Pages

Wednesday, 5 July 2017

FF SHINee : Pixie Rain [Part 17]





Tittle                    : Pixie Rain [Part 17]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Sudah sekitar 15 menit yang lalu bell masuk sekolah berbunyi. Para siswa yang bersiap di dalam kelas satu persatu mulai mengeluarkan alat tulis dan mengikuti setiap mata pelajaran yang akan disampaikan hari ini. Meskipun cuaca tampak mendung, namun tidak melunturkan niat mereka untuk tetap memperhatikan seongsanim dalam memberikan pelajaran di kelas masing-masing.
                Berbeda dengan siswa lain, Yunbi yang tengah membolos untuk menghindari hujan masih bersembunyi didalam asramanya sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Ia sempat melirik keluar jendela dan memperhitungkan berapa lama lagi hujan akan benar-benar turun.
                Saat itu pula ponsel Yunbi berdering, rupanya ada pesan masuk dari Taemin. Yunbi menggeser pola dalam layar ponsel sambil mengembalikan handuk ke gantungan sebelum akhirnya duduk di pinggiran tempat tidur untuk membaca pesan itu.
                Isinya tidak cukup banyak. Hanya ada beberapa foto dan sebuah pertanyaan singkat “Apakah itu kau?”
                Yunbi terperanjat. Foto ini… Siapa yang mengambilnya? Kenapa Taemin bisa mendapatkannya?
                Dalam foto pertama dan kedua terlihat Yunbi tengah duduk di taman sekolah dimalam hari bersama dengan Key. Dari seragam versi pria yang dipakai Yunbi saat itu, bisa dipastikan foto tersebut diambil sekitar 5 hari lalu. Hari dimana Yunbi hampir saja ketahuan karena dengan gegabah muncul didepan Minho dan Suho.
                Sedangkan di beberapa foto setelahnya ada Yunbi tengah bersama Minho di gedung olahraga. Foto-foto itu juga memperlihatkan ketika Yunbi memeluk Minho dari belakang. Bisa dipastikan kalau foto ini baru saja diambil, karena kejadian itu baru saja berlangsung tadi malam. Saat Yunbi tidak sengaja menemukan Minho tengah menangis karena mengetahui Lee Yoora telah tiada.
                Tentu saja foto-foto itu tidak diambil sembarangan. Yunbi yakin pelakunya menggunakan kamera mahal dengan resolusi tinggi sampai dia bisa beberapa kali mengambil potret wajah Yunbi dengan jelas. Wajah Yunbi dengan versi yeoja tentu saja.
                Cepat-cepat Yunbi membalas pesan Taemin.
                “Foto-foto itu… darimana kau mendapatkannya?”
                Beberapa menit menunggu, Taemin kembali membalas pesan itu. Yunbi tidak mengangka Taemin tetap bisa dengan bebas menggunakan ponselnya padahal sekarang tengah mengikuti pelajaran.
                “Foto-foto ini sudah menyebar di forum sekolah.” Diikuti dengan link yang ia kirimkan pada Yunbi.
Saat Yunbi membuka link itu, ia bisa membaca headline yang terpampang disana: SISWA MISTERIUS YANG MENYELUSUP DI SMA CHEONSA.
                Yunbi menggeser forum itu kebawah dan mengecek kolom komentar. Dalam waktu singkat forum itu dibanjiri ratusan siswa yang meninggalkan pesan didalamnya. Banyak yang bertanya siapakah identitas yeoja dalam foto itu, tidak sedikit pula yang mempertanyakan bagaimana ia bisa bebas berkeliaran dalam sekolah dan bahkan menggunakan seragam versi pria.
                Tampaknya Yunbi memang tidak punya banyak waktu. Cepat-cepat ia bangkit dari tempat tidur, meraih hoodie yang biasa ia pakai dan berjalan keluar sebelum identitasnya benar-benar terbongkar. Tapi sayang sekali, belum juga Yunbi berhasil melewati pintu keluar gedung asrama lagi-lagi ia bertemu seseorang yang paling ia hindari.
