Selamat malam
lucider(?) yang sedang berbunga2(?)
Author yang
terlupakan(?) ini kembali harus meneruskan perjuangan untuk nyelesain FF yang
umurnya lebih tua ketimbang keponakan author -_-
Intip dulu cuplikan
part kemaren yaa~ cekidots!
- “Aku ingin mempertemukan mereka berdua. Mungkin tidak seperti pertemuan mereka sebelumnya, tapi aku yakin kali ini bisa berjalan lebih baik.” Ucap Onew.
- Lee Taejoon, saudara kembar Kim Jonghyun yang merupakan vokalis band SHINee mulai hari ini resmi membuka Hotel kelas Internasional atas namanya.
- Beruntung Taejoon sudah cukup mengenal seluk beluk hotelnya, sehingga memudahkan bagi mereka keluar melewati pintu darurat tanpa ketahuan.
- Ia berjalan mendekat. Saat itulah Yujin baru sadar kedua mata Taejoon tampak sembab. Tampaknya Yujin baru saja melewatkan adegan dramatis didalam tadi.
- “Besok di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.” Ucap Jonghyun.
- “...Pisau dan handphone milik pelaku yang tertinggal di tempat kejadian telah diamankan polisi. Dari hasil penyelidikan sementara, sejauh ini diduga motif pembunuhan karena dendam masa lalu yang pernah dilakukan korban, yaitu menyebabkan kematian Ibu dari pelaku pembunuhan. Tersiar kabar pelaku pembunuhan merupakan vokalis sebuah band yang sering tampil didaerah Gangnam. Diketahui bahwa pelaku berinisial KJH saat ini masih sedang dalam pencarian...”
Tittle : Lucid Dream [Part 15]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew),
Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Hanya dengan sebuah piyama berlapis jaket musim dingin beserta slipper
milik Yumi yang dipakai sembarangan, Yujin bergegas meninggalkan rumahnya.
Yeoja itu terlihat panik dan jemarinya tidak berhenti bergerak diatas handphone
meski ia tengah berlari di pinggiran trotoar.
“Taksi!”
Yujin terfikir untuk pergi ke
rumah Jonghyun, tapi namja itu pasti tidak ada disana karena sedang dalam
pencarian polisi sekarang. Ia sempat ingin ke apartemen Onew tapi sama sekali
tidak tahu dimana alamat apartemen namja itu. Opsi terakhir yang bisa Yujin
pilih hanya apartemen Minho dan Key. Mereka berdua pasti ada disana. Atau
setidaknya salah satu dari mereka.
“Mapokgu Sogyodong, ahjussi.”
Setelah menyebutkan alamat itu,
taksi yang ditumpangi Yujin langsung meluncur ke apartemen Minho dan Key.
Seharusnya taksi bisa berjalan
lebih cepat ketimbang bus, tapi entah kenapa Yujin merasa ia bisa sampai lebih
dulu hanya dengan berlari. Yujin terlampau tidak sabar. Apalagi sejak tadi
hanya terdengar nada panggil dari ponsel Onew yang ia hubungi. Bahkan Minho dan
Key pun kompak untuk tidak menjawab panggilan Yujin. Apa yang sedang mereka
lakukan sampai tidak ada waktu untuk sekedar mengangkat telepon huh? Untuk
Taemin sudah jelas sekarang pasti sedang berangkat ke sekolah. Mencoba menelpon
namja yang selalu mendapatkan info paling terakhir itu sama saja menegakkan
benang basah.
Yujin frustasi. Disaat genting
seperti ini justru tidak ada seorangpun yang bisa menjawab semua pertanyaan
yang terlintas dalam benaknya. Yujin tahu ia tidak harus percaya akan apa yang
ia dengar dari media. Tapi tidak bisakah ia mendapatkan jawaban atas apa yang
sebenarnya terjadi?
Kenapa Jonghyun bisa terlibat
dalam kasus pembunuhan? Mengapa barang bukti yang jelas milik Jonghyun bisa
ditemukan disana? Apakah korban benar-benar orang yang terlibat dengan kematian
umma Jonghyun? Bagaimana ini semua bisa terjadi? Sudah jelas-jelas kemarin sore
Jonghyun mengantar Yujin pulang dan keadaan namja itu masih baik-baik saja.
