Wuanyyeonghaseyooong
Ketemu lagi di lanjutan FF Serenity, kali ini saatnya part 5!!
Langsung aja deh ya~
Tittle : Serenity [Part 5]
Author : Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-15
Cast :
Shin Jihyun, Ong Seongwoo,
Kang Daniel, Hwang Minhyun, Choi Yena.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela salah satu
kamar di One Apartemen yang dibiarkan terbuka. Korden putih yang melapisinya pun
bergoyang dengan lambat mengikuti arah angin yang kian berhembus, menggantikan
udara dalam ruangan. Perlahan-lahan menyentuh kulit Jihyun dengan lembut lalu
menyapa kelopak matanya yang sayu.
Tak
lama kemudian kedua mata itu mengerjap pelan. Jihyun sempat memutar pandangannya
sekilas sebelum akhirnya baru menyadari tengah berada dalam ruangan yang cukup
familiar. Saat ia mencoba menggerakan tangannya, jemari kecil yeoja itu tidak
sengaja menyentuh sesuatu.
Baru
Jihyun sadari rupanya kali ini ia tidak sendirian, melainkan ditemani seseorang
yang tertidur di lantai dengan kepala yang disandarkan pada kasur tepat
disampingnya berbaring.
Ong
Seongwoo. Wajah namja dengan kedua mata yang tertutup itu memancarkan
kedamaian. Bibirnya yang tipis dengan sudut sedikit melengkung membuatnya
terlihat semakin sempurna. Bahkan kulitnya yang putih tidak tampak kusam
meskipun setiap hari tidak henti-hentinya melakukan pekerjaan dari pagi hingga
malam.
Tanpa
sadar Jihyun justru menyangga kepala dengan tangan kirinya sambil menatap
Seongwoo dalam-dalam. Jihyun sama sekali tidak menyangka seorang lelaki kecil
yang imut dan berpipi chubby bisa tumbuh menjadi sesosok namja dengan pesona
yang tidak pernah habis ia perlihatkan.
Berapa
lama melamun, tiba-tiba Jihyun memekik tanpa suara saat ia menyadari kedua mata
Seongwoo mulai terbuka.
“Nuna…!”
Namja itu cepat bangkit kemudian duduk di samping Jihyun. “Apa nuna baik-baik
saja?”
Yang
ditanya tidak langsung menjawab. Ia justru ikut bangkit meski sedikit payah.
“Nuna–”
“Gwenchana.”
Jawab Jihyun ketika sudah berhasil duduk. Dengan mudah ia bisa menangkap
kekhawatiran yang terpancar diwajah Seongwoo. “Aku tidak pa-pa.”
Seongwoo
tidak langsung percaya, “Aniyo, aku akan membuatkanmu sesuatu.”
Belum
sempat namja itu berdiri, Jihyun lebih dulu menggapai pergelangan tangannya. Meminta
Seongwoo tetap duduk disana.
“Tidak
perlu. Kau disini saja sudah… membuat nuna lebih baik.” Ucap Jihyun
putus-putus. Yeoja itu mengelus keningnya yang berkeringat sebelum menatap
Seongwoo lagi.
“Aniya.”
Tangan Seongwoo bergerak menyentuh wajah Jihyun.
Seongwoo
tidak peduli jika Jihyun tetap ingin menyembunyikan apapun yang tengah ia
rasakan didepan orang lain, namun tidak dengan dirinya. Meskipun ia tahu yeoja
itu tak mau membuatnya khawatir, namun Seongwoo tidak ingin Jihyun harus
menahan sakit hanya demi terlihat baik-baik saja didepannya.
Mungkin
akibat dari alergi bagi orang lain hanya menimbulkan gejala yang ringan dan
bisa ditangani dengan mudah. Tapi tidak dengan Jihyun. Jika alerginya kambuh,
maka tubuhnya akan mengalami kondisi anafilaksis yang mengakibatkan detak
jantung menjadi sangat cepat, tekanan darah yang turun drastis, kesulitan
bernafas, dan bahkan pingsan. Selama ini Jihyun tidak terlalu menyukai makanan
yang berbau seafood. Ia tidak tahu kenapa, tapi kini ia mengetahui persis alasannya.
“Gomawo….”
Jihyun berucap pelan, tidak berani menatap Seongwoo.
Cklek!
