Annyeonghaseo Lucider dimanapun kalian bersembunyi(?),
Tampaknya author yang ngga tau malu ini musti nongol lagi
setelah sekian lama hiatus tanpa pemberitahuan. *bow*
Super-duper-combo-spesial-jumbo-big-MIAANNN.
Sejujurnya part ini udah selesai dari awal bulan lalu,
dan bahkan aku juga udah bikin ff siap post sampe part 13. Tapi apa daya engga
ada waktu buat posting :’( banyak yang musti dikerjain, salah satunya ngurusin
tiket dan bla bla bla.
Okelah sekian curhatnya, kita balik lagi.
Langsung aja ya, ini dia cuplikan part sebelumnya:
·
“Tadi
malam ada seseorang yang mendatangiku di cafe.” Ucap Onew memulai penjelasan.
“Dia menawarkan kita untuk bergabung di agensinya dan melakukan persiapan untuk
debut.”
·
Seingat
Yujin, setelah Minho berpamitan mengantar Hana tadi ia sempat berdiskusi dengan
para member, kemudian... ia meletakan kepalanya diatas meja, kemudian... ah!
Jadi sejak saat itu ia ketiduran.
·
Detik
berikutnya, bibir yang semula membentuk garis lurus itu berujar dengan pelan.
“Namja yang ada dalam mimpimu... Bagaimana jika itu bukan aku?”
·
Seoul
square adalah sebuah gedung megah dengan berbagai fasilitas yang lengkap, mulai
dari berbagai macam restaurant, hotel dan tempat yang akan Minho serta Yujin
datangi. Apalagi kalau bukan ice rink!
·
Setiap
kali Minho bertemu Yujin, gadis itu selalu menunjukkan sisi lain dari dirinya.
Tapi sisi apapun yang Yujin tunjukkan pada Minho, ia akan tetap berdiri disana
dan menunggu sampai semua sisi yeoja itu terbuka satu persatu.
·
Genap
dua minggu sudah sejak pertemuan member SHINee di ruang latihan untuk membahas
tawaran yang akhirnya mereka terima. Selama dua minggu pula hampir setiap hari
mereka menyempatkan diri untuk latihan demi mempersiapkan penampilan spesial di
festival tahunan daerah Sangamdong ini.
·
“Iya
dia pasti yeoja itu!” teriak yeoja yang menggunakan jaket berwarna hijau, ia
tampak memastikan wajah Yujin dengan sesuatu dalam handphonenya. “Aku yakin dia
kekasih minho.”
·
Dan
detik berikutnya, namja dengan jaket kulit berwarna hitam itu meraih tangan
Yujin dan membawanya menghilang dari sana. Bersamaan dengan hilangnya harapan
para member SHINee.
Tittle : Lucid Dream [Part 11]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim
Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo : Kim Jihyun. (Tahu Jun Ji Hyun
kan? Yang jadi pemain You Came From The Star. Kekeke, disini dia jadi Kim Ji
Hyun :p)
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Pandangan Yujin masih tampak kosong sesaat setelah Jonghyun membawanya
keluar arena konser. Semua pandangan terpatri sepanjang mereka menyelusup
diantara penonton, mengikuti derap langkah yang kian menjauhi panggung.
Perasaan Yujin bercampur jadi satu, antara terkejut, tak percaya, malu, dan
takut. Tapi dari semua perasaan itu justru ada rasa senang yang membuncah dalam
hatinya. Yujin tak pernah menyangka Jonghyun kembali menyelamatkannya bahkan
diantara semua penggemar SHINee seperti sekarang.
“Pakailah.” Begitu mendengar kata pertama yang keluar bibir Jonghyun, baru Yujin
sadar ternyata mereka sudah tiba di parkiran.
“Cepat pakai!” Jonghyun mengulangi perintahnya karena sudah tak ada waktu
lagi untuk berfikir. Rupanya ada puluhan penggemar yang mengikuti mereka dan
hampir tiba disana.
Dengan gerakan cepat Jonghyun langsung menyalakan motornya begitu
memastikan Yujin sudah menggunakan helm yang ia berikan. Detik berikutnya motor
sport itupun langsung melesat meninggalkan arena konser dan menghilang di
kejauhan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mimpi apa Yujin semalam sampai harus melewati
kejadian seperti ini? Apa yang harus Yujin lakukan setelah ini? Kemanakah
Jonghyun akan membawanya?
