Monday 15 October 2012

FF SHINee : Fuchsia [Part 11]


Annyeonghaseo. Semoga readers masih ingat siapa aku, siapa Yeonju, dan siapa Hyosun (?). soalnya udah lama banget aku hiatus. Hiks hiks. Maap sedalam2nya atas kehiatusan selama kurang lebih dua bulan karena kesibukan kuliah dan praktek lapangan. *bows
Beruntung beberapa hari lalu sempet drop, jadi gabisa kemana-mana dan Cuma dikamar nulis FF. *ini pertama kalinya sadar ternyata ada hikmah dibalik ke-sakit-an (?)
Oke lupakan.
Dannn untuk memenuhi permintaan maafku, FF part ini hadir dengan lebih banyak lembar (?). dua kali lipat dari part2 sebelumnya! Wohooo. Maunya dibikin jadi 2 part tapi nanggung, jadi ya disatuin aja biar puas. Ahehehe
Sebelum kita chaw ke part 11 ini, ada baiknya kita inget apa aja yang terjadi di part sebelumnya. Cekidot>>>
·    Rahang Minho seketika mengeras menatap Onew dan Yeonju bergantian. Rasa iba yang semula dilihatnya dari Yeonju berubah tepat disaat sosok yang paling ia benci tiba-tiba muncul disamping yeoja itu.
·    Onew merasa dirinya gagal menjaga perasaan Hyosun. Dan kini terpaksa membiarkan yeoja yang dicintainya pergi bersama namja lain karena ia tahu jika ia mengejarnya justru membuat masalah semakin rumit.
·    Tentu saja Yeonju tidak sanggup membiarkan masalah ini berlalu begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Hyosun, Yeonju lebih memilih untuk menjelaskan semua ini pada Minho terlebih dahulu.
·    Sama persis seperti apa yang Minho katakan, mungkin ia akan terlihat lucu jika harus marah dengan cara memaki orang lain dan bersembunyi seperti anak kecil. Tapi ini sama sekali tidak lucu jika terjadi pada Hyosun. Meski bukan satu atau dua kali, setiap Hyosun marah selalu ada tantangan tersendiri bagi Yeonju.
·    “Eung... tapi Onew Oppa sempat memberiku sebuah tawaran tadi.” Hyosun tampak ragu. “Ia ingin merayakan ulang tahunku minggu depan di... Pulau Jeju.”
·    “Ah iya... ajak Minho Oppa juga. Pasti Onew Oppa tidak akan keberatan.”
·    Seperti sebuah ultimatum, Yeonju mati langkah. Jika ia menyetujuinya, ia harus bisa mengajak Minho – yang jelas-jelas sangat membenci Onew. Tapi jika ia menolak, mungkin Hyosun akan sulit memberikan maaf padanya. Lalu sekarang, apa yang harus Yeonju lakukan?
Nah itu dia cuplikan part  11. Dan seperti yang aku janjiinn sebelumnya, di part ini bakalan full of pula Jeju (?). jadi, selamat membaca ^^ *lempar pop corn satu kardus*

  

Tittle               : Fuchsia [Part 11]
Author                        : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Friendship, Romance, Angst.
Rating             : T
Cast                 : Lee Yeonju, Kim Hyosun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho.
Length            : Chapter
Desclaimer     : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


