Tittle : Lucid Dream [Part 10]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim
Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Sore itu member SHINee bersama Yujin dan Hana berkumpul
di ruang latihan. Mereka semua duduk melingkar dan tampak serius ingin mendiskusikan
sesuatu yang sebelumnya Onew sampaikan melalui pesan singkat.
Tentang kedatangan Hana,
sepertinya bukan hal yang mengejutkan lagi bagi semua member. Tidak mungkin
bagi mereka untuk menolak kehadiran yeoja itu karena semua member tahu benar
situasi ini sudah membuat Yujin cukup kesulitan. Pada akhirnya, ada atau
tidaknya Hana, itu sama saja. Para member hanya akan menganggap keberadaan
Yujin.
“Jadi ada apa sebenarnya? Kenapa
Hyung meminta kami untuk berkumpul disini?”
tanya Minho sesaat setelah Taemin bergabung sebaga member terakhir yang
datang.
“Tadi malam ada seseorang yang
mendatangiku di cafe.” Ucap Onew memulai penjelasan. “Dia menawarkan kita untuk
bergabung di agensinya dan melakukan persiapan untuk debut.”
Debut? Tentu saja itu impian
semua musisi. Selama ini SHINee memiliki keterbatasan ruang untuk tampil karena
mereka tidak bernaung dibawah sebuah agency. Akan lebih mudah jika mereka telah
terikat kontrak, karena tidak hanya fasilitas dan kualitas yang akan meningkat,
namun kesempatan untuk mengembangkan sayap mereka didunia musik akan terbuka
semakin lebar. Namun tentu saja ada hal yang dikorbankan. Selain privasi yang
terbatas, mereka juga harus mengikuti konsep yang diinginkan agency, juga
menjalani semua jadwal yang ditetapkan tanpa terkecuali.
“Semua detailnya ada disini.”
Lanjut sang leader sambil meletakkan sebuah amplop besar diatas meja.
Begitu amplop itu mendarat, Key
dan Taemin buru-buru ingin melihatnya padahal mereka berdua duduk
berseberangan. Alhasil amplop itu jadi bahan tarik menarik karena tidak ada
yang mau mengalah.
“Hyung~” Taemin merengek
bercampur aegyo karena ingin melihatnya lebih dulu. Tapi Key tidak peduli,
justru melayangkan tatapan tajam yang spontan membuat Taemin beringsut di
belakang Minho.
“Menurut Hyung bagaimana?” Tanya
Minho menengahi.
“Aku tidak bisa memutuskanya
sendiri. Tentu saja itu juga tergantung bagaimana keputusan kalian.” Onew
menjawabnya dengan bijaksana. “Tapi untuk pertimbangan, aku sudah mencari tahu
latar belakang agency itu. Mereka memang terfokus pada band-band indie seperti
kita. Meski belum lama berdiri, sudah ada artis mereka yang debut dan terbilang
sukses untuk kategori rookie. Jadi ini keputusan penting untuk band kita,
tolong baca tawaran mereka dengan seksama.”
Mendengar perintah dari Onew,
yang lain pun tampak jauh lebih serius menanggapinya. Sebagian dari mereka
berdiskusi tentang tawaran itu, sebagian lagi bergantian membaca isi amplop
yang diberikan. Bahkan Key dan Taemin yang selalu berdebat tidak penting pun
membuka suaranya untuk hal-hal yang berkaitan dengan keputusan band nanti.
Tampaknya diskusi kali ini benar-benar menentukan bagaimana nasib band
kesayangan Hana itu.
“Oiya mereka bilang mereka ingin
melihat perform kita secara live sekali lagi untuk bahan pertimbangan.” Tambah
Onew. “Waktu dan tempatnya kita yang tentukan.”
“Kalau begitu bagaimana kalau
sabtu besok saat tampil di season cafe?” usul Taemin pada yang lain.
Minho menatap Taemin sambil
berfikir, “Menurutku lebih baik jika saat kita tampil di panggung yang lebih
besar. Sepertinya semakin banyaknya penonton maka responnya pun akan semakin
baik.”
Hana mengangguk semangat
menyetujui pendapat Minho.
“Seingatku kita ada tawaran
tampil di festival tahunan daerah Sangamdong.” Timpal Key. “Yujin, kapan kita tampil
disana? Bukankah kau sudah menyusun jadwalnya?”
Yujin menguap. Tatapannya kosong
mengarah ke lantai.
“Yujin?” Panggil Key lagi.
Tak ada jawaban.
“YUJIN!” Hana berseru menyenggol lengan Yujin.