Semuanya terasa begitu cepat sampai Yujin sendiri pun tak sanggup mengingat
bagaimana awalnya. Tentu saja tindakan Jonghyun membuatnya terkejut, tapi
alasan kenapa Jonghyun mau menyelamatkannya cukup membuat kedua alis yeoja itu berkerut
tidak mengerti. Padahal selama ini Jonghyun membencinya dan sering meminta Yujin
untuk pergi darinya. Tapi aneh sekali namja itu justru selalu saja datang
disaat Yujin membutuhkan bantuan meski ia tidak pernah meminta.
Apakah anggapan Yujin mengenai Jonghyun selama ini salah?
Yujin tidak sanggup meredamkan semua pertanyaan yang berkutat di kepalanya
selama duduk dibelakang Jonghyun. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun dengan
tangan yang melingkar di tubuh Jonghyun dan kepala yang bersembunyi di balik
bahu namja itu. Ia bisa merasakan udara sedingin es, angin berhembus begitu
kencang menerbangkan helai rambut Jonghyun yang bebas diudara, dan malam
seperti sangat bersahabat dengan langit yang bercorak hitam kebiruan. Dengan
semua itu Yujin merasa cukup.
Dan akhirnya suara mesin motor Jonghyun terhenti didepan sebuah gedung
bertingkat dua dengan sebuah plakat besar bertuliskan Rose Bar. Jelas sekali
ini bukan sauna ataupun perpustakaan yang bisa memberikan Yujin rasa tenang,
tapi ini bar. B-A-R.
“Masuklah.”
Seteguk air liur meluncur di kerongkongan yeoja itu. Meski ragu ia tetap
mengikuti langkah Jonghyun memasuki tempat itu.
Sama seperti bar-bar yang Yujin lihat didalam drama, bar itu tidak memiliki
penerangan yang cukup baik. Suasana tampak sedikit remang bercahayakan neon
berwarna biru-putih dan sebuah lampu kristal yang memancarkan bias cahaya ke
segala penjuru ruangan.
Tepat di sebelah kanan pintu masuk terdapat meja bar lengkap dengan
beberapa bartender yang tampak ahli memutar-mutar minuman. Di belakang para
bartender itu berjajar begitu banyak botol dengan berbagai merk dan ukuran. Dari
semua jenis minuman disana tak ada satupun yang Yujin mengerti. Meskipun sudah
cukup umur, Yujin tak pernah sedikitpun mencicipi salah satunya.
Beralih ke sisi kiri bar, meja dan
kursi pengunjung terlihat mendominasi sebagian besar ruangan. Hanya beberapa
dari meja itu yang terisi. Entah kenapa sepintas bar itu tampak sepi. Mungkin
akan lebih ramai jika malam semakin larut, pikir Yujin.
“Aigoo... aigoo... lihat siapa ini yang datang...?” seorang noona dengan
pakaian super minim dan ketat menyambut kedatangan Yujin dan Jonghyun.
“Jonghyun-ah, kenapa lama sekali kau tidak kesini eung?”
Yujin memperhatikan yeoja itu dari atas sampai bawah. Sepertinya ia pernah
melihatnya disuatu tempat.
Bukannya menjawab pertanyaan yeoja itu, Jonghyun justru langsung masuk ke
area bartender dan mengambil sebuah botol minuman. Dengan cuek ia berjalan ke
salah satu meja setelah menemukan apa yang ia cari.
“Apa kau datang bersama Jonghyun?”
Yujin yang semula bingung antara mengikuti Jonghyun atau pergi dari sana
terkesiap mendengar pertanyaan yeoja itu.
“A-Aku?” Yujin menunjuk hidungnya. “Ah... ne~”
Ekspresi yeoja itu langsung berubah cerah, cepat-cepat ia meraih tangan
Yujin dan mempersilakannya duduk di meja bar.
Saat melihatnya dari dekat barulah Yujin sadar kalau mereka pernah bertemu
didepan cafe milik onew. Yeoja inilah yang Jonghyun panggil sebagai ‘noona’,
dan bahkan meninggalkan kecupan dipipinya waktu itu. Hanya dengan mengingatnya
saja Yujin merasa hatinya sedikit panas.
“Kau mau minum apa?” tawar yeoja itu ramah.
“A...Aku...”