            “Tidak.”
            Sedetik setelah Yeonju menyatakan permintaanya mengenai perayaan-ulang-tahun-Hyosun-di-pulau-Jeju, jawaban itulah yang Yeonju dengar dari bibir Minho.
            “Tapi sunbaenim...”
            “Sepertinya aku tidak perlu mengulangi kalimatku sebelumnya Yeonju. Itu sudah sangat jelas.” Potong Minho tidak ingin Yeonju membahasnya sekali lagi.
            Seketika bahu Yeonju menurun, tapi tatapannya masih tertuju pada namja itu. “Apakah berada di tempat yang sama dengan Onew Oppa adalah suatu hal yang mustahil?”
            Minho tak menjawab, justru bangkit dari kursi taman kampus kemudian berjalan meninggalkan Yeonju tanpa suara.
            “Jika sunbaenim tidak datang, maka Hyosun tidak akan memaafkanku!” Teriak Yeonju berharap Minho masih sanggup mendengarnya. “Jadi kumohon...Sunbaenim...”
            Tak ada reaksi apapun. Yeonju hanya sanggup menemukan punggung namja yang tak pernah ingin ia sakiti itu berjalan semakin menjauh, kemudian hilang di anak tangga menuju lantai dua, bersamaan dengan hilangnya seluruh harapan yang ia gantungkan pada namja itu.
***
            Tepat pukul 08.45 AM, Yeonju, Onew serta Hyosun sudah standby di Gimpo Airport. Mereka tampak siap menempuh perjalanan menuju pulau Jeju untuk merayakan ulang tahun Hyosun disana. Namun salah satu orang yang seharusnya datang belum juga menampakkan diri. Yeonju yakin Minho tidak setega itu. Meski kemarin jelas-jelas dia menolak tawaran Yeonju, bisa saja hari ini ada sebuah keajaiban yang membuat Minho tiba-tiba datang di waktu yang tepat. Sayangnya, Yeonju pikir Minho tidak lagi punya banyak waktu. Yeonju tahu ia tidak akan datang.
            “Sudahlah Yeonju, Minho Oppa pasti datang.” Ucap Hyosun menepuk bahu Yeonju dari samping, Yeonju hanya menoleh tanpa mengatakan apapun.
            “Kemarin sore aku sudah menghubunginya, dan dia berjanji akan datang. Mungkin sedikit terlambat.”
            Berjanji?
            Belum sempat Yeonju mencerna kata-kata Hyosun, tiba-tiba orang yang sejak tadi ditunggunya muncul dari balik kerumunan. Namja itu menggunakan sebuah kaos berwarna abu-abu berlapis jaket berwarna putih. Tidak banyak barang yang ia bawa, hanya sebuah ransel yang Yeonju yakin isinya belum terisi penuh.
            “Maaf aku terlambat.” Ucapnya pada Hyosun, bersikap senatural mungkin menangkap tatapan Onew yang duduk disebelah yeoja itu.
            “Gwenchana Oppa. Yang penting sekarang Oppa sudah ada disini.” Yeoja itu tampak ceria menyambut kedatangan Minho, ia pikir suasana di hari ulang tahunnya akan menyenangkan karena kehadiran namja itu.
“Kalau begitu tunggu apa lagi? Kajja~”
            Yeonju sempat menatap Minho tidak percaya. Bisa-bisanya Minho sanggup berjanji bahwa ia akan datang begitu Hyosun sendiri yang menelponnya? Padahal sudah jelas-jelas sebelumnya Yeonju sudah memohon untuk datang demi dirinya. Dan bahkan namja itu bisa bersikap seolah-olah tidak ada apapun antara ia dengan Onew dihadapan Hyosun sekarang.
Secepat inikah seorang Minho bisa berubah hanya karena Hyosun?
            “Maaf membuatmu menunggu.” Minho menyapa Yeonju sambil berjalan santai tanpa membalas tatapan yeoja itu.
            “Hmm.”
            “Jangan berfikir yang tidak-tidak. Jika bukan karenamu, aku tidak akan datang Yeonju.”
            Deg!
            Yeonju menghentikan langkahnya spontan. Jantungnya mendadak berdegup  kencang seakan-akan waktu berhenti saat itu juga. Tatapannya berubah pias, memandang lurus-lurus namja yang masih berjalan santai beberapa meter didepannya.
            ‘Apa benar Minho rela datang karenaku?’
Ada satu lagi alasan yang membuat Yeonju semakin terperangkap dengan perasaannya sendiri. Meski sulit, harus ia akui ia semakin menyukai sosok namja berjalan di depannya ini.
            Kurang lebih sekitar setengah jam mereka menaiki pesawat menuju pulau Jeju. Setelah sampai Jeju Airport, perjalanan diteruskan dengan menaiki bus ke sebuah villa tempat mereka akan menginap nantinya.
Villa yang dipilih Onew terletak di utara pulau Jeju, sekitar 2 kilometer dari pantai Gimnyeong. Villa yang terbuat dari kayu itu tampak sederhana dengan 3 kamar, ruang tengah, dapur, 2 kamar mandi dan balkon belakang. Suasana disekitarnya juga tampak asri dengan pemandangan hutan pinus yang ada dibelakang villa mereka. Kebetulan villa itu terdapat di atas bukit, sementara dibawah bukit langsung menghadap pantai. Membuat view dari villa terlihat sangat indah.
Begitu sampai, Hyosun langsung berteriak ingin satu kamar dengan Yeonju. Secara otomatis membiarkan Minho dan Onew berbeda kamar.
            “Oppa aku ingin mengunjungi museum teddy bear, puncak Ilchulbong, Geomunoreum, Taman Hallim dan kudengar juga ada goa yang terletak didekat pantai Gimnyeong. Ah sepertinya sangat menyenangkan! Ayo kita berangkat!” ajak Hyosun bersemangat.
            Onew menatap Yeonju serta Minho yang duduk di sofa ruang tengah. Keduanya tampak diam, namun Onew yakin mereka sebenarnya tidak setuju dengan usul Hyosun karena bahkan belum genap lima menit mereka duduk disana.
            “Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pergi? Kebetulan tadi pagi aku belum sarapan.” Onew menggosok perutnya berlagak lapar.
            “Ah ide bagus, sebelum pergi kita bisa mampir di warung sekitar sini...”
            “Tapi aku ingin merasakan masakanmu Hyosun.” Seloroh Onew yang spontan membuat Hyosun melotot.
            “Mwo?”
            “Aku akan membantumu Hyosun.” Sahut Yeonju cepat kemudian bangkit. “Apakah kita perlu membeli bahan makanan dulu?”
            Onew tersenyum lebar, “Tidak perlu. Aku sudah meminta pemilik villa untuk mengisi bahan makanan. Kau bisa mengeceknya di kulkas.”
            “Tapi Oppaaaa~ Oppa tahu kan aku tidak bisa memasak?”
            “Aku percaya padamu Hyosun. Kalaupun tidak enak, aku berjanji akan menghabiskannya.” Disusul dengan gelak tawanya yang khas.
            Hyosun cemberut kemudian berjalan mendahului Yeonju menuju dapur. Tampaknya Onew sukses membuat yeoja itu kesal di hari ulang tahunnya.
            Tepat ketika Hyosun dan Yeonju pergi, Onew duduk disamping Minho. Saat itulah Minho bangkit kemudian berjalan menuju kamar.
            “Tunggu.”
            Langkah Minho terhenti di tengah-tengah, bola matanya berputar kekanan namun masih tidak menoleh.
            “Bisakah kita bicara sebentar?” Tanya Onew sambil berjalan mendekati Minho. “Aku tunggu kau di balkon belakang.” Lanjutnya kemudian menuju tempat yang baru saja ia sebutkan.
            Minho terdiam sejenak. Ia sempat membuang nafas berat sampai akhirnya mengikuti langkah Onew dari belakang.