Tentu saja Yujin tahu Jonghyun
bukan pembunuh. Sekejam apapun hal yang pernah dilakukan Jonghyun padanya,
Yujin bisa memastikan kalau namja itu tidak akan melakukan perbuatan seperti
binatang dengan kedua tangannya sendiri. Ia tidak mungkin membunuh meski sudah
bertahun tahun menyimpan dendam pada seseorang yang sudah menyebabkan ummanya
meninggal. Tidak mungkin. Jonghyun tidak mungkin melakukan itu.
Setelah melewati perjalanan yang
panjang, akhirnya sebuah gedung berlantai delapan terlihat jelas didepan mata
Yujin. Yeoja itu bergegas masuk, menaiki lift dan berlari menuju pintu
apartemen Minho dan Key.
“Ting tong!”
Tak ada jawaban.
“TING TONG!”
Masih tak ada jawaban.
“TIIIINGGGG TONG!”
Yujin bisa gila. Kemana mereka
berdua sebenarnya sekarang? Kenapa disaat seperti ini justru tidak juga muncul?
“YA!”
‘Dor...
dor... dor...’ Yujin memukul pintu didepannya sembarangan.
“Minho-ya!
Buka pintunya!!!”
Yeoja itu tidak peduli jika
tetangga apartemen akan protes mendengar suara kerasnya. Yang ada dipikiran
Yujin hanya Jonghyun. Ia harus segera bertemu dengan member SHINee dan mencari
tahu apa yang terjadi. Sekarang juga.
“Minho!! Key!! Buka pintunyaaaa!”
Saat itulah daun pintu bergerak
ke depan. Dibaliknya berdiri seorang namja berambut pirang dengan dandanan
acak-acakan. Tidak jauh berbeda dengan penampilan Yujin ketika Onew datang ke
rumahnya hari minggu yang lalu.
“Kenapa kau berteriak Yujin!?!”
ucap namja itu terusik.
Yujin kehilangan kata-kata. Demi
Tuhan mungkin kini Jonghyun sedang meringkuk disuatu tempat karena harus
menghindari kejaran polisi dan menunggu bantuan dari teman terdekatnya. Atau justru
sedang berusaha lari sejauh mungkin demi keselamatan hidupnya dari ancaman
jeruji besi. Begitu banyak kemungkinan buruk yang bisa saja dialami namja itu.
Tapi apa yang sedang mereka lakukan? Tertidur?
Rasanya ingin sekali tangan
Yujin melayang ke arah Key untuk menampar pipi namja itu.
“Ada apa Yujin?” kali ini
terdengar suara berat dari arah belakang Key. “Maaf aku tadi sedang mandi, jadi
tidak bisa membukakan pintu untukmu.”
Yujin menghela nafas, mencoba
menahan emosinya rapat-rapat. “Tentang Jonghyun, apa kalian sudah
mendengarnya?”
Mereka berdua beradu pandang.
Saling bertukar pertanyaan tanpa bicara. Sampai akhirnya Key buka suara saat menyadari
Minho juga tak mengerti apa yang Yujin katakan.
“Jonghyun Hyung? Apa terjadi
sesuatu padanya?”
Plak!
“Maaf Key, tapi aku sudah tidak
bisa menahannya.” Ucap Yujin setelah mendaratkan tamparan di pipi namja itu,
akhirnya. “Tapi kalian sudah benar-benar keterlaluan.”
Yujin lantas masuk tanpa
dipersilakan. Ia sempat mendengar omelan dari bibir Key, namun pikirannya sudah
lebih dulu penuh oleh rasa cemas. Tidak ada lagi tempat untuk sekedar menampung
keluh kesah namja itu.
Tepat ketika Yujin duduk diruang
tengah, seseorang yang sejak tadi ia harapkan menyembul dari balik pintu.
Akhirnya Onew datang. Dari raut wajahnya yang tidak jauh berbeda dengan Yujin,
bisa Yujin pastikan Onew mengetahui sesuatu.
“Oppa–”
Ucapan Yujin terhenti ketika
namja itu meminta Yujin diam dengan gerakan tangannya. Onew tahu Yujin akan
bertanya soal Jonghyun, oleh karena itu ia akan segera menjelaskanya sesaat
setelah mereka semua duduk bersama dan sanggup mendengarkan dalam keadaan
tenang.
“Tadi pagi ada polisi yang
mendatangiku...”
Yujin, Minho serta Key langsung
berubah tegang hanya dengan mendengar awalan kalimat yang keluar dari bibir
Onew.
