Tuesday 31 October 2017

FF Ongniel Wanna One : Serenity [Part 11]

Wuannyeonghaseyo yeorobeun~
Lama banget ngga nongol hehehe
Mianheyooong~
Beberapa minggu ini rada ribet jadinya ngga sempet buat lanjutin hiksss
Dan setelah saya bertapa di gua penuh lumut yang berdebu(?), akhirnya bisa nelorin beberapa part hehehehehehehe

Langsung aja deh ya~
Semoga ngga pada lupa sama part kemaren x)



Tittle                    : Serenity [Part 11]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-15
Cast                      : Shin Jihyun, Ong Seongwoo, Kang Daniel, Hwang Minhyun. Choi Yena
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Kenapa dia datang lagi kesini huh? Apa dia gila?” Suara kesal Jihyun terdengar pertama kali setelah Seongwoo yang mengekor di belakangnya menutup pintu apartemen yeoja itu. “Padahal sudah jelas-jelas kemarin dia sendiri yang bilang tidak ingin bertemu lagi. Kenapa justru sekarang dia yang datang? Hah?”
                Entah sedang berbicara dengan siapa, yang jelas Seongwoo sebagai satu-satunya orang disana tidak menanggapi. Namja itu hanya meletakkan beberapa kaleng beer dan chiken yang masih tersisa dari rooftop tadi ke atas meja apartemen Jihyun.
                Jihyun langsung menyambar salah satu beer itu kemudian meminumnya, “Sekarang pasti dia sedang merengek-rengek seperti drama Queen.” Lanjut Jihyun sambil menggerakkan bahunya. “Tch! Mulai sekarang aku tidak akan termakan oleh tampang melas yeoja licik itu.”
                Terdengar suara kekehan pelan. Seongwoo langsung menutup mulutnya saat Jihyun menyadari bahwa namja itu tengah menertawakannya.
                “Ya! Kenapa kau tertawa?” Ia berseru lebih keras. “Temanmu sedang berhadapan dengan yeoja itu, tapi kenapa kau diam saja huh?”
                Yang diajak bicara hanya tersenyum, membuka kotak chicken dan mengambil satu diantaranya.
                “Seongwoo-ya~~~~” Jihyun menggoyang-goyangkan bahu Seongwoo karena gemas dengan tanggapan namja itu.
                “Gwaenchanayo nuna. Lagipula ketimbang aku, Daniel pasti tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.”
                Selalu… Seongwoo selalu menjawab seperti itu. Dia memang tidak pernah sekalipun setuju dengan pendapat Jihyun. Sama seperti saat pertamakali melihat Yena dengan namja lain, sampai ketika Jihyun menolak untuk pergi ke Naejangsan. Seongwoo selalu menyanggah dengan caranya yang bijak untuk membungkam Jihyun.
Sesaat setelah kalimat itu terlontar dari bibir Seongwoo, Jihyun langsung membuang nafasnya keras-keras lalu menghabiskan sisa beer dalam satu kali tegukan.
                “Itu… ambilkan satu lagi.” Jihyun menunjuk kaleng beer yang masih utuh. “Dan kau…” Dia gantian menunjuk Seongwoo yang duduk disebelahnya. “Kau harus menemaniku minum malam ini.”
***
                Pagi datang. Seperti biasa suara klakson mobil yang terdengar dari luar menyambut hiruk pikuk aktivitas warga Seoul hari itu. Meskipun bukan hari pertama dalam satu Minggu, namun tidak menyurutkan semangat para pekerja dan mahasiswa untuk memulai kegiatan mereka di area Hanamdong yang penuh dengan deretan gedung perkantoran dan juga kampus.
                Udara dari luar jendela bertiup cukup deras masuk ke apartemen Jihyun yang berada di lantai delapan. Rasanya kepala yeoja itu berat sekali sampai-sampai ia enggan membuka matanya meskipun sudah tersadar. Perlahan-lahan Jihyun memutar tubuhnya sambil memeluk guling yang biasa ia letakan di sebelah kanannya. Tapi anehnya guling itu sedikit lebih besar dan ada sebuah aroma khas yang tercium dari sana.
