Monday, 19 May 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 11]

Annyeonghaseo Lucider dimanapun kalian bersembunyi(?),
Tampaknya author yang ngga tau malu ini musti nongol lagi setelah sekian lama hiatus tanpa pemberitahuan. *bow*
Super-duper-combo-spesial-jumbo-big-MIAANNN.
Sejujurnya part ini udah selesai dari awal bulan lalu, dan bahkan aku juga udah bikin ff siap post sampe part 13. Tapi apa daya engga ada waktu buat posting :’( banyak yang musti dikerjain, salah satunya ngurusin tiket dan bla bla bla.
Okelah sekian curhatnya, kita balik lagi.
Langsung aja ya, ini dia cuplikan part sebelumnya:
·         “Tadi malam ada seseorang yang mendatangiku di cafe.” Ucap Onew memulai penjelasan. “Dia menawarkan kita untuk bergabung di agensinya dan melakukan persiapan untuk debut.”
·         Seingat Yujin, setelah Minho berpamitan mengantar Hana tadi ia sempat berdiskusi dengan para member, kemudian... ia meletakan kepalanya diatas meja, kemudian... ah! Jadi sejak saat itu ia ketiduran.
·         Detik berikutnya, bibir yang semula membentuk garis lurus itu berujar dengan pelan. “Namja yang ada dalam mimpimu... Bagaimana jika itu bukan aku?”
·         Seoul square adalah sebuah gedung megah dengan berbagai fasilitas yang lengkap, mulai dari berbagai macam restaurant, hotel dan tempat yang akan Minho serta Yujin datangi. Apalagi kalau bukan ice rink!
·         Setiap kali Minho bertemu Yujin, gadis itu selalu menunjukkan sisi lain dari dirinya. Tapi sisi apapun yang Yujin tunjukkan pada Minho, ia akan tetap berdiri disana dan menunggu sampai semua sisi yeoja itu terbuka satu persatu.
·         Genap dua minggu sudah sejak pertemuan member SHINee di ruang latihan untuk membahas tawaran yang akhirnya mereka terima. Selama dua minggu pula hampir setiap hari mereka menyempatkan diri untuk latihan demi mempersiapkan penampilan spesial di festival tahunan daerah Sangamdong ini.
·         “Iya dia pasti yeoja itu!” teriak yeoja yang menggunakan jaket berwarna hijau, ia tampak memastikan wajah Yujin dengan sesuatu dalam handphonenya. “Aku yakin dia kekasih minho.”
·         Dan detik berikutnya, namja dengan jaket kulit berwarna hitam itu meraih tangan Yujin dan membawanya menghilang dari sana. Bersamaan dengan hilangnya harapan para member SHINee.


Tittle                    : Lucid Dream [Part 11]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo                 : Kim Jihyun. (Tahu Jun Ji Hyun kan? Yang jadi pemain You Came From The Star. Kekeke, disini dia jadi Kim Ji Hyun :p)
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!



Pandangan Yujin masih tampak kosong sesaat setelah Jonghyun membawanya keluar arena konser. Semua pandangan terpatri sepanjang mereka menyelusup diantara penonton, mengikuti derap langkah yang kian menjauhi panggung.
Perasaan Yujin bercampur jadi satu, antara terkejut, tak percaya, malu, dan takut. Tapi dari semua perasaan itu justru ada rasa senang yang membuncah dalam hatinya. Yujin tak pernah menyangka Jonghyun kembali menyelamatkannya bahkan diantara semua penggemar SHINee seperti sekarang.
“Pakailah.” Begitu mendengar kata pertama yang keluar bibir Jonghyun, baru Yujin sadar ternyata mereka sudah tiba di parkiran.
“Cepat pakai!” Jonghyun mengulangi perintahnya karena sudah tak ada waktu lagi untuk berfikir. Rupanya ada puluhan penggemar yang mengikuti mereka dan hampir tiba disana.
Dengan gerakan cepat Jonghyun langsung menyalakan motornya begitu memastikan Yujin sudah menggunakan helm yang ia berikan. Detik berikutnya motor sport itupun langsung melesat meninggalkan arena konser dan menghilang di kejauhan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mimpi apa Yujin semalam sampai harus melewati kejadian seperti ini? Apa yang harus Yujin lakukan setelah ini? Kemanakah Jonghyun akan membawanya?
