Friday, 8 August 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 14]

Mohon maaf lahir batiiin~~
Habis lebaran mau minta maaf dulu sudah menghilang bertahun2 ._.v Maafin yaa... aigoo pasti reader nungguinnya sampai lumutan. *bersihin lumut reader ._.
Sebenernya udah bikin sampe part 16, tapi apa daya ngga ada waktu ngepost. Mianhe :(
Pasti udah lupa sama part sebelumnya ya? Intip yuk cuplikannya(?)
  • ·         “Lee Tae Joon?” Yujin mengulanginya karena merasa nama itu terdengar sedikit familiar.
  • Ia mengangguk. “Aku... saudara kembar Tae Hoon Hyung.”
  • ·         Jonghyun maupun Taejoon, tidak memiliki perbedaan besar dari segi fisik. Seluruh bagian wajah, mulai dari mata, hidung, bibir, alis maupun rahang sama persis. Tinggi dan besar badannya pun sama. Hanya saja pipi Jonghyun lebih tirus. Selain itu cara berpakaian keduanya sangat berbeda. Jonghyun lebih sering memakai jaket kulit, blazer hitam, celana jeans, dan sepatu boot. Tapi Taejoon jauh lebih rapi. Ia menggunakan kemeja yang dimasukkan ke pinggang, celana jeans, dan sepatu coklat setinggi mata kaki. Tidak terlalu formal namun memperlihatkan sisi yang elegan. Taejoon juga menggunakan kacamata sedangkan Jonghyun tidak.
  • ·         Entah kenapa Yujin merasa begitu aneh saat bertemu dengan Taejoon. Perasaannya sedikit janggal. Sangat berbeda dengan saat ia menemukan Jonghyun waktu itu. Meski Taejoon memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar ketimbang Jonghyun, namun tetap saja hati Yujin tidak sanggup berbohong. Tentu saja ia lebih menyukai sosok Jonghyun. Apakah karena ia sudah terlalu lama mengejar Jonghyun sedangkan Taejoon tidak? 
  • ·         Um..ma? Yujin membola. Ia menatap ke arah Jonghyun, namun Jonghyun tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari arah wanita itu.
  • ·         Dan saat yeoja yang telah menghancurkan kehidupannya itu muncul, yeoja itu justru mengabaikannya dan menganggap Jonghyun bagai benalu yang sewaktu-waktu akan mengambil semua yang ia punya. Pikiran umma Jonghyun terlalu picik. Sepertinya beliau sudah dibutakan oleh harta yang selama ini terbentang di bawah alas kakinya.
  • ·         Satu-satunya hal yang bisa Jonghyun rasakan sekarang adalah... bahwa ia... sangat merindukan mereka. Walau itu tidak sanggup ia perlihatkan, namun hatinya tidak bisa berbohong. Seorang anak berusia 8 tahun yang kini telah tumbuh dewasa masih memiliki perasaan yang sama disaat terakhir kali ia melihat ibu dan adiknya pergi meninggalkannya. Bogosipda.
  • ·         Akhirnya di sebuah bahu yang kecil itulah ia merengkuh untuk menumpahkan segalanya. Jonghyun menangis tanpa suara, namun tubuhnya bergetar hebat. Ketara sekali air mata tidak sanggup menghapus kepahitan yang sudah terlanjur ia cerna. Pelampiasan yang biasa ia jadikan tempat bertumpu pun tak ada berguna. Ia ingin menyalahkan seseorang, tapi siapakah? 
  • ·         Yujin berusaha tegar melihat Jonghyun begitu terguncang saat memeluknya dengan erat. Matanya ikut memanas. Namun ia menghirup udara sebanyak mungkin untuk menelannya kembali. Yujin tahu ia tidak cukup kuat untuk menampung kesedihan yang dialami Jonghyun. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri disana dan bertahan selama mungkin untuk membuat Jonghyun percaya bahwa ia tak pernah sendirian.





Tittle                    : Lucid Dream [Part 14]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Hari minggu yang cerah, meski sinar matahari tidak begitu terik namun hari ini terasa sedikit lebih hangat jika dibandingkan dengan hari-hari di musim dingin sebelumnya. Tahun ini musim dingin berjalan lebih lama hingga memasuki bulan ke empat. Bisa dipastikan musim gugur akan datang terlambat dan mengharuskan semua warga korea tetap bertahan dengan jaket tebal serta syal untuk bepergian.
                Meskipun cuaca hari ini cerah dan bahkan Yujin tidak perlu kekampus karena ini hari libur, yeoja itu memilih untuk tetap meringkuk di balik selimut tebalnya ketimbang berjalan-jalan keluar. Yumi sudah sejak pagi ribut meminjam baju Yujin karena ingin kencan dengan namja yang merupakan kakak kelasnya, Appa Yujin satu jam yang lalu pamit untuk memenuhi ajakan makan siang dari atasannya, umma Yujin arisan. Tinggal Yujin yang berdiam diri dirumah. Padahal Umma Yujin sudah memberi pesan “Jika kau ingin pergi, jangan lupa taruh kunci rumah di bawah pot bunga.” Pertanda beliau memberikan ‘lampu hijau’ pada Yujin untuk meninggalkan rumah. Tapi tetap saja yeoja itu tidak merubah posisinya.
