. Ia bisa menemukan kata badboy, playboy, free boy dan kata-kata boy(?) lainnya. Yujin hanya berfikir, bagaimana bisa fansclub ini mengetahui semua tentang mereka? Dalam hati Yujin berbisik, dia tidak akan sedikitpun mempercayainya sebelum ia menemukan semua itu dengan mata kepalanya sendiri.
                “Permisi...”
                Sebuah suara dari belakang punggung Yujin terdengar lirih. Saking konsentrasinya melihat beberapa foto perform member SHINee, Yujin sampai tidak sadar jika orang itu tengah berbicara padanya.
                “Agashi...” orang itu memanggil Yujin sekali lagi. Kali ini Yujin menghentikan jemari tangannya di mouse pad karena merasa mendengar sesuatu.
                Saat itulah sebuah tangan memegang pundak Yujin. Tiba-tiba ia merasa seperti didalam film horor bersetting rumah sepi dengan sosok hantu yang tengah menyentuhnya dari belakang.
                “AAAAKKK!” Yujin terlonjak kaget. Teriakan refleknya tidak terlalu keras, namun terdengar jauh lebih fals dibandingkan dengan peserta KPOP STAR Season 3 yang gagal audisi.
                “Maaf kami mengejutkanmu.” Seorang namja bermata bulat tampak tidak enak karena membuat Yujin menunjukkan reaksi berlebihan. Dia melempar tatapan pada seorang namja lain yang berdiri disebelahnya seolah berkata, ‘Apa yang baru saja kau lakukan?’
                Namja berambut pirang itu hanya mengangkat bahunya cuek.
                “SHI....Nee?” selorohan lirih dari Yujin kompak mengalihkan tatapan mereka berdua.
                “Ne?”
                Yujin tidak menjawab, hanya mulutnya yang setengah menganga dan telunjuknya yang terangkat menunjuk ke arah namja yang berdiri lebih dekat dengannya. Antara tidak percaya, kaget, malu, terkesima, terpesona dan... mereka seperti baru saja keluar dari layar laptop.
                Layar laptop?
                “PLAK!” Yujin menutup layar laptopnya keras sebelum mereka berdua tahu apa yang baru saja ia temukan disana.
                “Ada apa?” tanya yeoja itu dengan nada yang berbeda, sambil sedikit membetulkan poninya yang berantakan. Berharap dengan begitu member SHINee didepannya ini bisa melupakan kejadian yang terjadi beberapa detik lalu meski itu tidak mungkin.
                Choi Minho. Namja yang sangat sopan, pandai memperlakukan wanita, selalu memberikan perhatian pada siapa saja, game mania, perfeksionis, kompetitif dan tampan. Eh, tampan? But yah, setidaknya ada tulisan dalam artikel itu yang sejauh ini benar Yujin temukan.
                 Kim Kibum. Lebih suka dipanggil Key, fashionable, sophaholic, cerewet, paling sering update status dan selalu menunjukkan wajah jutek. Fakta terakhir bisa Yujin pastikan kalau itu sangaaaaaaat benar.
                “Maaf mengganggu, apa kau tahu dimana ruang dosen fakultas ini?”
                Fakta lain dari Minho sekali lagi terkuak. Nada bicaranya rendah dan pelan, terdengar begitu sopan dengan suara bass nya.
                “Oh...” Yujin berfikir sejenak. Karena mereka sekarang sedang ada di gazebo belakang fakultas Ekonomi (yang bersebelahan dengan fakultas Teknik) otomatis ini adalah area terjauh dari ruang dosen. Untuk menuju kesana, mereka berdua harus berjalan lurus ke selatan, belok kiri, kemudian belok kiri lagi, naik tangga menuju lantai 2, lurus, kekanan sedikit baru bisa sampai ke ruang dosen. Eh tapi itu kan ruang dosen jurusan Yujin. Dosen jurusan apa yang mereka cari?
                “Kalian mencari ruang dosen jurusan apa? Ruang dosen disini berbeda masing-masing jurusan.”
                Minho dan Key lagi-lagi saling bertatapan.
                “Itu... sebenarnya kami mencari dosen dari fakultas teknik. Dia bilang dia sekarang sedang ada di ruang dosen fakultas ekonomi.”