“...mereka membicarakan kasus
yang terkait dengan Jonghyun.” Onew terdiam sejenak kemudian melanjutkan
kata-katanya. “Menurut laporan yang mereka dapatkan, tadi malam telah terjadi
pembunuhan di daerah Ilsan yang menewaskan seorang mantan narapidana.”
“Seolma...(tidak mungkin...).”
Key menggantungkan kalimatnya karena tidak sanggup mengeluarkan dugaan yang
terlintas dalam benaknya.
“Akupun tidak bisa percaya.”
Seloroh Onew mengerti apa yang Key maksud. “Namun di tempat kejadian ditemukan
handphone milik Jonghyun sebagai satu-satunya bukti. Meski sejauh ini Jonghyun
masih ‘diduga’ sebagai tersangka, namun tak ada bukti lain yang bisa
meringankan dugaan terhadapnya. Tidak ada saksi sama sekali. Apalagi korban
terlibat akan...”
Tiba-tiba Onew berhenti
berbicara. Yujin tahu benar Onew tidak ingin para member tahu tentang penyebab
kematian umma Jonghyun dan keterkaitan korban dengan kejadian itu.
“Tapi oppa...” ucap Yujin cepat
untuk mengalihkan pembicaraan. “Apa sudah ada perkembangan mengenai keberadaan
Jonghyun?”
Onew menggeleng. “Polisi masih
mencarinya sampai sekarang.”
“Huahh... ini benar-benar gila!
Bagaimana Jonghyun Hyung bisa terlibat dengan kasus rumit seperti ini huh?” Key
mengacak rambutnya tak beraturan. Ia berharap bisa melanjutkan tidur paginya
dan menganggap ini semua hanya mimpi.
“Dan mengenai kedatanganku
kemari...” Onew tak menghiraukan keluhan Key dan masih fokus pada maksud yang
ingin ia sampaikan. “Polisi meminta kita untuk hadir sebagai saksi...”
“MWO??”
“Jinjja Hyung? Bagaimana kita
bisa terlibat?”
“Ah... aku bisa gila! Aku benar-benar
gila! Omona ottokhae...” seloroh Key panik.
Para member terkejut dengan
pernyataan Onew. Key bahkan langsung beranjak ke dapur untuk mengambil segelas
air putih sebelum kepalanya meledak karena frustasi.
“Gwenchanha. Kita hanya perlu
menjawab pertanyaan yang diajukan polisi. Polisi memerlukan kesaksian dari orang
terdekat Jonghyun.” Ucap Onew mencoba menenangkan para member.
“Untuk Yujin...” Onew beralih
menatap Yujin. “Sejauh ini polisi belum mengetahui keterkaitanmu dengan
Jonghyun. Karena itu kau bisa menunggu siapa tahu Jonghyun menghubungimu,
arraseo?”
Yujin mengangguk.
“Aku tadi sempat meminta ijin
pada polisi untuk menghubungi kalian lebih dulu. Jadi mereka memberikanku waktu
untuk datang bersama kalian paling lambat sebelum jam makan siang.” Ucap namja
itu lalu bangkit. “Sekarang aku akan mencari pengacara untuk menyelesaikan
kasus ini. Minho tolong jemput Taemin di sekolah, aku tidak ingin ia harus menanggung
malu karena polisi yang menjemputnya nanti. Key...” Onew menoleh ke arah dapur.
“Jaga Yujin. Jangan membuat moodnya bertambah buruk. Paling lambat jam 11 siang
aku akan kembali kemari.”
Yujin bisa dengan jelas melihat
jiwa kepemimpinan Onew saat namja itu berperan disini. Ia sanggup membagi tugas
dengan sangat baik agar para member tahu apa yang harus dilakukan saat keadaan
genting seperti sekarang.
“Apa kau sudah makan pagi Yujin?
Aku akan membuatkan sarapan untukmu.” Tawar Key ketika para member sudah
meninggalkan apartemennya. Key tahu sekali pagi ini Yujin tergesa-gesa pergi
sampai-sampai hanya menggunakan sebuah piyama, jaket, dan sebuah sandal jepit
bergambar rilakuma.
“Tidak perlu.” Tolak Yujin. “Aku
tidak lapar.” Tentu saja nafsu makan Yujin menghilang. Dalam keadaan seperti
ini bahkan perutnya terasa berlipat kali lebih kenyang dengan perasaan cemas,
takut dan khawatir.