                Jika Yujin bisa kembali tidur dan melakukan lucid dream, ia sangat ingin melakukannya. Tapi bahkan untuk tertidur saja sulit. Apalagi lucid dream? Sudah sejak lama buku jurnal mimpinya selalu kosong, tanda yeoja itu sudah tidak sanggup lagi melakukannya.
                “TING TONG!”
                Alis di dahi Yujin merapat. Ia merasa terusik dengan suara bell dari depan rumah. Padahal hampiiirr saja Yujin bisa kembali tertidur, tapi belum sempat ia menutup matanya justru suara yang sangat berisik itu lebih dulu terdengar.
                “TING TONG!”
Yujin berniat mengabaikannya, siapa tahu orang itu akan mengira kalau rumah ini sedang kosong dan memilih untuk kembali lain waktu.
1...2...3 diam-diam Yujin menghitung dalam hatinya. Ia sedikit lega menyadari bahwa usahanya untuk mengabaikan bell itu ternyata berhasil. Kini tinggal meneruskan kegiatannya yang tertunda yaitu ti...
“TING TONG!”
“YA!!” Yujin menyingkapkan selimutnya dengan asal. Dengan wajah sebal ia langsung keluar kamar, menuruni tangga menuju pintu depan. Yeoja itu tidak sadar kalau rambutnya acak-acakan dan ia hanya menggunakan kaos kebesaran beserta hot pants sebagai kostum tidur kesayangannya.
Yujin sudah siap ingin memaki siapapun yang memencet bel sialan itu karena sudah mengganggu tidur siangnya.
Tapi begitu pintu terbuka, Yujin justru mematung. Dibaliknya terpampang jelas senyum cerah seorang namja dengan kedua mata yang tampak seperti sayatan tipis. Namja berambut warna coklat tua itu langsung menyapa Yujin ketika tau yeoja itu langsung yang membukakan pintu.
“Annyeong Yujin!”
“Op...pa...”
Sedetik setelah berbicara, Yujin langsung berteriak sambil berlari kembali ke kamar. Ia tidak tahu kemana harus menyembunyikan wajah malunya didepan lider SHINee itu. Saat ia sudah memastikan kalau dandanannya sedikit wajar, barulah ia kembali ke ruang tamu dimana Onew masih berdiri di depan pintu.
“Jeosonghaeyo (maaf) oppa... masuklah...”
Onew hanya tersenyum menyadari Yujin sudah mengikat rambutnya dan mengganti bajunya menjadi lebih sopan. Padahal bagi Onew, bagaimanapun dandanan Yujin tidak akan menjadi masalah baginya.
“Ada apa Oppa datang kemari?”
Minho sudah sangat sering datang kesini, begitu pula Jonghyun yang pernah mengantarnya beberapa kali (meski tidak pernah sampai didepan rumah). Bahkan Key dan Taemin pun pernah sekali mengunjungi tempat ini untuk menjemput Yujin ke konser mereka di daerah Sangamdong. Tapi Onew? Baru kali ini Yujin melihat namja itu datang mengunjunginya. Bisa dipastikan ada sesuatu yang penting yang ingin ia bicarakan.
“Aku ingin bicara denganmu Yujin.”
“Soal apa?” tanya Yujin balik.
Onew sempat mengedarkan padangannya ke arah sekitar kemudian memandang Yujin lagi.
“Jangan khawatir Oppa, sedang tidak ada siapapun sekarang. Kau bisa berbicara dengan nyaman.”
Namja itu tersenyum lega. “Ini soal Jonghyun.”
Begitu mendengar nama Jonghyun, ekspresi Yujin langsung berubah.
“...Sudah beberapa hari ini Jonghyun menginap di apartemenku. Ia tidak melakukan apapun. Hanya makan, tidur, dan minum beberapa botol soju.” Lanjut Onew. “Bocah itu sama sekali tidak melakukan aktivitas diluar. Padahal ada beberapa jadwal manggung tapi ia tak berniat menghadirinya. Setiap kali aku pulang dari cafe, aku selalu menemukannya dalam keadaan mabuk, lalu tertidur.”
Yujin tidak terlalu terkejut mendengar penjelasan Onew. Malah yeoja itu sedikit lega mengetahui Jonghyun berada di tempat yang ‘aman’ dan dalam keadaan baik-baik saja.
“...Aku tahu kau pasti mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya Yujin. Untuk itu aku ingin meminta bantuanmu.”
Dahi Yujin berkerut.
“Jonghyun sudah menceritakan semuanya padaku. Tentang Taejoon.”