Semuanya terasa begitu cepat sampai Yujin sendiri pun tak sanggup mengingat bagaimana awalnya. Tentu saja tindakan Jonghyun membuatnya terkejut, tapi alasan kenapa Jonghyun mau menyelamatkannya cukup membuat kedua alis yeoja itu berkerut tidak mengerti. Padahal selama ini Jonghyun membencinya dan sering meminta Yujin untuk pergi darinya. Tapi aneh sekali namja itu justru selalu saja datang disaat Yujin membutuhkan bantuan meski ia tidak pernah meminta.
Apakah anggapan Yujin mengenai Jonghyun selama ini salah?
Yujin tidak sanggup meredamkan semua pertanyaan yang berkutat di kepalanya selama duduk dibelakang Jonghyun. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun dengan tangan yang melingkar di tubuh Jonghyun dan kepala yang bersembunyi di balik bahu namja itu. Ia bisa merasakan udara sedingin es, angin berhembus begitu kencang menerbangkan helai rambut Jonghyun yang bebas diudara, dan malam seperti sangat bersahabat dengan langit yang bercorak hitam kebiruan. Dengan semua itu Yujin merasa cukup.
Dan akhirnya suara mesin motor Jonghyun terhenti didepan sebuah gedung bertingkat dua dengan sebuah plakat besar bertuliskan Rose Bar. Jelas sekali ini bukan sauna ataupun perpustakaan yang bisa memberikan Yujin rasa tenang, tapi ini bar. B-A-R.
“Masuklah.”
Seteguk air liur meluncur di kerongkongan yeoja itu. Meski ragu ia tetap mengikuti langkah Jonghyun memasuki tempat itu.
Sama seperti bar-bar yang Yujin lihat didalam drama, bar itu tidak memiliki penerangan yang cukup baik. Suasana tampak sedikit remang bercahayakan neon berwarna biru-putih dan sebuah lampu kristal yang memancarkan bias cahaya ke segala penjuru ruangan.
Tepat di sebelah kanan pintu masuk terdapat meja bar lengkap dengan beberapa bartender yang tampak ahli memutar-mutar minuman. Di belakang para bartender itu berjajar begitu banyak botol dengan berbagai merk dan ukuran. Dari semua jenis minuman disana tak ada satupun yang Yujin mengerti. Meskipun sudah cukup umur, Yujin tak pernah sedikitpun mencicipi salah satunya.
Beralih ke sisi kiri bar,  meja dan kursi pengunjung terlihat mendominasi sebagian besar ruangan. Hanya beberapa dari meja itu yang terisi. Entah kenapa sepintas bar itu tampak sepi. Mungkin akan lebih ramai jika malam semakin larut, pikir Yujin.
“Aigoo... aigoo... lihat siapa ini yang datang...?” seorang noona dengan pakaian super minim dan ketat menyambut kedatangan Yujin dan Jonghyun. “Jonghyun-ah, kenapa lama sekali kau tidak kesini eung?”
Yujin memperhatikan yeoja itu dari atas sampai bawah. Sepertinya ia pernah melihatnya disuatu tempat.
Bukannya menjawab pertanyaan yeoja itu, Jonghyun justru langsung masuk ke area bartender dan mengambil sebuah botol minuman. Dengan cuek ia berjalan ke salah satu meja setelah menemukan apa yang ia cari.
“Apa kau datang bersama Jonghyun?”
Yujin yang semula bingung antara mengikuti Jonghyun atau pergi dari sana terkesiap mendengar pertanyaan yeoja itu.
“A-Aku?” Yujin menunjuk hidungnya. “Ah... ne~”
Ekspresi yeoja itu langsung berubah cerah, cepat-cepat ia meraih tangan Yujin dan mempersilakannya duduk di meja bar.
Saat melihatnya dari dekat barulah Yujin sadar kalau mereka pernah bertemu didepan cafe milik onew. Yeoja inilah yang Jonghyun panggil sebagai ‘noona’, dan bahkan meninggalkan kecupan dipipinya waktu itu. Hanya dengan mengingatnya saja Yujin merasa hatinya sedikit panas.
“Kau mau minum apa?” tawar yeoja itu ramah.