Melihat tingkah laku Yujin, Key
justru tersenyum tipis. Ia tahu kalau sebenarnya Yujin memiliki perasaan khusus
pada Jonghyun sampai gadis itu kehilangan nafsu makannya. Sejujurnya Key pun
terkejut. Ia bahkan harus mendengar berita mencengangkan itu tepat setelah
mendapatkan sebuah tamparan disaat ‘nyawanya’ belum terkumpul karena bangun
tidur. Namun Key tipe orang yang akan berfikir secara realistis. Jika memang
Jonghyun bersalah, maka ia harus dihukum. Jika tidak, maka seharusnya ia tak
melarikan diri.
Sederhana.
Namun
yang membuat Key masih penasaran adalah, kenapa Jonghyun harus melarikan diri jika
ia tidak bersalah?
“Apa
dia menghubungimu?” tanya Yujin tiba-tiba.
Key
mengangkat kedua alisnya.
“Jonghyun.”
“Oh...Ani.”
Jawab Key singkat.
“Menurutmu
apa yang harus kita lakukan?”
“Menunggu
Onew Hyung.”
Itu
benar. Tapi bukan itu maksud Yujin. Ia merasa tidak berguna jika hanya harus
menunggu disini seharian. Kalaupun Onew sudah datang, lalu apa? Haruskah Yujin
tetap menunggu padahal keberadaan Jonghyun masih tidak bisa dipastikan?
“Apa
Jonghyun Hyung membela diri? Atau dia dijebak hm?” Key berbicara pada dirinya
sendiri. “Karena tidak ada saksi sepertinya ini akan sulit.”
Yujin
ikut melamun sambil mendengarkan celotehan namja yang duduk disebelahnya.
“Ugh...
Kasihan Jonghyun Hyung. Dalam keadaan seperti ini tidak ada orang lain yang
bisa ia andalkan. Aku bahkan tidak tahu dimana keluarganya tinggal...”
Ucapan
Key rupanya membuat Yujin terfikir tentang sesuatu. Ia mencoba memperkirakan
apa resiko yang bisa saja terjadi jika ia mengambil tindakan sesuai dengan yang
ada dalam pikirannya. Tapi meski akan berakhir sia-sia, setidaknya Yujin harus
mencoba.
Tidak
ada waktu lagi, Yujin harus bergerak sekarang.
***
Gold Hotel.
Kaki Yujin masih bergetar saat
ia berdiri tepat di depan lobi hotel super megah itu. Kedua telapak tangannya
sudah berulang kali ia usap, tapi masih saja berkeringat. Sejujurnya Yujin
sendiri masih tak tahu apa yang harus ia lakukan di tempat ini. Langkah apa
yang harus ia lakukan pertama kali, dan apa rencana cadangan yang harus ia
siapkan jika rencananya gagal. Yujin tidak sempat memikirkannya.
Setelah pergi meninggalkan Key,
Yujin sempat kembali ke rumah untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih
pantas. Tujuan yeoja itu hanya satu, yaitu bertemu dengan umma Jonghyun untuk
meminta bantuan beliau. Yujin harus secepatnya bertindak sebelum Umma Jonghyun
dan Taejoon pergi meninggalkan korea untuk kembali ke Amerika hari ini juga.
Dengan sedikit keberanian
perlahan yeoja itu memasuki lobi hotel dan melewati pintu utama. Meski ini
bukan yang pertama kalinya, namun Yujin masih merasa tidak nyaman di tempat
yang bukan ‘kelas’nya berada.
“Annyeonghaseo... ada yang bisa
saya bantu?” Sapa seorang yeoja yang tak kalah cantik dari member Girls Day
ketika Yujin berjalan mendekati meja reseptionist.
Yujin sempat menundukan
kepalanya membalas sapaan yeoja itu. “Aku ingin bertemu dengan seseorang.’’ Ia
ragu-ragu mengatakannya. “Apa presdir...ada?”
Tatapan yeoja itu beserta
seorang yeoja lain disebelahnya langsung berubah, mereka sempat bertukar
pandang sebelum akhirnya kembali melihat ke arah Yujin.
“Maaf. Tapi hari ini presdir
tidak bisa ditemui.”
“Apa dia sudah kembali ke Amerika?”
Kedua reseptionist itu tampak
terkejut saat Yujin mengetahui jadwal kepergian Taejoon hari ini. Namun tepat
setelah itu mereka berdua tampak spontan membungkuk ke arah belakang Yujin,
diikuti dengan semua pekerja hotel yang ada disana.
