Annyeonghaseyo readers dimanapun beradaa
Kembali lagi di hari senin saatnya posting FF Ongniel wanna one yang paling cetar membahana, apalagi kalo bukan serenity!! *edisi memuji diri sendiri xD
langsung aja deh ya~
Tittle : Serenity [Part 2]
Author : Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-15
Cast :
Shin Jihyun, Ong Seongwoo,
Kang Daniel.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Hari
ini adalah hari pertama Jihyun masuk kerja. Tadi malam seusai membereskan semua
barang-barang, yeoja itu menyetrika kemeja berwarna putih dengan pita hitam
yang rencananya akan ia pakai Tidak lupa Jihyun memoles wajahnya dengan sedikit
make up agar tampak lebih menarik. Bagaimanapun juga kesan pertama sangat
penting!
Seharusnya
Jihyun masuk pada pukul 9 pagi dan pulang pukul 6 sore hari. Menurut google map
ia hanya membutuhkan waktu 15 menit perjalanan dari apartemen ke tempat
kerjanya dengan menggunakan bus kota. Namun karena ini pertama kalinya Jihyun
berangkat kerja, jadi sejak pukul 8 ia sudah meninggalkan apartemen.
Begitu
turun, yeoja itu tidak harus berjalan jauh karena halte yang ia tuju berada di
depan gedung yang ia cari. Gedung itu terlihat sangat besar, bahkan jumlah
lantainya tiga kali lipat lebih tinggi daripada lantai apartemen Jihyun. Dan tepat
di pojok kanan atas terpampang nama gedung yang jelas terbaca dari bawah. SBC.
Ini
adalah salah satu saluran TV terbesar di korea. Dan di tempat inilah Jihyun
akan memulai petualangannya.
Sudah
sejak kecil dia bermimpi untuk menjadi seseorang yang berperan di balik layar.
Jihyun menyimpan begitu banyak ide-ide dalam otaknya yang siap ia tuangkan di
tempat ini. Oleh karena itu Jihyun memilih untuk kuliah di bidang yang sesuai
dengan minatnya.
Sama
seperti CV yang Jihyun kirimkan, ia memang mengincar bagian Tim Creative
variety show SBC. Dan dari balasan yang ia dapatkan minggu lalu, hari ini Jihyun
diminta untuk bertemu Mr. Lee sebelum akhirnya ditempatkan di acara apa yang
nantinya akan ia garap bersama rekan satu Tim lainnya nanti.
Jihyun
takjup dikala pemandangan yang berada tepat dihadapannya sekarang sama persis
seperti apa yang ia bayangkan selama ini. Satu lantai dengan begitu banyak meja
kerja yang dipisah oleh sekat-sekat setinggi bahu. Masing-masing meja terdapat
satu buah computer dengan tumpukan kertas disampingnya.
Jihyun
tersenyum saat ia menemukan dimana meja kerjanya. Tempat itu masih bersih
dengan hanya ada satu layar computer yang belum di hidupkan. Ia jadi tidak
sabar untuk memakainya dan menempelkan kertas sticky notes warna warni di
samping layar itu sebagai pengingat jadwal apa yang harus dilakukan.
Tepat
disamping bilik milik Jihyun, terdapat meja kerja yang nanti akan menjadi
rekannya. Jihyun melirik sekilas, disana ada sebuah foto pasangan yang
terpampang disebuah figura coklat samping rak. Senyum pun terkembang di sudut
bibir Jihyun. Sangat manis.
Tapi
dimanakah orang-orang? Kenapa tempat ini sepi sekali?
“Apa
kau pegawai baru?” sebuah suara menyelusup di telinga Jihyun. Gadis itu lantas
bangkit.
“Annyeonghaseyo, Jihyun imnida!” Jihyun membungkuk
sambil memperkenalkan diri.
“Minhyun
imnida.” Seorang namja bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda itu tersenyum
ramah ke arah Jihyun. Sekilas Jihyun lihat wajahnya tampak cerah dengan rambut
berwarna hitam. Setidaknya dandanan namja ini terlihat wajar jika dibandingkan
dengan tetangga-nyentrik yang ia temukan kemarin.
“Aku
juga bagian dari tim creative.” Lanjutnya. “Tim creative disini ada sekitar 8
orang. Kami sering membongkar pasang personil karena terkadang ada beberapa
member yang swich ke acara lain.” Ia
menjelaskan sambil menaruh tas diatas meja yang berada tepat diseberang Jihyun.
“Karena acara tayang pada hari minggu, maka shooting dilakukan hari senin
sebelumnya. Untuk tim creative, deadline maksimal di kumpulkan hari Rabu.
Setiap Rabu sore akan diadakan meeting. Biasanya kami kemudian bertemu dengan
PD (Production Director) dan tim lain di hari Kamis untuk membahas konten apa
saja yang akan dilakukan selama shooting…”
Minhyun
menghentikan kalimatnya ketika ia menyadari Jihyun langsung mencatat semua hal
yang ia ucapkan di buku saku yang yeoja itu bawa. Seketika rekan satu tim
Jihyun itu tersenyum.