                Saat Jihyun membuka matanya, sontak ia terperanjat.
                “Aaaak!” Jihyun histeris saat menemukan bahwa Seongwoo lah yang tidur tepat disebelahnya. “Ap-apa yang kau lakukan disini?”
                Namja itu terbangun karena teriakan Jihyun. Ia sempat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya ikut bangkit.
                Keduanya bertukar tatapan dalam diam. Jihyun membelalakan matanya, sementara Seongwoo menggaruk tengkuknya bingung.                Sepertinya mereka terlalu banyak minum tadi malam sampai akhirnya sama-sama tidak sadarkan diri dan bangun dengan posisi seperti sekarang.
                “K-kau… sebaiknya kembali ke apartemenmu.” Perintah Jihyun canggung.
                Seongwoo hanya mengangguk sebelum akhirnya memutar tubuh untuk berjalan menuju pintu.                Jihyun yang masih blank hanya sanggup melihat kepergian namja itu dengan tatapan kosong. Ia terduduk diatas karpet ruang tengah seolah-olah roh tubuhnya baru saja terbang.
Saat itu pulalah HPnya berdering, ternyata ada sms yang masuk.
                “Oh!”
                Hanya dalam hitungan detik, sebuah ide terlintas di pikiran Jihyun. Cepat-cepat ia bangkit menuju pintu untuk mengejar Seongwoo yang  baru saja keluar dari sana.
                “Aigoo~ melihat kalian berdua keluar dari tempat yang sama di pagi hari seperti ini membuatku jadi merinding.” Suara berat Daniel menyambut Jihyun. Tampaknya ia berdiri didepan pintu apartemen Seongwoo karena tengah menunggu seseorang.
                “I…itu… itu tidak seperti yang kau pikirkan!”
                Daniel tertawa lebih keras, “Gwenchanha. Lagipula kalian berdua sudah sama-sama dewasa. Tidak ada yang melarangnya bukan?”
                “YA!” jitakan Jihyun langsung mendarat di kepala namja berambut coklat itu.
                “Jika kau berbicara seperti itu maka akan terdengar lebih mencurigakan, Daniel.” jawab Seongwoo ikut bersuara. “Kami berdua hanya tidak sengaja tertidur karena tadi malam terlalu banyak minum.”
                Jihyun mengangguk-angguk dengan semangat menyetujui penjelasan Seongwoo.
                “Haha, kau tidak perlu menjelaskannya Hyung. Lagipula… apa yang terjadi tadi malam hanya kalian berdua yang tahu.”
                “Kau ini jinjja~”
                Saat itu pulalah pintu apartemen milik Seongwoo terbuka. Jihyun terkejut melihat seseorang yang muncul dari baliknya.
                “Kau sudah siap?”
                Yang ditanya mengangguk pelan.
                Baik Jihyun dan Seongwoo tidak memberikan reaksi apapun. Keduanya masih terdiam dengan tatapan yang spontan terpaku pada yeoja bertubuh mungil dengan rambut terurai itu.
                “Tadi malam Yena terpaksa menginap disini karena ia tidak bisa pulang.” Jelas Daniel tidak ingin membuat Hyung dan Noonanya salah faham. “Awalnya aku ingin meminta tolong agar ia bisa tidur di apartemen nuna… tapi nuna sepertinya sudah tidur. Jadi aku membawanya masuk ke apartemen Seongwoo Hyung.”
                Tidak ada jawaban. Jihyun sudah mati-matian mengendalikan dirinya agar tidak meluapkan emosi dihadapan Daniel. Karena itu ia memilih untuk merapatkan kedua bibirnya ketimbang menanggapi penjelasan itu.
