Monday 31 July 2017

FF OngNiel Wanna One : Serenity [Part 1]

Annyeonghaseo~~
Sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini posting part 1 yeyeye~
Bagi yang belum baca prolog, bisa langsung buka disini ya.
Langsung saja... cekidot~~


Tittle                    : Serenity [Part 1]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-15
Cast                      : Shin Jihyun, Ong Seongwoo, Kang Daniel.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Siang itu sudut jalanan Gwangjin-gu yang berada tepat di tepi utara sungai Han ujung timur kota Seoul padat dengan aktifitas warga yang tampak sibuk. Sebagian besar dari mereka merupakan pekerja dan mahasiswa yang tengah mengambil waktu break makan siang, sebagian lagi warga sekitar yang tampak menjalani rutinitas harian.
                Tepat di salah satu halte Gwangjin-gu berhenti sebuah bus berwarna biru dengan jurusan stasiun Seoul. Begitu pintu bus terbuka, para penumpang didalamnya mulai berhamburan keluar, bergantikan dengan penumpang lain yang kemudian masuk.
                Salah satu dari mereka terlihat turun sembari membawa sebuah koper yang cukup besar dengan dua roda kecil di bawahnya. Sosok itu sempat berhenti sejenak disana, mengecek sebuah alamat yang tertera dalam ponselnya untuk memastikan kali ini ia sudah benar-benar sampai di tempat tujuan.
                Shin Jihyun. Gadis dengan sweater biru cerah yang dipadukan dengan kaos putih dan celana jeans itu berasal dari Jeonju. Ia pergi ke Seoul untuk mencari dimana letak apartemen yang sudah ia pesan melalui aplikasi online sekaligus memulai kehidupannya disana.  
                Minggu lalu Jihyun resmi diterima di sebuah perusahaan broadcasting televisi ternama di korea. Yeoja itu tidak menyangka bahwa ia memiliki cukup kualifikasi untuk diterima disana hanya berselang beberapa hari sejak ia dinyatakan lulus dari tempat kuliahnya. Meskipun Jihyun bukan lulusan Universitas ternama, namun ia merupakan mahasiswa cumlaude dengan hasil yang memuaskan. Tidak salah jika Jihyun bisa mendapatkan pekerjaan dengan sekali percobaan.
                One Apartement, Hwayang-dong No. 258, Gwangjin-gu, Seoul.
                Jihyun mencocokan alamat dalam ponselnya sambil melihat lingkungan di sekitar. Sesuai dengan navigasi yang ia ikuti, terlihat sebuah area taman yang cukup luas tidak jauh dari halte tempat Jihyun turun tadi. Ia langsung tersenyum saat menemukan apartemen yang ia cari berada tepat disamping taman itu.
                One Apartemen memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan apartemen lain yang ada dilingkungan Hwayang-dong. Gedung ini hanya memiliki 8 lantai dengan cat berwarna putih tulang yang dipadukan dengan light slate gray untuk setiap pinggiran jendelanya. Jika kita naik ke atas, maka akan disuguhkan pemandangan sungai Han yang berada di belakang gedung. Dan tepat disamping gedung terdapat taman yang Jihyun temukan tadi, berbatasan langsung dengan sungai Han dan jalan raya disisi utaranya. Jihyun pikir apartemen ini memiliki lokasi yang cukup strategis, bisa dipastikan nanti ia tidak akan bosan meskipun hidup sendirian di Seoul.
               “Yang ini adalah milikmu,” Seorang ahjumma menunjuk sebuah pintu berwarna abu-abu dengan nomor 805. Beliau kemudian menekan password sebelum akhirnya membuka apartemen itu dan mempersilakan Jihyun masuk.
                 Sama seperti foto yang Jihyun temukan di website, apartemen itu cukup sederhana dengan hanya memiliki satu ruangan besar didalamnya. Dalam ruangan itupun sudah termasuk, kamar tidur, dapur, dan ruang tengah tanpa sekat sama sekali. Hanya kamar mandi dan balkon yang terpisah. Jihyun sering menemukan design apartemen semacam ini dalam drama korea kesayangannya. Oleh karena itu ia ingin mencoba untuk tinggal disana setidaknya satu kali.