                “Sebentar...”
                Yujin mengemasi barang-barangnya kemudian menenteng tas ranselnya, membuat alis Minho berkerut tidak mengerti.
                “Biar kuantarkan.” Lanjut yeoja itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju sebuah lorong yang Minho dan Key hanya sanggup mengikutinya dari belakang.
                Pertama-tama Yujin memasuki ruangan dengan pintu ber cat abu-abu yang didepannya terpasang plakat ruang TU. Yujin berfikir kalau-kalau saja petugas TU tahu jadwal dosen luar yang mengajar difakultas ekonomi. Setelah membuka beberapa lembar kertas, ternyata dosen Minho tidak memiliki jadwal mengajar disana. Lagipula dosen Minho jelas-jelas dari fakultas tehnik, kuliah apa yang ia bisa berikan di fakultas ekonomi? Dasar Yujin pabo.
                Pencarian diteruskan ke ruang transit dosen. Masih saja tidak ada. Kemudian ke perpustakaan, tentu saja juga tak ada disana. Berulang kali mereka naik turun tangga untuk mencari dosen yang Minho maksud, sampai-sampai bahu Yujin terasa pegal karena harus membawa tas berisi laptop yang berat. Belum lagi sejak tadi ada beberapa mahasiswa yang menghentikan langkah mereka untuk meminta foto. Sedangkan Key sudah sejak 10 menit lalu mengeluh, tapi Minho tetap saja pada pendiriannya. Bahwa ia harus menemukan dosen itu sekarang juga.
                “Apakah kita perlu mengecek semua ruang dosen?” tanya Yujin memberikan pilihan.
                “Biar aku saja yang melakukannya. Kau bisa menunjukkan dimana ruang dosen itu berada.” Minho tidak ingin membuat Yujin semakin kerepotan karenanya.
                “Aigoo Minho-ya, apa kita harus mengumpulkan papernya sekarang? Tidak bisakah kau menelpon Mr. Cho dan mengatakan kalau kita akan mengumpulkannya besok saja?”
                “Tentu saja tidak bisa Key. Kau tahu kan ini semua paper milik anak satu kelas?”
                Bibir Key manyun, “Sudah sejak awal aku menduga, kalau kau jadi ketua kelas pasti aku juga akan kerepotan.”
                Yujin hanya bisa mematung melihat percakapan mereka berdua. Beberapa detik ia terdiam, tiba-tiba seorang ahjumma paruh baya menyapanya.
                “Oh Yujin, kenapa kau belum pulang?”
                Yujin terkesiap, rupanya dosen pembimbing akademiknya. “Ah ini... saya...” ia bingung harus berkata apa. “Eung, Mrs Lee... Apa Mrs Lee mengenal Mr Cho seorang dosen dari fakultas Teknik?”
                Omelan Key terhenti, keduanya jadi antusias dengan pertanyaan yang Yujin lontarkan.
                “Mr Cho yang memiliki badan sedikit gendut dan pendek?”
                “Ne. Ne itu benar.” Jawab Minho cepat.
                “Ah, tadi baru saja dia menemuiku untuk membicarakan seminar universitas besok. Sekarang mungkin dia sedang menuju ke tempat parkir.”
                “Dimana tempat parkir? Dimana tempat parkir?” Key bertanya tidak sabar. Sedangkan Yujin langsung membungkuk sambil mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya melesat memimpin Key dan Minho menemukan lapangan parkir fakultasnya.
                “Ah mobil hitam itu!”
                Sepuluh menit kemudian mereka bertiga tampak begitu lega ketika pesanan datang diatas meja kantin. Benar-benar pencarian yang melelahkan, tapi setidaknya setumpuk paper milik teman sekelas Minho sampai di tangan Mr Cho dengan selamat.
                “Gomawo kau sudah banyak membantu. Mian kami sudah merepotkanmu.”
                Yujin mengangguk. Ia tersenyum sekilas lalu menyeruput jus jeruk kuat-kuat. Bukan karena ia sangat haus, melainkan Yujin gugup karena sejak tadi puluhan pasang mata sedang memperhatian mereka bertiga. Baru pertamakalinya member SHINee makan siang di fakultas ekonomi, dan itu bersama Yujin. Yujin tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Hana ada disini sekarang.
