Pages

Saturday, 23 August 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 15]

Selamat malam lucider(?) yang sedang berbunga2(?)
Author yang terlupakan(?) ini kembali harus meneruskan perjuangan untuk nyelesain FF yang umurnya lebih tua ketimbang keponakan author -_-
Intip dulu cuplikan part kemaren yaa~ cekidots!
  • “Aku ingin mempertemukan mereka berdua. Mungkin tidak seperti pertemuan mereka sebelumnya, tapi aku yakin kali ini bisa berjalan lebih baik.” Ucap Onew.
  • Lee Taejoon, saudara kembar Kim Jonghyun yang merupakan vokalis band SHINee mulai hari ini resmi membuka Hotel kelas Internasional atas namanya.
  • Beruntung Taejoon sudah cukup mengenal seluk beluk hotelnya, sehingga memudahkan bagi mereka keluar melewati pintu darurat tanpa ketahuan.
  • Ia berjalan mendekat. Saat itulah Yujin baru sadar kedua mata Taejoon tampak sembab. Tampaknya Yujin baru saja melewatkan adegan dramatis didalam tadi.
  • “Besok di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.” Ucap Jonghyun.
  • “...Pisau dan handphone milik pelaku yang tertinggal di tempat kejadian telah diamankan polisi. Dari hasil penyelidikan sementara, sejauh ini diduga motif pembunuhan karena dendam masa lalu yang pernah dilakukan korban, yaitu menyebabkan kematian Ibu dari pelaku pembunuhan. Tersiar kabar pelaku pembunuhan merupakan vokalis sebuah band yang sering tampil didaerah Gangnam. Diketahui bahwa pelaku berinisial KJH saat ini masih sedang dalam pencarian...”

  


Tittle                    : Lucid Dream [Part 15]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Hanya dengan sebuah piyama berlapis jaket musim dingin beserta slipper milik Yumi yang dipakai sembarangan, Yujin bergegas meninggalkan rumahnya. Yeoja itu terlihat panik dan jemarinya tidak berhenti bergerak diatas handphone meski ia tengah berlari di pinggiran trotoar.
                “Taksi!”
                Yujin terfikir untuk pergi ke rumah Jonghyun, tapi namja itu pasti tidak ada disana karena sedang dalam pencarian polisi sekarang. Ia sempat ingin ke apartemen Onew tapi sama sekali tidak tahu dimana alamat apartemen namja itu. Opsi terakhir yang bisa Yujin pilih hanya apartemen Minho dan Key. Mereka berdua pasti ada disana. Atau setidaknya salah satu dari mereka.
                “Mapokgu Sogyodong, ahjussi.”
                Setelah menyebutkan alamat itu, taksi yang ditumpangi Yujin langsung meluncur ke apartemen Minho dan Key.
                Seharusnya taksi bisa berjalan lebih cepat ketimbang bus, tapi entah kenapa Yujin merasa ia bisa sampai lebih dulu hanya dengan berlari. Yujin terlampau tidak sabar. Apalagi sejak tadi hanya terdengar nada panggil dari ponsel Onew yang ia hubungi. Bahkan Minho dan Key pun kompak untuk tidak menjawab panggilan Yujin. Apa yang sedang mereka lakukan sampai tidak ada waktu untuk sekedar mengangkat telepon huh? Untuk Taemin sudah jelas sekarang pasti sedang berangkat ke sekolah. Mencoba menelpon namja yang selalu mendapatkan info paling terakhir itu sama saja menegakkan benang basah.
                Yujin frustasi. Disaat genting seperti ini justru tidak ada seorangpun yang bisa menjawab semua pertanyaan yang terlintas dalam benaknya. Yujin tahu ia tidak harus percaya akan apa yang ia dengar dari media. Tapi tidak bisakah ia mendapatkan jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi?
                Kenapa Jonghyun bisa terlibat dalam kasus pembunuhan? Mengapa barang bukti yang jelas milik Jonghyun bisa ditemukan disana? Apakah korban benar-benar orang yang terlibat dengan kematian umma Jonghyun? Bagaimana ini semua bisa terjadi? Sudah jelas-jelas kemarin sore Jonghyun mengantar Yujin pulang dan keadaan namja itu masih baik-baik saja.