“Orange jus satu, ne?” ia langsung memesan pada bartender tanpa menunggu
jawaban Yujin lebih dulu. Tampaknya yeoja ini bisa mengetahui kalau Yujin tidak
terbiasa dengan minum beralkohol. Atau lebih tepatnya memang belum pernah
mencoba sekalipun minuman itu.
“Apa kau tahu siapa aku?”
Yujin hanya mengedipkan kedua matanya beberapa kali tanpa bersuara
sedikitpun. Ia sempat melirik ke arah Jonghyun untuk meminta ‘bantuan’, tapi
yang dilirik justru sibuk menuangkan minuman lalu meneguknya perlahan-lahan.
“Haha... aku tahu Jonghyun tidak pernah memberitahumu.” Ia tertawa dengan
keras. “Eum, meski dia memiliki banyak yeoja, tapi dia selalu datang sendirian
ke tempat ini saat sedang ada masalah. Dan kau...” nuna itu mengarahkan
telunjuk dan jempolnya ke arah Yujin. “...kau adalah yeoja pertama yang ia bawa
kemari. Aku tidak menyangka Jonghyun ternyata menyukai yeoja sepertimu.”
‘Eh? Menyukai yeoja seperti-KU?’
Tepat saat itu minuman datang. Orange jus milik Yujin dan sebuah minuman
bening beralkohol di sebuah gelas berbentuk unik milik Jihyun.
“Tapi... apakah kalian kemari menggunakan motor milik Jonghyun?”
Ragu-ragu Yujin mengangguk.
“Aish bocah ini!” yeoja itu tampak kesal. “Apa kau tahu? Ia tak pernah mengijinkanku
untuk menyentuhnya tapi malah memberimu tumpangan! Bukankah itu sangat keterlaluan
ia lakukan pada kakaknya sendiri huh?”
Yujin membola. Kakak?
“Ah sampai lupa, aku Kim Ji Hyun. Kau?”
Kim Jong Hyun dan Kim Ji Hyun. Tampaknya yeoja ini tidak berbohong kalau
dia memang kakak Jonghyun.
“Aku Yujin.” Jawab Yujin lirih. “Kau... adalah kakak Jonghyun?”
Jihyun menarik sudut bibirnya. Sudah ia kira sebelumnya tanggapan Yujin
akan seperti itu. Siapapun didunia ini tidak akan bisa langsung percaya jika
Jonghyun dan Jihyun adalah saudara, karena memang tak ada satupun kemiripan
yang terlihat di wajah mereka berdua.
“Yeah secara hukum kami memang kakak beradik, tapi kami bukan saudara
kandung.”
Diiringi alunan musik pelan di tempat yang sepi seperti sekarang, baru
Yujin sadar ternyata suasana cukup hangat. Semua bartender satu persatu masuk
ke staff room untuk memberikan ruang privasi bagi Jinhyun yang tampaknya adalah
pemilik tempat ini. Perlahan-lahan Yujin mulai terlarut dengan suasana disana,
meski dengan sangat sadar ia tahu kini tengah berada didalam sebuah bar.
Yujin menyesap orange jus dingin yang dibuatkan untuknya sambil sedikit
melirik ke arah Jinhyun yang melakukan hal yang sama. Mereka saling bertukar
senyum saat kedua tatapan itu bertemu tanpa sengaja.
“Kau pasti penasaran tentang masa lalu Jonghyun bukan?” Jihyun berujar
sedikit menggoda, membuat Yujin terpaksa menyembunyikan wajah malunya.
“Geurae...geurae aku akan menceritakannya... Karena kau orang yang spesial,
maka kau harus tahu siapa Jonghyun sebenarnya bukan?” Lanjut Jihyun sejenak
menoleh ke arah Jonghyun yang masih sibuk dengan sebuah gelas dalam
genggamannya.
“Waktu itu aku pertama kali bertemu Jonghyun saat ia berumur 8 tahun,
sedangkan aku sudah duduk di bangku SMA.” Jihyun memulai penjelasannya. “Aku dan
umma yang sedang menikmati udara musim panas di pinggiran sungai Han tak
sengaja menemukan seorang bocah yang menangis di sebuah kursi kayu tepat
dibawah jembatan Mangwon...”
Tunggu... bukankah tempat itu sekarang menjadi taman mangwon? Tempat dimana
Yujin pernah menunggu Jonghyun?!?
