Tittle : Pixie Rain
[Part 17]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Sudah sekitar 15 menit yang lalu
bell masuk sekolah berbunyi. Para siswa yang bersiap di dalam kelas satu
persatu mulai mengeluarkan alat tulis dan mengikuti setiap mata pelajaran yang
akan disampaikan hari ini. Meskipun cuaca tampak mendung, namun tidak
melunturkan niat mereka untuk tetap memperhatikan seongsanim dalam memberikan
pelajaran di kelas masing-masing.
Berbeda dengan siswa lain, Yunbi
yang tengah membolos untuk menghindari hujan masih bersembunyi didalam
asramanya sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Ia sempat melirik keluar
jendela dan memperhitungkan berapa lama lagi hujan akan benar-benar turun.
Saat itu pula ponsel Yunbi berdering,
rupanya ada pesan masuk dari Taemin. Yunbi menggeser pola dalam layar ponsel
sambil mengembalikan handuk ke gantungan sebelum akhirnya duduk di pinggiran
tempat tidur untuk membaca pesan itu.
Isinya tidak cukup banyak. Hanya
ada beberapa foto dan sebuah pertanyaan singkat “Apakah itu kau?”
Yunbi terperanjat. Foto ini…
Siapa yang mengambilnya? Kenapa Taemin bisa mendapatkannya?
Dalam foto pertama dan kedua
terlihat Yunbi tengah duduk di taman sekolah dimalam hari bersama dengan Key.
Dari seragam versi pria yang dipakai Yunbi saat itu, bisa dipastikan foto
tersebut diambil sekitar 5 hari lalu. Hari dimana Yunbi hampir saja ketahuan
karena dengan gegabah muncul didepan Minho dan Suho.
Sedangkan di beberapa foto
setelahnya ada Yunbi tengah bersama Minho di gedung olahraga. Foto-foto itu
juga memperlihatkan ketika Yunbi memeluk Minho dari belakang. Bisa dipastikan
kalau foto ini baru saja diambil, karena kejadian itu baru saja berlangsung
tadi malam. Saat Yunbi tidak sengaja menemukan Minho tengah menangis karena
mengetahui Lee Yoora telah tiada.
Tentu saja foto-foto itu tidak
diambil sembarangan. Yunbi yakin pelakunya menggunakan kamera mahal dengan
resolusi tinggi sampai dia bisa beberapa kali mengambil potret wajah Yunbi
dengan jelas. Wajah Yunbi dengan versi yeoja tentu saja.
Cepat-cepat Yunbi membalas pesan
Taemin.
“Foto-foto itu… darimana kau
mendapatkannya?”
Beberapa menit menunggu, Taemin
kembali membalas pesan itu. Yunbi tidak mengangka Taemin tetap bisa dengan
bebas menggunakan ponselnya padahal sekarang tengah mengikuti pelajaran.
“Foto-foto ini sudah menyebar di
forum sekolah.” Diikuti dengan link yang ia kirimkan pada Yunbi.
Saat
Yunbi membuka link itu, ia bisa membaca headline yang terpampang disana: SISWA
MISTERIUS YANG MENYELUSUP DI SMA CHEONSA.
Yunbi menggeser forum itu kebawah
dan mengecek kolom komentar. Dalam waktu singkat forum itu dibanjiri ratusan siswa
yang meninggalkan pesan didalamnya. Banyak yang bertanya siapakah identitas yeoja dalam foto itu, tidak sedikit pula
yang mempertanyakan bagaimana ia bisa bebas berkeliaran dalam sekolah dan
bahkan menggunakan seragam versi pria.
Tampaknya Yunbi memang tidak
punya banyak waktu. Cepat-cepat ia bangkit dari tempat tidur, meraih hoodie
yang biasa ia pakai dan berjalan keluar sebelum identitasnya benar-benar
terbongkar. Tapi sayang sekali, belum juga Yunbi berhasil melewati pintu keluar
gedung asrama lagi-lagi ia bertemu seseorang yang paling ia hindari.
Namja dengan seragam olahraga yang
baru saja masuk melewati pintu depan. Ia adalah Suho.