                Tentu saja Yujin tahu Jonghyun bukan pembunuh. Sekejam apapun hal yang pernah dilakukan Jonghyun padanya, Yujin bisa memastikan kalau namja itu tidak akan melakukan perbuatan seperti binatang dengan kedua tangannya sendiri. Ia tidak mungkin membunuh meski sudah bertahun tahun menyimpan dendam pada seseorang yang sudah menyebabkan ummanya meninggal. Tidak mungkin. Jonghyun tidak mungkin melakukan itu.
                Setelah melewati perjalanan yang panjang, akhirnya sebuah gedung berlantai delapan terlihat jelas didepan mata Yujin. Yeoja itu bergegas masuk, menaiki lift dan berlari menuju pintu apartemen Minho dan Key.
                “Ting tong!”
                Tak ada jawaban.
                “TING TONG!”
                Masih tak ada jawaban.
                “TIIIINGGGG TONG!”
                Yujin bisa gila. Kemana mereka berdua sebenarnya sekarang? Kenapa disaat seperti ini justru tidak juga muncul?
                “YA!”
‘Dor... dor... dor...’ Yujin memukul pintu didepannya sembarangan.
“Minho-ya! Buka pintunya!!!”
                Yeoja itu tidak peduli jika tetangga apartemen akan protes mendengar suara kerasnya. Yang ada dipikiran Yujin hanya Jonghyun. Ia harus segera bertemu dengan member SHINee dan mencari tahu apa yang terjadi. Sekarang juga.
                 “Minho!! Key!! Buka pintunyaaaa!”
                Saat itulah daun pintu bergerak ke depan. Dibaliknya berdiri seorang namja berambut pirang dengan dandanan acak-acakan. Tidak jauh berbeda dengan penampilan Yujin ketika Onew datang ke rumahnya hari minggu yang lalu.
                “Kenapa kau berteriak Yujin!?!” ucap namja itu terusik.
                Yujin kehilangan kata-kata. Demi Tuhan mungkin kini Jonghyun sedang meringkuk disuatu tempat karena harus menghindari kejaran polisi dan menunggu bantuan dari teman terdekatnya. Atau justru sedang berusaha lari sejauh mungkin demi keselamatan hidupnya dari ancaman jeruji besi. Begitu banyak kemungkinan buruk yang bisa saja dialami namja itu. Tapi apa yang sedang mereka lakukan? Tertidur?
                Rasanya ingin sekali tangan Yujin melayang ke arah Key untuk menampar pipi namja itu.
                “Ada apa Yujin?” kali ini terdengar suara berat dari arah belakang Key. “Maaf aku tadi sedang mandi, jadi tidak bisa membukakan pintu untukmu.”
                Yujin menghela nafas, mencoba menahan emosinya rapat-rapat. “Tentang Jonghyun, apa kalian sudah mendengarnya?”
                Mereka berdua beradu pandang. Saling bertukar pertanyaan tanpa bicara. Sampai akhirnya Key buka suara saat menyadari Minho juga tak mengerti apa yang Yujin katakan.
                “Jonghyun Hyung? Apa terjadi sesuatu padanya?”
                Plak!
                “Maaf Key, tapi aku sudah tidak bisa menahannya.” Ucap Yujin setelah mendaratkan tamparan di pipi namja itu, akhirnya. “Tapi kalian sudah benar-benar keterlaluan.”
                Yujin lantas masuk tanpa dipersilakan. Ia sempat mendengar omelan dari bibir Key, namun pikirannya sudah lebih dulu penuh oleh rasa cemas. Tidak ada lagi tempat untuk sekedar menampung keluh kesah namja itu.
                Tepat ketika Yujin duduk diruang tengah, seseorang yang sejak tadi ia harapkan menyembul dari balik pintu. Akhirnya Onew datang. Dari raut wajahnya yang tidak jauh berbeda dengan Yujin, bisa Yujin pastikan Onew mengetahui sesuatu.
                “Oppa–”
                Ucapan Yujin terhenti ketika namja itu meminta Yujin diam dengan gerakan tangannya. Onew tahu Yujin akan bertanya soal Jonghyun, oleh karena itu ia akan segera menjelaskanya sesaat setelah mereka semua duduk bersama dan sanggup mendengarkan dalam keadaan tenang.
                “Tadi pagi ada polisi yang mendatangiku...”
                Yujin, Minho serta Key langsung berubah tegang hanya dengan mendengar awalan kalimat yang keluar dari bibir Onew.