                Namja dengan seragam olahraga yang baru saja masuk melewati pintu depan. Ia adalah Suho.
                Yunbi mencoba terus berjalan melewati namja itu seolah tidak mengenalinya, namun Suho justru menghentikan langkahnya disana.
                “Chakkaman…”
                Langkah Yunbi pun turut terhenti karena panggilan itu. Jantungnya berdegup begitu kencang. Yunbi mencoba menenangkan diri untuk tidak bertindak gegabah dengan pergi dari sana. Ia hanya berdiri terdiam, membelakangi Suho yang sudah berpapasan dengannya.
                Suho mengerutkan dahi. Ia yakin bahwa ia pernah melihat hoodie itu disuatu tempat.
                “Aigoo… kau masih disini rupanya?”
                Yunbi langsung menggerakkan kepalanya mencari suara itu.  ‘Key…’ ucapnya dalam hati.
                Key berjalan santai dari luar asrama menuju ke dalam. Selalu… dia selalu datang disaat yang tepat.
                “Annyeonghaseyo Suho sunbaenim…” Namja itu menyempatkan diri untuk membungkuk pada Suho yang berdiri dibelakang Yunbi.
                “Kau… bukankah kau yang membohongiku waktu itu?”
                Key tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. “Mianhe, mungkin karena kemarin sudah malam jadi aku salah mengenalimu sebagai Minho sunbaenim.”
                ‘Alasan bodoh apa itu…’ batin Yunbi.
                “Tut…tut…tut…” Yunbi membelalak saat ia mendengar jam tangannya berbunyi. Rupanya hujan turun disaat yang bersamaan. Yeoja itu spontan menyembunyikan kepalanya dibalik hoodie dan memasukan rambutnya yang mulai memanjang.
                “Ah iya… yeoja… yang kau bilang sebagai yeojachingumu waktu itu…”
                Deg!
                Key yang berdiri disamping Yunbi dengan arah pandang berlawanan tiba-tiba menangkap sosok yang familiar tengah turun dari tangga. Tepat dibelakang Suho berdiri sekarang.
Sosok itupun membalas tatapannya, ia bahkan juga melihat ke arah Yunbi yang tak jauh dari sana. Key sempat memberikan sinyal pada orang itu untuk ‘menyingkirkan’ Suho, tapi sayangnya orang itu tetap cuek melanjutkan langkahnya turun dari tangga dan memilih untuk pergi lewat jalan ke arah yang berlawanan.
                Rahang Key mengeras menatap orang itu tajam. ‘Awas kau Minho…’ batinnya marah.
                “Mian sunbaenim, aku sedang buru-buru.” Key langsung memeluk Yunbi dari samping. “Annyeonghigiseyo!” ucapnya tanpa menoleh kebelakang.
***
                Siang itu sinar matahari dengan terik menyoroti Kota Busan setelah sejak pagi diguyur hujan. Aktivitas warga yang sempat tertunda kini kembali berjalan normal. Begitu pula dengan para siswa SMA Cheonsa. Kegiatan olah raga yang semula diadakan di dalam ruangan kini bisa kembali dilakukan di tempat semestinya. Ada yang melanjutkan permainan basket, sebagian pula memilih untuk bermain sepak bola.
                Dari kejauhan tampak seorang siswa dengan baju olah raga tanpa lengan membasuh wajahnya di deretan kran air. Setelah selesai, tak lupa ia menyeka dengan handuk yang tergantung di lehernya. Namja itu bermaksud menyusul siswa lain ke kantin untuk makan siang, namun keberadaan orang lain disana seketika menghentikan langkahnya.
                Seseorang dengan mata sipit bersandar pada tiang koridor. Ia memanggil nama namja itu pelan.
                “Minho…” disusul dengan gerakan kepala ke salah satu sudut, memberikan isyarat agar Minho mengikutinya.
                Tak jauh dari sana, mereka berdua berhenti di bawah sebuah pohon taman belakang sekolah.
                “Pengecut…” itu adalah kata pertama yang terdengar.