Yunbi mencoba terus berjalan
melewati namja itu seolah tidak mengenalinya, namun Suho justru menghentikan
langkahnya disana.
“Chakkaman…”
Langkah Yunbi pun turut terhenti
karena panggilan itu. Jantungnya berdegup begitu kencang. Yunbi mencoba
menenangkan diri untuk tidak bertindak gegabah dengan pergi dari sana. Ia hanya
berdiri terdiam, membelakangi Suho yang sudah berpapasan dengannya.
Suho mengerutkan dahi. Ia yakin
bahwa ia pernah melihat hoodie itu disuatu tempat.
“Aigoo… kau masih disini
rupanya?”
Yunbi langsung menggerakkan
kepalanya mencari suara itu. ‘Key…’
ucapnya dalam hati.
Key berjalan santai dari luar
asrama menuju ke dalam. Selalu… dia selalu datang disaat yang tepat.
“Annyeonghaseyo Suho sunbaenim…”
Namja itu menyempatkan diri untuk membungkuk pada Suho yang berdiri dibelakang
Yunbi.
“Kau… bukankah kau yang
membohongiku waktu itu?”
Key tersenyum sambil menggaruk
tengkuknya. “Mianhe, mungkin karena kemarin sudah malam jadi aku salah
mengenalimu sebagai Minho sunbaenim.”
‘Alasan bodoh apa itu…’ batin
Yunbi.
“Tut…tut…tut…” Yunbi membelalak
saat ia mendengar jam tangannya berbunyi. Rupanya hujan turun disaat yang
bersamaan. Yeoja itu spontan menyembunyikan kepalanya dibalik hoodie dan memasukan
rambutnya yang mulai memanjang.
“Ah iya… yeoja… yang kau bilang
sebagai yeojachingumu waktu itu…”
Deg!
Key yang berdiri disamping Yunbi
dengan arah pandang berlawanan tiba-tiba menangkap sosok yang familiar tengah
turun dari tangga. Tepat dibelakang Suho berdiri sekarang.
Sosok
itupun membalas tatapannya, ia bahkan juga melihat ke arah Yunbi yang tak jauh
dari sana. Key sempat memberikan sinyal pada orang itu untuk ‘menyingkirkan’
Suho, tapi sayangnya orang itu tetap cuek melanjutkan langkahnya turun dari
tangga dan memilih untuk pergi lewat jalan ke arah yang berlawanan.
Rahang Key mengeras menatap
orang itu tajam. ‘Awas kau Minho…’ batinnya marah.
“Mian sunbaenim, aku sedang
buru-buru.” Key langsung memeluk Yunbi dari samping. “Annyeonghigiseyo!”
ucapnya tanpa menoleh kebelakang.
***
Siang itu sinar matahari dengan
terik menyoroti Kota Busan setelah sejak pagi diguyur hujan. Aktivitas warga
yang sempat tertunda kini kembali berjalan normal. Begitu pula dengan para
siswa SMA Cheonsa. Kegiatan olah raga yang semula diadakan di dalam ruangan
kini bisa kembali dilakukan di tempat semestinya. Ada yang melanjutkan
permainan basket, sebagian pula memilih untuk bermain sepak bola.
Dari kejauhan tampak seorang
siswa dengan baju olah raga tanpa lengan membasuh wajahnya di deretan kran air.
Setelah selesai, tak lupa ia menyeka dengan handuk yang tergantung di lehernya.
Namja itu bermaksud menyusul siswa lain ke kantin untuk makan siang, namun
keberadaan orang lain disana seketika menghentikan langkahnya.
Seseorang dengan mata sipit
bersandar pada tiang koridor. Ia memanggil nama namja itu pelan.
“Minho…” disusul dengan gerakan
kepala ke salah satu sudut, memberikan isyarat agar Minho mengikutinya.
Tak jauh dari sana, mereka
berdua berhenti di bawah sebuah pohon taman belakang sekolah.
“Pengecut…” itu adalah kata
pertama yang terdengar.
Minho hanya balas menatap tanpa
berkata apapun. Ia tahu, namja yang bernama Key itu tidak memiliki sopan santun
yang baik didepannya. Karena itu Minho memilih untuk pergi dari sana daripada
meladeni Key hanya membuang-buang waktunya.