                “...mereka membicarakan kasus yang terkait dengan Jonghyun.” Onew terdiam sejenak kemudian melanjutkan kata-katanya. “Menurut laporan yang mereka dapatkan, tadi malam telah terjadi pembunuhan di daerah Ilsan yang menewaskan seorang mantan narapidana.”
                “Seolma...(tidak mungkin...).” Key menggantungkan kalimatnya karena tidak sanggup mengeluarkan dugaan yang terlintas dalam benaknya.
                “Akupun tidak bisa percaya.” Seloroh Onew mengerti apa yang Key maksud. “Namun di tempat kejadian ditemukan handphone milik Jonghyun sebagai satu-satunya bukti. Meski sejauh ini Jonghyun masih ‘diduga’ sebagai tersangka, namun tak ada bukti lain yang bisa meringankan dugaan terhadapnya. Tidak ada saksi sama sekali. Apalagi korban terlibat akan...”
                Tiba-tiba Onew berhenti berbicara. Yujin tahu benar Onew tidak ingin para member tahu tentang penyebab kematian umma Jonghyun dan keterkaitan korban dengan kejadian itu.
                “Tapi oppa...” ucap Yujin cepat untuk mengalihkan pembicaraan. “Apa sudah ada perkembangan mengenai keberadaan Jonghyun?”
                Onew menggeleng. “Polisi masih mencarinya sampai sekarang.”
                “Huahh... ini benar-benar gila! Bagaimana Jonghyun Hyung bisa terlibat dengan kasus rumit seperti ini huh?” Key mengacak rambutnya tak beraturan. Ia berharap bisa melanjutkan tidur paginya dan menganggap ini semua hanya mimpi.
                “Dan mengenai kedatanganku kemari...” Onew tak menghiraukan keluhan Key dan masih fokus pada maksud yang ingin ia sampaikan. “Polisi meminta kita untuk hadir sebagai saksi...”
                “MWO??”
                “Jinjja Hyung? Bagaimana kita bisa terlibat?”
                “Ah... aku bisa gila! Aku benar-benar gila! Omona ottokhae...” seloroh Key panik.
                Para member terkejut dengan pernyataan Onew. Key bahkan langsung beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air putih sebelum kepalanya meledak karena frustasi.
                “Gwenchanha. Kita hanya perlu menjawab pertanyaan yang diajukan polisi. Polisi memerlukan kesaksian dari orang terdekat Jonghyun.” Ucap Onew mencoba menenangkan para member.
                “Untuk Yujin...” Onew beralih menatap Yujin. “Sejauh ini polisi belum mengetahui keterkaitanmu dengan Jonghyun. Karena itu kau bisa menunggu siapa tahu Jonghyun menghubungimu, arraseo?”
                Yujin mengangguk.
                “Aku tadi sempat meminta ijin pada polisi untuk menghubungi kalian lebih dulu. Jadi mereka memberikanku waktu untuk datang bersama kalian paling lambat sebelum jam makan siang.” Ucap namja itu lalu bangkit. “Sekarang aku akan mencari pengacara untuk menyelesaikan kasus ini. Minho tolong jemput Taemin di sekolah, aku tidak ingin ia harus menanggung malu karena polisi yang menjemputnya nanti. Key...” Onew menoleh ke arah dapur. “Jaga Yujin. Jangan membuat moodnya bertambah buruk. Paling lambat jam 11 siang aku akan kembali kemari.”
                Yujin bisa dengan jelas melihat jiwa kepemimpinan Onew saat namja itu berperan disini. Ia sanggup membagi tugas dengan sangat baik agar para member tahu apa yang harus dilakukan saat keadaan genting seperti sekarang.
                “Apa kau sudah makan pagi Yujin? Aku akan membuatkan sarapan untukmu.” Tawar Key ketika para member sudah meninggalkan apartemennya. Key tahu sekali pagi ini Yujin tergesa-gesa pergi sampai-sampai hanya menggunakan sebuah piyama, jaket, dan sebuah sandal jepit bergambar rilakuma.
                “Tidak perlu.” Tolak Yujin. “Aku tidak lapar.” Tentu saja nafsu makan Yujin menghilang. Dalam keadaan seperti ini bahkan perutnya terasa berlipat kali lebih kenyang dengan perasaan cemas, takut dan khawatir.