                “Hm… gwenchana.” Jawab Seongwoo mewakili. “Maaf jika tidak mendengarkan suara bell. Tadi malam kami tertidur lebih awal karena banyak minum.”
                “Aniyo Hyung, seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah membawa Yena menginap tanpa meminta ijin lebih dulu.”
                Seongwoo menggeleng pelan. “Tidak perlu kau fikirkan.”
                Jihyun membuang mukanya saat ia tahu Daniel memeluk Yena dari samping. Jika saja tepat setelah itu mereka tidak berpamitan mungkin amarah yang tengah ia tahan bisa saja meluap dengan cepat.
                “Jalhaesseo (kau melakukannya dengan baik).” Seongwoo berbicara sambil mengusap kepala Jihyun.
                “Jangan menyentuhku!” Jihyun menyingkirkan tangan Seongwoo, cemberut. “Jika bukan karena kau, mungkin yeoja itu sudah aku jambak kemudian aku lempar ke sungai!”
                Tawa Seongwoo langsung meledak. “Bukan… bukan demi aku.” Jawabnya. “Tapi pikirkan perasaan Daniel.”
                Jihyun tahu itu. Tentu saja ia juga memikirkan perasaan Daniel. Jika tidak, mungkin ia akan benar-benar menjambak rambut Yena dan melemparkannya ke sungai Han.
                “Sebaiknya nuna bersiap-siap sekarang.” Ucap Seongwoo lagi, mengingatkan. “Sudah hampir jam 9, jika tidak nuna akan terlambat.”
                Mendengar kalimat itu tiba-tiba Jihyun teringat akan sms yang ia terima beberapa saat lalu. Karena sms itu pulalah Jihyun terfikir akan sesuatu sampai akhirnya mengejar Seongwoo sampai ke depan apartemen.
                “Seongwoo ya~”
                Seongwoo berbalik, alisnya terangkat.
                “Aku baru mendapatkan kabar bahwa ternyata pihak kantor memberiku waktu satu minggu untuk beristirahat...” Jihyun menjelaskan isi SMS dari atasannya yang belum lama ia baca. Rupanya karena ‘kecelakaan kerja’ yang terjadi di Naejangsan kemarin, kantor tempat Jihyun bekerja memberinya beberapa kompensasi dan hari libur. Bagaimanapun juga tujuan mereka pergi kesana untuk menyelesaikan project yang merupakan bagian dari pekerjaan. Hanya saja tidak ada yang mengira bahwa akan terjadi musibah yang merugikan semua pihak. Untung saja tidak ada satupun dari crew maupun pengisi acara yang terluka akibat kejadian tersebut.
                “…Untuk mengisi hari liburku, aku terfikir untuk mengunjungi Jeonju karena sudah dua bulan lebih aku tidak pulang. Sepertinya Umma juga mengkhawatirkan kondisiku...” Lanjut Jihyun.
“…Oleh karena itu…” Jihyun memainkan jemarinya sambil menatap Seongwoo. Sedikit takut menebak bagaimana reaksi namja itu. “Maukah kau menemaniku pulang ke Jeonju?”
                Yang diajak bicara hanya terdiam. Ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jihyun jadi ragu apakah mengajak Seongwoo merupakan keputusan yang benar atau tidak, karena bagaimanapun juga sudah sepuluh tahun lebih namja itu meninggalkan kampung halamannya.
                Membuat Seongwoo kembali kesana  dan memaksanya untuk mengingat kejadian pahit di masa kecilnya tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Jihyun tahu itu. Tapi setidaknya ia sudah menyampaikan keinginan yang muncul dari hatinya.
Ya… setidaknya Jihyun sudah mengatakan itu…
-To Be Continue-



Haaa~ Apa ini wkwk
Maap kalo part ini pendek karena emang nanggung(?)
besok deeeh lumayang panjaang
jangan lupa selasa depan ya!
Ppyong <3

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...