“...Aku masih ingat saat itu ia mengenakan sebuah jaket berwarna biru dan
menggendong sebuah tas berisi dua lembar baju. Kami lalu bertanya kenapa ia
menangis, tapi ia tidak mau menjawab.” Lanjut Jihyun sambil meneguk minuman
yang sejak tadi ia pegang. Pandangannya menerawang seakan bisa melihat kejadian
itu lagi didepan matanya. “Umma yang merasa kasihan melihat Jonghyun memutuskan
untuk ikut duduk disana dan menemani bocah itu. Tapi meski kami berdua sudah
menunggu hingga larut, tetap tidak ada yang datang menjemputnya. Kupikir hanya
ada dua kemungkinan, apakah bocah ini yang pergi meninggalkan orang tuanya,
ataukah orang tuanya yang pergi meninggalkannya.”
Yujin tak sanggup menebak antara keduanya meski ia tahu pilihan kedua
memiliki kemungkinan yang lebih besar.
“Karena malam semakin larut akhirnya
kami membawa bocah itu pulang kerumah.” Jihyun terus bercerita tanpa jeda.
Tampaknya alkohol sudah mulai mempengaruhi sebagian pikirannya. “Esoknya kami
melapor ke pihak berwajib dan memasang iklan di berbagai media, namun belum ada
jawaban. Dua hari ia menginap... lalu satu minggu... satu bulan... Tetap tak
ada jawaban. Jika saja Jonghyun mau menceritakan siapa dia dan apa yang
sebenarnya terjadi mungkin semua akan berjalan lebih mudah. Tapi bahkan bocah
ini tak mau membuka mulutnya sedikitpun.”
Mungkin masalah itu terlalu berat hingga Jonghyun kehilangan kata-kata
untuk mengungkapkan semuanya. Jihyun sangat mengerti, oleh karena itu ia
memilih mencari cara lain untuk mengungkap latar belakang Jonghyun.
“Sampai suatu hari Jonghyun...” Jihyun terdiam. Tatapannya kosong. Seperti
tak memiliki kekuatan hanya untuk sekedar menceritakannya. “...Jonghyun mencoba
bunuh diri.”
Kerongkongan Yujin tercekat. Merasa ngeri membayangkan kejadian itu bisa dilakukan
Jonghyun yang masih berumur 8 tahun.
“Dia meminum cairan pembasmi serangga yang membuatnya memuntahkan banyak
darah. Hampir saja kami terlambat mengetahuinya...”
Yujin mulai tak sanggup untuk mendengarnya lebih. Menemukannya dalam cerita
fiksi saja sudah membuat yeoja itu tak tega, apalagi ini benar-benar kejadian
yang menimpa Jonghyun. Bagaimana bisa seorang bocah berumur 8 tahun berfikir
untuk bunuh diri? Peristiwa berat apakah yang sebenarnya terjadi sampai-sampai
melewati batas kemampuannya?
“Tapi beruntung ternyata takdir berpihak pada kami. Ia berhasil selamat
meski melewati proses yang panjang.” Lanjut Jinhyun yang membuat Yujin sedikit
lega. “Setelah itu umma memutuskan untuk mengadopsinya dan memperlakukan
layaknya anak sendiri. Lagipula appa kami sudah lama meninggal. Bagi kami sosok
Jonghyun adalah penggantinya.”
Yujin masih belum bisa tersenyum meski itu adalah berita baik. Kepalanya
masih dihantui rasa penasaran.
“Apakah karena itu Jonghyun sekarang jadi pendiam dan misterius?” tanya
Yujin setelah memastikan Jihyun selesai bercerita.
Jihyun menggeleng tak setuju. “Ani. Setelah kami mengadopsinya lama
kelamaan Jonghyun melupakan masa lalunya dan tumbuh menjadi anak ceria seperti
yang lain. Kami bersyukur ia bisa melalui masa remaja dengan kenangan yang
menyenangkan walau nyatanya dia juga memiliki kenakalan yang membuat umma sedikit
kerepotan.” Kali ini Jihyun bercerita dengan sedikit kekehan. “Bagaimanapun
juga Jonghyun itu ‘idiot’. Dia selalu menuruti apapun perintah umma tapi tidak
dengan belajar. Haha... Dia juga suka bergabung dengan geng-geng di sekolahnya
untuk mengerjai junior. Jonghyun selalu menyebut kalau dia itu jagoan...”
sekali lagi Jihyun tertawa jika mengingat sosok Jonghyun saat masih duduk di
bangku SMA. Apapun yang Jonghyun lakukan, namja itu tetap saja egi (bayi)
dimatanya.