“A...Aku...”
“Orange jus satu, ne?” ia langsung memesan pada bartender tanpa menunggu jawaban Yujin lebih dulu. Tampaknya yeoja ini bisa mengetahui kalau Yujin tidak terbiasa dengan minum beralkohol. Atau lebih tepatnya memang belum pernah mencoba sekalipun minuman itu.
“Apa kau tahu siapa aku?”
Yujin hanya mengedipkan kedua matanya beberapa kali tanpa bersuara sedikitpun. Ia sempat melirik ke arah Jonghyun untuk meminta ‘bantuan’, tapi yang dilirik justru sibuk menuangkan minuman lalu meneguknya perlahan-lahan.
“Haha... aku tahu Jonghyun tidak pernah memberitahumu.” Ia tertawa dengan keras. “Eum, meski dia memiliki banyak yeoja, tapi dia selalu datang sendirian ke tempat ini saat sedang ada masalah. Dan kau...” nuna itu mengarahkan telunjuk dan jempolnya ke arah Yujin. “...kau adalah yeoja pertama yang ia bawa kemari. Aku tidak menyangka Jonghyun ternyata menyukai yeoja sepertimu.”
‘Eh? Menyukai yeoja seperti-KU?’
Tepat saat itu minuman datang. Orange jus milik Yujin dan sebuah minuman bening beralkohol di sebuah gelas berbentuk unik milik Jihyun.
“Tapi... apakah kalian kemari menggunakan motor milik Jonghyun?”
Ragu-ragu Yujin mengangguk.
“Aish bocah ini!” yeoja itu tampak kesal. “Apa kau tahu? Ia tak pernah mengijinkanku untuk menyentuhnya tapi malah memberimu tumpangan! Bukankah itu sangat keterlaluan ia lakukan pada kakaknya sendiri huh?”
Yujin membola. Kakak?
“Ah sampai lupa, aku Kim Ji Hyun. Kau?”
Kim Jong Hyun dan Kim Ji Hyun. Tampaknya yeoja ini tidak berbohong kalau dia memang kakak Jonghyun.
“Aku Yujin.” Jawab Yujin lirih. “Kau... adalah kakak Jonghyun?”
Jihyun menarik sudut bibirnya. Sudah ia kira sebelumnya tanggapan Yujin akan seperti itu. Siapapun didunia ini tidak akan bisa langsung percaya jika Jonghyun dan Jihyun adalah saudara, karena memang tak ada satupun kemiripan yang terlihat di wajah mereka berdua.
“Yeah secara hukum kami memang kakak beradik, tapi kami bukan saudara kandung.”
Diiringi alunan musik pelan di tempat yang sepi seperti sekarang, baru Yujin sadar ternyata suasana cukup hangat. Semua bartender satu persatu masuk ke staff room untuk memberikan ruang privasi bagi Jinhyun yang tampaknya adalah pemilik tempat ini. Perlahan-lahan Yujin mulai terlarut dengan suasana disana, meski dengan sangat sadar ia tahu kini tengah berada didalam sebuah bar.
Yujin menyesap orange jus dingin yang dibuatkan untuknya sambil sedikit melirik ke arah Jinhyun yang melakukan hal yang sama. Mereka saling bertukar senyum saat kedua tatapan itu bertemu tanpa sengaja.
“Kau pasti penasaran tentang masa lalu Jonghyun bukan?” Jihyun berujar sedikit menggoda, membuat Yujin terpaksa menyembunyikan wajah malunya.
“Geurae...geurae aku akan menceritakannya... Karena kau orang yang spesial, maka kau harus tahu siapa Jonghyun sebenarnya bukan?” Lanjut Jihyun sejenak menoleh ke arah Jonghyun yang masih sibuk dengan sebuah gelas dalam genggamannya.
“Waktu itu aku pertama kali bertemu Jonghyun saat ia berumur 8 tahun, sedangkan aku sudah duduk di bangku SMA.” Jihyun memulai penjelasannya. “Aku dan umma yang sedang menikmati udara musim panas di pinggiran sungai Han tak sengaja menemukan seorang bocah yang menangis di sebuah kursi kayu tepat dibawah jembatan Mangwon...”
Tunggu... bukankah tempat itu sekarang menjadi taman mangwon? Tempat dimana Yujin pernah menunggu Jonghyun?!?