Rupanya ada beberapa orang yang
baru saja keluar dari lift di tengah ruangan dan berjalan melewati pintu utama.
Salah satu dari mereka adalah Taejoon.
“Chakkamannyo!” Yujin langsung
berlari mendekat, ia baru sadar ternyata Umma Jonghyun pun berada diantara
mereka.
“Yujin!” Seru Taejoon melihat
Yujin tak percaya. “Apa yang kau lakukan disini?”
“Annyeonghaseo.” Yujin
membungkuk ke arah Umma Jonghyun sambil terengah. “Maaf aku mengganggu Presdir
sekali lagi, tapi ada yang ingin aku sampaikan.”
Jangankan membalas sapaan Yujin,
bahkan umma Jonghyun sedikitpun enggan melihat ke arahnya. Beliau tampak sedikit
terusik dan terus melanjutkan perjalanan menuju mobil yang sudah siap terparkir
didepan lobi.
“Lee Taehoon...” ucap Yujin
tiba-tiba. “Tolong selamatkan Lee Taehoon!”
Taejoon membola, “Apa yang
terjadi dengan Taehoon Hyung?”
Umma Jonghyun sedikit memutar
bola matanya saat mendengar Taejoon memanggil Jonghyun dengan sebutan Hyung.
“Taehoon dituduh melakukan
sesuatu yang bukan perbuatannya... Kumohon tolong dia...” Yujin nyaris
menangis. Ia tidak tahu kata apa yang pantas untuk mendapatkan sedikit simpati
dari orang tua kandung Jonghyun itu.
Umma Jonghyun sudah hilang
kesabaran. Hanya dengan sekali tatapan, seseorang yang berdiri disebelahnya
langsung mengangguk. Detik berikutnya sudah ada dua security yang memegangi
Yujin agar tidak bisa berjalan mendekat.
“Presdir! Kumohon! Dia butuh
bantuan kalian! Kali ini saja...! Taejoon jebal~!” Yujin berteriak sambil
mencoba memberontak agar bisa lepas dari cengkraman kedua security itu.
Tubuhnya berulang kali terhentak karena cengkraman mereka jauh lebih kuat
ketimbang tenaga yang Yujin keluarkan.
“Lepaskan dia!”
“TAEJOON!” Panggil Umma Jonghyun
keras. Ia melirik ke arah Taejoon tajam kemudian memasuki mobil dengan kesal.
“Aku bilang lepaskan dia!”
Taejoon bergeming. Ia masih berusaha menolong Yujin namun salah satu security
itu justru beralih mencengkram lengan Taejoon dan membawanya ke dalam mobil.
“Taejoon! Argh! Lepaskaaan~”
Yujin menangis sambil memohon. Pertemuan mereka hanya bisa saat ini, tak ada
waktu lagi. Jika pintu mobil itu sudah terutup maka habislah kesempatan Yujin. Ia
tidak akan bisa meminta bantuan dari keluarga Jonghyun lagi. Yujin yakin,
dengan hanya sedikit bantuan dari Ummanya yang memiliki ‘kekuasaan’ maka kasus
Jonghyun akan lebih cepat terselesaikan.
Hanya hari ini. Hanya sekarang.
Tak ada waktu lagi.
Akhirnya saat mobil itu mulai
berjalan meninggalkan pelataran lobi, Yujin nekat berlari ke mendekatinya.
Yujin mungkin sudah gila. Tapi ia tahu hanya ini yang bisa ia lakukan.
Ciitttt~!
“Akh!” erang Yujin saat tubuh nya
terhempas ke belakang karena membentur sudut kiri mobil yang tidak sempat
menghindar. Untung saja kecepatan mobil masih sangat rendah, jika tidak mungkin
Yujin bisa menebak ada dimana ia sekarang.
Yujin mencoba untuk bangkit meski
siku tangannya berdarah dan pinggulnya terasa nyeri. Samar-samar ia lihat pintu
mobil kembali terbuka dan Taejoon langsung menghambur dengan panik.
“Yujin gwenchaseubnida?”
Sekilas Yujin ingat sekali
kejadian ini hampir sama seperti saat pertama kali ia bertemu dengan Taejoon
minggu lalu. Ekspresi khawatir yang sama... nada bicara yang sama... Yujin
hampir menjawabnya sebelum sebuah lengkingan dari seorang yeoja lebih dulu
masuk ke dalam rongga telinganya.