“Ini
bahkan belum jam setengah 9 pagi, tapi kau sudah stanby di tempat ini.” Ucapnya dengan nada bercanda.
Jihyun
menggaruk tengkuknya karena tidak tahu harus menjawab apa.
“Apa
kau sudah sarapan?”
“Ne?”
“Jika
belum, bagaimana kalau kita mampir ke cafeteria terlebih dahulu?” ajak Minhyun.
“Kebetulan aku juga belum makan. Padahal hari ini ada banyak pekerjaan yang
harus kita lakukan.”
Pertanyaan
yang diluar dugaan. Padahal Jihyun sudah siap jika mendapatkan senior yang
super galak, yang siap menyuruhnya melakukan ini itu karena bagaimanapun juga
Jihyun adalah pegawai baru. Dimana-mana pegawai baru selalu mendapatkan ‘masa
orientasi’ tersendiri bukan?
Namun
senior Tim nya yang satu ini jauh lebih baik daripada yang ia harapkan. Minhyun
tidak hanya menjadi member Tim yang datang paling pagi ke tempat kerja, tapi ia
dengan sabar mau memberitahu gambaran sekilas tentang pekerjaan yang akan
Jihyun jalani dan bahkan sekarang mengajak Jihyun pergi sarapan bersama.
Tentang
hari pertama berangkat kerja, sepertinya tidak ada yang perlu Jihyun
khawatirkan.
***
“Haah…”
Jihyun menjatuhkan badannya di sebuah kursi pinggir taman sambil menarik nafas
panjang. Perlahan-lahan ia memijit betis kakinya karena terasa sangat kaku
setelah bekerja seharian.
Untung
saja pagi tadi Jihyun menyetujui ajakan Minhyun untuk sarapan, jika tidak
mungkin ia bisa pingsan karena sama sekali belum makan. Jihyun tidak tahu bahwa
untuk membuat konten dalam sebuah acara tidak semudah seperti yang ia pelajari
saat kuliah dulu.
Disini
ia harus memberikan ide yang bisa diterima oleh semua member tim. Belum lagi
Jihyun harus mempelajari semua konten yang pernah diberikan dari eps 1 sampai
kini eps 200 lebih, karena jika tidak bisa saja ia mengulangi konten yang sudah
dipakai sebelumnya. Oleh karena itu hari ini Jihyun pulang terlambat.
Seharusnya paling lambat pukul 7 ia sampai dirumah, sekarang sudah pukul 9
malam Jihyun masih diluar.
Turun
dari bus, awalnya Jihyun ingin langsung berjalan menuju ke kamarnya untuk
istirahat. Tapi ia justru lebih dulu singgah di taman sebelah apartemennya karena
tempat ini lebih dekat jika berjalan dari halte Hwayang-dong.
Sambil
menghabiskan kimbab yang ia beli di minimarket, Jihyun menonton beberapa
‘pertunjukan’ yang ada di area terbuka taman itu. Pantas saja tadi malam Jihyun
mendengar suara music dari luar, rupanya saat malam taman ini cukup ramai
dipadati anak-anak muda. Sebagian dari mereka hanya duduk-duduk sambil
menikmati pemandangan sungai Han, sebagian lagi bermain sepeda atau skateboard
di lintasan kecil yang ada disana, sedangkan lainnya tampak sibuk dengan
penampilan dance.
Jihyun pikir mungkin karena Gwangjin-gu
memiliki 3 universitas di satu area yang berdekatan, jadi ada begitu banyak
anak muda yang berkumpul disini.
Saat
sedang asik melihat pertunjukan dance, ada seseorang yang menyita perhatian
Jihyun. Awalnya Jihyun tidak menyadarinya sampai orang itu mulai maju sebagai
salah satu penampil yang ada disana.
‘Bukankah
itu Kang Daniel?’ batin Jihyun sambil menyipitkan mata.
Kali
ini Daniel menggunakan sebuah jaket hitam berlapis kaos lengkap dengan topi berwarna
senada. Tidak terlalu jelas memang. Namun celana jeans robek yang ia pakai
kemarin masih sangat bisa Jihyun kenali.
‘Anak
itu… apa yang ia lakukan disana?’
Jihyun
masih tidak habis pikir bisa menemukan tetangga apartemennya menjadi salah satu
orang yang tampil di tempat itu. Dari penampilannya sih ya… memang ia cocok
dengan kegiatan semacam itu. Tapi apakah tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia
lakukan selain…
‘Ah
tidak! Orang itu melihat ke arah sini!’
Jihyun
langsung buang muka sambil memakan kimbabnya yang belum habis, pura-pura tidak
melihat. Tapi sepertinya ia terlambat karena namja bernama Kang Daniel itu
sudah berlari ke arahnya kemudian membungkuk.
“Annyeonghaseyo…
nuna!” sapanya ramah.
“Ah…
ne…” Jihyun sedikit canggung dengan panggilan ‘nuna’ yang baru ia dengar.