“...Aku masih ingat saat itu ia mengenakan sebuah jaket berwarna biru dan menggendong sebuah tas berisi dua lembar baju. Kami lalu bertanya kenapa ia menangis, tapi ia tidak mau menjawab.” Lanjut Jihyun sambil meneguk minuman yang sejak tadi ia pegang. Pandangannya menerawang seakan bisa melihat kejadian itu lagi didepan matanya. “Umma yang merasa kasihan melihat Jonghyun memutuskan untuk ikut duduk disana dan menemani bocah itu. Tapi meski kami berdua sudah menunggu hingga larut, tetap tidak ada yang datang menjemputnya. Kupikir hanya ada dua kemungkinan, apakah bocah ini yang pergi meninggalkan orang tuanya, ataukah orang tuanya yang pergi meninggalkannya.”
Yujin tak sanggup menebak antara keduanya meski ia tahu pilihan kedua memiliki kemungkinan yang lebih besar.
 “Karena malam semakin larut akhirnya kami membawa bocah itu pulang kerumah.” Jihyun terus bercerita tanpa jeda. Tampaknya alkohol sudah mulai mempengaruhi sebagian pikirannya. “Esoknya kami melapor ke pihak berwajib dan memasang iklan di berbagai media, namun belum ada jawaban. Dua hari ia menginap... lalu satu minggu... satu bulan... Tetap tak ada jawaban. Jika saja Jonghyun mau menceritakan siapa dia dan apa yang sebenarnya terjadi mungkin semua akan berjalan lebih mudah. Tapi bahkan bocah ini tak mau membuka mulutnya sedikitpun.”
Mungkin masalah itu terlalu berat hingga Jonghyun kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan semuanya. Jihyun sangat mengerti, oleh karena itu ia memilih mencari cara lain untuk mengungkap latar belakang Jonghyun.
“Sampai suatu hari Jonghyun...” Jihyun terdiam. Tatapannya kosong. Seperti tak memiliki kekuatan hanya untuk sekedar menceritakannya. “...Jonghyun mencoba bunuh diri.”
Kerongkongan Yujin tercekat. Merasa ngeri membayangkan kejadian itu bisa dilakukan Jonghyun yang masih berumur 8 tahun.
“Dia meminum cairan pembasmi serangga yang membuatnya memuntahkan banyak darah. Hampir saja kami terlambat mengetahuinya...”
Yujin mulai tak sanggup untuk mendengarnya lebih. Menemukannya dalam cerita fiksi saja sudah membuat yeoja itu tak tega, apalagi ini benar-benar kejadian yang menimpa Jonghyun. Bagaimana bisa seorang bocah berumur 8 tahun berfikir untuk bunuh diri? Peristiwa berat apakah yang sebenarnya terjadi sampai-sampai melewati batas kemampuannya?
“Tapi beruntung ternyata takdir berpihak pada kami. Ia berhasil selamat meski melewati proses yang panjang.” Lanjut Jinhyun yang membuat Yujin sedikit lega. “Setelah itu umma memutuskan untuk mengadopsinya dan memperlakukan layaknya anak sendiri. Lagipula appa kami sudah lama meninggal. Bagi kami sosok Jonghyun adalah penggantinya.”
Yujin masih belum bisa tersenyum meski itu adalah berita baik. Kepalanya masih dihantui rasa penasaran.
“Apakah karena itu Jonghyun sekarang jadi pendiam dan misterius?” tanya Yujin setelah memastikan Jihyun selesai bercerita.
Jihyun menggeleng tak setuju. “Ani. Setelah kami mengadopsinya lama kelamaan Jonghyun melupakan masa lalunya dan tumbuh menjadi anak ceria seperti yang lain. Kami bersyukur ia bisa melalui masa remaja dengan kenangan yang menyenangkan walau nyatanya dia juga memiliki kenakalan yang membuat umma sedikit kerepotan.” Kali ini Jihyun bercerita dengan sedikit kekehan. “Bagaimanapun juga Jonghyun itu ‘idiot’. Dia selalu menuruti apapun perintah umma tapi tidak dengan belajar. Haha... Dia juga suka bergabung dengan geng-geng di sekolahnya untuk mengerjai junior. Jonghyun selalu menyebut kalau dia itu jagoan...” sekali lagi Jihyun tertawa jika mengingat sosok Jonghyun saat masih duduk di bangku SMA. Apapun yang Jonghyun lakukan, namja itu tetap saja egi (bayi) dimatanya.