“Oh! A....ada apa Hana?”
“YA! Apa kau tidak mendengarkanku
huh?” teriak Key kesal. “Sejak tadi kami berdiskusi serius kau tak
memperhatikannya?”
“Oh? Oh...Mian...”
Onew terdiam. Ia perhatikan
sejak tadi Yujin dan Jonghyun sama sekali tidak mengeluarkan suara, padahal
biasanya Jonghyun adalah orang yang paling kritis menanggapi hal semacam ini.
Apa ia sedang tidak mood karena kedatangan Hana? Atau terjadi sesuatu diantara
Jonghyun dan Yujin tadi malam?
“Sehabis kuliah kau langsung
kesini bukan?” Minho mengira Yujin tidak fokus kemungkinan besar karena
kecapaian. “Sekarang sebaiknya kau pulang saja Yujin, biar kuantarkan.”
“Ani-ani.” Tolak Yujin cepat.
“Tidak pa-pa Yujin, kau pulang
saja.” Hana ikut buka suara. “Nanti biar aku yang menggantikanmu disini.”
‘Menggantikanku disini?’ batin
Yujin tidak setuju.
“Lebih baik kau saja yang
pulang.” Ucap Key menunjuk ke arah Hana. “Yujin masih kami butuhkan disini...”
Skak mat. Hana langsung
mengatupkan bibirnya karena tak sanggup membalas kalimat Key.
“...Minho, kau mau kan
mengantarkannya?”
Minho sempat terdiam beberapa
detik. Ia hanya bertukar tatapan dengan Key sampai akhirnya mengangguk karena
mengerti apa yang dimaksud sahabatnya itu. Tidak masalah ia harus mengantarkan
Hana pulang jika itu untuk kebaikan semua member. Lagipula meski yang lain tidak memberikan
tanggapan soal ini, tampaknya mereka menyetujui keputusan namja yang selalu
berbicara to the point itu.
“Oke Hana sudah pergi. Sekarang
apa diskusinya bisa kita lanjutkan?” ucap Key tersenyum tipis pada Yujin. Yujin
hanya membalasnya dengan tawa karena heran ternyata Key bisa membaca
pikirannya.
***
Sosok itu muncul lagi,
mengenakan kemeja putih yang senada dengan celana yang ia pakai tampak tersenyum
sambil meraih tanganku kemudian mengajakku berjalan menyusuri pantai.
Senyum hangatnya sangat ku
rindukan. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Tapi entah kenapa aku justru merasakan
tangan namja itu semakin lama semakin merenggang. Saat aku menoleh, ia sudah
tidak ada disana. Namja itu menghilang! Sudah kucoba mencarinya dimanapun,
namun jejaknya bahkan tidak terlihat. Yang bisa kulihat hanya kesendirianku
bersama angin deras dari pantai dan ribuan pasir putih yang membisu.
***
Yujin membuka mata, ia terkesiap dengan nafas yang tidak beraturan.
Astaga ternyata itu hanya mimpi.
Yujin pikir ia benar-benar berada disana. Padahal beberapa menit yang lalu ia
sangat senang karena bisa bertemu dengan namja yang sudah setahun lebih
membayangi mimpinya. Tapi dalam sekejap semua itu hilang.
Sudah lama semenjak Yujin bertemu Jonghyun, ia tidak pernah memimpikan
namja itu lagi. Jangankan mengendalikannya seperti dulu, untuk menemukan sosok
Jonghyun dalam mimpinya saja tidak pernah. Dan kali ini saat Yujin sanggup
memimpikannya, Yujin merasa ia tidak bisa melakukan apapun. Eh, tapi ada dimana
Yujin sekarang? Ia tahu persis kamarnya tidak seperti ini.
Cepat-cepat Yujin bangkit.
Kepalanya terasa pusing karena bangun tiba-tiba.
“Kau sudah bangun rupanya?”
Yujin menoleh. Tepat di kursi
kayu sebelah sofa tempat ia tidur, tampak sesosok namja yang baru saja muncul
dalam mimpinya tengah mendengarkan musik. Namja itu berbicara tanpa melihat ke
arah Yujin.
“Aku??” Yujin menoleh
kanan-kiri. Baru ia sadar kalau ia sekarang masih ada diruang latihan. “Ah...
mian aku ketiduran. Yang lain...ada dimana?”
Seingat Yujin, setelah Minho
berpamitan mengantar Hana tadi ia sempat berdiskusi dengan para member,
kemudian... ia meletakan kepalanya diatas meja, kemudian... ah! Jadi sejak saat
itu ia ketiduran. Rasanya yeoja itu ingin bersembunyi di balik sofa karena
malu.