                Minho hanya balas menatap tanpa berkata apapun. Ia tahu, namja yang bernama Key itu tidak memiliki sopan santun yang baik didepannya. Karena itu Minho memilih untuk pergi dari sana daripada meladeni Key hanya membuang-buang waktunya.
                “Apakah ini karena Yoora?”
                Key menduga bahwa sikap dingin Minho pada Yunbi terjadi semenjak namja itu mengetahui bahwa Yoora sudah pergi selamanya. Sepertinya Minho tidak lagi membutuhkan keberadaan Yunbi untuk menghiburnya. Kini Minho memilih untuk menjalani hidupnya seorang diri. Karena itulah tadi pagi Minho dengan cuek meninggalkan Yunbi begitu saja padahal dengan terang-terangan Key tengah membutuhkan bantuannya untuk menyingkirkan Suho yang mulai curiga.
                “Jangan pernah mengucapkan namanya.” Jawab Minho dingin. “Kau tidak tahu apa-apa.”
                Key tersenyum sinis. “Baiklah aku memang tidak tahu apapun. Yang aku tahu kau selama ini berbuat baik pada Yunbi karena ia telah mengisi kekosongan dalam hatimu.” Jawabnya sarkatis. “Apakah selama ini kau menganggap Yunbi hanya sebagai pengganti sementara saja, hingga sekarang kau bisa bebas membuangnya setelah menyadari bahwa mengharapkan kekasihmu adalah pekerjaan yang sia-sia?”
                Minho membalik badannya. Ia tampak tersinggung dengan ucapan Key barusan.
                “Lihat bagaimana reaksimu sekarang.” Key kembali berujar. “Ternyata dugaanku benar.”
                Rahang Minho mengeras. “Untuk apa aku membantunya? Bukankah kau namjachingunya sekarang?”
                Jawaban yang diluar dugaan. Seketika emosi Key memuncak saat ia mendengar Minho mengucapkan kalimat itu dengan begitu mudah. Detik berikutnya sebuah pukulan mendarat dengan cepat di salah satu sudut bibir Minho dan meninggalkan bekas kemerahan disana.
                “Apa yang kau…?!?”
                “Aku tidak menyangka kau sepengecut itu Minho!” Key berteriak, tak sanggup menampung emosinya. “Apa kau tahu mengapa Yunbi memilih untuk tetap bertahan?” ia tidak langsung melanjutkan kalimatnya, membuat Minho terdiam sejenak menunggu jawaban dari pertanyaan itu.
                “Semua orang sudah mengetahuinya!” Lanjut Key. “Semuanya!” telunjuk namja itu bergerak ke arah gedung sekolah. “Sekarang tinggal menunggu kapan mereka bisa menangkap Yunbi dan membongkar identitasnya.”
                Key mengatur nafasnya dengan susah payah. “Apa kau tahu betapa genting situasinya sekarang?”
                Minho tidak menjawab.
                “Aku sudah menyuruh Yunbi untuk segera pergi, tapi ia tetap teguh pada pendiriannya.” Namja itu tampak frustasi. “Ia memilih untuk tetap disini hanya karena alasan yang konyol.”
                Kali ini Minho membalas tatapan Key karena tidak sabar mendengar jawaban dari namja itu.
                “Itu karena kau!” jawab Key akhirnya. “Aku iri karena Yunbi lebih menghawatirkanmu ketimbang dirinya sendiri.”
                Kaki Minho melemas. Ia lantas duduk di salah satu bangku yang berdiri tepat disampingnya.
                “Dan tak kusangka, seseorang yang tengah Yunbi khawatirkan adalah seorang pengecut.”
                Key mengatakannya dengan sangat tajam hingga meninggalkan bekas di hati Minho. Meskipun namja itu sudah meninggalkannya disana, tapi Minho masih duduk terdiam dan merenungkan kesalahannya.
                Pengecut. Kini Minho baru sadar betapa pantas julukan itu ditujukan padanya.
***
                Flashback
Pagi hari, tepat ketika Key berhasil membawa Yunbi keluar dari sekolah. Mereka berdua menghentikan langkah di depan sebuah minimarket yang tak jauh dari sana. Yunbi langsung mengusap bahunya yang basah begitu ia sampai di salah satu meja dengan atap kecil depan minimarket, sedangkan Key memilih untuk masuk dan membeli sesuatu yang ia jinjing dalam kantong plastic ketika ia kembali keluar.