            Kini mereka berdua tengah berdiri berdampingan di sebuah balkon yang terbuat dari kayu. Karena villa mereka terletak di pinggiran bukit, dibawah balkon tersebut tampak sebuah taman kecil dengan beberapa pohon yang tertata rapi. Keduanya tampak tertegun sambil menatap pemandangan sederhana yang ada disana.
            “Terimakasih karena kau mau datang kemari.” Ucap Onew. “Jika tidak ada kau mungkin...”
            “Aku datang kesini demi Yeonju.” Potong Minho lebih dulu. Membuat Onew menoleh, menangkap tatapan dingin dari namja itu.
            “Kita memang tidak pernah berkenalan sebelumnya. Tapi namamu terdengar tidak asing ditelingaku...”
            Minho melirik sinis.
            “... Atas nama kedua orang tuaku, aku minta maaf. Jadi kuharap hubungan dingin diantara kita tidak mengganggu liburan kali ini.”
            Tak ada jawaban. Minho justru menatap pias sodoran tangan Onew yang terjulur didepannya. Minho tidak tampak terkejut saat Onew sanggup mengenalnya, mengingat bagaimana track recordnya yang tak terlalu baik di masa lalu. Tapi yang ia herankan adalah sikap Onew yang seakan tutup telinga atas apa yang terjadi selama ini. Dan sekarang justru tiba-tiba hadir dalam kehidupan Minho dan meminta Minho memaafkannya begitu saja. Minho tidak yakin meski ia sanggup memaafkan Onew, belum tentu ‘perang dingin’ yang terjadi sebelumnya bisa terselesaikan begitu saja.
            “Tidak pa-pa jika kau tidak mau memaafkanku, tapi tolong... jangan sampai Hyosun mengetahui apa yang terjadi di antara kita.”
            “Aku memaafkanmu...” Jawab Minho cepat. “...dengan satu syarat.”
            Alis Onew berkerut.
            “Jangan pernah mengecewakan Hyosun lagi. Jika itu terjadi, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu.”
            Kali ini kedua mata Onew membulat. Diluar dugaan justru permintaan itu yang Minho ucapkan. Bahkan sebesar apapun dendamnya di masa lalu, kini semuanya lenyap begitu saja hanya karena satu yeoja, Hyosun, yang mungkin akan selalu menjadi yeoja yang berdiri diantara mereka berdua.
            Onew lantas tersenyum, tentu saja untuk syarat yang satu ini tanpa diminta pun ia akan melaksanakannya.
            “Baiklah, aku berjanji.” Jawab namja itu disusul dengan senyumnya yang tulus.
***
            Satu mangkuk Ondubu Jiggae, sup kimchi dan crispy chicken akhirnya terhidang di meja setengah jam kemudian. Onew sudah siap dengan sendok dan sumpit yang mengapit di jemari tangannya. Namja itu tampak tidak sabar mencicipi hidangan yang pertamakali dimasak oleh kekasihnya. Dan tentu saja dengan ‘sedikit’ bantuan dari Yeonju.
             “Selamat makan!”
            Diikuti dengan suara dentingan halus suara mangkuk keramik dan stainless steel. Suasana yang semula dingin seketika berubah menjadi hangat.
            “Wah mashitta.” Onew sedikit menyemburkan udara panas dari dalam mulutnya kemudian tersenyum ke arah Hyosun. “Masakanmu sangat enak! Lain kali kau harus membuatkanku bekal untuk praktek di rumah sakit ne?”
            Hyosun tersenyum kecil, ia sempat melirik ke arah Yeonju lalu mengangguk.             “Setelah makan, bisakah kita langsung menuju ke museum teddy bear Oppa?”
            “Uhuk!” belum juga sesuap makanan meluncur ke dalam lambungnya, lagi-lagi Onew harus mendengar ajakan yang paling dihindarinya itu. Padahal semula Onew ingin menikmati suasana villa dengan beristirahat, baru kemudian berjalan-jalan di sore hari ke semua tempat yang Hyosun inginkan.
            Onew memandang Minho sekilas, tanpa berkata sepatah katapun ia sanggup membaca ekspresi dari namja itu. Akhirnya hanya sebuah anggukan pasrah yang terlihat kemudian.
            Tentu saja museum teddy bear yang jadi tujuan pertama mereka. Begitu sampai, kedua mata Hyosun tampak berbinar melihat semua boneka yang ada disana. Hyosun seakan sudah berhari-hari tidak makan dan semua teddy bear itu terlihat seperti kue yang siap dia habiskan.
            “Oppa~ Ayo kita kesana.” Ajak Hyosun mengapit lengan Onew kemudian berjalan semakin jauh ke dalam museum. Sedangkan Minho dan Yeonju yang sejak tadi diam hanya saling bertukar pandang, ‘Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?’ batin mereka bersamaan.
            Keduanya membeku beberapa waktu sampai akhirnya Minho meraih tangan Yeonju dan mengajaknya keluar. Minho yakin perasaan Yeonju sama sepertinya, sedang bosan.
            “Jadi tempat apa yang ingin kau kunjungi?” tanya Minho ketika mereka sampai diluar.
            “Tapi sunbaenim, Hyosun...?”
            “Tidak pa-pa. Lagipula kita tidak boleh mengganggu orang yang sedang pacaran bukan?”
            Yeonju diam menatap Minho sambil menggigit bibir bawahnya, membayangkan bagaimana wajah Hyosun nanti ketika menyadari Yeonju justru kabur bersama Minho begitu saja. Bagaimanapun juga ini hari ulang tahunnya, Yeonju tidak boleh melakukan sedikit saja kesalahan yang sanggup membuat sahabatnya kecewa.
            “Jika Hyosun marah biar aku yang bertanggung jawab, Ne?” Minho menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum. Tanpa menunggu persetujuan Yeonju, lagi-lagi ia menggandeng tangan Yeoja itu mencari ‘tumpangan’ untuk mengunjungi obyek wisata berikutnya.
            Dan jadilah, kedua pasangan itu berpisah menuju ke dua tempat yang berbeda.
            Yeonju dan Minho tiba di Mokseokwo yang merupakan taman batu dan kayu ketika hari sudah mulai terik. Taman yang terletak 4 kilometer di selatan kota Jeju ini jauh lebih menarik katimbang Museum Teddy Bear bagi Yeonju. Disana Yeonju bisa melihat berbagai bebatuan unik yang tersusun secara random serta kayu yang tentu saja menjadi objek yang tepat untuk diabadikan dengan kameranya.
            “Yeonju, apa kau tidak mendengar sesuatu?” tanya Minho menurunkan kamera dari wajahnya kemudian menatap Yeonju penasaran.
            “Eung?” Alis Yeonju berkerut. Cepat-cepat yeoja itu membuka tasnya ketika ia menyadari ponselnya bergetar karena ada telepon masuk.
            “Yeobose...”
            “Yeonju kau dimana?”
            “Aku...” Yeonju menggantungkan kalimatnya takut. Pasti Hyosun akan memarahinya habis-habisan karena menghilang begitu saja.
            Tapi ternyata yang Yeonju dengar justru diluar dugaan.
            “Apa kau sedang bersama Minho Oppa?” tanya Hyosun lagi, kali ini lebih antusias. “Haha kalau begitu aku tidak akan mengganggumu Yeonju. Selamat menikmati waktumu bersama Minho Oppa. Hwaiting! Tut.”
            Kalimat yang terdengar sangat ambigu itu membuat Yeonju seketika membeku. Tatapannya beralih dari layar ponsel ke arah Minho yang sejak tadi menunggu kalau-kalau Hyosun benar-benar marah karenanya. Tapi Yeonju tak sanggup mengatakan apapun selain tersenyum hambar.