                “Whoa jajangmyun disini enak sekali. Jauh dengan yang ada di kantin fakultas kitaa!!” Key menatap Minho girang, seolah-olah baru saja memakan hidangan khas hotel berbintang lima dengan harga tujuh ribu won.
                “Ah iya, siapa namamu?” tanya Minho tidak memperdulikan.
                Yujin terkesiap. “Aku...? Yujin. Kalian?” Sudah jelas-jelas Yujin tahu kalau orang yang duduk diseberang mejanya ini adalah Minho dan Key. Tapi ia justru bertanya dengan wajah yang tampak bodoh.
                “Aku Minho, dan dia Key. Kami dari fakultas teknik.”
                Berusaha untuk tampak natural, Yujin mengangguk-angguk tanda mengerti.
                “Tapi apa kau ketua mahasiswa disini?” tanya Key tiba-tiba.
                “Ne?”
                “Hampir semua pertugas di ruangan yang kita datangi tadi mengenalmu. Mulai dari petugas perpustakaan sampai dosen. Sepertinya kau cukup memiliki citra yang baik.”
                Minho menyenggol lengan Key karena bertanya yang tidak-tidak. Disusul senyumannya yang sedikit canggung.
                “Senang bisa bertemu denganmu Yujin.” Lanjut Minho. “Ah kau bisa memesan yang lain jika kau mau, biar aku yang traktir.” Senyuman canggung itu berubah menjadi senyuman tulus.
                Kini Yujin mengetahui benar alasan kenapa Hana dan ribuan fans lainnya bisa sangat tergila-gila dengan namja yang tersenyum padanya ini. Karena bahkan meski Yujin bukan ice cream, entah kenapa ia merasa tubuhnya benar-benar meleleh hanya dengan melihat senyuman itu sekarang.
                Tapi tetap saja, ini Minho, bukan Jonghyun. Yujin memiliki perasaan yang berbeda terhadap keduanya.
***
Season Cafe, tempat dimana Yujin pertama kalinya melihat Jonghyun secara langsung beberapa hari lalu. Cafe sederhana bernuansa coklat ini mengusung tema 4 musim dengan menu yang disesuaikan musim-musim tersebut. Dekorasinya pun cukup unik. Ada zona bernama summer yang ditunjukkan untuk para perokok atau ‘smoking area’, zona autumn yang tenang dan banyak dikunjungi karyawan untuk melakukan ‘meeting’, zona winter yang penuh dengan anak sekolah karena banyak jenis ice cream yang terkenal enak disana, dan zona spring yang terletak di dekat pintu masuk. Dalam zona spring terdapat sebuah panggung kecil tempat mempertunjukkan live band. Keempat ruang tersebut diberi sekat gantungan-gantungan dari kristal bertemakan empat musim.
Hari ini kebetulan Yujin hanya memiliki satu jadwal mata kuliah. Ia berencana untuk mengurangi rasa penasarannya dengan datang ke tempat ini. Yujin tidak bisa jika hanya mencari tahu kapan lagi SHINee tampil dan pergi menontonnya bersama Hana. Yujin tak sanggup menunggu selama itu. Berbekal info dari fansclub dan Hana, akhirnya hari ini Yujin memutuskan untuk mendatangi cafe milik Onew yang merupakan tempat Jonghyun memberikan penampilan solonya di hari-hari tertentu.
                Yujin duduk di tengah-tengah zona spring sambil meminum segelas soft drink. Tidak henti-hentinya ia berfikir betapa kaya-nya keluarga Onew sehingga bisa membangun cafe yang unik seperti ini. Selama Yujin kemari (setelah beberapa hari lalu dan juga sekarang), cafe ini tidak pernah sepi pengunjung. Letaknya pun sangat strategis di ujung jalan gangnam. Jika saja keluarga Yujin memiliki usaha seperti keluarga Onew, sudah pasti uang jajan Yujin tidak hanya limabelas ribu won setiap harinya. Tapi Yujin harus merasa puas dengan Ayahnya yang hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan serta ibunya yang seorang ibu rumah tangga. Setiap orang bisa bahagia dengan caranya masing-masing bukan?