“Aigoo… bajumu basah semua.” Key mengusap lengan Yunbi dengan tissue yang sudah ia beli. Yunbi hanya meringis.
“Apa kau sudah sarapan?” Key meletakkan tissue di atas meja kemudian mengambil sandwich dari dalam kantong untuk ia berikan pada Yunbi.
“Aniyo aku tidak lapar.”
Tak ada tanggapan, Key hanya melayangkan tatapan tajam kea rah Yunbi seolah mengatakan ‘Cepat makan atau aku pergi sekarang juga!’. Membuat Yunbi akhirnya terpaksa menerima sandwich  lengkap dengan susu hangat yang baru saja Key ambil dari dalam.
Rupanya hujan turun lebih deras dari sebelumnya. Membuat mereka berdua kemudian bergerak masuk ke dalam minimarket karena atap kecil didepan tidak cukup meneduhi dari tetesan hujan. Yunji duduk di meja pinggiran minimarket sambil tertegun menatap jalanan sepi yang ada diluar. Pikirannya melayang entah kemana.               
“Kurasa sudah saatnya kau meninggalkan tempat ini.” Key berujar lirih. Yang diajak bicara hanya tersenyum tipis tanpa menoleh. “Kau tahu keadaan disekolah sudah tidak aman lagi. Hanya menunggu waktu sampai kau benar-benar ketahuan.” Ia tampak khawatir. “Dan itu tidak akan lama lagi.”
Yunbi menghela nafas. “Jika aku ingin keluar, aku bisa melakukannya sejak dulu.” Ia menerawang. “Mungkin tepat ketika Oppaku sudah mengetahui keadaanku disini. Aku yakin dia bisa membantuku.”
Key menoleh. Wajahnya penuh tanda tanya.
“Tapi bukan itu yang aku inginkan.”
“Lalu apa?” Tanya Key cepat. “Apa kau memang sengaja ingin mengungkapkan identitasmu dan membiarkan orang lain menganggapmu sebagai siluman atau apapun itu?”
Yunbi tidak langsung menjawab.
“Sadarlah Yunbi! Tidak ada lagi alasan untuk kau tetap berada disini.” Lanjut Key. “Kau tidak perlu khawatir, karena aku akan pergi bersamamu dan membawamu ke tempat yang aman sampai kita bisa memikirkan langkah apa yang bisa lakukan selanjutnya.”
Yunbi menatap Key lurus-lurus. Ia tidak menyangka kalimat itu bisa terucap dari bibir seorang namja seperti Key. Padahal sebelumnya secara terang-terangan ia selalu mengusik dan mempersulit keadaan Yunbi selama di sekolah ini. Tapi sekarang namja itu justru berkata sebaliknya. Bahkan ia rela mengorbankan nama baiknya hanya demi menolong Yunbi.
“Aniya Kibum-ah. Kau sudah terlalu sering berpindah sekolah, itu akan mempersulit masa depanmu.” Cegah Yunbi. “Jangan khawatir. Aku akan menyelesaikan semuanya sendiri.”
Key meraih kedua tangan Yunbi dan menggengamnya, memaksa Yunbi untuk memutar badan dan membalas tatapan namja itu. Tampaknya Key memang sudah hilang kesabaran. “Baiklah jika itu maumu.” Ucapnya. “Tapi setidaknya katakan padaku apa alasan kau untuk tetap tinggal di sekolah ini.”
Yunbi tampak ragu, tapi kemudian bibir tipisnya berucap. “Aku tidak ingin meninggalkan Minho dalam keadaan seperti itu. Setidaknya sampai ia bisa memaafkanku.”
Genggaman itu merenggang perlahan. Rahang Key mengeras. Ia lantas bangkit dari bangkunya. “Hujan sudah mulai reda. Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum kau kembali berubah.”
Flashback end.
-To Be Continue-

No comments:

Post a Comment