“APA KAU GILA?!?”
Yujin susah payah berdiri
dibantu dengan Taejoon yang memegang kedua bahunya dari samping.
“Jeosonghamnida Presdir. Tapi
hanya ini yang bisa kulakukan untuk berbicara denganmu...”
Yujin yakin sejujurnya Umma
Jonghyun panik karena mobil yang ditumpangi tadi hampir menabraknya. Entah
panik karena takut akan keadaan Yujin, atau karena tak ingin terlibat dalam
‘kasus kecelakaan’, Yujin tidak tahu. Yang pasti beliau benar-benar turun dari
mobil mewahnya hanya untuk mengetahui keadaan Yujin.
“Aku tidak ada waktu!” Jawabnya
angkuh. “Kajja Taejoon, pesawat kita akan berangkat sebentar lagi.”
“Umma!”
“Kumohon presdir... hanya kali
ini...” Kedua mata Yujin berkaca-kaca. “Presdir pasti tahu kalau Taehoon tidak
pernah sedikitpun meminta sesuatu pada presdir selama hidupnya. Ia juga tidak
pernah menyalahkan presdir kenapa 13 tahun yang lalu presdir meninggalkannya
begitu saja...”
Kelopak mata Umma Jonghyun mulai
bergetar.
“Apa presdir tahu bagaimana
hidup yang harus Jonghyun jalani setelah presdir pergi? Ia bahkan hampir bunuh
diri saat itu...”
“CUKUP!”
“Untuk kali ini saja!” Ucap
Yujin meluapkan emosinya. “Kumohon... tolong selamatkan dia Presdir.” Yujin
menurunkan badannya. Ia berlutut dihadapan Umma Jonghyun meski tubuhnya masih
terasa sakit.
“...Aku
percaya, perasaan tulus yang dimiliki Taehoon adalah salah satu yang diturunkan
dari ibu kandungnya.” Air mata Yujin kembali tergenang. “Presdir boleh
meninggalkan Taehoon sekali lagi jika presdir menginginkannya, tapi sampai
kapanpun darah yang mengalir didalam tubuh Taehoon sepenuhnya berasal dari
tubuh Presdir. Dan disaat keadaan menjadi genting seperti sekarang, siapa yang
bisa menolong Taehoon selain ibu kandungnya sendiri?”
Yujin
sadar jika ia terlalu lancang mengatakan hal seperti itu pada seseorang yang
bahkan memiliki martabat lebih jauh darinya. Tapi selain berbuat nekad seperti
sekarang tidak ada cara lain yang bisa Yujin dilakukan.
Mungkin
tuduhan akan tetap jatuh pada Jonghyun meski Onew sudah berusaha menyewa
pengacara. Kasus inipun akan berjalan lebih panjang dengan keberadaan Jonghyun
yang merupakan buronan sampai sekarang. Namun jika umma Jonghyun bersedia
membantu, beliau pasti akan melakukan segala cara. Kalaupun nantinya
kemungkinan terburuk benar-benar terjadi, setidaknya Jonghyun tak menghadapinya
sendirian karena ia memiliki umma dan dongsaeng yang selama ini ia rindukan.
“Aku
tidak ingin kembali ke Amerika.” Ucap Taejoon akhirnya. “Aku ingin tinggal
disini membantu Taehoon Hyung dengan atau tidak bersama Umma.”
Seorang
anak yang selama ini selalu mematuhi setiap perintah dari ummanya itu akhirnya
berani membuat keputusan. Sudah lama Taejoon ingin menentang, tapi baru
sekarang niat itu benar-benar ia sampaikan. Taejoon tak ingin kesempatan
terakhirnya kali ini hilang begitu saja.
Sekarang
keputusan tinggal ditangan umma Jonghyun. Masih dengan ekspresi yang dingin,
beliau menatap tajam ke arah Taejoon. Dengan cepat, nyaris tak terlihat, sebuah
bulir air mata turun dari kelopak yang mulai keriput itu. Detik selanjutnya, ia
bergerak kembali memasuki mobil dan meninggalkan Yujin serta Taejoon tanpa
suara.
***
Pukul
6 sore.
Yujin menyandarkan punggungnya
seraya menghembuskan nafas keras-keras. Hari ini berjalan lebih berat dari yang
ia kira. Meski sikunya sudah tidak lagi berdarah karena sudah ‘dirawat’ oleh
Key, tapi pinggulnya masih terasa sakit. Mungkin terdapat sedikit memar disana.