                Jam dinding berbentuk bunga sederhana menujukkan pukul 4 sore, berarti sudah tepat 2 jam Yujin menunggu di tempat ini. Meski sedikit melelahkan tapi ia bertekad untuk bertemu dengan Jonghyun hari ini juga.
                Pukul 5 sore. Yujin memesan sepotong cheese cake karena perutnya sedikit meronta sejak pagi tadi belum diisi. Yeoja itu memang bukan tipe orang yang selalu makan dengan teratur. Ia hanya bisa makan dengan beberapa syarat : Kalau sedang menganggur, kalau dengan lauk sesuai selera, kalau ada uang, dan kalau sudah sangat sangat sangat lapar.
                Pukul 6 petang. Sebuah sms masuk, umma bertanya kenapa Yujin belum pulang dan dimana ia sekarang. Terpaksa Yujin bilang ia masih harus menunggu seseorang meski ia tahu ummanya tidak akan menerima alasan yang masih sangat ‘abstrak’ ini. Sayangnya Yujin paling tidak bisa berbohong dengan ummanya dalam keadaan apapun.
                Pukul 7 malam. Suasana cafe jadi dua kali lipat lebih ramai dari biasanya karena memasuki jam makan malam. Yujin mencoba bertahan untuk tidak memesan yang macam-macam lagi karena uangnya tinggal beberapa lembar sekarang.
                Pukul 8 malam. Yujin mulai bosan. Penampilan band yang mengisi hiburan di cafe itu tidak ada bedanya dengan penyanyi trot 70’an di mata Yujin. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia berfikir kalau penampilan member SHINee (yang baru satu kali ia lihat) jauh lebih mengagumkan dari band-band itu.
                Yujin tertawa kecil. Sejak kapan ia menjadi fans dadakan seperti ini?
                Saat itulah orang yang sejak tadi Yujin tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Dengan sebuah kaos tipis berwarna putih dipadukan blazer hitam dan celana jeans, kehadiran Jonghyun diatas panggung sudah cukup membuat semua fangirl yang ada disana berteriak histeris. Kedua bola mata Yujin melebar. Masih sangat tidak percaya kalau sosok yang berdiri diatas panggung itu adalah sosok yang selama ini ada dalam mimpinya.
                Jonghyun sempat membungkuk sebelum duduk diatas kursi sambil memangku gitarnya. “Selamat malam, Saya Jonghyun...”
                Teriakan riuh terdengar di sudut ruangan. Seorang yeoja berseragam SMP sibuk mengambil foto sementara sebelah tangannya melambai dengan random(?).
                “Lagu yang akan saya bawakan setelah ini adalah salah satu lagu favorite saya, Nothing Better...”
                Ruangan seketika kembali ramai. Tapi kemudian seperti terhipnotis tiba-tiba, semuanya hilang sekejap tepat disaat suara petikan gitar jonghyun terdengar.
                Yujin menghela nafasnya singkat-singkat. Jantungnya terasa seperti meledak. Meski bibirnya terbuka namun suara yang ingin ia teriakkan terhenti di tenggorokan. Membuat nafasnya sedikit sesak, namun perasaannya justru kian membuncah.
                Sesekali Jonghyun bernyanyi dengan menutup matanya menikmati alunan lagu, sesekali pula ia tersenyum dengan lembut. Membuat semua penonton seketika melupakan setiap potong rasa makanan yang beberapa detik lalu menyentuh lidah mereka. Yang tersisa hanya satu rasa, kekaguman akan sosok yang memberikan pesona hanya dengan menyampaikan suara indahnya ini.
                Semua yang Yujin temukan sekarang tentu saja jauh berbeda dengan apa yang Hana katakan dan ia baca di fanblog sebelumnya. Tidak mungkin jika Jonghyun orang yang tega mempermainkan hati yeoja. Tidak mungkin juga ia badboy. Ya, semua itu tidak mungkin. Yujin tidak bisa membayangkan namja dengan tatapan lembut ini melakukannya.
