Monday, 7 August 2017

FF OngNiel Wanna One : Serenity [Part 2]

Annyeonghaseyo readers dimanapun beradaa
Kembali lagi di hari senin saatnya posting FF Ongniel wanna one yang paling cetar membahana, apalagi kalo bukan serenity!! *edisi memuji diri sendiri xD

langsung aja deh ya~


Tittle                    : Serenity [Part 2]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-15
Cast                      : Shin Jihyun, Ong Seongwoo, Kang Daniel.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Hari ini adalah hari pertama Jihyun masuk kerja. Tadi malam seusai membereskan semua barang-barang, yeoja itu menyetrika kemeja berwarna putih dengan pita hitam yang rencananya akan ia pakai Tidak lupa Jihyun memoles wajahnya dengan sedikit make up agar tampak lebih menarik. Bagaimanapun juga kesan pertama sangat penting!
                Seharusnya Jihyun masuk pada pukul 9 pagi dan pulang pukul 6 sore hari. Menurut google map ia hanya membutuhkan waktu 15 menit perjalanan dari apartemen ke tempat kerjanya dengan menggunakan bus kota. Namun karena ini pertama kalinya Jihyun berangkat kerja, jadi sejak pukul 8 ia sudah meninggalkan apartemen.
                Begitu turun, yeoja itu tidak harus berjalan jauh karena halte yang ia tuju berada di depan gedung yang ia cari. Gedung itu terlihat sangat besar, bahkan jumlah lantainya tiga kali lipat lebih tinggi daripada lantai apartemen Jihyun. Dan tepat di pojok kanan atas terpampang nama gedung yang jelas terbaca dari bawah. SBC.
                Ini adalah salah satu saluran TV terbesar di korea. Dan di tempat inilah Jihyun akan memulai petualangannya.
                Sudah sejak kecil dia bermimpi untuk menjadi seseorang yang berperan di balik layar. Jihyun menyimpan begitu banyak ide-ide dalam otaknya yang siap ia tuangkan di tempat ini. Oleh karena itu Jihyun memilih untuk kuliah di bidang yang sesuai dengan minatnya.
                Sama seperti CV yang Jihyun kirimkan, ia memang mengincar bagian Tim Creative variety show SBC. Dan dari balasan yang ia dapatkan minggu lalu, hari ini Jihyun diminta untuk bertemu Mr. Lee sebelum akhirnya ditempatkan di acara apa yang nantinya akan ia garap bersama rekan satu Tim lainnya nanti.
                Jihyun takjup dikala pemandangan yang berada tepat dihadapannya sekarang sama persis seperti apa yang ia bayangkan selama ini. Satu lantai dengan begitu banyak meja kerja yang dipisah oleh sekat-sekat setinggi bahu. Masing-masing meja terdapat satu buah computer dengan tumpukan kertas disampingnya.
                Jihyun tersenyum saat ia menemukan dimana meja kerjanya. Tempat itu masih bersih dengan hanya ada satu layar computer yang belum di hidupkan. Ia jadi tidak sabar untuk memakainya dan menempelkan kertas sticky notes warna warni di samping layar itu sebagai pengingat jadwal apa yang harus dilakukan.
                Tepat disamping bilik milik Jihyun, terdapat meja kerja yang nanti akan menjadi rekannya. Jihyun melirik sekilas, disana ada sebuah foto pasangan yang terpampang disebuah figura coklat samping rak. Senyum pun terkembang di sudut bibir Jihyun. Sangat manis.
                Tapi dimanakah orang-orang? Kenapa tempat ini sepi sekali?
                “Apa kau pegawai baru?” sebuah suara menyelusup di telinga Jihyun. Gadis itu lantas bangkit.
                “Annyeonghaseyo, Jihyun imnida!” Jihyun membungkuk sambil memperkenalkan diri.
                “Minhyun imnida.” Seorang namja bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda itu tersenyum ramah ke arah Jihyun. Sekilas Jihyun lihat wajahnya tampak cerah dengan rambut berwarna hitam. Setidaknya dandanan namja ini terlihat wajar jika dibandingkan dengan tetangga-nyentrik yang ia temukan kemarin.
                “Aku juga bagian dari tim creative.” Lanjutnya. “Tim creative disini ada sekitar 8 orang. Kami sering membongkar pasang personil karena terkadang ada beberapa member yang swich ke acara lain.” Ia menjelaskan sambil menaruh tas diatas meja yang berada tepat diseberang Jihyun. “Karena acara tayang pada hari minggu, maka shooting dilakukan hari senin sebelumnya. Untuk tim creative, deadline maksimal di kumpulkan hari Rabu. Setiap Rabu sore akan diadakan meeting. Biasanya kami kemudian bertemu dengan PD (Production Director) dan tim lain di hari Kamis untuk membahas konten apa saja yang akan dilakukan selama shooting…”