Setelah meninggalkan hotel,
Yujin memutuskan untuk pergi ke ruang latihan. Ia tidak hanya menunggu member
yang tengah memberi kesaksian di kantor polisi, tapi juga menunggu kedatangan
Taejoon yang sedang menghubungi beberapa pengacara dan petinggi hukum yang
sekiranya bisa memberikan saran untuk jalan keluar. Tidak lupa Taejoon juga
meminta beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan Jonghyun.
Dan saat member SHINee bertemu
langsung dengan Taejoon, ekspresi mereka jauh lebih terkejut ketimbang saat
pertama kali Yujin menemukannya. Taemin bahkan tidak percaya dan masih
menganggap kalau Taejoon adalah sosok Jonghyun yang tengah menyamar. Sedangkan
Key dan Minho lebih terkejut dengan latar belakang keluarga Jonghyun ketimbang
kenyataan bahwa Jonghyun memiliki saudara kembar. Untuk Onew, Yujin merasa
kalau namja itu masih sedikit segan mengingat Taejoon merupakan pemilik sebuah
hotel terkenal di kawasan Cheongdamdong.
Tentu saja keberadaan Taejoon
sangat membantu. Ia banyak berdiskusi bersama Onew mengenai kemungkinan dimana
Jonghyun sekarang dan langkah apa yang mereka lakukan untuk membuktikan
Jonghyun tidak bersalah.
Tapi untuk setiap kemudahan,
tidak jarang harus ada pengorbanan. Yujin harus mendapatkan banyak omelan dari
para member karena perbuatan nekadnya hari ini. Terutama Key yang merasa bodoh
karena mengijinkan Yujin pergi pagi tadi. Ia terus saja marah-marah tanpa
henti.
‘Kenapa kau tidak bilang padaku
kalau ingin melakukan ini huh?’
‘Apa kau gila? Tanganmu sampai
berdarah seperti ini!’
‘Lain kali aku tidak akan
melepaskanmu, Jung Yujin!’
‘Kau bisa mengandalkanku!
Kenapa? Kau tidak mempercayaiku?’
‘Jika dalam tiga hari lukamu
tidak sembuh, aku benar-benar akan membawamu ke rumah sakit!’
Dingin.
Berbeda dengan suasana yang
Yujin rasakan saat ini, cuaca diluar sangat dingin. Sudah satu jam yang lalu
Minho mengantarkannya pulang untuk beristirahat dirumah sementara para member
mencari Jonghyun, tapi Yujin justru memutuskan untuk kembali pergi ke tempat
ini.
Yujin tidak terlalu berharap,
hanya saja ia teringat dengan janji Jonghyun kemarin.
‘Besok
di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.’
Sebelumnya Taemin pernah
mengatakan kalau Jonghyun selalu menepati janjinya. Oleh karena itu kali ini
Yujin hanya ingin membuktikan kalau yang dikatakan namja itu benar. Meskipun
kemungkinannya sangat kecil, Yujin hanya tidak ingin menghabiskan waktunya
didalam kamar dengan rasa penasaran.
Warna jingga yang membias di
permukaan air sungai Han perlahan-lahan tenggelam. Langit yang semula cerah
bergantikan dengan kegelapan berhiaskan bintang-bintang. Lampu taman satu
persatu dinyalakan. Dan suara-suara para pengunjung yang semula berlalu lalang
semakin lama semakin menghilang.
Pukul 7 malam.
Untuk kesekian kalinya Yujin
merasa kesepian. Setiap kali menunggu kedatangan Jonghyun, Yujin selalu
dihantui oleh ketidakpastian.
Kapan
namja itu akan datang? Sampai kapan aku harus menunggu?
Namun
pernyataan yang muncul didalam hati Yujin kini jauh berbeda.
Apa
ia akan datang? Bagaimana keadaannya sekarang?
Yujin
menunggu dengan rasa takut. Ia hanya bisa terpaku pada layar ponselnya,
menunggu kabar dari member lain kalau-kalau keberadaan Jonghyun ditemukan.
Pukul
9 malam.
Ujung jari Yujin mati rasa. Ia
sudah mencoba menyembunyikan itu di balik saku jaketnya namun buku-buku jarinya
masih membeku. Belum lagi suasana di taman ini semakin malam semakin mencekam.
Yujin lebih merasa aman jika ia berkeliling (sebenarnya), ketimbang duduk diam
di pinggiran sungai seperti sekarang.