“Apakah ini karena Yoora?”
Key menduga bahwa sikap dingin
Minho pada Yunbi terjadi semenjak namja itu mengetahui bahwa Yoora sudah pergi
selamanya. Sepertinya Minho tidak lagi membutuhkan keberadaan Yunbi untuk menghiburnya.
Kini Minho memilih untuk menjalani hidupnya seorang diri. Karena itulah tadi
pagi Minho dengan cuek meninggalkan Yunbi begitu saja padahal dengan
terang-terangan Key tengah membutuhkan bantuannya untuk menyingkirkan Suho yang
mulai curiga.
“Jangan pernah mengucapkan
namanya.” Jawab Minho dingin. “Kau tidak tahu apa-apa.”
Key tersenyum sinis. “Baiklah
aku memang tidak tahu apapun. Yang aku tahu kau selama ini berbuat baik pada
Yunbi karena ia telah mengisi kekosongan dalam hatimu.” Jawabnya sarkatis.
“Apakah selama ini kau menganggap Yunbi hanya sebagai pengganti sementara saja,
hingga sekarang kau bisa bebas membuangnya setelah menyadari bahwa mengharapkan
kekasihmu adalah pekerjaan yang sia-sia?”
Minho membalik badannya. Ia
tampak tersinggung dengan ucapan Key barusan.
“Lihat bagaimana reaksimu
sekarang.” Key kembali berujar. “Ternyata dugaanku benar.”
Rahang Minho mengeras. “Untuk
apa aku membantunya? Bukankah kau namjachingunya sekarang?”
Jawaban yang diluar dugaan.
Seketika emosi Key memuncak saat ia mendengar Minho mengucapkan kalimat itu
dengan begitu mudah. Detik berikutnya sebuah pukulan mendarat dengan cepat di
salah satu sudut bibir Minho dan meninggalkan bekas kemerahan disana.
“Apa yang kau…?!?”
“Aku tidak menyangka kau
sepengecut itu Minho!” Key berteriak, tak sanggup menampung emosinya. “Apa kau
tahu mengapa Yunbi memilih untuk tetap bertahan?” ia tidak langsung melanjutkan
kalimatnya, membuat Minho terdiam sejenak menunggu jawaban dari pertanyaan itu.
“Semua orang sudah mengetahuinya!”
Lanjut Key. “Semuanya!” telunjuk namja itu bergerak ke arah gedung sekolah.
“Sekarang tinggal menunggu kapan mereka bisa menangkap Yunbi dan membongkar
identitasnya.”
Key mengatur nafasnya dengan
susah payah. “Apa kau tahu betapa genting situasinya sekarang?”
Minho tidak menjawab.
“Aku sudah menyuruh Yunbi untuk
segera pergi, tapi ia tetap teguh pada pendiriannya.” Namja itu tampak
frustasi. “Ia memilih untuk tetap disini hanya karena alasan yang konyol.”
Kali ini Minho membalas tatapan
Key karena tidak sabar mendengar jawaban dari namja itu.
“Itu karena kau!” jawab Key
akhirnya. “Aku iri karena Yunbi lebih menghawatirkanmu ketimbang dirinya
sendiri.”
Kaki Minho melemas. Ia lantas
duduk di salah satu bangku yang berdiri tepat disampingnya.
“Dan tak kusangka, seseorang
yang tengah Yunbi khawatirkan adalah seorang pengecut.”
Key mengatakannya dengan sangat
tajam hingga meninggalkan bekas di hati Minho. Meskipun namja itu sudah
meninggalkannya disana, tapi Minho masih duduk terdiam dan merenungkan
kesalahannya.
Pengecut. Kini Minho baru sadar
betapa pantas julukan itu ditujukan padanya.
***
Flashback
Pagi
hari, tepat ketika Key berhasil membawa Yunbi keluar dari sekolah. Mereka
berdua menghentikan langkah di depan sebuah minimarket yang tak jauh dari sana.