“Yang lain sudah pulang.” Jawab
Jonghyun datar. “Tapi... apa setiap kali kau tidur kau selalu berbicara aneh
seperti itu huh?” nada bicara Jonghyun berubah. Ia memperlihatkan ekspresi
terganggu karena ulah Yujin.
“Aku?? Aku... aku mengigau?”
Yujin panik, takut mengatakan hal aneh. “Apa yang kukatakan?”
Bahu Jonghyun naik, “Aku...
tidak memperhatikannya.”
Yujin mengerutkan dahi. Jika
Jonghyun tidak memperhatikannya, tidak mungkin sekarang namja itu bisa menjawab
semua pertanyaannya bukan? Padahal sudah jelas-jelas namja itu tengah
menancapkan headset pada kedua telinganya.
“Aku bermimpi tentang kau.”
Jawab Yujin ingin melihat bagaimana reaksi namja itu. “Aku selalu bermimpi
tentang kau Kim Jonghyun.”
Jonghyun bergeming.
“Aku tidak tahu kenapa, tapi itu
selalu saja kau.” Yujin melanjutkan kata-katanya meski lawan bicaranya masih
terdiam. “Bisa bertemu dengan namja yang selama ini ada dalam mimpiku adalah
hal yang hal paling kuinginkan sejak dulu. Karena itu aku akan bertahan, dan
aku tidak akan pernah melepaskanmu Kim Jonghyun.”
Tubuh kekar berbalut kaos tipis
tanpa lengan itu masih membeku beberapa detik setelah Yujin menyelesaikan
kata-katanya. Tapi kemudian ia melepas kedua headsetnya dan membalas tatapan
yeoja itu. Bisa Yujin temukan keseriusan mendalam dibalik sorot mata Jonghyun
yang seketika sanggup membuat perasaan Yujin menegang.
Detik berikutnya, bibir yang semula membentuk garis lurus itu berujar
dengan pelan. “Namja yang ada dalam mimpimu... Bagaimana jika itu bukan aku?”
Hening sejenak. Bahkan untuk menjawab pertanyaan sederhana dari Jonghyun,
Yujin harus berfikir beberapa saat. Karena sejujurnya ia bahkan tidak pernah
menanyakannya pada dirinya sendiri. Rasanya begitu canggung saat mendengar
pertanyaan itu justru terlontar dari bibir Jonghyun.
Tapi pada akhirnya Yujin tersenyum tipis, “Aku sudah melihatnya lebih dari
100 kali dalam mimpiku. Dan aku yakin itu kau.”
Keduanya lantas saling beradu tatapan dalam diam. Mencoba mencari tahu
siapa yang lebih yakin dengan argumen masing-masing. Namun itu tidak
berlangsung lama saat Jonghyun kemudian bangkit meraih jaket kulitnya, seperti
tidak ingin membahas lebih lanjut.
“Sudah hampir jam 9 malam. Minho tadi menelpon dan memintaku untuk
mengantarkanmu pulang sebelum jam 9 malam. Dia bilang Hana mengajaknya pergi ke
suatu tempat jadi ia tidak bisa kembali kemari tepat waktu.”
Sekali lagi Yujin tersenyum. Kali ini lebih lebar bahkan. Tanpa harus
beralasan mengenai Minho pun Yujin yakin Jonghyun tidak akan membiarkannya
pulang sendirian.
***
Sudah sejak tadi malam Minho mengirimi Yujin pesan singkat agar hari ini
yeoja itu meluangkan waktu untuk pergi bersamanya. Yujin hanya bisa
menyutujuinya, asal ia bisa pergi dengan member SHINee tanpa kehadiran Hana
saja sudah menjadi hal yang bagus baginya. Yujin tidak ingin Hana lagi-lagi
menjadi perusak mood mereka semua, termasuk Minho, meski hari ini mereka hanya
pergi berdua.
“Seoul Square?” mata Yujin membelalak ketika mobil Minho terparkir di depan
gedung dengan LED superbesar itu.
Minho hanya tersenyum. “Kau akan tahu nanti. Kajja! Mari kita
bersenang-senang!”
Seoul square adalah sebuah gedung megah dengan berbagai fasilitas yang
lengkap, mulai dari berbagai macam restaurant, hotel dan tempat yang akan Minho
serta Yujin datangi. Tempat ini sangat ramai dikunjungi saat musim dingin.
Apalagi kalau bukan ice rink!