“Oppa juga mengenal Taejoon?”
Onew menggeleng, “Aku hanya mengetahui kalau Jonghyun memang memiliki saudara kembar bernama Taejoon. Namun aku tidak pernah melihat seperti apa dia.” Jelasnya. “Karena itulah aku ingin meminta bantuanmu.”
Yujin antusias. “Apa yang bisa kulakukan?”
“Aku ingin mempertemukan mereka berdua. Mungkin tidak seperti pertemuan mereka sebelumnya, tapi aku yakin kali ini bisa berjalan lebih baik.”
Ada sedikit rasa pesimis yang hinggap di hati Yujin mengingat saat pertemuan terakhir Taejoon dan Jonghyun yang berakhir pahit. Hanya menoleh untuk membalas tatapan Taejoon saja Jonghyun enggan, apalagi berbicara dengannya? Kemungkinan untuk berhasil akan menjadi sangat kecil.
“Soal Jonghyun kau tidak perlu khawatir, aku sudah berbicara dengannya soal ini. Dan ia menyutujuinya. Meskipun umma mereka tidak menyukai Jonghyun, kupikir Taejoon ada harapan.”
“Apa oppa yakin?”
Onew mengangguk sekali lagi. “Kau hanya perlu menghubungi Taejoon untuk bertemu di tempat yang sudah kita tentukan.”
Yujin masih menatap Onew tanpa suara. Ia tahu benar Onew sudah lama sekali mengenal Jonghyun, banyak rahasia yang mereka berdua saling ketahui ketimbang yang sejauh ini Yujin dengar. Mungkin itu sebabnya Jonghyun bisa dengan mudah sepakat untuk kembali bertemu dengan adik kembarnya. Bagaimanapun juga dalam hati kecil Jonghyun, ia sangat ingin melepas kerinduan bersama Taejoon meski hanya sebentar.
Pada akhirnya Yujin sadar, walau Jonghyun sudah sering memperlihatkan sisi lain dari dirinya didepan Yujin, tetap saja ada hal yang hanya bisa dilakukan oleh Onew, bukan dirinya.
“Tapi Oppa... sayangnya nomor Taejoon yang kusimpan sudah tidak aktif.” Jawabnya putus asa.
“Apa Taejoon pernah memberikanmu alamat atau semacamnya?”
Yeoja itu menggeleng. “Dia hanya pernah bilang kalau ia datang dari Amerika ke Korea untuk membuka cabang usahanya disini.”
Onew terdiam. Sepertinya kini sudah benar-benar tidak ada harapan. Mereka berdua kehilangan jejak. Padahal ini adalah kesempatan emas untuk mempertemukan Jonghyun dan Taejoon yang tidak bisa dipastikan sampai kapan ia masih berada di Korea.
“O!” seru Yujin tiba-tiba. “Di layar GPS yang terpasang dalam mobilnya aku sempat melihat dia menandai sebuah jalur menuju Cheongdamdong.”
“Cheongdamdong?”
“Hm.”
“Oke arraseo. Aku akan mencari info tentang keberadaannya.” Ucap Onew kemudian. “Gomawo sudah membantuku Yujin.”
***
Keesokan harinya sudah sejak pagi Onew menjemput Yujin untuk mengajaknya ke suatu tempat. Tempat yang sangat disukai oleh Hana dikala weekend datang sekaligus paling Yujin hindari karena ia tidak terbiasa dengan aroma hairspray dan obat rebonding. Apalagi kalau bukan salon.
Untuk kali ini Yujin akan ‘bertindak’ dengan cara Onew. Ia tidak akan menunggu seharian disuatu tempat atau berusaha menghubungi ‘orang itu’ meski jelas-jelas handphonenya sedang tidak aktif. Orang yang akan Yujin temui memiliki ‘kelas’ yang berbeda, oleh karena itulah mau tidak mau Yujin harus bersedia berubah demi melakukan sedikit ‘penyamaran’.
Hanya melalui informasi minim yang Yujin utarakan kemarin, Onew berhasil menemukan keberadaan Taejoon. Namja itu rupanya baru saja membuka cabang Hotel di daerah Cheongdamdong, pusat distrik di korea. Taejoon membeli gedung sebuah apartemen yang hampir bangkrut dan membangunnya kembali menjadi seperti yang ia inginkan. Lee Taejoon, saudara kembar Kim Jonghyun yang merupakan vokalis band SHINee mulai hari ini resmi membuka Hotel kelas Internasional atas namanya.
Tentang bagaimana Onew bisa menemukan semua informasi langka itu, Yujin tidak terlalu mengerti. Namun mengingat Onew juga merupakan bagian dari keluarga pengusaha, tentu saja itu bukan hal yang mustahil. Yujin tahu Onew memiliki begitu banyak jaringan di Seoul. Ia bisa mengandalkan orang tuanya, atau mungkin kolega sesama pebisnis di area Gangnam. Apapun itu yang penting sekarang semua informasi sudah mereka dapatkan.
