Pages

Monday, 28 August 2017

FF OngNiel Wanna One : Serenity [Part 5]

Wuanyyeonghaseyooong
Ketemu lagi di lanjutan FF Serenity, kali ini saatnya part 5!!
Langsung aja deh ya~



Tittle                    : Serenity [Part 5]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-15
Cast                      : Shin Jihyun, Ong Seongwoo, Kang Daniel, Hwang Minhyun, Choi Yena.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela salah satu kamar di One Apartemen yang dibiarkan terbuka. Korden putih yang melapisinya pun bergoyang dengan lambat mengikuti arah angin yang kian berhembus, menggantikan udara dalam ruangan. Perlahan-lahan menyentuh kulit Jihyun dengan lembut lalu menyapa kelopak matanya yang sayu.
                Tak lama kemudian kedua mata itu mengerjap pelan. Jihyun sempat memutar pandangannya sekilas sebelum akhirnya baru menyadari tengah berada dalam ruangan yang cukup familiar. Saat ia mencoba menggerakan tangannya, jemari kecil yeoja itu tidak sengaja menyentuh sesuatu.
                Baru Jihyun sadari rupanya kali ini ia tidak sendirian, melainkan ditemani seseorang yang tertidur di lantai dengan kepala yang disandarkan pada kasur tepat disampingnya berbaring.
                Ong Seongwoo. Wajah namja dengan kedua mata yang tertutup itu memancarkan kedamaian. Bibirnya yang tipis dengan sudut sedikit melengkung membuatnya terlihat semakin sempurna. Bahkan kulitnya yang putih tidak tampak kusam meskipun setiap hari tidak henti-hentinya melakukan pekerjaan dari pagi hingga malam.
                Tanpa sadar Jihyun justru menyangga kepala dengan tangan kirinya sambil menatap Seongwoo dalam-dalam. Jihyun sama sekali tidak menyangka seorang lelaki kecil yang imut dan berpipi chubby bisa tumbuh menjadi sesosok namja dengan pesona yang tidak pernah habis ia perlihatkan.
                Berapa lama melamun, tiba-tiba Jihyun memekik tanpa suara saat ia menyadari kedua mata Seongwoo mulai terbuka.
                “Nuna…!” Namja itu cepat bangkit kemudian duduk di samping Jihyun. “Apa nuna baik-baik saja?”
                Yang ditanya tidak langsung menjawab. Ia justru ikut bangkit meski sedikit payah.
                “Nuna–”
                “Gwenchana.” Jawab Jihyun ketika sudah berhasil duduk. Dengan mudah ia bisa menangkap kekhawatiran yang terpancar diwajah Seongwoo. “Aku tidak pa-pa.”
                Seongwoo tidak langsung percaya, “Aniyo, aku akan membuatkanmu sesuatu.”
                Belum sempat namja itu berdiri, Jihyun lebih dulu menggapai pergelangan tangannya. Meminta Seongwoo tetap duduk disana.
                “Tidak perlu. Kau disini saja sudah… membuat nuna lebih baik.” Ucap Jihyun putus-putus. Yeoja itu mengelus keningnya yang berkeringat sebelum menatap Seongwoo lagi.
                “Aniya.” Tangan Seongwoo bergerak menyentuh wajah Jihyun.
                Seongwoo tidak peduli jika Jihyun tetap ingin menyembunyikan apapun yang tengah ia rasakan didepan orang lain, namun tidak dengan dirinya. Meskipun ia tahu yeoja itu tak mau membuatnya khawatir, namun Seongwoo tidak ingin Jihyun harus menahan sakit hanya demi terlihat baik-baik saja didepannya.
                Mungkin akibat dari alergi bagi orang lain hanya menimbulkan gejala yang ringan dan bisa ditangani dengan mudah. Tapi tidak dengan Jihyun. Jika alerginya kambuh, maka tubuhnya akan mengalami kondisi anafilaksis yang mengakibatkan detak jantung menjadi sangat cepat, tekanan darah yang turun drastis, kesulitan bernafas, dan bahkan pingsan. Selama ini Jihyun tidak terlalu menyukai makanan yang berbau seafood. Ia tidak tahu kenapa, tapi kini ia mengetahui persis alasannya.