            Sepulang dari Museum Teddy Bear, Hyosun dan Onew mengunjungi puncak Ilchulbong, Geomunoreum, dan Taman Hallim masing-masing kurang lebih 2 jam. Sedangkan Yeonju serta Minho hanya mengunjungi air terjun Jeongbang, salah satu dari 3 air terjun utama di pulau Jeju. Air terjun ini langsung bermuara ke laut dan dianggap sebagai salah satu tempat yang dikunjungi oleh Seo Bok.
            “Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan sebesar batu karang,” ucap Yeonju membaca tulisan yang tertera di salah satu papan tempat ia duduk bersama Minho. Alis Yeoja itu berkerut, “Sepertinya aku sudah sering melihat tulisan seperti ini.”
            Minhopun turut membaca tulisan yang dilihat Yeonju, sejurus kemudian namja itu tersenyum, “Ini kalimat yang sering diucapkan oleh masyarakat Jeju, Yeonju. Apa kau tidak lulus saat mata pelajaran sejarah dulu?” ledeknya menahan tawa.
            “Ya~ Tentu saja aku tahu, tapi tadi hanya sedikit... lupa.” Yeonju menggaruk tengkuknya malu, membuat Minho tak lagi sanggup menahan tawanya.
            “Sunbaenim?”
            “Um?”
            “Aku hampir lupa mengucapkan terimakasih.”
            Minho menoleh menatap Yeonju sambil tersenyum, “Sama-sama. Lagipula aku bisa banyak mengambil obyek bagus disini.” Namja itu sekali lagi membidik objek menggunakan kameranya. Seperti tak ada habisnya mengambil semua objek yang ada disini dari berbagai sudut pandang. Diikuti dengan Yeonju yang juga mulai mengarahkan kameranya ke titik terjauh di hamparan laut, dengan jelas matahari berwarna jingga perlahan turun. Tanda hari akan berubah gelap.
            “Sebentar lagi makan malam, sebaiknya kita...”
            “Tunggu...” Minho menahan lengan Yeonju yang hendak beranjak dari bebatuan tempat mereka duduk. “Bisakah kita bicara sebentar?”
            Tatapan Minho tampak begitu serius, membuat Yeonju tertegun lalu akhirnya mengangguk.
            “Aku ingin tahu bagaimana hubungan kau, Hyosun dan Onew. Apakah memang hanya seperti yang kulihat sekarang?”
            Dari Yeonju berkerut, ia menatap Minho lurus-lurus. “Memangnya kenapa sunbaenim?”
            “Itu... aku tidak tahu. Hanya saja seperti ada sesuatu yang ganjil antara kalian bertiga.” Jawabnya. “Aku tidak bermaksud untuk tidak percaya dengan penjelasanmu kemarin Yeonju. Tapi entah kenapa... jika kulihat-lihat antara kau dan Onew sepertinya ada hubungan yang lebih dari sekedar teman.”
            Yeonju terkesiap dengan pemikiran Minho yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Diam-diam namja itu justru mengamati hubungan apa yang terjadi antara Yeonju serta Onew. Apakah memang terlihat ganjil seperti yang Minho ucapkan? Bahkan Yeonju sendiri tidak merasa seperti itu.
            “Maaf jika kalimatku menyakitimu tapi...”
            “Ah tidak-tidak. Gwenchana sunbaenim. Aku...” Yeonju ragu mengatakannya. Sekali lagi ditatapnya namja yang duduk tepat disampingnya itu. Tampak begitu serius, tidak sabar menunggu penjelasan yang mungkin akan merubah pandangannya terhadap Yeonju. “Mungkin karena aku dan Hyosun bersahabat, jadi aku juga terlihat memiliki kedekatan dengan Onew Oppa. Tapi yang perlu sunbaenim tahu, apapun itu, aku tidak mungkin merebutnya dari tangan Hyosun. Termasuk Onew Oppa yang sangat berharga baginya.”
            Minho tak lantas berbicara, berusaha percaya dengan penjelasan yang kontras dengan pemikirannya. Tapi walau bagaimanapun juga, ia tahu ia tidak berhak untuk menyangka yang tidak-tidak.
***
            Hari sudah sangat gelap ketika Onew, Hyosun, Minho serta Yeonju tiba di tempat yang sama. Bukan villa tempat mereka berempat menginap, melainkan pesisir pantai Gimnyeong. Kebetulan di pantai itu sedang ada sebuah festival tahunan untuk memperingati hari jadi desa Gimnyeong, oleh karenanya suasana begitu meriah dan ramai. Mereka berempat memang berencana untuk mendatangi festival ini sesaat setelah sempat bersiap-siap di villa satu jam yang lalu.
            Disisi kiri pantai terdapat panggung kecil tempat pertunjukkan tari-tarian khas daerah pulau jeju, sedangkan di sepanjang pantai terdapat beberapa stand tempat menjual makanan, pakaian serta beberapa pernak-pernik khas pulau Jeju. Seluruh masyarakat serta wisatawan tampak memadati festival tersebut. Banyak yang memburu Jeonbokjuk, bubur abalone khas pulau Jeju, namun tak sedikit pula yang memilih untuk berbelanja atau sekedar menghabiskan malam yang tampak cerah hari itu.
Hyosun tampak asik menikmati pertunjukkan di atas panggung ditemani dengan Onew, sedangkan Yeonju serta Minho lebih memilih berkeliling melihat-lihat stand yang ada disana. Saking banyaknya orang yang berlalu lalang, mereka sampai harus terpaksa menunggu beberapa saat hanya untuk berpindah satu langkah.
            “Agashi... agashi... kemarilah.” Panggil seorang ahjumma paruh baya pada Yeonju yang berjalan didepannya.
            “Ne?”
            “Kemarilah sebentar,” ahjumma itu meraih tangan Yeonju dan mengajaknya masuk ke dalam sebuah stand. “Duduklah disini. Kau juga anak muda.” Dia juga meminta Minho duduk disamping Yeonju, berhadapan dengan ahjumma berbaju merah itu.
            Baik Minho maupun Yeonju tidak mengenalinya, mereka berdua hanya sanggup bertatapan dan saling memajang wajah kebingungan.
            “Sekarang pilihlah satu dari kartu yang ada disini.” Ucap ahjumma itu seraya menata sesuatu di atas meja kecil.
            Peramal. Kata itulah yang terlintas di benak Minho dan Yeonju ketika mereka melihat banyak kartu-kartu dengan gambar yang abstrak berjajar setengah lingkaran diatas meja. Tapi untuk apa peramal ini tiba-tiba ingin meramal mereka berdua?
            “Ambillah salah satu dari kartu ini. Ayo cepat-cepat.” Desaknya membuat Minho lantas mengambil beberapa kartu seperti yang diminta ahjumma itu.
            “Uh...” ahjumma itu mendesah keras begitu melihat kartu yang Minho ambil. “Namja yang begitu tenang tapi memiliki hati yang keras. Semua orang bisa saja berubah. Kau harus berhati-hati dalam mengambil keputusan, atau kau akan menyesal nantinya. Arasseo?”
            Minho menatap ahjumma itu penuh tanda tanya, tak sedikitpun dari kata-katanya yang sanggup Minho cerna.
            “Sekarang giliranmu agashi.” Dia menunjuk Yeonju. Ragu-ragu Yeonju mengambil beberapa kartu yang tersisa.
            “Ini...” Ahjumma itu menatap Yeonju kasihan. “Cobaanmu begitu banyak. Semuanya akan bertambah berat setelah ini. Kau akan mendapatkan apa yang pantas untukmu di waktu yang tepat. Bersabarlah... Aku tahu kau memiliki hati yang besar agashi.”
            Kalimat itu terdengar sangat mengerikan. Yeonju tak berani menebak cobaan apa lagi yang akan ia alami setelah ini. Apa mungkin sesuatu yang lebih menyakitkan akan benar-benar datang? Membayangkannya saja Yeonju tidak sanggup, apalagi memikirkan bagaimana cara melewatinya nanti saat itu tiba.