                Karena sibuk terhenyak dan berfikir, Yujin sampai tidak sadar jika Jonghyun sudah menyelesaikan penampilannya. Namja itu berdiri, kembali membungkuk kemudian berjalan menuruni panggung sambil terus menampakkan wajah hangatnya.
                Beberapa detik setelah namja itu menghilang barulah Yujin teringat akan tujuannya datang kemari. Buru-buru ia beranjak dari meja menuju backstage dengan plakat “Staff Only” dibagian depannya. Yujin nekat mencoba membuka pintu, tapi justru seseorang telah membukanya lebih dulu dari dalam. Seorang namja berkacamata bulat dengan senyum gigi kelinci. Meski kacamatanya begitu mirip dengan harry potter, namun mata sipit namja itu tidak bisa disamakan.
                Dia tidak berkata apapun, hanya menatap Yujin sambil menunjuk kata “Staff Only” tanda Yujin tidak boleh masuk.
                “A-aku ingin menemui seseorang.” Yujin berujar lirih menatap seseorang yang ia tahu kalau itu Onew.
                Onew mengerutkan dahinya, “Nugu?”
                “Eng.. itu... Jonghyun.” Jawab Yujin takut kalau-kalau Onew bertanya yang macam-macam.
                Namja itu mengangguk, selanjutnya justru memasukkan kepalanya dibalik daun pintu yang masih setengah tertutup. Saat kembali menghadap Yujin, Ia tersenyum. “Maaf kau kurang beruntung.”
                Gantian Yujin yang mengerutkan dahinya.
                “Jonghyun sudah pergi.”
                “Ne? Tapi bukannya tadi...” jari telunjuk Yujin mengarah ke ruangan dibelakang Onew.
                “Jonghyun itu seperti hantu. Kau harus lebih cepat jika ingin bertemu dengannya.”
                Bahu Yujin menurun. Meski ia tidak bisa langsung mempercayainya, tetap saja tak ada yang bisa ia lakukan. Setelah mengucapkan ‘Gamsahamnida’ dan membayar makanan di kasir, ia berjalan lambat menuju pintu keluar. Tapi justru disanalah takdir lain Yujin tengah menunggu.
                “J-jonghyun?” pekikan Yujin terlalu pelan hingga namja yang berada 2 meter didepannya itu masih tampak cuek. Jonghyun yang sudah berganti kostum dengan menggunakan jaket kulit andalannya terlihat duduk diatas sebuah motor besar sambil menggenggam sebuah ponsel.
                “Jonghyun?” kali ini suara Yujin lebih keras, ia juga telah berdiri lebih dekat. Tentu saja Jonghyun mendengarnya, namun namja itu tetap mengarahkan pandangan ke layar ponselnya untuk membalas beberapa pesan singkat.
“Jong...”
“JONGHYUN!!!” suara lain yang terdengar dari ujung trotoar menenggelamkan panggilan Yujin. Saat Yujin menoleh, sosok yeoja dengan baju minim superketat berlari ke arahnya. Yeoja berlipstik merah mencolok itu tampak sangat mengenali Jonghyun, terbukti Jonghyun langsung merespon hanya dalam sekali panggilan. Reflek Yujin mundur beberapa langkah.
“Kau sudah mau pulang?”
Jonghyun mengangguk, wajahnya masih datar.
“Kenapa cepat sekaliii...” yeoja itu mulai merengek. “Tidak bisakah kau tinggal beberapa jam lagi? Aku akan menraktirmu beberapa minuman. Ya ya ya?” lanjutnya menggoyang-goyangkan lengan Jonghyun.
Sudut bibir Jonghyun sedikit terangkat, wajah dinginnya melunak. “Gomawo noona, tapi aku harus pergi sekarang.”
Noona? Yeoja ini lebih tua dari Jonghyun?
“Aigoo, nappeun namja!” ia menyentuh dagu Jonghyun pelan. “Geurae-geurae, tapi besok kau harus datang ke bar-ku, ne? Noona butuh hiburan darimu, Jonghyun-ah...”
Jonghyun mengangguk.
“Yaksok (janji)?”
“Ne, yaksok.”
“Kalau begitu, poppo?”