                “Gomawo….” Jihyun berucap pelan, tidak berani menatap Seongwoo.
                Cklek!
                Saat itu juga tiba-tiba terdengar pintu yang terbuka. Rupanya ada seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi.
                “Nuna~ kau sudah bangun?” Masih dengan handuk yang menggantung di leher dan rambut sedikit basah, Kang Daniel menyapa Jihyun. Jihyun hanya tersenyum ketika Daniel mulai duduk di ruang tengah apartemen milik Seongwoo itu.
                “Hyung hari ini tidak kerja?” tanyanya saat menyadari Seongwoo masih disana.
                “Ya! Betulkan dulu kancing bajumu huh!” Seongwoo menyenggol kepala Daniel yang tengah duduk, membuat Daniel kemudian tersenyum malu sambil melirik Jihyun. Sepertinya ia terlalu bersemangat sampai-sampai lupa mengancingkan kemeja lengan pendeknya yang bermotif garis vertical.
                “Ah… tadi malam aku takut sekali melihatmu pingsan seperti itu nuna. Aku tidak tahu bahwa hanya dengan memakan sedikit udang bisa membuat seseorang tidak sadarkan diri. Hii…” tubuh Daniel bergidik ngeri membayangkan kejadian itu.
                “Mian…”
                “Untung saja ada Seongwoo hyung…”
                Seongwoo yang tengah memanaskan air minum memutar bola matanya tanpa menoleh ke belakang.
                “Tadi malam hyung benar-benar keren. Dia langsung menggendongmu keluar kemudian membawamu ke rumah sakit.”
                Jihyun terkejut.
                “Waktu itu hyung terlihat sangat panik sampai-sampai ia memelukmu begitu erat selama perjalanan ke rumah sakit. Seperti ini…” Daniel menyilangkan tangannya di dada, menirukan gerakan Seongwoo yang ia lihat tadi malam.
                “Jangan berlebihan.”
                “Ah hyung!” Protes Daniel cemberut saat Seongwoo menutup wajahnya dengan handuk.
                Jihyun tertawa melihat tingkah mereka berdua. Diam-diam ia tersenyum lebih lama ke arah Seongwoo sambil membayangkan kejadian yang ia lewatkan tadi malam. Betapa namja itu pasti ketakutan disaat harus kehilangan nuna lain untuk yang kedua kalinya.
                ‘Gomawo Seongwoo ya, nuna berjanji akan cepat sembuh!’
***
                ‘Srrrr…’ Suara kucuran air mengalir pelan dari dispenser ke sebuah cangkir berisi bubuk kopi. Suhunya yang panas menghasilkan kepulan asap tipis yang melayang-layang di atas bibir cangkir itu. Sepertinya untuk saat ini secangkir kopi memang penawar terbaik yang dibutuhkan Jihyun.
                Sejak pertamakali masuk kerja di SBC, mungkin hari ini adalah hari terburuk yang pernah Jihyun alami. Seharian penuh yeoja itu melakukan kesalahan berturut-turut mulai dari laporannya yang belum selesai karena weekend kemarin jatuh sakit, beberapa rekapan data bulan ini yang tiba-tiba hilang dari computer, sampai konten acara pilihan Jihyun yang ternyata sudah pernah dipakai sebelumnya. Tentu saja yeoja itu tidak bisa menghindari omelan-omelan seniornya disana, karena bagaimanapun juga ini adalah kesalahan Jihyun. 
                Di hari pertama bulan September yang sibuk, pikirannya justru kacau tidak karuan.
                Saat sedang asik melamun tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Jihyun dari tombol dispenser. Ia baru menyadari rupanya air yang ia tuang ke dalam cangkir hampir saja tumpah karena terlalu penuh.
                “Ah.. gamsahamnida Sunbaenim.”
                “Oppa.” Ralat Minhyun. “Sudah satu bulan bekerja disini, kau masih saja memanggilku Sunbaenim.”
                Jihyun hanya menggaruk tengkuknya karena malu.
                “Ada apa Jihyun? Sepertinya hari ini kau lesu sekali.” Lanjutnya. “Padahal hari ini gaji pertamamu turun. Seharusnya kau bahagia, bukan memperlihatkan ekspresi seperti itu.”