                Melihat tingkah laku Yujin, Key justru tersenyum tipis. Ia tahu kalau sebenarnya Yujin memiliki perasaan khusus pada Jonghyun sampai gadis itu kehilangan nafsu makannya. Sejujurnya Key pun terkejut. Ia bahkan harus mendengar berita mencengangkan itu tepat setelah mendapatkan sebuah tamparan disaat ‘nyawanya’ belum terkumpul karena bangun tidur. Namun Key tipe orang yang akan berfikir secara realistis. Jika memang Jonghyun bersalah, maka ia harus dihukum. Jika tidak, maka seharusnya ia tak melarikan diri.
Sederhana.
Namun yang membuat Key masih penasaran adalah, kenapa Jonghyun harus melarikan diri jika ia tidak bersalah?
“Apa dia menghubungimu?” tanya Yujin tiba-tiba.
Key mengangkat kedua alisnya.
“Jonghyun.”
“Oh...Ani.” Jawab Key singkat.
“Menurutmu apa yang harus kita lakukan?”
“Menunggu Onew Hyung.”
Itu benar. Tapi bukan itu maksud Yujin. Ia merasa tidak berguna jika hanya harus menunggu disini seharian. Kalaupun Onew sudah datang, lalu apa? Haruskah Yujin tetap menunggu padahal keberadaan Jonghyun masih tidak bisa dipastikan?
“Apa Jonghyun Hyung membela diri? Atau dia dijebak hm?” Key berbicara pada dirinya sendiri. “Karena tidak ada saksi sepertinya ini akan sulit.”
Yujin ikut melamun sambil mendengarkan celotehan namja yang duduk disebelahnya.
“Ugh... Kasihan Jonghyun Hyung. Dalam keadaan seperti ini tidak ada orang lain yang bisa ia andalkan. Aku bahkan tidak tahu dimana keluarganya tinggal...”
Ucapan Key rupanya membuat Yujin terfikir tentang sesuatu. Ia mencoba memperkirakan apa resiko yang bisa saja terjadi jika ia mengambil tindakan sesuai dengan yang ada dalam pikirannya. Tapi meski akan berakhir sia-sia, setidaknya Yujin harus mencoba.
Tidak ada waktu lagi, Yujin harus bergerak sekarang.
***
                Gold Hotel.
                Kaki Yujin masih bergetar saat ia berdiri tepat di depan lobi hotel super megah itu. Kedua telapak tangannya sudah berulang kali ia usap, tapi masih saja berkeringat. Sejujurnya Yujin sendiri masih tak tahu apa yang harus ia lakukan di tempat ini. Langkah apa yang harus ia lakukan pertama kali, dan apa rencana cadangan yang harus ia siapkan jika rencananya gagal. Yujin tidak sempat memikirkannya.
                Setelah pergi meninggalkan Key, Yujin sempat kembali ke rumah untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas. Tujuan yeoja itu hanya satu, yaitu bertemu dengan umma Jonghyun untuk meminta bantuan beliau. Yujin harus secepatnya bertindak sebelum Umma Jonghyun dan Taejoon pergi meninggalkan korea untuk kembali ke Amerika hari ini juga.
                Dengan sedikit keberanian perlahan yeoja itu memasuki lobi hotel dan melewati pintu utama. Meski ini bukan yang pertama kalinya, namun Yujin masih merasa tidak nyaman di tempat yang bukan ‘kelas’nya berada.
                “Annyeonghaseo... ada yang bisa saya bantu?” Sapa seorang yeoja yang tak kalah cantik dari member Girls Day ketika Yujin berjalan mendekati meja reseptionist.
                Yujin sempat menundukan kepalanya membalas sapaan yeoja itu. “Aku ingin bertemu dengan seseorang.’’ Ia ragu-ragu mengatakannya. “Apa presdir...ada?”
                Tatapan yeoja itu beserta seorang yeoja lain disebelahnya langsung berubah, mereka sempat bertukar pandang sebelum akhirnya kembali melihat ke arah Yujin.
                “Maaf. Tapi hari ini presdir tidak bisa ditemui.”
                “Apa dia sudah kembali ke Amerika?”
                Kedua reseptionist itu tampak terkejut saat Yujin mengetahui jadwal kepergian Taejoon hari ini. Namun tepat setelah itu mereka berdua tampak spontan membungkuk ke arah belakang Yujin, diikuti dengan semua pekerja hotel yang ada disana.