Yujin jadi ikut tertawa kecil melihat membayangkan hal itu terjadi.
“Sayangnya itu hanya bertahan sampai Jonghyun lulus SMA.” Jihyun kembali
merubah ekspresinya secara drastis. Yujin baru tahu sekarang kalau orang yang
sedang mabuk akan memiliki tingkah seperti ini. Ah tidak, Jihyun baru sedikit
mabuk.
“Setelah umma meninggal, Jonghyun pergi meninggalkan rumah begitu saja. Ia
terus menyalahkan dirinya yang menjadi penyebab umma meninggal.”
“Jonghyun penyebab ummanya meninggal?”
Jihyun menggeleng. “Jonghyun berfikir bahwa kejadian yang menimpa umma
karena kesalahannya. Waktu itu umma bersikeras untuk menyembunyikan keberadaan
Jonghyun dari seseorang yang mencurigakan. Karena kesal orang itu memukul umma
dan tubuhnya jatuh dengan kepala yang mengenai ujung meja.” Suara Jihyun
terdengar bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca.
“...Aku berharap keajaiban bisa kembali terjadi seperti saat Jonghyun bunuh
diri waktu itu. Tapi sayangnya kondisi umma semakin lama semakin memburuk. Dan
dia...”
Yujin meraih tangan Jihyun agar yeoja itu tidak perlu melanjutkan
kata-katanya. Yujin tahu hal ini jauh lebih perih ketimbang saat bercerita
mengenai Jonghyun semasa kecil. Demi menyelamatkan Jonghyun yang notabene bukan
anak kandungnya, umma Jihyun harus mengorbankan nyawanya sendiri. Pantas saja
Jonghyun tidak sanggup memaafkan dirinya saat itu.
“Ah... kenapa aku jadi mellow seperti ini huh?” Jihyun mengipas-ipaskan
tangan pada matanya agar tidak menangis. Kemudian yeoja itu menegak alkohol
yang tersisa didalam gelas. “Lagipula kejadiannya sudah berlalu. Orang itu
sudah mendapatkan hukumannya dipenjara. Mungkin ini justru jalan milik Jonghyun
untuk menemukan mimpinya seperti sekarang. Dan akupun sudah menemukan takdirku
untuk menjadi istri pemilik usaha bar seperti yang kau lihat. Hahaha.” Jihyun
kembali tertawa sumbang. Secepat kilat ia bisa melupakan cerita yang sebelumnya
ia ungkapkan.
“Aigoo~ lihat bocah itu. Sepertinya dia mabuk berat.”
Yujin ikut menoleh ke arah yang Jihyun lihat. Disana bertengger empat botol
minuman kosong yang sudah Jonghyun habiskan. Orang hebat manapun tidak akan
bertahan dengan minuman sebanyak itu, termasuk Jonghyun yang mulai teler
meletakkan kepalanya diatas meja.
“Tolong antarkan dia pulang. Kau tahu dimana ia tinggal kan?”
Yujin sempat menimbang-nimbang permintaan itu. Haruskah dia menelpon member
SHINee untuk datang kemari? Tapi bagaimana reaksi para member jika menemukan
Jonghyun sedang mabuk disini? Bisa-bisa mereka tidak hanya marah karena
keputusan Jonghyun yang pergi tiba-tiba, tapi juga menyalahkan namja itu akan
keadaan yang terjadi sekarang.
“Kau tidak perlu khawatir, anak buahku juga akan ikut mengantar. Jadi kau
hanya harus menunjukkan jalan menuju rumah Jonghyun.” Lanjut Jihyun mengira
Yujin kebingungan mencari tahu bagaimana caranya membawa namja itu. “Setelah
kau pulang dari rumah Jonghyun, minta anak buahku untuk mengantarkanmu
sekalian. Arraseo?”
Akhirnya Yujin mengangguk. Tidak masalah baginya selama masih ada bantuan.
Sekitar pukul 10 malam Yujin keluar dari bar itu. Ia sempat panik karena
jam malamnya sudah terlewat. Namun ada sebuah pesan singkat yang membuat ia
lega ketika Yujin mengecek ponselnya.