“Tapi aku tidak bisa ice skating Minho... apa yang harus aku lakukan?”
Yujin bergidik ngeri melihat area ice rink yang ada didepannya. Sebagian besar
orang disana tampak begitu lihai berlarian diatas es, bahkan ada beberapa yang
sanggup berputar-putar seperti seorang profesional. Mungkin nanti nasib Yujin
hanya akan berakhir seperti beberapa pengunjung yang hanya berdiri di pinggiran
sambil memegangi besi. Sangat tidak keren.
“Tempat ini hanya untuk Kim Yuna, Minho. KIM YUN-A! Kau tau kan Kim Yuna?
Kita pulang saja yaaa~“ *Kim Yuna pemain ice skating korea yang terkenal*
Minho tertawa, “Ayolah Yujin, kau harus mencobanya...” ajaknya memasuki
ruang dimana mereka mengganti sepatu yang mereka pakai dengan sepatu ice
skating.
Sudah terlanjur basah, tidak mungkin Yujin tidak sekalian menceburkan diri.
Ia sudah terlanjur ada disana, Minhopun tidak berhenti untuk memaksana, tak ada
pilihan lain selain masuk ke area ice rink. Langkah pertama ia masuk, kedua
kakinya bergetar karena takut terjatuh. Hanya Minho harapan ia satu-satunya
sekarang.
“Eottokkhae? Eottokkhae? Eottokkhae? Umma! Akk Minho~ Andwae... Andwae....”
yeoja itu tampak super panik padahal sudah jelas-jelas Minho memegangi kedua
tangannya. Lagipula ice rink ini tidak terlalu licin, Yujin hanya perlu menyeimbangkan
badannya agar bisa berdiri dengan tegak.
“Minhoo~ Salyeo juseyo T_T”
Minho jadi tak sanggup menahan tawanya melihat ekspresi Yujin. Seakan-akan
nyawa yeoja itu akan diambil sampai-sampai ia memohon dengan wajah ketakutan.
“Jika kau takut jatuh, tekuk kedua kakimu seperti ini.” Ucap Minho
memberikan sedikit intruksi. Yujin langsung mempraktekkannya. “Nah sekarang,
kita maju perlahan-lahan.” Lanjutnya menarik tangan Yujin pelan.
“Jangan lepaskan! Jangan lepaskan! Kumohon jangan lepaskan! Aakk Umma!
Umma! Umma!”
Lagi-lagi Minho tertawa. Maksud ia membawa yeoja itu ke tempat ini untuk
memberikan sedikit hiburan karena akhir-akhir ini Yujin terlihat lebih pendiam
dari biasanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Yujin tampak begitu panik,
padahal permainan ini sungguh menyenangkan.
Sepuluh menit... dua puluh menit... tiga puluh menit... sampai hampir satu
jam mereka bermain, lama kelamaan Yujin menikmatinya. Ia terus-terusan meminta
Minho untuk menariknya berkeliling ice rink, tanpa mempedulikan namja itu yang
sudah mulai kelelahan. Tapi melihat Yujin berteriak, tersenyum, bahkan sesekali
terjatuh sambil tertawa membuatnya tidak ingin berhenti. Setidaknya Minho tahu
kalau ini adalah tempat yang tepat untuk menghibur yeoja itu.
“Ingin berputar lagi?” tawar Minho saat mereka berdua berhenti sejenak di
pinggiran ice rink.
“Aniya~” Yujin menggeleng. “Aku capek.” Ucapnya lalu tertawa menyadari
Minho akan berlipat-lipat lebih lelah ketimbang apa yang ia rasakan. “Tapi kau
benar-benar hebat. Apa kau sering kemari?”
Minho tersenyum tipis, “Setiap musim dingin Key selalu mengajaku kemari.
Dia sangat suka bermain ice skating.”
Yujin hanya mengangguk-angguk. “Apa kalian sudah mengenal lama?”
“Hm.. mungkin sepuluh tahun? atau lebih?” jawab Minho mengira-ira sejak
kapan mereka saling kenal pertama kali. “Kami berdua satu sekolah sejak SMP,
kemudian SMA, dan sekarang kuliah di tempat yang sama.”
‘Hebat sekali Minho bisa tahan begitu lama berteman dengan orang yang super
cerewet seperti Key’, batin Yujin.
“Tapi apa kau lapar? Bagaimana
kalau kita makan? Disini ada retoran galbijjim yang sangat enak. Kau harus
mencobanya.”