                Rupanya ada beberapa orang yang baru saja keluar dari lift di tengah ruangan dan berjalan melewati pintu utama. Salah satu dari mereka adalah Taejoon.
                “Chakkamannyo!” Yujin langsung berlari mendekat, ia baru sadar ternyata Umma Jonghyun pun berada diantara mereka.
                “Yujin!” Seru Taejoon melihat Yujin tak percaya. “Apa yang kau lakukan disini?”
                “Annyeonghaseo.” Yujin membungkuk ke arah Umma Jonghyun sambil terengah. “Maaf aku mengganggu Presdir sekali lagi, tapi ada yang ingin aku sampaikan.”
                Jangankan membalas sapaan Yujin, bahkan umma Jonghyun sedikitpun enggan melihat ke arahnya. Beliau tampak sedikit terusik dan terus melanjutkan perjalanan menuju mobil yang sudah siap terparkir didepan lobi.
                “Lee Taehoon...” ucap Yujin tiba-tiba. “Tolong selamatkan Lee Taehoon!”
                Taejoon membola, “Apa yang terjadi dengan Taehoon Hyung?”
                Umma Jonghyun sedikit memutar bola matanya saat mendengar Taejoon memanggil Jonghyun dengan sebutan Hyung.
                “Taehoon dituduh melakukan sesuatu yang bukan perbuatannya... Kumohon tolong dia...” Yujin nyaris menangis. Ia tidak tahu kata apa yang pantas untuk mendapatkan sedikit simpati dari orang tua kandung Jonghyun itu.
                Umma Jonghyun sudah hilang kesabaran. Hanya dengan sekali tatapan, seseorang yang berdiri disebelahnya langsung mengangguk. Detik berikutnya sudah ada dua security yang memegangi Yujin agar tidak bisa berjalan mendekat.
                “Presdir! Kumohon! Dia butuh bantuan kalian! Kali ini saja...! Taejoon jebal~!” Yujin berteriak sambil mencoba memberontak agar bisa lepas dari cengkraman kedua security itu. Tubuhnya berulang kali terhentak karena cengkraman mereka jauh lebih kuat ketimbang tenaga yang Yujin keluarkan.
                “Lepaskan dia!”
                “TAEJOON!” Panggil Umma Jonghyun keras. Ia melirik ke arah Taejoon tajam kemudian memasuki mobil dengan kesal.
                “Aku bilang lepaskan dia!” Taejoon bergeming. Ia masih berusaha menolong Yujin namun salah satu security itu justru beralih mencengkram lengan Taejoon dan membawanya ke dalam mobil.
                “Taejoon! Argh! Lepaskaaan~” Yujin menangis sambil memohon. Pertemuan mereka hanya bisa saat ini, tak ada waktu lagi. Jika pintu mobil itu sudah terutup maka habislah kesempatan Yujin. Ia tidak akan bisa meminta bantuan dari keluarga Jonghyun lagi. Yujin yakin, dengan hanya sedikit bantuan dari Ummanya yang memiliki ‘kekuasaan’ maka kasus Jonghyun akan lebih cepat terselesaikan.
                Hanya hari ini. Hanya sekarang. Tak ada waktu lagi.
                Akhirnya saat mobil itu mulai berjalan meninggalkan pelataran lobi, Yujin nekat berlari ke mendekatinya. Yujin mungkin sudah gila. Tapi ia tahu hanya ini yang bisa ia lakukan.
Ciitttt~!
                “Akh!” erang Yujin saat tubuh nya terhempas ke belakang karena membentur sudut kiri mobil yang tidak sempat menghindar. Untung saja kecepatan mobil masih sangat rendah, jika tidak mungkin Yujin bisa menebak ada dimana ia sekarang.
                Yujin mencoba untuk bangkit meski siku tangannya berdarah dan pinggulnya terasa nyeri. Samar-samar ia lihat pintu mobil kembali terbuka dan Taejoon langsung menghambur dengan panik.
                “Yujin gwenchaseubnida?”
                Sekilas Yujin ingat sekali kejadian ini hampir sama seperti saat pertama kali ia bertemu dengan Taejoon minggu lalu. Ekspresi khawatir yang sama... nada bicara yang sama... Yujin hampir menjawabnya sebelum sebuah lengkingan dari seorang yeoja lebih dulu masuk ke dalam rongga telinganya.