Pukul 10 malam.
Setiap orang memiliki batas
kemampuan. Yujin benci saat ia menyadari hal itu. Tapi sekarang untuk menggeser
pola kunci pada layar handphonenya saja Yujin tidak sanggup, apalagi
menggerakkan tubuhnya. Yujin merasa nyeri pada pinggulnya dua kali lipat lebih
menyakitkan. Apakah memang seharusnya sekarang ia beristirahat dan melanjutkan
semuanya besok?
Akhirnya Yujin bangkit
meninggalkan kursi besi yang dingin itu. Ia menoleh ke sekitar untuk terakhir
kalinya memastikan kedatangan Jonghyun. Tapi entah kenapa perasaanya tidak
enak. Mungkin sepuluh menit lagi... mungkin sepuluh menit lagi Jonghyun akan datang.
Yujin kembali duduk. Ia menunggu
dengan sabar. Mungkin memang sepuluh menit lagi Jonghyun akan datang.
Yujin yakin ia pasti bisa. Hanya
menunggu beberapa menit lagi kenapa tidak?
Yujin terus berfikir bagaimana
jika Jonghyun datang hanya berselang lima menit setelah ia meninggalkan tempat
ini? Yujin takut jika ia meninggalkan kesempatan emas yang sudah sejak tadi ia
nantikan begitu saja. Karena itu Yujin masih berada disana, sampai ia tidak
menyadari batrai handphonenya hampir habis. Dan malam sudah hampir setengah putaran
terlewati.
‘Sebentar lagi Yujin,
bertahanlah sebentar... Aku pasti akan datang...’
Saat
itulah dari arah kanan tempat Yujin duduk tiba-tiba ia melihat sorotan lampu berwarna
putih yang sangat terang. Mata Yujin sedikit menyipit karena silau. Dari suaranya
yang khas, Yujin bisa mengenali kendaraan siapa yang tengah menghampirinya.
Bibir yeoja itu membentuk seulas senyum. Ia tahu Jonghyun akan datang.
Motor
itupun semakin lama semakin pelan dan akhirnya berhenti beberapa meter didekat
Yujin, diikuti dengan sorotan lampu yang padam.
“Kenapa kau masih menunggu
disini? Yujin Paboya!” Jonghyun langsung menghambur memeluk Yujin. Sudut
matanya basah. Ia tidak mengira jika Yujin benar-benar akan menunggu
kedatangannya hingga larut padahal sudah jelas-jelas hampir mustahil mereka
bisa bertemu seperti sekarang.
“Bogoshipo... Jeongmal bogoshipo.”
Yujin membalas pelukan itu
sambil menangis. Ia tahu ia bodoh karena meyakini ketidakpastian. Tapi
setidaknya Yujin membuktikan kalau ketidakpastia itu terjawab oleh janji yang
telah ditepati Jonghyun.
Sedangkan Jonghyun tak
mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya sanggup mengeratkan pelukan itu
sementara kedua matanya tertutup rapat. Jonghyun menyesal karena telah berjanji
pada Yujin untuk bertemu di tempat ini. Seharusnya ia tidak perlu memastikan keberadaan
Yujin meski ia sudah berjanji.
Seharusnya
Jonghyun tidak datang.
Lebih
baik Jonghyun tidak pernah datang.
-To Be
Continue-
Huaaaahhh~ cobaan banget sih si Jonghyun -_- so far belum terlalu jelas ya
itu Jonghyun yang bunuh beneran ato engga, terus kenapa ia mutusin buat nemuin
Yujin padahal jelas-jelas ia masih buronan, kenapa juga lebih baik Jonghyun
ngga usah dateng? Semuanya akan dijelasin di part selanjutnya. mulai dari siapa
yang beneran membunuh sampai kenapa bisa Jonghyun yang dituduh.
btw, banyak yang ngira kalo dalang
dibalik semua kejadian ini adalah umma Jonghyun. Tapi sebenernya ngga sama
sekali kog. Kejadian ini pure karena masa lalu Jonghyun (setelah ia tinggal
dengan keluarga yang baru).
Sedikit bocoran, next part
Jonghyun bakalan bawa Yujin kabur wkwk. Dan selanjutnya.... tunggu aja ya...
ngga lama lagi bakalan end kog hihi
Terakhir makasih buat semua yang
mau baca. Annyeong!
No comments:
Post a Comment