Yujin langsung mengembangkan
senyum cerahnya, apa lagi yang bisa ia lakukan selain menerima tawaran menggiurkan
itu?
Sekarang, tidak hanya sedang
berada sebuah restaurant yang nyaman, menyantap makanan enak, menghabiskan
waktu yang menyenangkan, tapi Yujin juga ditemani dengan namja tampan sekaligus
populer seperti Minho. Ia merasa sangat beruntung meski sebenarnya sedikit
berharap namja yang duduk di seberang meja adalah namja yang selama ini
mengabaikannya, menyuruhnya menghilang dan memajang wajah tidak menyenangkan setiap
kali bertemu dengannya. Seburuk apapun perlakuan yang Yujin terima dari
Jonghyun, tetap saja hatinya telah terpenuhi oleh bayangan namja itu.
“Yujin... Yujin apa kau
mendengarkanku?”
Yujin yang sedang asik melamun
tiba-tiba tersadar oleh suara berat Minho. “Oh? Wae...?”
Mata besar Minho menyipit,
mencoba menerka apa yang sedang Yujin pikirkan.
“Aniyo, gwenchanayo.” Ucap namja
itu akhirnya. Ia kembali berkutat dengan sumpit yang berada di sela
jari-jarinya, menelan rasa ingin tahu yang sebelumnya ingin lontarkan pada
Yujin.
Minho tahu Yujin tidak seperti
Hana yang akan mengoceh sepanjang hari meski ia tak pernah meminta. Yujin bukan
seseorang yang akan menceritakan sebuah rahasia dengan mudah. Yujin adalah
yeoja yang lebih banyak melakukan pekerjaan ketimbang berbicara. Yujin lebih
senang melakukan sebuah aktifitas ketimbang duduk dan saling bertukar pikiran.
Setiap kali berada di dalam mobil, Yujin akan tenggelam dengan lamunannya
sambil melihat ke pinggiran jalan. Yujin tidak pernah berprasangka buruk, ia lebih
suka memendam semua ketidaknyamanannya ketimbang mengungkapkannya secara
langsung. Yujin bahkan akan membiarkan sahabatnya mengganggu kegiatannya,
ketimbang harus bertengkar. Yujin...
Minho sebanyak itu telah
mengetahui siapa Yujin. Jadi untuk pertanyaan ‘Apa makanannya enak? dan ‘Apa
restorannya nyaman?’ mungkin terlalu klasik dan tidak penting, jadi memang tidak seharusnya ia
bertanya demikian.
“Mi...Minho...”
“Eo?”
“Makanannya enak.” Jawab Yujin kemudian.
“Dan aku suka tempat ini. Dari sini aku bisa melihat mereka bermain ice
skating.” Lanjutnya menunjuk ice rink yang tersekat oleh jendela kaca.
“Gomawo... karena sudah membawaku ke tempat ini.”
Senyum lebar itu terkembang,
semua keresahan yang bergulir dalam hatinya hilang sudah. “Kalau kau suka, kita
bisa kesini lain kali.”
“Jinjja?” Yujin antusias.
“Geurae! Gantian aku yang akan meraktirmu.”
Tawaran Yujin hanya dibalas tawa
oleh Minho. Tentu saja ia tak akan membiarkannya, tapi untuk sekarang ia hanya
sanggup menyetujuinya.
“Tapi Yujin...” lanjut Minho
dengan nada yang lebih serius. “...bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
Yujin mendongak setelah
memasukkan sepotong daging kedalam mulutnya, kemudian memberi sedikit anggukan
untuk menjawab pertanyaan itu.
“Malam itu... saat aku menjemputmu
dirumah Jonghyun Hyung...”
Meski pertanyaan Minho baru
terdengar sepenggal, Yujin tahu benar kemana arah pembicaraan namja itu
sekarang.
“... Apa yang sebenarnya
terjadi?” Minho bertanya dengan sangat pelan dan hati-hati. Ia tidak ingin mood
Yujin berubah karena rasa penasarannya. “Malam itu kau memang sudah mengatakan
kalau tidak ada apa-apa... tapi saat kau menelponku... ehm, maksudku... saat
itu...”
“Memang terjadi sesuatu. Tapi
bukan sesuatu yang besar.” Potong Yujin meletakan sumpitnya diatas mangkuk lalu
membalas tatapan Minho yang tampak khawatir sesaat setelah mendengar kalimat
pertama dari Yujin. “Aku tersesat saat mencoba mencari rumah Jonghyun. Tanpa
sengaja aku bertemu dengan beberapa pemabuk...”