Saat
itu juga tiba-tiba terdengar pintu yang terbuka. Rupanya ada seseorang yang
baru saja keluar dari kamar mandi.
“Nuna~
kau sudah bangun?” Masih dengan handuk yang menggantung di leher dan rambut
sedikit basah, Kang Daniel menyapa Jihyun. Jihyun hanya tersenyum ketika Daniel
mulai duduk di ruang tengah apartemen milik Seongwoo itu.
“Hyung
hari ini tidak kerja?” tanyanya saat menyadari Seongwoo masih disana.
“Ya!
Betulkan dulu kancing bajumu huh!” Seongwoo menyenggol kepala Daniel yang
tengah duduk, membuat Daniel kemudian tersenyum malu sambil melirik Jihyun. Sepertinya
ia terlalu bersemangat sampai-sampai lupa mengancingkan kemeja lengan pendeknya
yang bermotif garis vertical.
“Ah…
tadi malam aku takut sekali melihatmu pingsan seperti itu nuna. Aku tidak tahu
bahwa hanya dengan memakan sedikit udang bisa membuat seseorang tidak sadarkan
diri. Hii…” tubuh Daniel bergidik ngeri membayangkan kejadian itu.
“Mian…”
“Untung
saja ada Seongwoo hyung…”
Seongwoo
yang tengah memanaskan air minum memutar bola matanya tanpa menoleh ke
belakang.
“Tadi
malam hyung benar-benar keren. Dia langsung menggendongmu keluar kemudian
membawamu ke rumah sakit.”
Jihyun
terkejut.
“Waktu
itu hyung terlihat sangat panik sampai-sampai ia memelukmu begitu erat selama
perjalanan ke rumah sakit. Seperti ini…” Daniel menyilangkan tangannya di dada,
menirukan gerakan Seongwoo yang ia lihat tadi malam.
“Jangan
berlebihan.”
“Ah
hyung!” Protes Daniel cemberut saat Seongwoo menutup wajahnya dengan handuk.
Jihyun
tertawa melihat tingkah mereka berdua. Diam-diam ia tersenyum lebih lama ke
arah Seongwoo sambil membayangkan kejadian yang ia lewatkan tadi malam. Betapa
namja itu pasti ketakutan disaat harus kehilangan nuna lain untuk yang kedua
kalinya.
‘Gomawo
Seongwoo ya, nuna berjanji akan cepat sembuh!’
***
‘Srrrr…’
Suara kucuran air mengalir pelan dari dispenser ke sebuah cangkir berisi bubuk
kopi. Suhunya yang panas menghasilkan kepulan asap tipis yang melayang-layang
di atas bibir cangkir itu. Sepertinya untuk saat ini secangkir kopi memang
penawar terbaik yang dibutuhkan Jihyun.
Sejak
pertamakali masuk kerja di SBC, mungkin hari ini adalah hari terburuk yang
pernah Jihyun alami. Seharian penuh yeoja itu melakukan kesalahan
berturut-turut mulai dari laporannya yang belum selesai karena weekend kemarin
jatuh sakit, beberapa rekapan data bulan ini yang tiba-tiba hilang dari
computer, sampai konten acara pilihan Jihyun yang ternyata sudah pernah dipakai
sebelumnya. Tentu saja yeoja itu tidak bisa menghindari omelan-omelan seniornya
disana, karena bagaimanapun juga ini adalah kesalahan Jihyun.
Di
hari pertama bulan September yang sibuk, pikirannya justru kacau tidak karuan.
Saat
sedang asik melamun tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Jihyun dari
tombol dispenser. Ia baru menyadari rupanya air yang ia tuang ke dalam cangkir
hampir saja tumpah karena terlalu penuh.
“Ah..
gamsahamnida Sunbaenim.”
“Oppa.”
Ralat Minhyun. “Sudah satu bulan bekerja disini, kau masih saja memanggilku
Sunbaenim.”
Jihyun
hanya menggaruk tengkuknya karena malu.
“Ada
apa Jihyun? Sepertinya hari ini kau lesu sekali.” Lanjutnya. “Padahal hari ini
gaji pertamamu turun. Seharusnya kau bahagia, bukan memperlihatkan ekspresi
seperti itu.”
Jihyun
mengudak-udak cangkirnya dengan malas. “Hhh… ada banyak hal yang terjadi hari
ini, Sunbaenim.”