“Apa
nuna baru pulang dari kerja?” Daniel lantas duduk dibangku panjang samping
Jihyun. Dadanya naik turun dengan nafas yang ngos ngosan karena baru saja
tampil.
Jihyun
mengangguk. Meskipun terasa asing dengan sebuah komunitas dance di pusat kota,
tapi bukan berarti Jihyun harus bersikap dingin. Bagaimanapun juga mereka
tinggal bersebelahan.
“Ini...”
Jihyun menyodorkan sebotol air mineral yang belum sempat ia buka. Sepertinya
Daniel lebih membutuhkan itu sekarang.
“Oh
gomawo…” Ia langsung meneguknya hingga tersisa setengah.
“Apa kau sudah
lama…” gantian Jihyun yang bertanya. Ujung dagunya menunjuk kerumunan orang di
pertunjukan dance. “…menari?”
Daniel
tersenyum mendengar pertanyaan itu, “Dari SMA.”
Jihyun
ber oh tanpa suara.
“Kalau nuna… asalnya dari mana?”
Jihyun
tahu ia akan mendapat pertanyaan itu karena bagaimanapun juga tidak mungkin
warga Seoul akan menyewa apartemen sendirian.
“Jeonju.
Kau?”
“Aku…” ada jeda sejenak. “…berpindah-pindah.”
Dahi
Jihyun mengerut. Ia masih ingin bertanya namun ekspresi Daniel terlihat tidak
menginginkan itu, jadi Jihyun memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut.
“Ah…
maaf soal kemarin.” Ucap Jihyun mengalihkan pembicaraan. “Aku benar-benar tidak
sengaja membuka paket itu.”
Tawa
kecil kembali terdengar. Saat Daniel merasa canggung, ia akan tertawa. Saat
namja itu merasa malu, ia akan tertawa. Tentu saja disaat ada yang lucu, ia pun
akan tertawa. Tampaknya Daniel memang lebih suka merespon sesuatu dengan tawanya
yang khas.
“Tidak
pa-pa nuna. Lagipula barangnya masih utuh.” Canda Daniel membuat Jihyun ikut
tertawa.
“Aniya…
Sebagai permintaan maafku, aku berjanji akan menraktirmu lain kali.” Jihyun
merasa tidak ada salahnya untuk lebih akrab dengan sosok yang mungkin akan
sering ia temui mulai sekarang. “Tapi… nanti saat aku sudah mendapatkan gaji
pertamaku. Bagaimana?”
Daniel
hampir saja tersedak. Ajakan itu terdengar lucu baginya.
“Baiklah…baiklah…
terserah nuna saja.” Jawabnya sambil menutup botol air mineral. “Ah…Hyung!”
tiba-tiba ia memanggil seseorang dari arah belakang Jihyun.
Jihyun
ikut menoleh. Disana terlihat seorang namja yang tengah berjalan di pinggiran
trotoar mulai mendekat ke arahnya.
Namja
itu menggunakan sebuah jaket hitam yang tak dikancingkan. Seragam kerjanya yang
berwarna dasar biru dengan potongan merah dibagian atas dada terlihat mengintip
diantara dua sisi jaketnya. Di bahu kanan namja itu tergantung sebuah tas warna
hitam yang Jihyun tidak yakin apa isinya.
Jika dilihat sepintas ia memiliki tinggi yang hampir
sama dengan Daniel, namun tubuhnya yang kurus membuat garis rahang namja itu
tercetak lebih jelas. Kedua mata sayunya menyorotkan kesenduan, berpadu dengan
lekukan bibir tipis yang sempurna. Meskipun tampak begitu lelah namun wajahnya
tetap tampan dengan poni samping yang masih terlihat rapi.
“Hyung
baru pulang?” Sapa Daniel ketika orang itu sudah cukup dekat dengan mereka
berdua.
DEG!
Tanpa
sadar Jihyun langsung berdiri dari bangkunya. Ia terpaku menatap namja yang juga
menghentikan langkahnya saat melihat reaksi Jihyun. Mereka berdua sama-sama bertukar
tatapan tanpa kata.
Saat
itu pula sebuah memori tiba-tiba menyeruak seperti gulungan film yang dengan
cepat berputar dalam kepala Jihyun. Jihyun tercekat ketika sosok dalam film itu
kembali muncul tepat dihadapannya.
Manik matanya terpatri disana. Jihyun nyaris saja
berteriak jika ia tidak menutup mulut dengan kedua tangannya. Jantungnya berpacu
begitu cepat ketika ia menyadari kali ini ia tidak mungkin salah mengenali
seseorang.
Dengan
suara bergetar ia memanggil nama namja itu satu kali.
“Ong…
Seongwoo?”
-To
Be Continue-
Akhirnya Ong nongol juga hahahaha, meskipun nanggung xD
Bagi yang penasaran, jangan lupa mampir lagi senin depan yaa <3
Why..why...siapa sebenarnya si ong seongwoo kx jihyun dah tau??wah makin penasaran...fighting uri eonni ^^
ReplyDeletehahaha
DeleteCari jawabannya di part 2 yaa. hehe gomawoo :*