Minho menegakkan posisi
duduknya, ingin langsung bertanya tapi Yujin tahan. Wajahnya tampak semakin
khawatir.
“...Saat itu aku hanya sedikit
panik jadi langsung menekan panggilan terakhir dalam handphoneku... yang
kebetulan itu adalah kau.” Yujin menarik nafasnya dalam. “Untungnya Jonghyun
datang disaat yang tepat, jadi mereka tidak sempat berbuat apapun.”
“Tapi kenapa tiba-tiba kau
menutup telponnya? Aku sudah mencoba menghubungimu tapi handponemu tidak
aktif.” Ketara sekali Minho masih belum sepenuhnya percaya dengan penjelasan
Yujin karena yang Minho temukan saat menjemput Yujin waktu itu, Yujin tampak
begitu shock dan bahkan wajahnya memucat dengan kedua mata yang sembab. Saat
Minho bertanya pada Jonghyun, namja itu menjawab sama persis seperti apa yang
Yujin katakan. Bahwa ia baik-baik saja.
“Aku menjatuhkan handphone ku dan
tidak sempat menyalakannya kembali.” Jawab Yujin merasa bersalah. “Mianhe...
karena sudah menelponmu dan membuatmu khawatir.”
Masih begitu banyak pertanyaan
yang berkutat di kepala Minho, tapi bibirnya justru terkatup rapat.
“Tapi Minho... Bolehkah aku juga
bertanya sesuatu?” Gantian Yujin yang bertanya, tapi kali ini tampaknya bukan
hal serius seperti pertanyaan Minho sebelumnya.
“Hmm...?”
Yujin tersenyum tipis, “Apakah
mimpimu menjadi seorang drummer terkenal?”
Minho tidak langsung menjawab,
ia tahu benar pertanyaan ini sebagai upaya Yujin untuk mengalihkan topik
pembicaraan. Yujin tidak ingin Minho bertanya lebih banyak tentang hal yang
terjadi kemarin. Ia mengerti, oleh karenanya ia membalas senyum itu.
“Aniyo... mimpiku menjadi pemain
sepak bola.”
“Jinjja?”
Minho mengangguk.
“Lalu kenapa kau sekarang
menjadi drummer?”
“Itu... terjadi begitu saja.”
Jawabnya jujur. “Lalu kau? Apa mimpimu?”
“Aku?” Yujin berfikir sambil
menyedot jus alpukat. “Menjadi Eriko Kitagawa.” Lanjutnya sedikit terkekeh.
“Eriko Kitagawa? Siapa itu?”
“Mollayo? Dia adalah seorang
penulis skenario sekaligus sutradara yang terkenal di jepang.” Yujin terlihat
begitu bersemangat bercerita. Seakan-akan tidak ada orang lain sebelum Minho
yang pernah ia beritahu soal ini. “Imajinasinya sangat luar biasa, dan dia
sangat lihai menuangkannya dalam sebuah film dan juga drama. Ah, film ‘Postman
to Heaven’ kau tahu? Itu adalah salah satu karyanya... Dia benar-benar... Aku
sangat... Hampir semua karyanya... Dari dulu aku... Oleh karena itu... Sampai
sekarang... ”
Setiap kali Minho bertemu Yujin,
gadis itu selalu menunjukkan sisi lain dari dirinya. Entah Yujin yang sering
sekali melamun, Yujin yang selalu berkata baik-baik saja, Yujin yang terkadang
menyembunyikan perasaannya, dan Yujin yang punya banyak rahasia. Tapi sisi
apapun yang Yujin tunjukkan pada Minho, ia akan tetap berdiri disana dan
menunggu sampai semua sisi yeoja itu terbuka satu persatu.
***
Genap dua minggu sudah sejak
pertemuan member SHINee di ruang latihan untuk membahas tawaran yang akhirnya
mereka terima. Selama dua minggu pula hampir setiap hari mereka menyempatkan
diri untuk latihan demi mempersiapkan penampilan spesial di festival tahunan
daerah Sangamdong ini. Entah itu di sore hari maupun malam hari mereka tetap
datang dan berlatih dengan serius karena penampilan kali ini akan menentukan
apakah mereka akan diterima atau tidak.
Meski tawaran dan persetujuan ada ditangan, tentu saja penilaian secara
langsung oleh agency sangat penting. Bisa saja agency yang sebelumnya
menawarkan debut tiba-tiba berubah pikiran, atau mengganti beberapa point dalam
tawaran yang mereka berikan jika penampilan SHINee malam ini tidak seperti yang
agency inginkan. Bagaimanapun juga selama SHINee belum menandatangani kontrak,
apapun bisa saja terjadi.