‘Aku sudah menghubungi ummamu kalau kau akan pulang terlambat. Tapi tolong
katakan ada dimana kau sekarang. Aku akan segera menjemputmu.’ [Minho]
Yujin tersenyum membaca pesan yang sudah dikirim satu jam yang lalu itu,
lekas ia membalasnya selama perjalanan menuju rumah Jonghyun.
‘Gomawo Minho. Sebentar lagi aku akan tiba dirumah. Maaf sudah membuatmu
khawatir.’ [Yujin]
Setelah dua puluh menit perjalanan, mereka tiba juga dirumah Jonghyun.
Untung saja kali ini Yujin tidak lupa akan jalan menuju kesana, jadi tidak
perlu merepotkan anak buah Jihyun yang membawanya.
“Tunggu dibawah saja ahjussi, biarkan aku yang melakukan sisanya.”
Ahjussi itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan rooftop setelah
memastikan Jonghyun sudah tergeletak di tempat tidurnya. Beruntung Yujin bisa
menemukan kunci rumah rooftop Jonghyun dalam sakunya.
Langkah berikutnya Yujin mencari pemanas ruangan. Tempat ini terlalu dingin
jika Jonghyun harus didalamnya semalaman. Yujin bahkan merebus air untuk
dimasukkan ke dalam botol dan menaruhnya disebelah Jonghyun saat namja itu
tidur.
“Uhuk uhuk.”
Yujin langsung menoleh begitu mendengar suara itu. Bisa ia lihat Jonghyun tampak
susah payah bangkit sambil memegangi kepalanya. Tubuhnya sedikit linglung
karena sedang mabuk.
“Kau tidak apa-apa?”
Namja itu berdiri dihadapan Yujin sambil menunduk. Wajahnya tertutupi oleh
sebagian rambutnya yang menggantung. Membuat Yujin bertanya-tanya apa yang
sebenarnya terjadi.
“Jonghyun?”
Masih terdiam. Nafas yang ia hela semakin dalam. Tapi lama kelamaan bertempo
pendek dan bahunya terguncang. Terlambat Yujin sadari ada sebuah bulir yang
melewati pipi Jonghyun. Ia menangis.
Yujin membeku, ia terperanjat melihat sosok Jonghyun yang tiba-tiba
menangis didepannya.
Apa yang terjadi?
Perlahan wajah namja itu terangkat, dengan jelas air mata telah memenuhi
kedua pelupuk matanya. Bibirnya bergetar dan ia tampak tak sanggup menahannya
lagi. Jonghyun terisak.
“Aku sudah tidak punya apapun sekarang.” Ucap Jonghyun terbata. “Jadi
kumohon jangan tinggalkan aku Yujin.”
DEG!
Hanya dengan mendengar kalimat itu sudah cukup membuat batin Yujin terasa
sakit. Begitu banyak pertanyaan yang melintas di pikirannya. Jika saja ia bisa
berbuat sesuatu, ia sangat ingin melakukannya demi membuat namja itu berhenti
terisak. Tapi bahkan hanya untuk membuka suara saja Yujin tak sanggup.
Tenggorokannya tercekat.
Mereka berdua saling beradu tatapan dalam diam. Tak terdengar suara apapun
kecuali helaan nafas yang berhembus pelan.
Tiba-tiba ikatan mata itu membuat seolah apapun yang ada dunia ini berhenti
bergerak. Tak ada roda mobil yang berputar, tak ada jarum jam yang berdetak,
tak ada butir uap air yang mendidih, bahkan daun yang jatuh dari ranting
berhenti melayang di udara. Berhenti. Seolah hanya mereka berdua yang sanggup
bergerak.
Jonghyun lah yang memulai pertama kali. Perlahan-lahan wajahnya memperkecil
jarak antara mereka berdua.
Yujin bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang daripada biasanya. Tatapannya
terpaku pada dua bola mata yang mengikat kuat tubuhnya disana. Yeoja itu tak
sanggup menghindar. Yang bisa Yujin lakukan hanya menutup kedua matanya saat
mengetahui wajah Jonghyun hanya beberapa senti lagi.
Akhirnya ungkapan cinta mereka bertemu dikala dua bibir itu menyatu, saling
berbagi perasaan yang selama ini diam-diam mereka pendam.