Yujin jadi ikut tertawa kecil melihat membayangkan hal itu terjadi.
“Sayangnya itu hanya bertahan sampai Jonghyun lulus SMA.” Jihyun kembali merubah ekspresinya secara drastis. Yujin baru tahu sekarang kalau orang yang sedang mabuk akan memiliki tingkah seperti ini. Ah tidak, Jihyun baru sedikit mabuk.
“Setelah umma meninggal, Jonghyun pergi meninggalkan rumah begitu saja. Ia terus menyalahkan dirinya yang menjadi penyebab umma meninggal.”
“Jonghyun penyebab ummanya meninggal?”
Jihyun menggeleng. “Jonghyun berfikir bahwa kejadian yang menimpa umma karena kesalahannya. Waktu itu umma bersikeras untuk menyembunyikan keberadaan Jonghyun dari seseorang yang mencurigakan. Karena kesal orang itu memukul umma dan tubuhnya jatuh dengan kepala yang mengenai ujung meja.” Suara Jihyun terdengar bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca.
“...Aku berharap keajaiban bisa kembali terjadi seperti saat Jonghyun bunuh diri waktu itu. Tapi sayangnya kondisi umma semakin lama semakin memburuk. Dan dia...”
Yujin meraih tangan Jihyun agar yeoja itu tidak perlu melanjutkan kata-katanya. Yujin tahu hal ini jauh lebih perih ketimbang saat bercerita mengenai Jonghyun semasa kecil. Demi menyelamatkan Jonghyun yang notabene bukan anak kandungnya, umma Jihyun harus mengorbankan nyawanya sendiri. Pantas saja Jonghyun tidak sanggup memaafkan dirinya saat itu.
“Ah... kenapa aku jadi mellow seperti ini huh?” Jihyun mengipas-ipaskan tangan pada matanya agar tidak menangis. Kemudian yeoja itu menegak alkohol yang tersisa didalam gelas. “Lagipula kejadiannya sudah berlalu. Orang itu sudah mendapatkan hukumannya dipenjara. Mungkin ini justru jalan milik Jonghyun untuk menemukan mimpinya seperti sekarang. Dan akupun sudah menemukan takdirku untuk menjadi istri pemilik usaha bar seperti yang kau lihat. Hahaha.” Jihyun kembali tertawa sumbang. Secepat kilat ia bisa melupakan cerita yang sebelumnya ia ungkapkan.
“Aigoo~ lihat bocah itu. Sepertinya dia mabuk berat.”
Yujin ikut menoleh ke arah yang Jihyun lihat. Disana bertengger empat botol minuman kosong yang sudah Jonghyun habiskan. Orang hebat manapun tidak akan bertahan dengan minuman sebanyak itu, termasuk Jonghyun yang mulai teler meletakkan kepalanya diatas meja.
“Tolong antarkan dia pulang. Kau tahu dimana ia tinggal kan?”
Yujin sempat menimbang-nimbang permintaan itu. Haruskah dia menelpon member SHINee untuk datang kemari? Tapi bagaimana reaksi para member jika menemukan Jonghyun sedang mabuk disini? Bisa-bisa mereka tidak hanya marah karena keputusan Jonghyun yang pergi tiba-tiba, tapi juga menyalahkan namja itu akan keadaan yang terjadi sekarang.
“Kau tidak perlu khawatir, anak buahku juga akan ikut mengantar. Jadi kau hanya harus menunjukkan jalan menuju rumah Jonghyun.” Lanjut Jihyun mengira Yujin kebingungan mencari tahu bagaimana caranya membawa namja itu. “Setelah kau pulang dari rumah Jonghyun, minta anak buahku untuk mengantarkanmu sekalian. Arraseo?”
Akhirnya Yujin mengangguk. Tidak masalah baginya selama masih ada bantuan.
Sekitar pukul 10 malam Yujin keluar dari bar itu. Ia sempat panik karena jam malamnya sudah terlewat. Namun ada sebuah pesan singkat yang membuat ia lega ketika Yujin mengecek ponselnya.