Dan malam inipun tiba, saat
dimana buah kerja keras dan mimpi mereka ditentukan.
Sama seperti yang mereka duga sebelumnya, festival tahunan Sangamdong kali
ini berlangsung meriah. Banyak orang-orang dari semua kalangan dan umur
berbondong-bondong datang mencari hiburan. Bahkan sejak sore hari depan
panggung sudah dipenuhi penonton yang tidak ingin ketinggalan melihat band
kesayangan mereka. Tapi yang penting dari semuanya adalah, SHINee merupakan salah
satu band yang paling ditunggu-tunggu penonton. Hal ini tentu saja memberikan
keuntungan bagi SHINee dalam penilaian mengingat animo penonton akan kehadiran
SHINee sangat besar.
Setelah memastikan semua alat band sudah terangkut dan tak ada yang
ketinggalan, Yujin lekas menyusul Hana yang lebih dulu stand by di tempat
konser. Seperti biasa Hana yang sudah heboh dengan bando warna-warninya tampak
berdiri tepat berjarak sekitar 5 meter dari ujung panggung. Sudah cukup dekat,
tapi ia belum puas jika belum berdiri paling depan dan benar-benar bisa
menyentuhnya secara langsung -_-
“Mereka akan tampil di urutan ke berapa Yujin?” tanya Hana tidak sabar.
Yujin melirik jam tangannya, pukul 8 malam. “Harusnya sekarang mereka sudah
tampil, mungkin setelah ini.” Ucap Yujin membuka syal dan beanie nya karena
ternyata suasana disana sangat panas. Entah karena memang udara yang tiba-tiba
berubah, atau karena Yujin yang terlewat tak sabar melihat penampilan SHINee
malam ini. Yang jelas Yujin bisa merasakan para member pasti akan jauh lebih
gugup daripada yang ia rasakan sekarang.
Bukannya melihat ke panggung, Yujin justru menoleh ke arah belakang untuk
mencari dimana perwakilan agency akan menilai. Setidaknya jika ia menemukan
orang itu, Yujin bisa sedikit mengetahui bagaimana ekspresinya saat melihat
SHINee tampil.
Saat itulah tiba-tiba yeoja yang berdiri tepat di belakang Yujin tampak
berbisik-bisik. Yujin menoleh sekilas, tapi mereka justru menatap Yujin sinis.
“Kau yeoja itu kan?” salah satu dari mereka buka suara, nadanya terdengar
sarkatis.
“Ne?” Yujin memajang ekspresi tidak mengerti.
Tepat setelah Yujin berbicara, member SHINee satu persatu mulai memasuki
panggung. Mereka sempat mengecek alat musik yang mereka pegang beberapa saat, lalu
akhirnya benar-benar memulai penampilan dimalam itu. Lagu andalan “Why So
Serious?” yang mereka pilih langsung membuat semua penonton berteriak histeris.
Semua, kecuali beberapa yeoja yang berdiri dibelakang Yujin.
“Iya dia pasti yeoja itu!” teriak yeoja yang menggunakan jaket berwarna
hijau, ia tampak memastikan wajah Yujin dengan sesuatu dalam handphonenya. “Aku
yakin dia kekasih minho.”
MWO? Yujin membola. “Apa maksudmu?”
Perhatian penonton yang ada di sekitar mereka langsung teralih ke arah
Yujin tepat disaat salah satu fans itu menyebutkan nama Minho. Dan anehnya
mereka semua langsung terkejut melihat wajah Yujin, seakan-akan mengenalnya.
“Tidak usah berpura-pura! Yeoja ini kau kan??”
Yujin menutup mulut dengan tangannya karena tak percaya saat menemukan foto
yang terpampang di layar hp yeoja itu. Ia bahkan menunjukkan beberapa foto lain
yang membuat Yujin tidak sanggup berkelit. Tapi itu benar-benar Yujin!
Foto-foto itu menunjukkan kedekatan Yujin bersama Minho saat berada di area ice
skating minggu lalu, bahkan ada foto saat Yujin membeli kado untuk Onew di
Myeongdong. Bagaimana semua ini bisa tiba-tiba tersebar?
“...Astaga jaketnya saja sama persis. Ia benar-benar yeoja itu...”
“...Aku tidak percaya Minho menyukai yeoja seperti ini...”
“....Kau bahkan tidak lebih cantik
dariku...”
“....Memangnya kau siapa berani mengencani Minho ‘kami’?....”