            “Kalian berdua sangat serasi.” Kata peramal itu lagi. “Yang satu memiliki jiwa yang keras, namun hati yang lembut. Dan yang satu lagi memiliki hati yang besar. Aku sudah tertarik dengan kalian berdua sejak kalian datang kemari.”
            Minho dan Yeonju sama-sama tidak mengerti mengapa peramal itu tiba-tiba tertarik dengan mereka berdua, padahal sudah jelas begitu banyak pengunjung yang juga datang ke tempat ini.
            “Ah tunggu sebentar, aku ingin memberi kalian sesuatu.” Ucap peramal itu kemudian bangkit mencari sesuatu dalam laci meja yang ada dibelakangnya.
            Dua buah gelang rajutan dari benang masing-masing berwarna merah dan ungu. Peramal itu memakaikannya langsung di pergelangan Minho dan Yeonju tanpa meminta ijin lebih dulu. Ia juga menyampaikan pesan bahwa gelang itu tidak memiliki kekuatan mistis, hanya sebagai tanda terimakasihnya karena mau datang di festival ini.
            Meski pertemuan mereka singkat, tapi entah kenapa memiliki kesan yang begitu misterius.
            “Kau masih memikirkan kata-kata peramal tadi?” tanya Minho membuyarkan lamunan Yeonju.
            Yeonju tersenyum tipis.
            “Dia itu juga manusia Yeonju. Bisa saja ramalannya meleset.”
“Hmm.” Gumam Yeonju mencoba menanggapi kata-kata Minho dengan santai, padahal hatinya sama sekali tidak berkata demikian. Masih begitu banyak pertanyaan yang berulang kali melintas dalam pikirannya.
            Tepat setelah itu, suara yang tidak asing menyelusup di telinga mereka berdua. Datangnya dari atas panggung. Rupanya Onew tengah menyanyikan sebuah lagu special untuk kekasihnya Hyosun yang sedang berulang tahun hari ini. Langsung saja mereka berdua mendekat.
            “Sarangi neomuneun got
(Love stays)
Uri hamkke hal siganeuro
(Our time to be together)
Yeongwonhi byeonchi anheul
(Do not change...forever...)
Kkumman gataseo naegen kkuman gataseo
(Like a dream to me... like a dream...)”
Yeonju tersenyum lebar melihat sahabatnya tampak sangat bahagia diatas sana. Bisa ia lihat pula semua pengunjung festival menikmati suara Onew yang khas, disusul riuh tepuk tangan tepat disaat lagu yang ia nyanyikan selesai.
“Saengil chukkahamnida Hyosun.” Ucap Onew sambil tersenyum. Hyosun pun membalasnya senyuman itu dengan manis.
 “Masih ada satu lagi.” Onew melirik nakal kemudian menjentikkan jarinya.Tiba-tiba saja semua lampu di fasetival itu mati, berganti dengan kembang api yang meletus menghiasi langit tanpa henti. Seakan sanggup mewarnai hamparan langit hingga tercipta gradasi yang berwarna warni. Tentu saja kembang api tersebut tampak sangat indah, membuat semua pengunjung seakan terperangah dan berfikir bahwa pertunjukkan kembang api merupakan bagian dari festival ini.
Tepat ketika pertunjukkan kembang api usai, dari kejauhan terlihat sesuatu yang bersinar membentuk sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang sangat besar, yang terpampang di hamparan pasir pantai dengan lampu terang sebagai tintanya.
Sebuah tulisan yang berbunyi, WILL YOU MARRY ME?
Yeonju sampai menganga melihat kejutan di malam itu, sama sekali tidak ia kira Onew akan mempersiapkan semuanya sejauh ini. Dan bahkan rencana untuk menikahi Hyosun tak pernah Onew bahas sekalipun, membuat ia tak sanggup percaya ini benar-benar terjadi.
Tentu saja Hyosun berkali-kali lipat lebih terkejut. Ia tahu jantungnya sudah tak selamat sekarang, berdegup diatas normal hingga ia sendiri tak yakin masih sanggup merasakannya atau tidak.
Menikah? Meski itu impian semua yeoja, namun bukankah ini semua terlalu cepat?
“Will you marry me?” Onew mengatakannya sekali lagi tepat disaat lampu panggung kembali dinyalakan. Sebuah cincin bermata berlian yang terselip di kotak kecil sudah Onew genggam dan terpampang jelas didepan Hyosun. Terasa begitu sempurna, kini tinggal jawaban apa yang ingin Hyosun pilih, Ya atau tidak.
Sorakan semakin terdengar riuh di sekitar panggung. Semua pengunjung tampak tidak sabar menunggu jawaban yang akan di ucapkan sang ‘putri’ malam ini. Yeonju berharap Hyosun tidak mengecewakan Onew, sudah sejauh ini hubungan mereka berjalan dan tinggal selangkah lagi semuanya akan berubah.
Onew lah satu-satunya yang sanggup melengkapi kekurangan dalam diri Hyosun, begitu juga sebaliknya. Tak ada impian lain selain melihat sahabatnya sendiri bahagia bagi Yeonju. Tentu saja ketika Hyosun bahagia maka Yeonju pun akan merasakannya.
Hanya sebuah anggukan yang terlihat setelahnya. Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk memastikan jawaban yang sejak tadi dinantikan oleh semua orang. Onew lantas memeluk Hyosun hangat, Hyosun pun membalas pelukan itu dengan senyuman. Dari atas panggung, ia sempat melemparkan tatapan bahagia pada sahabatnya yang berdiri sendirian. Dan Minho... entah sejak kapan namja itu menghilang.
***
            “Aigoyah Yeonju~~ aku senang sekaliii! Aku tidak menyangka Onew Oppa akan melamarku malam ini.” Teriak Hyosun bersemangat ketika mereka berdua tiba di kamar villa.
            “Ssst... jangan keras-keras, nanti Onew Oppa mendengarnya Hyosun.” Yeonju mencoba berkata serius lalu tertawa. “Chukkaeyo Hyosun! Aku pasti akan menjadi pengiring pernikahanmu nanti~”
            Hyosun lantas memeluk Yeonju erat-erat. Semakin erat sampai ia benar-benar sanggup meluapkan kebahagiannya malam ini.
            “Tapi, apa kalian berdua akan menikah dalam waktu dekat?” tanya Yeonju yang spontan membuat Hyosun melepaskan pelukannya.
            “Tentu saja tidak! Onew Oppa bilang, dia akan menunggu sampai aku siap. Jadi mungkin kami berdua akan bertunangan terlebih dahulu.”
            Senyum Yeonju kembali mengembang, “Lalu kapan kau siap?”
            “Entahlah... mungkin setelah kita lulus kuliah.”
            “Kenapa lama sekali? Kupikir lebih baik jika setelah Onew Oppa selesai kuliah. Kira-kira tahun depan.”
            Hyosun menggeleng keras, “Lalu bagaimana jika aku hamil? Tidakkah kau pikir sangat lucu jika ibu-ibu hamil berangkat kuliah?”
            Kali ini tawa mereka meledak bersamaan. Membayangkan bagaimana jika Hyosun benar-benar melakukan apa yang ia katakan.  Mereka berdua tertawa keras sampai Hyosun menyadari sesuatu hilang dari pergelangan tangannya. Sesuatu yang ia ingat ia tidak pernah melepaskannya dari sana.
            “Jam tanganku?”
            Yeonju pun turut melihat ke arah tangan Hyosun, tak ada apapun disana selain cincin yang melingkar di jari manisnya.
            “Tadi kau taruh dimana Hyosun?”
            “Aku tidak melepasnya!” Hyosun langsung beranjak dari tempat tidur kemudian meraih tas tangan yang sempat ia bawa berjalan-jalan. Semua barang dalam tas itu sudah ia keluarkan, tapi tetap saja tidak bisa ditemukan.