                Minhyun menghentikan kalimatnya ketika ia menyadari Jihyun langsung mencatat semua hal yang ia ucapkan di buku saku yang yeoja itu bawa. Seketika rekan satu tim Jihyun itu tersenyum.
                “Ini bahkan belum jam setengah 9 pagi, tapi kau sudah stanby di tempat ini.” Ucapnya dengan nada bercanda.
                Jihyun menggaruk tengkuknya karena tidak tahu harus menjawab apa.
                “Apa kau sudah sarapan?”
                “Ne?”
                “Jika belum, bagaimana kalau kita mampir ke cafeteria terlebih dahulu?” ajak Minhyun. “Kebetulan aku juga belum makan. Padahal hari ini ada banyak pekerjaan yang harus kita lakukan.”
                Pertanyaan yang diluar dugaan. Padahal Jihyun sudah siap jika mendapatkan senior yang super galak, yang siap menyuruhnya melakukan ini itu karena bagaimanapun juga Jihyun adalah pegawai baru. Dimana-mana pegawai baru selalu mendapatkan ‘masa orientasi’ tersendiri bukan?
                Namun senior Tim nya yang satu ini jauh lebih baik daripada yang ia harapkan. Minhyun tidak hanya menjadi member Tim yang datang paling pagi ke tempat kerja, tapi ia dengan sabar mau memberitahu gambaran sekilas tentang pekerjaan yang akan Jihyun jalani dan bahkan sekarang mengajak Jihyun pergi sarapan bersama.
                Tentang hari pertama berangkat kerja, sepertinya tidak ada yang perlu Jihyun khawatirkan.
***
                “Haah…” Jihyun menjatuhkan badannya di sebuah kursi pinggir taman sambil menarik nafas panjang. Perlahan-lahan ia memijit betis kakinya karena terasa sangat kaku setelah bekerja seharian.
                Untung saja pagi tadi Jihyun menyetujui ajakan Minhyun untuk sarapan, jika tidak mungkin ia bisa pingsan karena sama sekali belum makan. Jihyun tidak tahu bahwa untuk membuat konten dalam sebuah acara tidak semudah seperti yang ia pelajari saat kuliah dulu.
                Disini ia harus memberikan ide yang bisa diterima oleh semua member tim. Belum lagi Jihyun harus mempelajari semua konten yang pernah diberikan dari eps 1 sampai kini eps 200 lebih, karena jika tidak bisa saja ia mengulangi konten yang sudah dipakai sebelumnya. Oleh karena itu hari ini Jihyun pulang terlambat. Seharusnya paling lambat pukul 7 ia sampai dirumah, sekarang sudah pukul 9 malam Jihyun masih diluar.
                Turun dari bus, awalnya Jihyun ingin langsung berjalan menuju ke kamarnya untuk istirahat. Tapi ia justru lebih dulu singgah di taman sebelah apartemennya karena tempat ini lebih dekat jika berjalan dari halte Hwayang-dong.
                Sambil menghabiskan kimbab yang ia beli di minimarket, Jihyun menonton beberapa ‘pertunjukan’ yang ada di area terbuka taman itu. Pantas saja tadi malam Jihyun mendengar suara music dari luar, rupanya saat malam taman ini cukup ramai dipadati anak-anak muda. Sebagian dari mereka hanya duduk-duduk sambil menikmati pemandangan sungai Han, sebagian lagi bermain sepeda atau skateboard di lintasan kecil yang ada disana, sedangkan lainnya tampak sibuk dengan penampilan dance.
                 Jihyun pikir mungkin karena Gwangjin-gu memiliki 3 universitas di satu area yang berdekatan, jadi ada begitu banyak anak muda yang berkumpul disini.
                Saat sedang asik melihat pertunjukan dance, ada seseorang yang menyita perhatian Jihyun. Awalnya Jihyun tidak menyadarinya sampai orang itu mulai maju sebagai salah satu penampil yang ada disana.
                ‘Bukankah itu Kang Daniel?’ batin Jihyun sambil menyipitkan mata.
                Kali ini Daniel menggunakan sebuah jaket hitam berlapis kaos lengkap dengan topi berwarna senada. Tidak terlalu jelas memang. Namun celana jeans robek yang ia pakai kemarin masih sangat bisa Jihyun kenali.
                ‘Anak itu… apa yang ia lakukan disana?’
                Jihyun masih tidak habis pikir bisa menemukan tetangga apartemennya menjadi salah satu orang yang tampil di tempat itu. Dari penampilannya sih ya… memang ia cocok dengan kegiatan semacam itu. Tapi apakah tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan selain…
                ‘Ah tidak! Orang itu melihat ke arah sini!’
                Jihyun langsung buang muka sambil memakan kimbabnya yang belum habis, pura-pura tidak melihat. Tapi sepertinya ia terlambat karena namja bernama Kang Daniel itu sudah berlari ke arahnya kemudian membungkuk.
                “Annyeonghaseyo… nuna!” sapanya ramah.
                “Ah… ne…” Jihyun sedikit canggung dengan panggilan ‘nuna’ yang baru ia dengar.