‘Aku sudah menghubungi ummamu kalau kau akan pulang terlambat. Tapi tolong katakan ada dimana kau sekarang. Aku akan segera menjemputmu.’ [Minho]
Yujin tersenyum membaca pesan yang sudah dikirim satu jam yang lalu itu, lekas ia membalasnya selama perjalanan menuju rumah Jonghyun.
‘Gomawo Minho. Sebentar lagi aku akan tiba dirumah. Maaf sudah membuatmu khawatir.’ [Yujin]
Setelah dua puluh menit perjalanan, mereka tiba juga dirumah Jonghyun. Untung saja kali ini Yujin tidak lupa akan jalan menuju kesana, jadi tidak perlu merepotkan anak buah Jihyun yang membawanya.
“Tunggu dibawah saja ahjussi, biarkan aku yang melakukan sisanya.”
Ahjussi itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan rooftop setelah memastikan Jonghyun sudah tergeletak di tempat tidurnya. Beruntung Yujin bisa menemukan kunci rumah rooftop Jonghyun dalam sakunya.
Langkah berikutnya Yujin mencari pemanas ruangan. Tempat ini terlalu dingin jika Jonghyun harus didalamnya semalaman. Yujin bahkan merebus air untuk dimasukkan ke dalam botol dan menaruhnya disebelah Jonghyun saat namja itu tidur.
“Uhuk uhuk.”
Yujin langsung menoleh begitu mendengar suara itu. Bisa ia lihat Jonghyun tampak susah payah bangkit sambil memegangi kepalanya. Tubuhnya sedikit linglung karena sedang mabuk.
“Kau tidak apa-apa?”
Namja itu berdiri dihadapan Yujin sambil menunduk. Wajahnya tertutupi oleh sebagian rambutnya yang menggantung. Membuat Yujin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
“Jonghyun?”
Masih terdiam. Nafas yang ia hela semakin dalam. Tapi lama kelamaan bertempo pendek dan bahunya terguncang. Terlambat Yujin sadari ada sebuah bulir yang melewati pipi Jonghyun. Ia menangis.
Yujin membeku, ia terperanjat melihat sosok Jonghyun yang tiba-tiba menangis didepannya.
Apa yang terjadi?
Perlahan wajah namja itu terangkat, dengan jelas air mata telah memenuhi kedua pelupuk matanya. Bibirnya bergetar dan ia tampak tak sanggup menahannya lagi. Jonghyun terisak.
“Aku sudah tidak punya apapun sekarang.” Ucap Jonghyun terbata. “Jadi kumohon jangan tinggalkan aku Yujin.”
DEG!
Hanya dengan mendengar kalimat itu sudah cukup membuat batin Yujin terasa sakit. Begitu banyak pertanyaan yang melintas di pikirannya. Jika saja ia bisa berbuat sesuatu, ia sangat ingin melakukannya demi membuat namja itu berhenti terisak. Tapi bahkan hanya untuk membuka suara saja Yujin tak sanggup. Tenggorokannya tercekat.
Mereka berdua saling beradu tatapan dalam diam. Tak terdengar suara apapun kecuali helaan nafas yang berhembus pelan.
Tiba-tiba ikatan mata itu membuat seolah apapun yang ada dunia ini berhenti bergerak. Tak ada roda mobil yang berputar, tak ada jarum jam yang berdetak, tak ada butir uap air yang mendidih, bahkan daun yang jatuh dari ranting berhenti melayang di udara. Berhenti. Seolah hanya mereka berdua yang sanggup bergerak.
Jonghyun lah yang memulai pertama kali. Perlahan-lahan wajahnya memperkecil jarak antara mereka berdua.
Yujin bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang daripada biasanya. Tatapannya terpaku pada dua bola mata yang mengikat kuat tubuhnya disana. Yeoja itu tak sanggup menghindar. Yang bisa Yujin lakukan hanya menutup kedua matanya saat mengetahui wajah Jonghyun hanya beberapa senti lagi.
Akhirnya ungkapan cinta mereka bertemu dikala dua bibir itu menyatu, saling berbagi perasaan yang selama ini diam-diam mereka pendam.