“....Jika aku tidak sanggup mendapatkan Minho maka tidak ada orang lain
yang boleh mendapatkannya!....”
“...Apa kau memang benar-benar yeojachingu Minho?...”
“...Kau pantas mati!...”
“PLAK!” sebuah tamparan mendarat
dengan keras di pipi Yujin, meninggalkan bercak merah disana. “DASAR WANITA
JALANG!”
Sudut mata Yujin memerah, ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat
sampai-sampai ia mendapatkan perlakuan seperti sekarang.
“Jaga ucapanmu!” balas Yujin tidak terima. Ia masih bisa menyimpan
amarahnya mendapatkan cemoohan dari yeoja yang ada disekitarnya, tapi yeoja
yang satu ini benar-benar dilewat batas.
“JADI KAU BERANI MENANTANGKU?”
Meski Yujin berani dan ia yakin bisa mengalahkan yeoja yang masih berumur
belasan itu, nyatanya anggapan Yujin salah besar. Saat ini dia tidak hanya
melawan satu orang, tapi semua orang yang tengah menatapnya. Entah 10 orang
atau lebih, Yujin tak sanggup memastikannya.
Minho yang semula fokus ke arah perwakilan agency mengalihkan pandangannya
ke tengah penonton dan menyadari ada keributan yang terjadi disana. Tidak
terlalu jelas, hanya terlihat beberapa yeoja yang saling berdesakan. Tapi
tunggu... bukankah itu Yujin?
Minho bangkit, melempat stick drumnya ke sembarang tempat yang otomatis
membuat dentuman musik berhenti. Ia ingin segera turun untuk menolong Yujin
tapi tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di bibir panggung.
Terlambat Minho sadari telah ada seseorang yang lebih dulu berdiri
disamping Yujin untuk melindunginya. Seseorang yang meninggalkan stand mic
begitu saja dan langsung melompat ke bawah sebelum keadaan bertambah buruk.
Seseorang dengan tatapan dingin namun memiliki perasaan yang begitu hangat.
“Jong...jonghyun?”
Reaksi yang sama persis seperti yang Jonghyun temukan saat menolong Yujin
dari para pemabuk kemarin. Yeoja yang semula menarik rambut Yujin dengan kasar
itu langsung melepaskan tangannya. Tubuhnya gemetaran karena harus menghadapi
sosok Jonghyun yang datang tanpa ia kira.
Suasana berubah hening. Musik berhenti sama sekali. Semua pasang mata
langsung tertuju pada Jonghyun dan yeoja yang ada disampingnya. Mereka tampak
sangat terkejut dengan perbuatan Jonghyun yang tiba-tiba saja menolong Yujin
saat ia berada di tengah-tengah konser.
Member SHINee pun tidak dapat melakukan apapun. Malam yang penting dan
sudah mati-matian mereka persiapkan ini dengan sekejap berubah menjadi bencana
karena keputusan Jonghyun. Mereka tahu benar, mimpi yang sebelumnya tumbuh
harus mereka pendam kembali.
Dan detik berikutnya, namja dengan jaket kulit berwarna hitam itu meraih
tangan Yujin dan membawanya menghilang dari sana. Bersamaan dengan hilangnya
harapan para member SHINee.
-To
Be Continue-
wahaa pasti selalu jadi masalah kalo deket sama orang yang banyak fansnya, kasihan yujin :< tapiii....... jonghyun mulai perhatian berlebih tuh aokaok :3
ReplyDeleteHy unni saia sebenarnya readers lama (sekitar thn 2013) membaca setia postingan Ff mulai dari awal-lucid dream..
ReplyDeleteDulu hape aku masih jadul bgt wkwk jadi ngga bisa tinggalin jejak walopun saia uda sempet kasih tahu unni dulu, lewat twitter~~
Jgn marah ya un hehehe
Saia terus lupa nama blog unni pas punya hape baru yg lbh modern, akhirnya setelah menggali memori akhirnya ketemu juga...
Huaa kangen bgt sama Unni icha, sama ff dan postingannya..
Ff dan chapter 10 ini juga yg kedua kali aku baca di blog unni..
Haha akhirnya jonghyun mulai ada perubahan ama yujin..
Keren bgt ff unni, ampe speechless ..ya pokonya bgus bgt deh yaa
#edisicurhat
wah jinjja?? udah lama banget dong ya :*
Deletehahaha ngga papa kog say, udah mau baca aja udah suka banget.
hihi asikk masih diinget. makasih muaah
iya part belakangan baru sadar hahaha
makasih banyaaak saay.
ppyong!