“Apa kau siap?” tanya Onew saat memperhatikan Yujin sudah selesai dengan riasannya.
Yujin hanya mengangguk. Sedikit membetulkan letak blazer berwarna krem yang ia kenakan sebelum akhirnya mengikuti langkah Onew menuju mobil.
Sejujurnya Yujin merasa tidak nyaman. Bibirnya terasa tebal karena memakai lipstik berwarna merah muda, ia pun tidak boleh banyak bergerak untuk menjaga tatanan rambut ikalnya tetap terlihat rapi. Belum lagi high heels dan rok tube sepanjang lutut yang ia pakai. Seumur-umur bari kali ini ia berdandan seperti sekarang.
Senada dengan Yujin, Onew pun tampak begitu rapi menggunakan tuxedo hitam berhiaskan pita kupu-kupu. Jika saja Yujin merupakan fans SHINee, mungkin ia akan histeris dan meminta selfie bersama Onew sekarang juga -_-
Setelah sepuluh menit perjalanan akhirnya mereka tiba juga di sebuah gedung dengan tembok kaca yang menjulang ke atas. Gedung itu tidak hanya terlihat megah, namun juga modern. Dibagian depan terdapat air mancur yang mengelilingi sebuah tulisan berwarna emas yang berbunyi “Gold Hotel”. Nyali Yujin langsung menciut. Jangankan melakukan aksinya, untuk melangkah dari mobil saja ia tidak yakin.
“Kajja!” Onew tersenyum sambil meraih kertas undangan yang ia simpan di dashbor mobil. Sebelumnya namja itu menyampaikan kalau ia bisa datang ke acara peresmian perusahaan ini untuk menggantikan rekannya yang berhalangan hadir. Namun yang terjadi sebenarnya adalah, Onew membujuk temannya untuk memberi kesempatan padanya agar bisa datang ke tempat ini. Ia bersedia melakukan apapun demi sepucuk undangan untuk memasuki acara peresmian Hotel ini. Dan dia berhasil mendapatkannya.
Setelah mengisi daftar hadir, mereka masuk ke ballroom gedung itu. Ruangannya terlihat megah didominasi dengan warna emas, tentu saja. Selain itu banyak lampu kristal yang menggantung dari langit-langit, dan disetiap sisi dinding terdapat kain yang menjulang menambah kesan mewah pada acara ini. Tapi bukan hanya itu yang membuat Yujin terperangah, jika saja tadi pagi Onew tidak membawanya ke salon mungkin Yujin akan disangka sebagai pegawai catering atau bahkan tukang bersih-bersih karena kostum dan dandanan yang biasanya ia pakai. Hari ini semua yang ada disana berpenampilan rapi. Sebagian besar pasangan suami istri berumur diatas 40 an. Mereka merupakan pemilik saham yang bekerja sama dengan Hotel milik Taejoon.
“Kita datang disaat yang tepat.”
Onew dan Yujin sedikit terlambat, sebenarnya. Hal itu sengaja dilakukan Onew karena ia tidak ingin berlama-lama ditempat ini. Dan tepat disaat mereka berdua masuk, Taejoon selaku pemilik perusahaan sedang bersiap untuk melakukan sambutan.
“Apakah itu dia?” tanya Onew pada Yujin sambil menujuk ke arah panggung dengan ekor matanya.
“Ne.” Yujin mengangguk. “Dandanannya jauh lebih formal. Tapi mereka berdua tetap terlihat mirip.”
Sama seperti Onew, Taejoon juga menggunakan tuxedo berwarna hitam. Rambutnya tampak jauh lebih rapi dan wajahnya terlihat cerah dengan cahaya lampu. Melihat posisi Taejoon sekarang, Yujin hampir tidak percaya kalau namja itu adalah namja yang pernah meminta tolong padanya dari seberang meja sebuah restoran.
“Setelah melakukan sambutan, ia akan turun dan menyapa para tamu. Saat itulah kesempatan kita untuk berbicara padanya. Arraseo?” perintah Onew yang dibalas anggukan oleh Yujin.
Hanya untuk berbicara dengan Taejoon saja Onew harus susah payah mencari info dan memohon pada temannya agar bisa datang ke tempat ini. Yujin pun harus rela berdandan seperti seseorang yang bukan dirinya sama sekali. Namun tak ada cara lain. Semenjak Umma Jonghyun mengetahui Taejoon menemui Hyungnya, beliau membatasi semua akses untuk Taejoon melakukan aktivitas. Apapun yang dilakukan Taejoon harus melalui sepengetahuan ummanya. Belum lagi tersiar kabar jika mereka berdua akan segera meninggalkan korea dan menyerahkan seluruh tanggung jawab kepada wakil direktur. Semua itu tentu saja dilakukan untuk menjauhkan Taejoon dari Jonghyun.