                Jihyun mengudak-udak cangkirnya dengan malas. “Hhh… ada banyak hal yang terjadi hari ini, Sunbaenim.”
                “Oppa.” Ulang Minhyun lagi. “Kau ini… haruskah aku memperingatkanmu terus menerus untuk memanggilku Oppa huh?”
                Jihyun hanya tertawa garing. Ia sempat menyesap kopi dalam cangkir sebelum akhirnya mengingat sesuatu.
                “Ah Sun… eh Oppa!” yeoja itu hampir saja mengulanginya lagi. “Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
                Minhyun mengangkat alisnya.
                “Itu… aku ingin membeli sesuatu untuk seorang namja…” ia berbicara sedikit ragu. “Ada beberapa benda yang sudah kupikirkan, tapi aku tidak tahu harus membelinya dimana.”
                “Mau kuantar?”
                “Ne?” Cepat-cepat Jihyun menggoyangkan tangannya. “Tidak-tidak. Aku tidak mau merepotkanmu Sunbaenim.”
                “Oppa.” Minhyun mulai bosan meralatnya.
                “Iya Oppa, itu–”
                “Kalau begitu sebaiknya sekarang kau ambil tasmu kemudian tunggu aku di lobby.” Ucap Minhyun meletakan gelas berisi air putih yang baru selesai ia minum. “Aku akan mengambil mobil kemudian menjemputmu disana.”
                Jihyun tidak tahu harus berkata apa lagi. Awalnya yeoja itu hanya ingin bertanya soal benda yang akan ia berikan pada Seongwoo (sebagai hadiah dari gaji pertamanya), tapi Minhyun justru menawarkan diri untuk mengantar. Jihyun jadi tidak enak karena harus merepotkan seniornya itu.
                Sepertinya mulai sekarang Jihyun harus bersikap lebih baik lagi pada Minhyun.
                Dan tidak boleh lupa untuk memanggil namja itu dengan sebutan Oppa, bukan sunbaenim.
                Dengan kemeja berlapis sweater tipis berwarna mocca, Jihyun berdiri didepan loby gedung menunggu Minhyun. Jihyun pikir tidak apa-apa malam ini ia pulang sedikit terlambat karena pergi membeli sesuatu yang special untuk ‘dongsaengnya’.
                Saat sedang asik menunggu, dari kejauhan tiba-tiba Jihyun menangkap seseorang yang baru saja turun dari bus kemudian melewati halte dan berjalan ke arahnya. Orang itu lantas tersenyum ketika menyadari Jihyun tengah melihat ke arahnya.
Jihyun membeku di tempatnya berdiri. Bagaimana bisa tiba-tiba sosok Seongwoo muncul di depan tempat kerjanya seperti sekarang? Apakah namja itu bermaksud untuk menjemputnya?
                Namun disaat yang bersamaan sebuah mobil Hyundai Tucson berwarna hitam berhenti tepat didepan Jihyun. Pintu sebelah kanan mobil itu perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Minhyun yang kemudian turun untuk menghampiri Jihyun.
“Silakan masuk.” Ucapnya dengan sopan sambil membukakan pintu.
                Habis sudah. Kehadiran Seongwoo yang mendadak kenapa harus tepat ketika Jihyun hendak pergi bersama Minhyun? Haruskah ia membatalkan janjinya lalu memilih pulang dengan Seongwoo yang sudah jauh-jauh menjemputnya? Tapi Minhyun adalah seniornya… Tidak sopan jika menolak niat baik namja itu. Tapi Seongwoo pasti juga sudah mengorbankan pekerjaannya hanya demi datang ke tempat ini…
                Lalu… apa yang harus Jihyun lakukan sekarang?
-To Be Continue-

               Cheesy~~ wkwkw mianhe kalo jari kalian tiba2 mengkeret(?) semua gara2 ga tahan sama ke cheesy-an (?) part ini lol
                    Jadi gimana nih nasib Jihyun, kira2 dia bakal pilih minhyun apa ong yaa?
                    kalo dua2nya boleh ngga? ahhahaha
               



2 comments:

  1. Hahahaha....poor ong,...semoga daniel bisa tetep menghibur ong disaat dia lg sedih krn jihyun dan perjln hidupnya..

    ReplyDelete