“Oppa.”
Ulang Minhyun lagi. “Kau ini… haruskah aku memperingatkanmu terus menerus untuk
memanggilku Oppa huh?”
Jihyun
hanya tertawa garing. Ia sempat menyesap kopi dalam cangkir sebelum akhirnya
mengingat sesuatu.
“Ah
Sun… eh Oppa!” yeoja itu hampir saja mengulanginya lagi. “Bolehkah aku bertanya
sesuatu padamu?”
Minhyun
mengangkat alisnya.
“Itu…
aku ingin membeli sesuatu untuk seorang namja…” ia berbicara sedikit ragu. “Ada
beberapa benda yang sudah kupikirkan, tapi aku tidak tahu harus membelinya
dimana.”
“Mau
kuantar?”
“Ne?”
Cepat-cepat Jihyun menggoyangkan tangannya. “Tidak-tidak. Aku tidak mau
merepotkanmu Sunbaenim.”
“Oppa.”
Minhyun mulai bosan meralatnya.
“Iya
Oppa, itu–”
“Kalau
begitu sebaiknya sekarang kau ambil tasmu kemudian tunggu aku di lobby.” Ucap
Minhyun meletakan gelas berisi air putih yang baru selesai ia minum. “Aku akan
mengambil mobil kemudian menjemputmu disana.”
Jihyun
tidak tahu harus berkata apa lagi. Awalnya yeoja itu hanya ingin bertanya soal
benda yang akan ia berikan pada Seongwoo (sebagai hadiah dari gaji pertamanya),
tapi Minhyun justru menawarkan diri untuk mengantar. Jihyun jadi tidak enak
karena harus merepotkan seniornya itu.
Sepertinya
mulai sekarang Jihyun harus bersikap lebih baik lagi pada Minhyun.
Dan
tidak boleh lupa untuk memanggil namja itu dengan sebutan Oppa, bukan
sunbaenim.
Dengan
kemeja berlapis sweater tipis berwarna mocca, Jihyun berdiri didepan loby
gedung menunggu Minhyun. Jihyun pikir tidak apa-apa malam ini ia pulang sedikit
terlambat karena pergi membeli sesuatu yang special untuk ‘dongsaengnya’.
Saat
sedang asik menunggu, dari kejauhan tiba-tiba Jihyun menangkap seseorang yang
baru saja turun dari bus kemudian melewati halte dan berjalan ke arahnya. Orang
itu lantas tersenyum ketika menyadari Jihyun tengah melihat ke arahnya.
Jihyun membeku di tempatnya berdiri. Bagaimana bisa
tiba-tiba sosok Seongwoo muncul di depan tempat kerjanya seperti sekarang? Apakah
namja itu bermaksud untuk menjemputnya?
Namun
disaat yang bersamaan sebuah mobil Hyundai Tucson berwarna hitam berhenti tepat
didepan Jihyun. Pintu sebelah kanan mobil itu perlahan terbuka, memperlihatkan
sosok Minhyun yang kemudian turun untuk menghampiri Jihyun.
“Silakan masuk.” Ucapnya dengan sopan sambil
membukakan pintu.
Habis
sudah. Kehadiran Seongwoo yang mendadak kenapa harus tepat ketika Jihyun hendak
pergi bersama Minhyun? Haruskah ia membatalkan janjinya lalu memilih pulang
dengan Seongwoo yang sudah jauh-jauh menjemputnya? Tapi Minhyun adalah
seniornya… Tidak sopan jika menolak niat baik namja itu. Tapi Seongwoo pasti
juga sudah mengorbankan pekerjaannya hanya demi datang ke tempat ini…
Lalu…
apa yang harus Jihyun lakukan sekarang?
-To Be Continue-
Cheesy~~ wkwkw mianhe kalo jari kalian tiba2 mengkeret(?) semua gara2 ga tahan sama ke cheesy-an (?) part ini lol
Jadi gimana nih nasib Jihyun, kira2 dia bakal pilih minhyun apa ong yaa?
kalo dua2nya boleh ngga? ahhahaha
Hahahaha....poor ong,...semoga daniel bisa tetep menghibur ong disaat dia lg sedih krn jihyun dan perjln hidupnya..
ReplyDeletehahaha iya ong kasian. sini nuna peluk xD
Delete