                “Untuk tagihan listrik dan juga air biasanya akan kami informasikan setiap akhir bulan. Kau bisa membayarnya maksimal di awal bulan berikutnya bersamaan dengan uang sewa bulanan.” Ucap ahjumma itu sambil menarik korden lalu membuka pintu balkon. Beliau lantas tersenyum saat menyadari bahwa Jihyun tidak memberikan respon karena asik mengamati ruangan apartemen yang akan menjadi tempat tinggalnya.
                “Bagaimana? Apa kau menyukainya?”
                Jihyun yang tengah membuka pintu kamar mandi langsung terkesiap. “Ah ne! aku menyukainya.”
                Selain memiliki design yang sederhana, apartemen ini juga cukup bersih. Bahkan Jihyun tidak perlu membeli perabotan besar seperti tempat tidur, lemari dan kulkas karena semua sudah tersedia disana.
                “Kalau begitu, aku pergi dulu agashi.” Pamit pemilik apartemen itu pada Jihyun. “Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungi nomorku yang kemarin.”
                Jihyun mengangguk, “Ne, gamsahamnida ahjumma.”
***
                Ting…tong!
                Tak ada suara.
                Tiinggg….tong!
                Masih tak ada suara.
                Tiiiiingg…toooong!
                “Ah sebentar!” Jihyun yang baru saja bangun dari tidurnya langsung bangkit dengan malas menuju pintu. Ia tidak terlalu yakin sejak kapan ia tertidur, tapi setelah mengecek jam dari ponsel yang ia letakkan diatas meja ternyata sekarang sudah pukul 4 sore. Rupanya sudah 3 jam lebih Jihyun merebahkan tubuhnya diatas kasur tanpa sprei itu.
                “Nona Jihyun?” seseorang dengan seragam berwarna oranye dan topi abu-abu menyapa Jihyun ketika membuka pintu.
                Jihyun mengangguk sambil mengucek matanya. ‘Ah… paketnya sudah datang!’ batin yeoja itu kemudian menandatangani surat yang disodorkan kurir paket kepadanya.
                Tepat setelah kurir itu pergi, Jihyun justru hanya berdiri mematung didepan pintu. Ia tidak menyangka barang-barang yang dikirimkan orang tuanya dari Jeonju akan sebanyak ini, padahal tadi pagi sebelum berangkat Jihyun yakin bahwa ia tidak mempersiapkan kotak-kotak kardus besar. Hanya beberapa kardus berisi barang yang tidak bisa ia bawa menggunakan koper.
                Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Jihyun pun memindahkan barang itu satu persatu. Cukup banyak sampai kardus-kardus itu hampir saja menutupi pintu apartemen disebelahnya. Jihyun jadi penasaran apa saja isi kardus-kardus ini karena ia tidak yakin bisa menyimpan semuanya disana.
                Gadis itu mulai membuka dari kardus yang paling besar. Ia cukup terkejut saat melihat isinya adalah sebuah mesin cuci. Aigoo… sepertinya kekhawatiran ummanya sangat berlebihan sampai-sampai mesin cuci juga ikut dikirimkan jauh-jauh dari Yeonju.
                Kardus kedua adalah televisi, kemudian rak sepatu, rak jemuran, rak tempat sabun kamar mandi, satu set sprei aneka warna, boneka kesayangan Jihyun, laptop, baju-baju, sampai box berisi persediaan makanan.
                ‘Oke… gamsahamnida umma.’ Batin Jihyun pasrah menerima semua paket itu.
                Akhirnya tertinggal satu kotak lagi. Jihyun membuka kotak itu sembarangan karena ia sudah cukup lelah dengan puluhan kardus-kardus besar sebelumnya. Namun saat melihat isinya, Jihyun spontan melempar kotak itu sampai benda di dalamnya jatuh berserakan di lantai.
                “Akk!!” Satu set pakaian dalam pria aneka warna menyambut teriakan Jihyun yang histeris. “Apa itu?!?” ia melirik horror dan mengibas-ibaskan tangannya seolah-olah baru saja memegang benda asing dari planet lain.
                “Ba…bagaimana benda itu ada disini?” Jihyun menutup matanya kemudian bangkit. Takut-takut ia meraih sebuah hanger dan mengaitkan box berisi pakaian dalam itu untuk membaca nama yang tertera disana.
                Kang Daniel.