“...atas perhatian semua yang hadir disini, saya ucapkan terimakasih.” Ucap Taejoon mengakhiri sambutannya yang langsung dibalas oleh tepuk tangan para hadirin.
Onew dan Yujin yang berdiri disisi pintu sejak tadi memperhatikan namja itu. Ia mulai menuruni panggung dan menyalami beberapa tamu yang datang. Semakin lama Taejoon berjalan ke area dekat mereka berdua, membuat Yujin tidak sabar karena namja itu belum melihat keberadaannya. Dan tepat ketika jarak mereka tinggal beberapa meter, Taejoon tampak terkejut. Cepat-cepat Yujin menempelkan telunjuk ke bibirnya agar namja itu diam.
“Kemari...” ucap Yujin tanpa suara.
Taejoon langsung merespon dengan berjalan mendekat.
“Ada apa kau kemari Yujin?”
“Aku ingin menemuimu.” Jawab Yujin cepat. “Sebelumnya kenalkan, ini Onew oppa teman Jonghyun.”
Onew sedikit membungkuk, dibalas Taejoon dengan sopan.
“Hari ini apa kau ada waktu?”
“Hari ini?” tanya Taejoon balik. “Hari ini dan besok aku sangat sibuk. Maaf.”
“Kalau begitu lusa?”
Taejoon beralih ke Yujin yang bertanya padanya. “Mian lusa aku sudah harus kembali ke amerika. Ada apa?”
Yujin dan Onew hanya bertukar pandangan.
“Jonghyun ingin bertemu denganmu.” Jawab Onew. “Itupun jika kau bersedia.”
Ekspresi Taejoon langsung berubah. “Hyung mau bertemu denganku??”
“Taejoon ah...”
DEG!
Saat itu pula terdengar sebuah panggil dari arah belakang Taejoon. Dari suaranya saja Yujin tahu kalau itu umma Jonghyun.
Yujin mendadak panik. Ia bertukar pandangan dengan Onew dan Taejoon karena tidak tahu harus berbuat apa. Gawat jika umma Jonghyun menemukan ia tengah berbicara dengan Yujin. Tidak hanya rencana mereka yang gagal, bisa-bisa mereka diusir setelah dipermalukan dengan kejam di acara ini. Bagaimanapun juga Yujin sudah pernah bertemu langsung dengan beliau bersama Jonghyun waktu itu.
Membayangkannya saja Yujin ngeri, apalagi jika itu benar-benar terjadi. Tapi ia tidak sanggup pergi kemanapun sekarang karena jarak mereka berdua sangat dekat jika saja Taejoon tidak menjadi penghalang. Kondisi ini begitu genting. Secepatnya mereka harus melakukan sesuatu.
“Ada apa umma?” Taejoon berbalik menyembunyikan Yujin di belakang tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas yang berbunyi nyaring. Spontan pandangan semua tamu tertuju kesana.
“Jeosonghamnida. Aigoo... jeosonghamnida.”
Rupanya itu ulah Onew. Ia sengaja mengalihkan perhatian ummanya untuk memberikan kesempatan pada Yujin pergi dari sana. Karena jarak yang tidak jauh, cipratan airnya pun mengenai kaki umma Taejoon yang seketika membuat yeoja itu naik pitam.
“Apa yang kau lakukan?”
“Jeosonghamnida presdir... jeosonghamnida.” Ucap Onew berkali-kali. Ia tidak peduli jika pada akhirnya ia harus diusir dari tempat ini yang penting keberadaan Yujin aman.
Saat itu pula Yujin memanfaatkan situasi untuk bergegas pergi dari sana. Namun belum lama ia berjalan, ada seseorang yang lebih dulu meraih tangannya dan menunjukkan jalan melalui pintu samping.
Namja itu adalah Taejoon. Taejoon memilih untuk pergi bersama Yujin disaat semua perhatian mengarah pada Onew. Taejoon tahu Yujin dan Onew melakukan semua ini hanya demi ia dan Jonghyun. Ia tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja.
“Taejoon... kau?”
Taejoon tidak menjawab, berusaha menunduk agar orang lain tidak terlalu menyadari keberadaannya saat mereka melintasi sisi kanan ruangan. Beruntung Taejoon sudah cukup mengenal seluk beluk hotelnya, sehingga memudahkan bagi mereka keluar melewati pintu darurat tanpa ketahuan.
Saat keduanya sudah menaiki taksi, cepat-cepat Yujin menelpon Onew.
“Oppa mianhe...” kalimat itulah yang pertama kali meluncur dari bibirnya.
“Aniyo gwenchana. Aku juga sedang keluar dari gedung sekarang.” Jawab Onew tenang. “Taejoon juga pergi bersamamu?”
“Ne. Apa Oppa tahu dimana Jonghyun sekarang?”
Onew berfikir sejenak. “Coba kau ke ruang latihan. Tadi malam ia sudah meninggalkan apartemenku.”
“Arraseo. Gomawo Oppa.”