Seluruh isi pikiran Yujin mendadak kosong. Hatinya yang semula membeku oleh semua tanda tanya dan rasa curiga kini luntur sudah. Perlakuan Jonghyun terhadapnya kali ini benar-benar membuat Yujin terperangkap. Ia tidak tahu apa yang tengah Jonghyun rasakan. Hanya satu hal yang ia tahu sekarang, bahwa ini semua kenyataan, bukan sesuatu yang hanya bisa ia temukan dalam mimpi.
***
“Oh...?” Yujin berhenti di ambang pintu saat menyadari hampir semua member sudah lebih dulu berkumpul di ruang latihan.
“Yujin?”
Mereka semua tampak terkejut karena kedatangan Yujin yang tiba-tiba. Biasanya yeoja itu selalu datang jika mereka menghubunginya lebih dulu, tapi sekarang justru muncul tanpa mereka minta.
“Aku...”
“Duduklah.” Ucap Minho mempersilakan.
Yujin membalas tatapan Minho sekejap, tak berani menangkapnya lebih lama. Sejak kejadian malam tadi yeoja itu benar-benar merasa tidak enak pada semua member. Terutama Minho tentu saja. Meski ia bisa pulang dengan selamat setelah memastikan Jonghyun tertidur, namun ia tahu benar bahwa masalah yang baru saja ia perbuat sedang menunggu pertanggungjawabannya. Oleh karena itulah hari ini Yujin datang menemui member di ruang latihan.
“Tentang tadi malam...” Yujin buka suara, tapi takut untuk melanjutkannya.
“Kami baru saja akan berdiskusi tentang hal itu Yujin.” Ucap Onew. “Tapi satu member masih belum datang.” Lanjutnya berbicara tentang Jonghyun.
“Tapi... Mian... karena aku kalian jadi...” lagi-lagi Yujin tidak tahu apa yang harus ia katakan. Yeoja itu terus saja berbicara sepenggal demi sepenggal. “...itu... Agency... mereka bagaimana?”
“Keumanhae, kau membuatku pusing Yujin.” Balas Key yang membenci sesuatu yang diungkapkan secara berbelit-belit. “Kita kehilangan kesempatan bergabung dengan mereka. Itu semua karena Jonghyun hyung yang tiba-tiba kabur bersama kau, kemudian kalian mengacaukan konser dan membuat semua penonton terkejut...”
Yujin tertunduk, ia tahu Key tidak sedang memarahinya. Hanya saja namja itu menjelaskan situasi dengan caranya yang blak-blakan.
“....Tapi aku sangat penasaran. Kemana Jonghyun Hyung membawamu tadi malam? Dia tidak melakukan sesuatu yang diluar batas bukan? Kau masih... itu maksudku... kau tidak...”
Taemin justru tertawa geli membayangkan kejadian yang dimaksud Key. Buru-buru Minho menutup mulut namja itu sebelum ia bertanya yang aneh-aneh.
“Tentu saja tidak!” kali ini Yujin berteriak dengan yakin. Ya... tentu saja kata-kata yang diucapkan Key tidak benar, tadi malam Yujin dan Jonghyun tidak melakukan hal-hal yang aneh selain... Hanya dengan memikirkannya saja rasanya jantung Yujin ingin meledak. Ciuman pertama? Dengan Jonghyun? Tapi selanjutnya tidak terjadi apapun. Yujin kembali membawa Jonghyun ke tempat tidurnya kemudian meninggalkan namja itu saat tahu ia sudah mulai tertidur. Hanya itu.
“Benarkah?” Key tak langsung percaya. “Apa kau tahu? Tadi malam setelah kau kabur Minho mencarimu kemana-mana. Ia bahkan tidak bisa tidur semalaman padahal sudah jelas-jelas kau membalas smsnya. Namja ini benar-benar...”
Sekali lagi Minho menutup mulut Key, kali ini sambil berbisik di telinga namja itu. “Apa kau tidak bisa menjaga omonganmu sedikit saja huh?”
                “Sudah-sudah, bisakah kita kembali ke topik pembicaraan?” Suara Onew dengan cepat mengubah suasana menjadi kembali dingin.
                “Sebenarnya apa yang terjadi Yujin? Kudengar tadi malam ada beberapa keributan diantara penonton.”