                “Apa nuna baru pulang dari kerja?” Daniel lantas duduk dibangku panjang samping Jihyun. Dadanya naik turun dengan nafas yang ngos ngosan karena baru saja tampil.
                Jihyun mengangguk. Meskipun terasa asing dengan sebuah komunitas dance di pusat kota, tapi bukan berarti Jihyun harus bersikap dingin. Bagaimanapun juga mereka tinggal bersebelahan.
                “Ini...” Jihyun menyodorkan sebotol air mineral yang belum sempat ia buka. Sepertinya Daniel lebih membutuhkan itu sekarang.
                “Oh gomawo…” Ia langsung meneguknya hingga tersisa setengah.
 “Apa kau sudah lama…” gantian Jihyun yang bertanya. Ujung dagunya menunjuk kerumunan orang di pertunjukan dance. “…menari?”
                Daniel tersenyum mendengar pertanyaan itu, “Dari SMA.”
                Jihyun ber oh tanpa suara.
“Kalau nuna… asalnya dari mana?”
                Jihyun tahu ia akan mendapat pertanyaan itu karena bagaimanapun juga tidak mungkin warga Seoul akan menyewa apartemen sendirian.
                “Jeonju. Kau?”
                 “Aku…” ada jeda sejenak. “…berpindah-pindah.”
                Dahi Jihyun mengerut. Ia masih ingin bertanya namun ekspresi Daniel terlihat tidak menginginkan itu, jadi Jihyun memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut.
                “Ah… maaf soal kemarin.” Ucap Jihyun mengalihkan pembicaraan. “Aku benar-benar tidak sengaja membuka paket itu.”
                Tawa kecil kembali terdengar. Saat Daniel merasa canggung, ia akan tertawa. Saat namja itu merasa malu, ia akan tertawa. Tentu saja disaat ada yang lucu, ia pun akan tertawa. Tampaknya Daniel memang lebih suka merespon sesuatu dengan tawanya yang khas.
                “Tidak pa-pa nuna. Lagipula barangnya masih utuh.” Canda Daniel membuat Jihyun ikut tertawa.
                “Aniya… Sebagai permintaan maafku, aku berjanji akan menraktirmu lain kali.” Jihyun merasa tidak ada salahnya untuk lebih akrab dengan sosok yang mungkin akan sering ia temui mulai sekarang. “Tapi… nanti saat aku sudah mendapatkan gaji pertamaku. Bagaimana?”
                Daniel hampir saja tersedak. Ajakan itu terdengar lucu baginya.
                “Baiklah…baiklah… terserah nuna saja.” Jawabnya sambil menutup botol air mineral. “Ah…Hyung!” tiba-tiba ia memanggil seseorang dari arah belakang Jihyun.
                Jihyun ikut menoleh. Disana terlihat seorang namja yang tengah berjalan di pinggiran trotoar mulai mendekat ke arahnya.
                Namja itu menggunakan sebuah jaket hitam yang tak dikancingkan. Seragam kerjanya yang berwarna dasar biru dengan potongan merah dibagian atas dada terlihat mengintip diantara dua sisi jaketnya. Di bahu kanan namja itu tergantung sebuah tas warna hitam yang Jihyun tidak yakin apa isinya.
Jika dilihat sepintas ia memiliki tinggi yang hampir sama dengan Daniel, namun tubuhnya yang kurus membuat garis rahang namja itu tercetak lebih jelas. Kedua mata sayunya menyorotkan kesenduan, berpadu dengan lekukan bibir tipis yang sempurna. Meskipun tampak begitu lelah namun wajahnya tetap tampan dengan poni samping yang masih terlihat rapi.
                “Hyung baru pulang?” Sapa Daniel ketika orang itu sudah cukup dekat dengan mereka berdua.
                DEG!
                Tanpa sadar Jihyun langsung berdiri dari bangkunya. Ia terpaku menatap namja yang juga menghentikan langkahnya saat melihat reaksi Jihyun. Mereka berdua sama-sama bertukar tatapan tanpa kata.
                Saat itu pula sebuah memori tiba-tiba menyeruak seperti gulungan film yang dengan cepat berputar dalam kepala Jihyun. Jihyun tercekat ketika sosok dalam film itu kembali muncul tepat dihadapannya.
Manik matanya terpatri disana. Jihyun nyaris saja berteriak jika ia tidak menutup mulut dengan kedua tangannya. Jantungnya berpacu begitu cepat ketika ia menyadari kali ini ia tidak mungkin salah mengenali seseorang.
                Dengan suara bergetar ia memanggil nama namja itu satu kali.
                “Ong… Seongwoo?”
-To Be Continue-

               Akhirnya Ong nongol juga hahahaha, meskipun nanggung xD
Bagi yang penasaran, jangan lupa mampir lagi senin depan yaa <3

                 

2 comments:

  1. Why..why...siapa sebenarnya si ong seongwoo kx jihyun dah tau??wah makin penasaran...fighting uri eonni ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha
      Cari jawabannya di part 2 yaa. hehe gomawoo :*

      Delete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...