Yunbi langsung mengusap bahunya yang basah begitu ia sampai di salah satu meja
dengan atap kecil depan minimarket, sedangkan Key memilih untuk masuk dan
membeli sesuatu yang ia jinjing dalam kantong plastic ketika ia kembali keluar.
“Aigoo…
bajumu basah semua.” Key mengusap lengan Yunbi dengan tissue yang sudah ia
beli. Yunbi hanya meringis.
“Apa
kau sudah sarapan?” Key meletakkan tissue di atas meja kemudian mengambil
sandwich dari dalam kantong untuk ia berikan pada Yunbi.
“Aniyo
aku tidak lapar.”
Tak
ada tanggapan, Key hanya melayangkan tatapan tajam kea rah Yunbi seolah
mengatakan ‘Cepat makan atau aku pergi sekarang juga!’. Membuat Yunbi akhirnya
terpaksa menerima sandwich lengkap
dengan susu hangat yang baru saja Key ambil dari dalam.
Rupanya
hujan turun lebih deras dari sebelumnya. Membuat mereka berdua kemudian
bergerak masuk ke dalam minimarket karena atap kecil didepan tidak cukup
meneduhi dari tetesan hujan. Yunji duduk di meja pinggiran minimarket sambil tertegun
menatap jalanan sepi yang ada diluar. Pikirannya melayang entah kemana.
“Kurasa
sudah saatnya kau meninggalkan tempat ini.” Key berujar lirih. Yang diajak
bicara hanya tersenyum tipis tanpa menoleh. “Kau tahu keadaan disekolah sudah
tidak aman lagi. Hanya menunggu waktu sampai kau benar-benar ketahuan.” Ia
tampak khawatir. “Dan itu tidak akan lama lagi.”
Yunbi
menghela nafas. “Jika aku ingin keluar, aku bisa melakukannya sejak dulu.” Ia
menerawang. “Mungkin tepat ketika Oppaku sudah mengetahui keadaanku disini. Aku
yakin dia bisa membantuku.”
Key
menoleh. Wajahnya penuh tanda tanya.
“Tapi
bukan itu yang aku inginkan.”
“Lalu
apa?” Tanya Key cepat. “Apa kau memang sengaja ingin mengungkapkan identitasmu
dan membiarkan orang lain menganggapmu sebagai siluman atau apapun itu?”
Yunbi
tidak langsung menjawab.
“Sadarlah
Yunbi! Tidak ada lagi alasan untuk kau tetap berada disini.” Lanjut Key. “Kau
tidak perlu khawatir, karena aku akan pergi bersamamu dan membawamu ke tempat
yang aman sampai kita bisa memikirkan langkah apa yang bisa lakukan
selanjutnya.”
Yunbi
menatap Key lurus-lurus. Ia tidak menyangka kalimat itu bisa terucap dari bibir
seorang namja seperti Key. Padahal sebelumnya secara terang-terangan ia selalu
mengusik dan mempersulit keadaan Yunbi selama di sekolah ini. Tapi sekarang
namja itu justru berkata sebaliknya. Bahkan ia rela mengorbankan nama baiknya
hanya demi menolong Yunbi.
“Aniya
Kibum-ah. Kau sudah terlalu sering berpindah sekolah, itu akan mempersulit masa
depanmu.” Cegah Yunbi. “Jangan khawatir. Aku akan menyelesaikan semuanya
sendiri.”
Key
meraih kedua tangan Yunbi dan menggengamnya, memaksa Yunbi untuk memutar badan
dan membalas tatapan namja itu. Tampaknya Key memang sudah hilang kesabaran.
“Baiklah jika itu maumu.” Ucapnya. “Tapi setidaknya katakan padaku apa alasan
kau untuk tetap tinggal di sekolah ini.”
Yunbi
tampak ragu, tapi kemudian bibir tipisnya berucap. “Aku tidak ingin
meninggalkan Minho dalam keadaan seperti itu. Setidaknya sampai ia bisa
memaafkanku.”
Genggaman itu merenggang perlahan.
Rahang Key mengeras. Ia lantas bangkit dari bangkunya. “Hujan sudah mulai reda.
Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum kau kembali berubah.”
Flashback end.
-To Be Continue-
No comments:
Post a Comment