                Ah iya, awal kejadian tadi malam. Hampir saja Yujin lupa menjelaskannya.
                “Sebenarnya ini hanya kesalahfahaman.” Jawab Yujin. “Ada beberapa fans yang mengira aku adalah yeojachingu Minho karena foto kami berdua tersebar di fansclub.”
                Semuanya terkejut. Tampaknya mereka belum mendengar gosip yang beredar diantara fans mereka sendiri. Key buru-buru mengeluarkan HP dari saku celananya untuk melihat apa yang terjadi di web fansclub.
                “Jadi karena itukah mereka menyerangmu?”
                Yujin mengangguk. “Aku tidak sempat menjelaskannya. Kejadian itu berlalu sangat cepat.”
                “Untung saja Jonghyun hyung langsung datang.” Seloroh Taemin. “Tapi nuna tidak pa-pa kan?”
                “Hmm. Aku tidak pa-pa. Tapi kalian...? Hanya karena aku situasinya jadi rumit seperti sekarang.” Sesal Yujin. “Tapi apa ada kesempatan untuk mencobanya sekali lagi? Mungkin jika aku menjelaskannya, mereka akan memaafkan kejadian tadi malam.”
                Onew justru tersenyum. “Tidak perlu Yujin. Mungkin memang belum waktunya bagi kami untuk debut. Kami yakin akan ada kesempatan lain...”
                “Annyeonghaseyo!”
                Suara cempreng dari seorang yeoja tiba-tiba saja terdengar. Rupanya sore ini SHINee kedatangan ‘tamu yang tidak pernah diundang’ bersama member yang mereka tunggu sejak tadi.
                Hana dan Jonghyun.
                Yujin terkejut saat menyadari tangan Hana melingkar di lengan Jonghyun, bahkan ia menyandarkan kepalanya di bahu namja itu. Kenapa Hana... ah tidak, Jonghyun pun tidak menolak mendapatkan perlakuan itu dari yeoja yang sudah jelas-jelas ia tidak sukai sebelumnya.
                “Aigoyaa, ternyata semuanya sudah berkumpul disini. Tampaknya kita sedikit terlambat chagiya.”
                Chagiya? CHA-GI-YA?
                Yujin terperanjat. Apakah panggilan itu benar-benar ditunjukkan untuk JONGHYUN?
                Semua member tak kalah terkejut saat melihatnya, mereka semua masih terdiam untuk menunggu bagaimana reaksi Jonghyun. Tapi yang terjadi berikutnya justru lebih buruk. Jonghyun memeluk tubuh Hana dari samping kemudian membawanya duduk tepat dihadapan Yujin. Dengan tatapan yang nakal namja itu mendekatkan wajahnya ke arah Hana sambil berbisik lirih. Ia pun menyeringai saat menyadari ekspresi Yujin berubah drastis.
                Apa Jonghyun lupa dengan kejadian yang baru saja ia lewati bersama Yujin? Apa yang ia lakukan pada Yujin tadi malam hanya sebatas ‘kebiasaannya’ saat mabuk? Jika tidak, kenapa namja itu harus bertingkah seperti ini? Lalu Hana, bukankah ia menyukai Minho dan menghindari Jonghyun karena tahu namja itu playboy?
                Sebenarnya apa yang ingin mereka tunjukkan?
                Karena sudah tidak tahan akhirnya Yujin bangkit. Dengan gerakan cepat ia langsung meraih tangan Hana yang sempat berontak. “Aku ingin bicara denganmu diluar.”
-To Be Continue-

                Heilah si Hana di embat juga ama Jonghyun, kekekeke. Tapi tenang(?), next part bakalan ada penjelasannya kog. Mhihihi
                Ngomongin next part, bakalan dibahas gimana masa lalu jonghyun yang kelam(?) dan part selanjutnya dan selanjutnya lagi lama2 semuanya akan terungkap. Halah... wkwk
                Karena udah siap post, janji deh next part ngga lama2. Tapi janji juga tinggalin komen yaaa. #plak

                Akhir kata, bye byeeee~

2 comments:

  1. aigoo kok aku jadi sebel sama hana ya, sekalipun dia sahabatnya yujin tapi berasa jadi antagonis -___- hana ke laut ajaaaaa haha
    jonghyun-yujin fighting!! haha

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...