Seluruh isi pikiran Yujin mendadak kosong. Hatinya yang semula membeku oleh
semua tanda tanya dan rasa curiga kini luntur sudah. Perlakuan Jonghyun
terhadapnya kali ini benar-benar membuat Yujin terperangkap. Ia tidak tahu apa
yang tengah Jonghyun rasakan. Hanya satu hal yang ia tahu sekarang, bahwa ini
semua kenyataan, bukan sesuatu yang hanya bisa ia temukan dalam mimpi.
***
“Oh...?” Yujin berhenti di ambang pintu saat menyadari hampir semua member
sudah lebih dulu berkumpul di ruang latihan.
“Yujin?”
Mereka semua tampak terkejut karena kedatangan Yujin yang tiba-tiba.
Biasanya yeoja itu selalu datang jika mereka menghubunginya lebih dulu, tapi
sekarang justru muncul tanpa mereka minta.
“Aku...”
“Duduklah.” Ucap Minho mempersilakan.
Yujin membalas tatapan Minho sekejap, tak berani menangkapnya lebih lama.
Sejak kejadian malam tadi yeoja itu benar-benar merasa tidak enak pada semua
member. Terutama Minho tentu saja. Meski ia bisa pulang dengan selamat setelah
memastikan Jonghyun tertidur, namun ia tahu benar bahwa masalah yang baru saja
ia perbuat sedang menunggu pertanggungjawabannya. Oleh karena itulah hari ini
Yujin datang menemui member di ruang latihan.
“Tentang tadi malam...” Yujin buka suara, tapi takut untuk melanjutkannya.
“Kami baru saja akan berdiskusi tentang hal itu Yujin.” Ucap Onew. “Tapi
satu member masih belum datang.” Lanjutnya berbicara tentang Jonghyun.
“Tapi... Mian... karena aku kalian jadi...” lagi-lagi Yujin tidak tahu apa
yang harus ia katakan. Yeoja itu terus saja berbicara sepenggal demi sepenggal.
“...itu... Agency... mereka bagaimana?”
“Keumanhae, kau membuatku pusing Yujin.” Balas Key yang membenci sesuatu
yang diungkapkan secara berbelit-belit. “Kita kehilangan kesempatan bergabung
dengan mereka. Itu semua karena Jonghyun hyung yang tiba-tiba kabur bersama
kau, kemudian kalian mengacaukan konser dan membuat semua penonton terkejut...”
Yujin tertunduk, ia tahu Key tidak sedang memarahinya. Hanya saja namja itu
menjelaskan situasi dengan caranya yang blak-blakan.
“....Tapi aku sangat penasaran. Kemana Jonghyun Hyung membawamu tadi malam?
Dia tidak melakukan sesuatu yang diluar batas bukan? Kau masih... itu
maksudku... kau tidak...”
Taemin justru tertawa geli membayangkan kejadian yang dimaksud Key.
Buru-buru Minho menutup mulut namja itu sebelum ia bertanya yang aneh-aneh.
“Tentu saja tidak!” kali ini Yujin berteriak dengan yakin. Ya... tentu saja
kata-kata yang diucapkan Key tidak benar, tadi malam Yujin dan Jonghyun tidak
melakukan hal-hal yang aneh selain... Hanya dengan memikirkannya saja rasanya
jantung Yujin ingin meledak. Ciuman pertama? Dengan Jonghyun? Tapi selanjutnya
tidak terjadi apapun. Yujin kembali membawa Jonghyun ke tempat tidurnya
kemudian meninggalkan namja itu saat tahu ia sudah mulai tertidur. Hanya itu.
“Benarkah?” Key tak langsung percaya. “Apa kau tahu? Tadi malam setelah kau
kabur Minho mencarimu kemana-mana. Ia bahkan tidak bisa tidur semalaman padahal
sudah jelas-jelas kau membalas smsnya. Namja ini benar-benar...”
Sekali lagi Minho menutup mulut Key, kali ini sambil berbisik di telinga
namja itu. “Apa kau tidak bisa menjaga omonganmu sedikit saja huh?”
“Sudah-sudah, bisakah kita
kembali ke topik pembicaraan?” Suara Onew dengan cepat mengubah suasana menjadi
kembali dingin.
“Sebenarnya apa yang terjadi
Yujin? Kudengar tadi malam ada beberapa keributan diantara penonton.”