            Jam tangan itu tidak boleh hilang. Bulan lalu Onew sudah memberikannya khusus untuk Hyosun di hari jadi mereka yang pertama, lagipula Onew juga memiliki pasangannya. Jika sekarang jam tangan itu tidak bisa ditemukan, sudah pasti akan membuat Onew kecewa. Tentu saja Hyosun tidak ingin hal itu terjadi.
            “Bagaimana ini Yeonju?!?” ucap Hyosun panic mengacak rambutnya tak beraturan.
            “Coba cari lagi, jam tangan itu pasti ada disuatu tempat.” Yeonju turut mengobrak-abrik semua isi tas Hyosun, mencoba memastikan tidak ada yang terlewat.
            “Apa jangan-jangan…?”
            Pandangan Yeonju beralih menatap Hyosun.
            “...jatuh saat di pantai tadi?”
            “Mwo?”
            “Aku ingat sekali saat aku tiba di pantai aku masih melihat jam tanganku. Saat itu masih pukul 7.30 malam.” Lanjut Hyosun mencoba memutar kembali ingatannya. “Iya! Pasti terjatuh disana. Aku harus mencarinya sekarang!”
            “Tunggu Hyosun! Ini sudah terlalu malam.” Yeonju menarik lengan sahabatnya sebelum yeoja itu bangkit. “Kita bisa mencarinya bersama besok. Aku akan memastikan jam tangan itu kita temukan sebelum Onew Oppa mengetahuinya. Arraso?”
            Hyosun menggigit bibir bawahnya khawatir. Ia tetap ingin mencari jam tangan itu sekarang juga.
            “Kita pasti bisa menemukannya Hyosun, percayalah. Kalau perlu aku akan menghubungi panitia festival malam ini. Siapa tahu ada salah satu dari mereka menemukan jam tangan itu.” Yeonju lantas menggenggam tangan Hyosun lembut, berusaha menenangkan sahabat yang paling ia sayangi ini.
            “Baiklah, kita akan mencarinya besok.” Jawab Hyosun akhirnya.
            Yeonju mengangguk yakin. Tanpa Hyosun sadari, Yeonju sempat melirik ke arah jam dinding. Pukul 11 malam, mungkin saja festival di pantai itu baru selesai.
***
            “Oppa, apa kau melihat Yeonju?” tanya Hyosun saat menemukan Minho tengah menonton tayangan sepak bola di ruang tivi.
            “Bukankah dia ada dikamar bersamamu?”
            Pertanyaan itu tidak Hyosun jawab, ia justru bergegas mengecek dapur, kemudian kamar mandi dan balkon belakang. Yeonju tetap tidak bisa ia temukan.
            “Ada apa Hyosun? Apa Yeonju menghilang?”
            Hyosun mengangguk cepat. “Oppa tidak melihatnya keluar?”
            “Ani. Sudah satu jam aku menonton tivi, tapi aku tidak bertemu dengannya sama sekali.”
            Wajah Hyosun berubah panik, ini sudah jam 2 pagi dan tiba-tiba Yeonju menghilang begitu saja. Hyosun takut kalau-kalau Yeonju pergi ke pantai untuk mencari jam tangannya. Bagaimanapun juga jarak villa mereka sampai ke pantai sejauh 2 kilometer, melewati jalan setapak di tengah hutan pinus. Perjalanan kesana menjadi sangat berbahaya jika dilewati sendirian tengah malam seperti ini.
            “Apa kau sudah mencoba menghubunginya?”
            “Ah!” Cepat-cepat Hyosun pergi kekamar untuk meraih ponselnya, namun saat itu juga niatnya buyar saat menemukan ponsel Yeonju berada tepat di samping ponselnya.
            “Ponsel Yeonju tertinggal.”
            Minho mencoba memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi. Ia tahu sifat Yeonju, tidak mungkin Yeonju pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas.
            “Apa Oppa mau menemaniku ke suatu tempat?” pinta Hyosun ragu-ragu. Ia tidak mungkin mengajak Onew untuk mencari Yeonju saat ini. Karena jika iya, pasti Onew akan tahu tentang jam tangan yang baru saja ia hilangkan. Hanya Minho satu-satunya yang bisa Hyosun harapkan.
            Tanpa berfikir panjang Minho lantas mengangguk. “Ambil jaketmu. Kita akan mencari Yeonju sekarang.”
            Berbekal sebuah senter dan ponsel akhirnya Hyosun serta Minho mencari Yeonju ke pantai Gimnyeong tempat festival tadi diadakan. Mereka berdua melewati jalan setapak kecil menuruni bukit, berusaha tetap waspada menghadapi hutan pinus yang tampak mencekam dimalam hari. Hyosun tidak sanggup membayangkan Yeonju harus melewati semua ini sendirian hanya untuk membantunya.
            “Kau lebih bodoh dariku Yeonju.” Gumam Hyosun lirih namun sanggup ditangkap oleh telinga Minho. Membuat namja itu terdiam sejenak menatap Hyosun tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
            “Ini salahku Oppa. Hyosun melakukan ini karena aku.” Hyosun menyesal karena telah membuat Yeonju membantunya sejauh ini. Tidak seharusnya dia terlalu panik sehingga membuat Yeonju khawatir sampai harus pergi ke pantai seorang diri hanya untuk menemukan jam tangannya yang terjatuh.
            “Sekarang bukan saat yang tepat untuk menyesali perbuatanmu Hyosun. Sebaiknya perasaan itu kau simpan sampai kita bisa menemukannya. Arraso?”
            Hyosun menatap Minho yang tampak serius. Berusaha berfikir rasional seperti yang namja itu lakukan.
            Kemudian keduanya kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai. Perjalanan terasa jauh lebih lama ketimbang saat mereka datang kesana menggunakan mobil tour. Sayangnya ini sudah terlalu malam untuk menyewa mobil, dan melewati hutan pinus adalah satu-satunya jalan terdekat yang sanggup mereka lewati.
            Beberapa puluh menit berjalan, hanya ilalang dan pepohonan yang bisa mereka lihat. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Yeonju disana.
            “Bersabarlah… sebentar lagi kita sampai.” Minho tetap memimpin didepan, dengan Hyosun yang mencengkeram erat ujung kaosnya di belakang.
Setelah beberapa meter lagi mereka akan menampaki bibir pantai, tiba-tiba langkah Minho terhenti. Namja itu tampak mematung di tempat dengan sebuah objek yang tergambar di pupil matanya, sebuah objek yang seketika membuat dia terperanjat.
“Ada apa Oppa?”
Belum sempat Hyosun melihat apa yang baru saja Minho lihat, ia lebih dulu merasakan sebuah dada bidang menutupi seluruh pandangannya. Kemudian dua tangan yang lembut merengkuh bahu kecilnya hingga akhirnya hanya sebuah kehangatan yang sanggup ia rasakan.
Hyosun terkesiap saat Minho tiba-tiba memeluknya tanpa alasan. Tak ada yang sanggup ia lakukan selain menyadari kehangatan itu kian menjalari tubuhnya.
“Op-pa?”
“Sebentar saja… Kumohon tetaplah seperti ini…” ucap Minho lirih. Seketika membuat Hyosun tak lagi bisa berkutik. Meski pelukan ini terasa berbeda, meski pelukan ini datang begitu tiba-tiba, namun Hyosun merasakan sebuah ketulusan. Yang tanpa ia tahu apa sebabnya.
Tepat dibalik punggung Minho, beberapa meter dari sana, beberapa meter dari ombak laut yang bergulung, duduk dua orang yang tengah melakukan hal yang sama dengan Hyosun serta Minho.
Minho hanya tidak ingin Hyosun tahu, bahwa kedua orang itu adalah kekasih dan sahabatnya sendiri…
-To Be Continue-