Yujin membelalakan matanya mendengar apa yang noona itu minta. Tapi yang terjadi selanjutnya justru lebih mengejutkan. Dengan tatapan yang masih datar dan gerakan cepat Jonghyun meraih tengkuk noona itu kemudian mendaratkan ciuman kilat di bibirnya. Membuat wajah noona itu bersemu merah, terlihat merasa puas dengan perlakuan Jonghyun terhadapnya.
Lutut Yujin benar-benar lemas. Tengkuknya menjadi kaku. Hanya dengan melihat pertemuan singkat dua orang didepannya ini membuat Yujin sanggup mengambil kesimpulan, bahwa ternyata apa yang Hana katakan benar. Dalam beberapa detik, pandangan Yujin terhadap Jonghyun seketika berubah.
Tidak seperti yang Yujin bayangkan sebelumnya, sosok Jonghyun yang hangat, yang pengertian, yang lembut dan romantis ternyata tidak bisa ia temukan dalam sosok Jonghyun yang ini. Meski Yujin berusaha untuk mengabaikan pembicaraan namja itu bersama noona didepannya, tetap saja tatapan Jonghyun tidak bisa berbohong. Bukan tatapan teduh yang selalu ada dalam mimpinya, melainkan tatapan dingin yang terlihat keras.
Apakah ini benar-benar terjadi? Bagaimana mungkin mereka berdua terlihat begitu sama namun sekaligus berbeda?
Entah kenapa tiba-tiba hati Yujin terasa sakit. Ekspektasinya terlalu tinggi, mimpinya terlalu indah untuk ia bawa ke dunia nyata. Ia sadar, sosok sesempurna namja yang ada dalam mimpinya tidak mungkin ia temukan dimanapun. Semakin besar Yujin berharap, semakin perih perasaan yang ia terima. Jika kenyataannya seperti sekarang, kenapa mereka harus dipertemukan?
Yujin hanya sanggup terdiam. Tubuhnya berubah kaku sementara pikiran yeoja itu campur aduk. Meski telah menunggu ber jam-jam, semuanya lenyap dalam sekejap.
Detik berikutnya Jonghyun menarik gas motornya menjauhi trotoar kemudian hilang di ujung jalan. Bersamaan dengan hilangnya harapan Yujin yang seketika pupus.
-To Be Continue-

Woahhh si Jonghyun aigooo, belum apa2 udah mainan poppo2 an aja. Mhehehe ._.
Sekarang udah tahu kan bahwa sebenarnya walo si Yujin ketemu Jonghyun di dunia nyata, ternyata Jonghyun 100% berbeda dengan yang ada dimimpinya. Nah kalo udah begini, apa yang bakalan Yujin lakuin? Apa ceritanya udah mau selesai? Tentu saja engga dong, justru konfliknya baru dimulai. Akan ada banyak takdir2 lain yang membuat Yujin terikat pada Jonghyun walo dia ngga membayangkan itu akan terjadi. Takdir apa aja? Lets see next chapter kapan-kapan (?) wkwkwk

Mian di part ini si kecil taemin belum bisa nongol wkwk. Mungkin part2 awal bakalan fokus ke pertemuan Yujin-Jonghyun. Ntar baru balik lagi ke bla bla bla. Mhehehe

Mian juga kalo tidak seperti yang diharapkan. Gomawo buat yang masih mau bacaa. Annyeong~ *terjun(?) bungee jumping bareng jonghyun.

               

3 comments:

  1. Kak icha...astaga...
    Ini kenapa jjong begini?;AA terus knp genrenya Angst? Kyaaaa suka suka suka>< part4 jgn lama2 sih kak, gak sabar tau xD

    ReplyDelete
  2. OMG !!!
    Kyaa !! Kenapa saeng bijin jong poppo-an !!! #Cembokur
    Keren saeng....
    bikin penasaran banget !!
    Eon dari dulu selalu salut dg cara saeng mendeskrepsikan suatu tempat,eon berasa liat TV...hihi.. #LimajempolBuatSaeng

    Par 4 nya cepetan ya ?
    Di tunggu....

    ReplyDelete
  3. Part 4 nya cepetan yaa...
    Udah engga sabar nii.. :D

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...