Ah iya, awal kejadian tadi
malam. Hampir saja Yujin lupa menjelaskannya.
“Sebenarnya ini hanya
kesalahfahaman.” Jawab Yujin. “Ada beberapa fans yang mengira aku adalah
yeojachingu Minho karena foto kami berdua tersebar di fansclub.”
Semuanya terkejut. Tampaknya
mereka belum mendengar gosip yang beredar diantara fans mereka sendiri. Key
buru-buru mengeluarkan HP dari saku celananya untuk melihat apa yang terjadi di
web fansclub.
“Jadi karena itukah mereka menyerangmu?”
Yujin mengangguk. “Aku tidak
sempat menjelaskannya. Kejadian itu berlalu sangat cepat.”
“Untung saja Jonghyun hyung
langsung datang.” Seloroh Taemin. “Tapi nuna tidak pa-pa kan?”
“Hmm. Aku tidak pa-pa. Tapi
kalian...? Hanya karena aku situasinya jadi rumit seperti sekarang.” Sesal
Yujin. “Tapi apa ada kesempatan untuk mencobanya sekali lagi? Mungkin jika aku
menjelaskannya, mereka akan memaafkan kejadian tadi malam.”
Onew justru tersenyum. “Tidak
perlu Yujin. Mungkin memang belum waktunya bagi kami untuk debut. Kami yakin
akan ada kesempatan lain...”
“Annyeonghaseyo!”
Suara cempreng dari seorang
yeoja tiba-tiba saja terdengar. Rupanya sore ini SHINee kedatangan ‘tamu yang
tidak pernah diundang’ bersama member yang mereka tunggu sejak tadi.
Hana dan Jonghyun.
Yujin terkejut saat menyadari
tangan Hana melingkar di lengan Jonghyun, bahkan ia menyandarkan kepalanya di
bahu namja itu. Kenapa Hana... ah tidak, Jonghyun pun tidak menolak mendapatkan
perlakuan itu dari yeoja yang sudah jelas-jelas ia tidak sukai sebelumnya.
“Aigoyaa, ternyata semuanya
sudah berkumpul disini. Tampaknya kita sedikit terlambat chagiya.”
Chagiya? CHA-GI-YA?
Yujin terperanjat. Apakah
panggilan itu benar-benar ditunjukkan untuk JONGHYUN?
Semua member tak kalah terkejut
saat melihatnya, mereka semua masih terdiam untuk menunggu bagaimana reaksi
Jonghyun. Tapi yang terjadi berikutnya justru lebih buruk. Jonghyun memeluk
tubuh Hana dari samping kemudian membawanya duduk tepat dihadapan Yujin. Dengan
tatapan yang nakal namja itu mendekatkan wajahnya ke arah Hana sambil berbisik
lirih. Ia pun menyeringai saat menyadari ekspresi Yujin berubah drastis.
Apa Jonghyun lupa dengan
kejadian yang baru saja ia lewati bersama Yujin? Apa yang ia lakukan pada Yujin
tadi malam hanya sebatas ‘kebiasaannya’ saat mabuk? Jika tidak, kenapa namja
itu harus bertingkah seperti ini? Lalu Hana, bukankah ia menyukai Minho dan
menghindari Jonghyun karena tahu namja itu playboy?
Sebenarnya apa yang ingin mereka
tunjukkan?
Karena sudah tidak tahan
akhirnya Yujin bangkit. Dengan gerakan cepat ia langsung meraih tangan Hana
yang sempat berontak. “Aku ingin bicara denganmu diluar.”
-To
Be Continue-
Heilah
si Hana di embat juga ama Jonghyun, kekekeke. Tapi tenang(?), next part bakalan
ada penjelasannya kog. Mhihihi
Ngomongin
next part, bakalan dibahas gimana masa lalu jonghyun yang kelam(?) dan part
selanjutnya dan selanjutnya lagi lama2 semuanya akan terungkap. Halah... wkwk
Karena
udah siap post, janji deh next part ngga lama2. Tapi janji juga tinggalin komen
yaaa. #plak
Akhir
kata, bye byeeee~
Jangan lama" yaa min :D
ReplyDeleteaigoo kok aku jadi sebel sama hana ya, sekalipun dia sahabatnya yujin tapi berasa jadi antagonis -___- hana ke laut ajaaaaa haha
ReplyDeletejonghyun-yujin fighting!! haha