                Jihyun langsung terduduk lemas saat membaca alamat lengkap yang tertera di kotak itu meskipun sebagian telah sobek. One Apartement, No 806, Hwayang-dong 258, Gwangjin-gu, Seoul. Sama persis seperti alamat apartemen milik Jihyun, hanya berbeda satu angka di nomor pintu. Sudah pasti kotak paket ini dikirimkan untuk tetangga sebelah Jihyun, tapi kini justru berakhir dengan mengenaskan karena ia tidak sengaja mengambil sekaligus membukanya dengan sembarangan.
                Dan kini yang bisa Jihyun lakukan hanya menunggu. Ia sudah mencoba membunyikan bell untuk mengembalikan paket itu, namun sepertinya sang pemilik sedang tidak ada didalam.
                Jihyun duduk di depan pintu apartemen 806 sambil menunduk. Ia menyilangkan kedua tangan di lutut dengan sebuah kotak berwarna coklat disampingnya yang sudah tidak lagi berbentuk. Yeoja itu terkesiap ketika menyadari lampu koridor apartemen mulai dinyalakan. Ia sampai tidak sadar kalau langit sudah berubah gelap karena sibuk menunggu.
                Tak lama kemudian terdengar sayup derap langkah dari kejauhan. Jihyun lantas bangkit saat mengetahui seseorang yang baru saja datang berhenti tepat di dekatnya. Namja dengan kemeja kotak-kotak merah-hitam berlapis kaos putih itu sempat terlihat bingung dengan kehadiran Jihyun. Tapi kemudian ia membalas dengan ramah sapaan Jihyun meskipun ini pertamakalinya mereka bertemu.
                “Kau… apakah kau bernama Kang Daniel?”
                “Ah ne.” Jawabnya singkat. “Ada apa?”
                Jihyun diam sejenak, melirik ke arah kotak paket yang sudah ia bungkus kembali menggunakan plester–meskipun tidak utuh seperti semula. Ragu-ragu Jihyun menyodorkan kotak itu pada namja yang berdiri didepannya.
                “Ini…apakah paket ini… milikmu?”
                Bola mata Jihyun berputar ke arah namja dengan tinggi badan yang jauh darinya itu. Tapi yang dituju justru sibuk memutar-mutar kotak yang sebagian kertasnya sudah tersobek karena perbuatan Jihyun.
                “Jeo...jeosonghamnida.” Aku Jihyun akhirnya. “Aku tidak sengaja mengambil kotak milikmu karena kupikir itu adalah salah satu dari paket yang kuterima, tapi ternyata bukan.” Ia tampak menyesal.
                Namja bernama Kang Daniel itu tidak langsung bereaksi, hanya menaikan alis diatas matanya yang sipit sambil membalas tatapan Jihyun.
                “Itu… tadi… karena aku baru saja pindah di apartemen sebelah jadi kotak paket yang kuterima banyak sekali. Aku tidak tahu kalau ternyata salah satunya adalah milikmu, jadi aku membukanya asal-asalan. Maafkan aku…”
                “Kau pasti terkejut saat melihat isi kotak ini kan?” Tanya Daniel kemudian tertawa, bahu lebarnya bergerak naik turun.
                 “Hm?”
                “Kalau begitu terimakasih.”
                Jihyun masih diam.
                “Ah… perkenalkan namaku Kang Daniel.” Ucap Daniel sambil membungkukkan badannya. “Karena mulai sekarang kita akan menjadi tetangga, bolehkah aku tahu namamu?”
                Terlepas dari dandannya yang tampak nyeleneh dengan rambut blonde dan celana jeans robek di bagian lutut, ternyata sosok Daniel jauh lebih sopan dari yang Jihyun kira. Sejak pertamakali muncul, namja itu selalu berujar pelan dengan kalimat yang formal.
                Sepertinya pemikiran Jihyun mengenai warga Seoul yang sombong dan angkuh tidak selamanya benar.  Terbukti sekarang Jihyun bertemu dengan orang pertama yang nantinya mungkin bisa ia jadikan teman untuk mengisi hari-harinya selama hidup sendirian disana.
                “Jihyun imnida.” Balas Jihyun sambil tersenyum. “Senang bertemu denganmu Kang Daniel.”
-To Be Continue-
               

 HAHAHAHAHA
Dan ternyata yang baru nongol cuman Daniel ^^v
hehehe jadi ceritanya kan baru mau njelasin kehidupan barunya Jihyun, jadi Ongnya belum nongol :p
Next part tunggu senin besok ya~
Annyeoooong
*dadah dadah bareng Ong dari jendela* kkkkk

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...