                “APA KAU GILA?!?”
                Yujin susah payah berdiri dibantu dengan Taejoon yang memegang kedua bahunya dari samping.
                “Jeosonghamnida Presdir. Tapi hanya ini yang bisa kulakukan untuk berbicara denganmu...”
                Yujin yakin sejujurnya Umma Jonghyun panik karena mobil yang ditumpangi tadi hampir menabraknya. Entah panik karena takut akan keadaan Yujin, atau karena tak ingin terlibat dalam ‘kasus kecelakaan’, Yujin tidak tahu. Yang pasti beliau benar-benar turun dari mobil mewahnya hanya untuk mengetahui keadaan Yujin.
                “Aku tidak ada waktu!” Jawabnya angkuh. “Kajja Taejoon, pesawat kita akan berangkat sebentar lagi.”
                “Umma!”
                “Kumohon presdir... hanya kali ini...” Kedua mata Yujin berkaca-kaca. “Presdir pasti tahu kalau Taehoon tidak pernah sedikitpun meminta sesuatu pada presdir selama hidupnya. Ia juga tidak pernah menyalahkan presdir kenapa 13 tahun yang lalu presdir meninggalkannya begitu saja...”
                Kelopak mata Umma Jonghyun mulai bergetar.
                “Apa presdir tahu bagaimana hidup yang harus Jonghyun jalani setelah presdir pergi? Ia bahkan hampir bunuh diri saat itu...”
                “CUKUP!”
                “Untuk kali ini saja!” Ucap Yujin meluapkan emosinya. “Kumohon... tolong selamatkan dia Presdir.” Yujin menurunkan badannya. Ia berlutut dihadapan Umma Jonghyun meski tubuhnya masih terasa sakit.
“...Aku percaya, perasaan tulus yang dimiliki Taehoon adalah salah satu yang diturunkan dari ibu kandungnya.” Air mata Yujin kembali tergenang. “Presdir boleh meninggalkan Taehoon sekali lagi jika presdir menginginkannya, tapi sampai kapanpun darah yang mengalir didalam tubuh Taehoon sepenuhnya berasal dari tubuh Presdir. Dan disaat keadaan menjadi genting seperti sekarang, siapa yang bisa menolong Taehoon selain ibu kandungnya sendiri?”
Yujin sadar jika ia terlalu lancang mengatakan hal seperti itu pada seseorang yang bahkan memiliki martabat lebih jauh darinya. Tapi selain berbuat nekad seperti sekarang tidak ada cara lain yang bisa Yujin dilakukan.
Mungkin tuduhan akan tetap jatuh pada Jonghyun meski Onew sudah berusaha menyewa pengacara. Kasus inipun akan berjalan lebih panjang dengan keberadaan Jonghyun yang merupakan buronan sampai sekarang. Namun jika umma Jonghyun bersedia membantu, beliau pasti akan melakukan segala cara. Kalaupun nantinya kemungkinan terburuk benar-benar terjadi, setidaknya Jonghyun tak menghadapinya sendirian karena ia memiliki umma dan dongsaeng yang selama ini ia rindukan.
“Aku tidak ingin kembali ke Amerika.” Ucap Taejoon akhirnya. “Aku ingin tinggal disini membantu Taehoon Hyung dengan atau tidak bersama Umma.”
Seorang anak yang selama ini selalu mematuhi setiap perintah dari ummanya itu akhirnya berani membuat keputusan. Sudah lama Taejoon ingin menentang, tapi baru sekarang niat itu benar-benar ia sampaikan. Taejoon tak ingin kesempatan terakhirnya kali ini hilang begitu saja.
Sekarang keputusan tinggal ditangan umma Jonghyun. Masih dengan ekspresi yang dingin, beliau menatap tajam ke arah Taejoon. Dengan cepat, nyaris tak terlihat, sebuah bulir air mata turun dari kelopak yang mulai keriput itu. Detik selanjutnya, ia bergerak kembali memasuki mobil dan meninggalkan Yujin serta Taejoon tanpa suara.
***
                Pukul 6 sore.
                Yujin menyandarkan punggungnya seraya menghembuskan nafas keras-keras. Hari ini berjalan lebih berat dari yang ia kira. Meski sikunya sudah tidak lagi berdarah karena sudah ‘dirawat’ oleh Key, tapi pinggulnya masih terasa sakit. Mungkin terdapat sedikit memar disana.