Atas saran Onew akhirnya taksi itu meluncur ke basement tempat latihan member SHINee. Selama perjalanan mereka berdua tidak berbicara banyak, terlampau canggung karena ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan. Berbeda dengan Yujin yang merasa tidak enak pada Onew, Taejoon justru bingung apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan Jonghyun nantinya. Waktu itu Jonghyun sama sekali tidak ingin membalas tatapan Taejoon sedikitpun. Belum lagi ucapan yang dilontarkan ummanya pasti meninggalkan bekas yang dalam dihati Jonghyun. Bisa dibilang pertemuan mereka bertiga kala itu justru membuat keadaan bertambah buruk.
Tepat dipinggir jalan depan sebuah basement tempat latihan member SHINee, taksi yang mereka tumpangi akhirnya berhenti. Begitu turun Taejoon justru mematung, ia menatap Yujin dengan ragu.
“Apa kau yakin?” pertanyaan yang dilontarkan namja itu sama persis dengan yang pernah Yujin ucapkan pada Onew.
Yujin tersenyum. Sejujurnya ia sangat tidak yakin mengingat bagaimana reaksi Jonghyun beberapa hari lalu saat mereka berdua bertemu. Setelah itupun ia sama sekali belum melihat Jonghyun lagi, jadi Yujin juga tidak bisa memastikan apakah mood Jonghyun sekarang sudah berubah atau belum.
Tapi mereka berdua sudah melalui perjalanan yang begitu panjang dan tidak mudah untuk sampai ke tempat ini. Sekarang hanya tinggal melewati beberapa anak tangga kebawah untuk membuka pintu berwarna pearl aqua itu dan menemui Jonghyun. Jika keduanya tidak yakin, haruskah mereka kembali dan membuang kesempatan langka ini?
“Tenang saja, aku akan menunggumu diluar.” Ucap Yujin meyakinkan. “Jika terjadi sesuatu, aku akan segera masuk.”
Tak ada pilihan lain. Akhirnya Taejoon mendekati anak tangga dan berjalan turun. Ia meraih gagang pintu dengan ragu kemudian memutarnya perlahan-lahan untuk memastikan kedatangannya tidak menganggu siapapun. Beruntung pintu itu tidak dikunci, menandakan seseorang tengah berada di dalamnya.
Sekarang tidak ada pilihan lain bagi Yujin selain menunggu. Ia berusaha menajamkan indra pendengarannya untuk memastikan tidak ada teriakan amarah atau benda yang dibanting jika ternyata Jonghyun tidak ingin bertemu Taejoon.
Yeoja itu sempat mendapatkan pesan singkat dari Onew yang berisi permintaan maaf karena tidak bisa menyusul Yujin kesana. Onew bilang ia harus segera menemui temannya (si pemilik undangan) untuk menceritakan kejadian tadi.
Sepuluh menit terlewat. Tampaknya semua berjalan baik-baik saja. Yujin tidak bisa mendengar apapun selain suara beberapa motor yang lewat didepan basement itu. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Kenapa suasana didalam begitu tenang?
Tiga puluh menit terlewat. Kali ini Yujin menancapkan hetset di telinganya untuk mengurangi rasa bosan karena menunggu cukup lama. Ia memutar beberapa lagu SHINee yang dulu sempat diisi oleh Key di Hpnya karena Key tidak terima jika manager mereka sendiri tidak tahu satupun lagu milik SHINee. Dan itu sedikit berguna sekarang.
Hampir satu jam. Kini ditangan Yujin sudah terdapat satu cup penuh berisi odeng dan topokki yang ia beli di warung seberang jalan. Sejak pagi ia belum makan, dan odeng-odeng hangat yang ada disana seakan-akan memanggil Yujin untuk segera datang.
Entah sudah berapa lama. Yujin kembali bosan. Ia mencoba mendownload beberapa permainan dari Hpnya untuk sekedar menghabiskan waktu. Tapi karena Yujin bukan penyuka games, yang ada ia hanya dibuat kesal karena berulang kali kalah.
Tak lama kemudian ada seorang namja yang menyembul dari tangga basement menuju ke atas. Saat menyadarinya, cepat-cepat Yujin memasukkan hpnya ke dalam tas. Tapi ternyata dibelakang namja itu mengekor namja lain dengan rambut berwarna blonde yang tampak acak-acakan. Beruntung sekali ternyata benar-benar Jonghyun yang ada didalam. Jika itu member lain, mungkin mereka akan superheboh menemukan ‘Jonghyun’ tiba-tiba datang menggunakan tuxedo, memakai kacamata, dan berambut coklat.
“Kau masih menunggu disini Yujin?”
Jonghyun menoleh, sedikit terkejut menyadari keberadaan Yujin disana.
“Bukankah aku sudah berjanji akan menunggu diluar?” Ia berjalan mendekat. Saat itulah Yujin baru sadar kedua mata Taejoon tampak sembab. Tampaknya Yujin baru saja melewatkan adegan dramatis didalam tadi.