            Rada gimana ya? Nyesek ._.
            Itu ngapain coba si Yeonju malah berdua2 an ama Onew di pantai? Untung ada abang Minho yang ‘membentengi’(?) sebelum Hyosun liat. Kalo Hyosun tahu kan jadi berabe ._.
            Aneh ya? Hahaha emang aneh ini kopel jadi ketuker2 gini -_- tapi tenang, next part bakalan ada penjelaskan kog apa yang terjadi sebenarnya di pantai. Hoho jangan berfikir yang aneh2 sodara sodaraa~
            Dann, apakah Minho akan tetap memaafkan Onew setelah apa yang terjadi? Lalu bagaimana dengan hubungan Minho-Yeonju? Mereka akan tetap bersahabat atau Minho lebih berpihak pada Hyosun? Bagaimana juga dengan Hyosun? Apa dia akan mengetahui hubungan diam-diam(?) antara Yeonju dan Onew?
            Setelah ini kemungkinan konfliknya bakalan semakin terang-terangan(?). sedikit bocoran, Onew bakalan babak belur di tangan Minho next part. Hahaha *ini kenapa jadi puas banget? #plak!
            Pokoknya ditunggu next part ya readers. Mian kalo part ini tulisannya acak2an, maklum udah lama ga nulis -_- *author amatiran*. Hehehe lumayan panjang juga ya ternyata, rekor 18 lembar di part ini ._.
            Gomawo masih ada yang mau baca~ annyeong ^^
           