                Setelah meninggalkan hotel, Yujin memutuskan untuk pergi ke ruang latihan. Ia tidak hanya menunggu member yang tengah memberi kesaksian di kantor polisi, tapi juga menunggu kedatangan Taejoon yang sedang menghubungi beberapa pengacara dan petinggi hukum yang sekiranya bisa memberikan saran untuk jalan keluar. Tidak lupa Taejoon juga meminta beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan Jonghyun.
                Dan saat member SHINee bertemu langsung dengan Taejoon, ekspresi mereka jauh lebih terkejut ketimbang saat pertama kali Yujin menemukannya. Taemin bahkan tidak percaya dan masih menganggap kalau Taejoon adalah sosok Jonghyun yang tengah menyamar. Sedangkan Key dan Minho lebih terkejut dengan latar belakang keluarga Jonghyun ketimbang kenyataan bahwa Jonghyun memiliki saudara kembar. Untuk Onew, Yujin merasa kalau namja itu masih sedikit segan mengingat Taejoon merupakan pemilik sebuah hotel terkenal di kawasan Cheongdamdong.
                Tentu saja keberadaan Taejoon sangat membantu. Ia banyak berdiskusi bersama Onew mengenai kemungkinan dimana Jonghyun sekarang dan langkah apa yang mereka lakukan untuk membuktikan Jonghyun tidak bersalah.
                Tapi untuk setiap kemudahan, tidak jarang harus ada pengorbanan. Yujin harus mendapatkan banyak omelan dari para member karena perbuatan nekadnya hari ini. Terutama Key yang merasa bodoh karena mengijinkan Yujin pergi pagi tadi. Ia terus saja marah-marah tanpa henti.
                ‘Kenapa kau tidak bilang padaku kalau ingin melakukan ini huh?’
                ‘Apa kau gila? Tanganmu sampai berdarah seperti ini!’
                ‘Lain kali aku tidak akan melepaskanmu, Jung Yujin!’
                ‘Kau bisa mengandalkanku! Kenapa? Kau tidak mempercayaiku?’
                ‘Jika dalam tiga hari lukamu tidak sembuh, aku benar-benar akan membawamu ke rumah sakit!’
                Dingin.
                Berbeda dengan suasana yang Yujin rasakan saat ini, cuaca diluar sangat dingin. Sudah satu jam yang lalu Minho mengantarkannya pulang untuk beristirahat dirumah sementara para member mencari Jonghyun, tapi Yujin justru memutuskan untuk kembali pergi ke tempat ini.
                Yujin tidak terlalu berharap, hanya saja ia teringat dengan janji Jonghyun kemarin.
‘Besok di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.’
                Sebelumnya Taemin pernah mengatakan kalau Jonghyun selalu menepati janjinya. Oleh karena itu kali ini Yujin hanya ingin membuktikan kalau yang dikatakan namja itu benar. Meskipun kemungkinannya sangat kecil, Yujin hanya tidak ingin menghabiskan waktunya didalam kamar dengan rasa penasaran.
                Warna jingga yang membias di permukaan air sungai Han perlahan-lahan tenggelam. Langit yang semula cerah bergantikan dengan kegelapan berhiaskan bintang-bintang. Lampu taman satu persatu dinyalakan. Dan suara-suara para pengunjung yang semula berlalu lalang semakin lama semakin menghilang.
                Pukul 7 malam.
                Untuk kesekian kalinya Yujin merasa kesepian. Setiap kali menunggu kedatangan Jonghyun, Yujin selalu dihantui oleh ketidakpastian.
Kapan namja itu akan datang? Sampai kapan aku harus menunggu?
Namun pernyataan yang muncul didalam hati Yujin kini jauh berbeda.
Apa ia akan datang? Bagaimana keadaannya sekarang?
Yujin menunggu dengan rasa takut. Ia hanya bisa terpaku pada layar ponselnya, menunggu kabar dari member lain kalau-kalau keberadaan Jonghyun ditemukan.
Pukul 9 malam.
                Ujung jari Yujin mati rasa. Ia sudah mencoba menyembunyikan itu di balik saku jaketnya namun buku-buku jarinya masih membeku. Belum lagi suasana di taman ini semakin malam semakin mencekam. Yujin lebih merasa aman jika ia berkeliling (sebenarnya), ketimbang duduk diam di pinggiran sungai seperti sekarang.