“Gomapta. Kau dan Onew banyak berkorban hari ini.”
“Aniya.” Yujin mengibaskan tangannya. “Yang ada aku justru membuatmu mendapatkan masalah.” Canda yeoja itu mengingatkan bahwa sekarang pasti umma Taejoon sedang marah karena Taejoon kabur begitu saja.
Jonghyun tersenyum tipis. Taejoon justru tertawa sambil menoleh ke arah Hyungnya. Mereka berdua tengah berdiri bersebelahan, hanya berjarak dua langkah dari hadapan Yujin. Melihat keduanya berdampingan dari jarak dekat seperti sekarang membuat Yujin tertegun. Ia sudah terbiasa dengan Jonghyun, tapi dengan seseorang-berwajah-sama-persis-namun-memiliki-penampilan-berbeda yang berdiri tempat disamping namja itu menimbulkan perasaan janggal di hati Yujin.
Yujin melihat dengan seksama ke arah Taejoon. Dari atas rambut hingga ujung kakinya tak ada sedikitpun kekurangan. Bahkan bisa dibilang ia jauh lebih sempurna ketimbang namja yang pernah Yujin temukan dalam mimpinya. Kemudian pandangan Yujin justru beralih pada Jonghyun yang hanya menggunakan t-shirt tanpa lengan, celana jeans dan slipper. Benar-benar terlihat khas seperti seorang Jonghyun yang apa adanya.
Tanpa sadar namja itu tersenyum simpul membalas tatapan Yujin. Membuat Yujin terkesiap dan tubuhnya mendadak kaku seperti dialiri listrik.
Seteguk ludah meluncur melewati kerongkongan Yujin. ‘Apa jonghyun baru saja tersenyum padaku?’
Tanpa harus mencari tahu sekali lagi siapa diantara Taejoon dan Jonghyun yang seharusnya Yujin pilih, rupanya hati yeoja itu sudah memberikan jawaban.
“Sepertinya aku harus kembali sekarang.” Pamit Taejoon akhirnya. “Suatu saat aku pasti akan kembali Hyung.”
Jonghyun mengangguk. “Lakukan pekerjaanmu dengan baik di Amerika.”
“Ne.” Sebenarnya Taejoon masih ingin berbicara banyak namun ia terpaksa mengurungkan niatnya dan hanya memeluk Jonghyun singkat. Akhir dari pertemuan itupun terasa sangat menyedihkan sekarang.
“Gomawo.” Ucap Jonghyun tiba-tiba.
“Mwonde (untuk apa)?” Yujin masih melihat ke arah taksi yang ditumpangi Taejoon mulai berjalan menjauh.
“Geunyang...(hanya)”
Sudut bibir Yujin merekah. “Tentu saja ini tidak gratis.” Protesnya. “Sudah sejak pagi aku harus ke salon hanya untuk berdandan seperti ini. Belum lagi kejadian yang ada acara peresmian perusahaan. Aku dan Taejoon harus bertingkah seperti seorang pencuri untuk kabur dari sana. Seumur-umur baru kali ini aku harus bertingkah seperti pencuri...”
Jonghyun hanya terdiam mendengar celotehan Yujin yang lebih panjang dari kereta api itu.
“...Ah... Onew oppa juga harus menanggung akibatnya, kau tahu? Ia pasti sedang menerima omelan dari temannya karena sudah berbuat onar disana. Dan ini...” Yujin menunjuk ke arah lututnya. “Bahkan bekas luka waktu itu saja masih terlihat....”
“Tapi hari ini kau cantik.”
“....”
Tiba-tiba suara Yujin menghilang. Ia mencoba menatap Jonghyun untuk memastikan kalimat yang baru saja ia dengar benar-benar keluar dari bibir namja itu.
“Besok di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.”
Yujin masih menangkap sorot mata Jonghyun dengan tatapan tolol. “Eo?”
Mood Jonghyun mendadak buruk saat menemukan ekspresi blank yang ditunjukkan Yujin. Padahal baru saja ia sudah susah payah membuang gengsinya untuk memuji dan mengajak Yujin pergi, tapi semua itu tidak berarti karena Yujin bahkan tidak memahami apa yang ia katakan. Jonghyun sangat benci jika ia harus mengulangi kata-kata yang sudah ia ucapkan.
“Molla!” ucap Jonghyun sebal. Ia langsung berbalik badan dan menuruni tangga menuju ruang latihan.
“YA! Apa yang baru saja kau katakan?” Yujin segera mengejar namja itu. “Jawab aku Kim Jonghyuunn!”
***
Beberapa lembar baju tampak berjajar tak beraturan diatas tempat tidur kamar Yujin. Hampir semua pakaian yang ada di dalam lemari sudah ia keluarkan. Tapi tak ada satupun baju yang bisa membuat Yujin puas padahal selama ini baju-baju itulah yang memberikannya rasa nyaman meski ia tahu karena itu ia mendapat sebutan fasion terorist.