9 comments:

  1. Welcome back icha chingu, Hyosun, yeonju, Onew, Minho and Fuchsia~ *nyalain petasan*
    kangen banget banget sama kelanjutan ff ini. jujur ini mah *curcol* tiap hari pasti ngecek blog ini buat menanti kedatangan icha chingu sama Fuchsia-nya. hehehe~
    dan akhirnya datang juga Fuchsia part 11 nya. tapi kenapa begitu cepat bersambungnya??? semakin misterius saja ceritanya, ga ketebak gimana ujungnya *mikir ala Sherlock
    o iya, semangat untuk ppl nya ya chingu ^^)9
    -nobitaemin-

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo ^^
      wah jinja ampe tiap hari ngecek? *yampun jadi merasa bersalah :(
      ne. next part aku usahain lebih cepet deh. semoga bisa. heheheh

      nae. gomawoooo

      Delete
  2. Annyeong chingu, reaaders baru niy^^ aku lg cari ff tt shinee di mbah google, yg nongol fuchsia 11, jd aku baca dr awal dl baru part ini. Aku suka ceritanya, aku selalu gk sabar nih baca part selanjutnya, penasaran trs bawaannya.. Aku jg ijin baca ff yang lain ya :-) gumawo

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah selamat bergabung :D
      jinja???
      makasih chingu ^^

      nae. selamat membaca.

      Delete
  3. Kyaaaaaa!! Mau dipeluk sama abang Minhooooo ... Bagus eon! Aku tunggu kelanjutannya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk ini anak nongol dimana2 xD

      siaaaap ^^9

      Delete
  4. eonni, akhirnya ini ff lanjut jugaa! uhh sampe lumutan yg nungguin ._.V
    yeonju pelukan sm onew? kenapa? omaigat! ditunggu next chapternya eonn. makin keren ajaaa >//<

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha *bersihin lumut
      kekeke next part ada kog penjelasannya ^^
      nae. gomawo yaaa

      Delete
  5. aaaaaaaa...udah lama banget nunggu part ini eonn xD
    nyesek abis eonn tau endingnya gtu x(
    daebak eonn ffnya mskpun lma hiyatus.. :) (y)
    next part aq bca dlu y eonn :D

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...