                Pukul 10 malam.
                Setiap orang memiliki batas kemampuan. Yujin benci saat ia menyadari hal itu. Tapi sekarang untuk menggeser pola kunci pada layar handphonenya saja Yujin tidak sanggup, apalagi menggerakkan tubuhnya. Yujin merasa nyeri pada pinggulnya dua kali lipat lebih menyakitkan. Apakah memang seharusnya sekarang ia beristirahat dan melanjutkan semuanya besok?
                Akhirnya Yujin bangkit meninggalkan kursi besi yang dingin itu. Ia menoleh ke sekitar untuk terakhir kalinya memastikan kedatangan Jonghyun. Tapi entah kenapa perasaanya tidak enak. Mungkin sepuluh menit lagi... mungkin sepuluh menit lagi Jonghyun akan datang.
                Yujin kembali duduk. Ia menunggu dengan sabar. Mungkin memang sepuluh menit lagi Jonghyun akan datang.
                Yujin yakin ia pasti bisa. Hanya menunggu beberapa menit lagi kenapa tidak?
                Yujin terus berfikir bagaimana jika Jonghyun datang hanya berselang lima menit setelah ia meninggalkan tempat ini? Yujin takut jika ia meninggalkan kesempatan emas yang sudah sejak tadi ia nantikan begitu saja. Karena itu Yujin masih berada disana, sampai ia tidak menyadari batrai handphonenya hampir habis. Dan malam sudah hampir setengah putaran terlewati.
                ‘Sebentar lagi Yujin, bertahanlah sebentar... Aku pasti akan datang...’
Saat itulah dari arah kanan tempat Yujin duduk tiba-tiba ia melihat sorotan lampu berwarna putih yang sangat terang. Mata Yujin sedikit menyipit karena silau. Dari suaranya yang khas, Yujin bisa mengenali kendaraan siapa yang tengah menghampirinya. Bibir yeoja itu membentuk seulas senyum. Ia tahu Jonghyun akan datang.
Motor itupun semakin lama semakin pelan dan akhirnya berhenti beberapa meter didekat Yujin, diikuti dengan sorotan lampu yang padam.
                “Kenapa kau masih menunggu disini? Yujin Paboya!” Jonghyun langsung menghambur memeluk Yujin. Sudut matanya basah. Ia tidak mengira jika Yujin benar-benar akan menunggu kedatangannya hingga larut padahal sudah jelas-jelas hampir mustahil mereka bisa bertemu seperti sekarang.
                “Bogoshipo... Jeongmal bogoshipo.”
                Yujin membalas pelukan itu sambil menangis. Ia tahu ia bodoh karena meyakini ketidakpastian. Tapi setidaknya Yujin membuktikan kalau ketidakpastia itu terjawab oleh janji yang telah ditepati Jonghyun.
                Sedangkan Jonghyun tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya sanggup mengeratkan pelukan itu sementara kedua matanya tertutup rapat. Jonghyun menyesal karena telah berjanji pada Yujin untuk bertemu di tempat ini. Seharusnya ia tidak perlu memastikan keberadaan Yujin meski ia sudah berjanji.
Seharusnya Jonghyun tidak datang.
Lebih baik Jonghyun tidak pernah datang.
-To Be Continue-

                 Huaaaahhh~ cobaan banget sih  si Jonghyun -_- so far belum terlalu jelas ya itu Jonghyun yang bunuh beneran ato engga, terus kenapa ia mutusin buat nemuin Yujin padahal jelas-jelas ia masih buronan, kenapa juga lebih baik Jonghyun ngga usah dateng? Semuanya akan dijelasin di part selanjutnya. mulai dari siapa yang beneran membunuh sampai kenapa bisa Jonghyun yang dituduh.
                btw, banyak yang ngira kalo dalang dibalik semua kejadian ini adalah umma Jonghyun. Tapi sebenernya ngga sama sekali kog. Kejadian ini pure karena masa lalu Jonghyun (setelah ia tinggal dengan keluarga yang baru).
                Sedikit bocoran, next part Jonghyun bakalan bawa Yujin kabur wkwk. Dan selanjutnya.... tunggu aja ya... ngga lama lagi bakalan end kog hihi
                Terakhir makasih buat semua yang mau baca. Annyeong!

                

No comments:

Post a Comment