“Ugh kenapa tidak ada yang bagus?”
Yujin bergumam sambil mengacak-ngacak isi lemarinya. Namun lagi-lagi hanya baju itu-itu saja yang bisa ia lihat. Padahal untuk kali ini ia ingin tampil berbeda. Untuk kali ini saja.
“Yumiii, pinjam bajumu!” teriak Yujin sambil berjalan ke kamar Yumi.
Yujin dan Yumi memang memiliki selisih umur 4 tahun, namun postur mereka berdua hampir sama. Bahkan Yumi sedikit lebih tinggi ketimbang Yujin yang pertumbuhan tingginya sudah berhenti setahun yang lalu. Yujin sering menyalahkan ummanya karena beliau memberikan gizi yang lebih baik pada Yumi sehingga adiknya bisa memiliki pertumbuhan yang lebih baik pula. Tapi setidaknya Yumi dan Yujin memiliki keuntungan, bahwa keduanya bisa saling bertukar pakaian kapanpun mereka inginkan.
Karena tak menemukan Yumi di kamarnya, Yujin turun ke lantai satu. Begitu menuruni tangga ia sudah disambut oleh ajakan ummanya untuk sarapan pagi. Tapi Yujin bertekad tidak ingin sarapan sebelum ia menemukan baju yang cocok untuknya.
“Yummiiiii~” Yujin kembali bergerak, kali ini ke ruang keluarga. Disanalah ia menemukan adiknya tengah memakan buah apel sambil menonton tivi. Padahal ia sudah menggunakan seragam lengkap dengan tas yang bersandar pada sofa, namun kebiasaannya yang satu ini memang tidak pernah Yumi lewatkan setiap pagi sambil menunggu sarapan siap.
“Yumi, mana bajuku yang kau pinjam kemarin?”
“Mm?” Yumi menoleh tanpa dosa. “Belum aku cuci.” Jawabnya cuek lalu kembali memakan apel.
“YA! Apa kau tahu itu satu-satunya dress yang aku punya? Aku ingin memakainya sore ini!”
Yumi sedang tidak berselera untuk ribut dengan unnienya pagi ini, jadi ia memilih untuk menenggelamkan suara Yujin dengan volume televisi yang semakin keras.
“Yumi kau...”
Saat itulah Yujin mendengar sebuah nama. Ia spontan menoleh ke arah televisi yang tengah Yumi tonton.  
Di layar kaca itu hanya terlihat segerombolan orang dan beberapa polisi. Latar tempatnya seperti sebuah jalan kecil diantara dua gedung tua. Yujin tidak bisa melihat terlalu jelas karena liputan itu diambil pada malam hari.
“Unnie, bukankah kau punya baju yang la...”
“Diam!” bentak Yujin tidak ingin kehilangan satu moment pun pada berita itu. Yujin langsung mendekat ke arah televisi untuk melihat dan mendengarnya lebih jelas.
“.... korban ditemukan di TKP dalam keadaan tewas. Diduga korban kehabisan darah setelah mendapatkan beberapa tusukan yang terdapat di bagian dadanya...”
‘Nama tadi... Nama yang disebutkan tadi... aku salah mendengarnya bukan?’ batin Yujin cemas karena tidak yakin dengan apa yang ia dengar secara sepintas.
“...Pisau dan handphone milik pelaku yang tertinggal di tempat kejadian telah diamankan polisi. Dari hasil penyelidikan sementara, sejauh ini diduga motif pembunuhan karena dendam masa lalu yang pernah dilakukan korban, yaitu menyebabkan kematian Ibu dari pelaku pembunuhan. Tersiar kabar pelaku pembunuhan merupakan vokalis sebuah band yang sering tampil didaerah Gangnam. Diketahui bahwa pelaku berinisial KJH saat ini masih sedang dalam pencarian...”
Yujin terperanjat. Ia menatap layar televisi itu tak percaya.
“Ini tidak mungkin! Jonghyun bukan seorang pembunuh!!”
-To Be Continue-

Hiyaaa, ending(?) apa ini? Wkwk mungkin memang sudah kebiasaan saya ngasih adegan nanggung mengejutkan di akhir part hihihi
Yap yap yap, jonghyun dituduh sebagai pembunuh. Uwaaa. Dan orang yang dibunuh adalah orang yang dulu pnah ngebunuh ummanya jonghyun. Tapi, benarkah demikian? Tunggu next part yaaa
Mulai part depan ceritanya bakalan mulai serius(?). pokoknya bakalan mencakup semua masa lalu jonghyun yang bakalan mengancam keselamatan namja ganteng-pendek itu(?)
Anda penasaran? Saya juga! -__-

Pokoknya next part jangan sampe kelewatan yaa. Maap kalo part ini kepanjangan. Gomawooo. Annyeooong!

1 comment:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...