Annyeong
Chingudeul! Author balik lagi~ *aegyo* *ngikutin salam author lain*
Wkwkwk
Kali ini
lanjutan lucid dreamnya ngga terlalu lama kan? Hehehe semoga ngga didemo lagi
kaya yang part kemaren gara2 kelamaan nongol.
Buat
pengingat(?) part sebelumnya, intip yuk!
- · “Apa kau gila? Tubuhmu SEKARAT Kim Jonghyun!” bentak Yujin tidak setuju. Bisa-bisanya Jonghyun melarang Yujin menghubungi member SHINee. Jika bukan member, siapa lagi yang bisa menolongnya?
- · Suasana berubah menjadi benar-benar riuh, semua seperti berjalan lancar tanpa terjadi apapun. Tak ada satupun penonton yang melihat kejanggalan walau yang sebenarnya terjadi beberapa menit lalu cukup membuat semua panitia panik.
- · Yujin melirik tangannya. DEG! Pukul 21.47. Cepat-cepat yeoja itu meninggalkan aula SMA Chungdam karena ia telah melanggar ‘jam malam’ yang telah ditetapkan ummanya. Bisa dipastikan setelah ini ada sebuah ‘nyanyian merdu’ yang menunggu Yujin dirumah.
- · “Aku ingin membicarakan tentang Yujin.” Hanya dengan mendengar nama itu saja sudah membuat Jonghyun tidak tertarik. “Sebenarnya kenapa kau begitu membencinya?”
- · Onew tersenyum tipis. ‘Rupanya kau sedang menyimpan sesuatu, Jonghyun.’ Batinnya diam-diam mengetahui kebiasaan Jonghyun yang selalu tidak bisa menatapnya disaat sedang berbohong.
- · “Kau dihukum? Karena pulang terlambat?”
- · Yujin tahu benar sudah begitu banyak ‘pekerjaan’ yang menunggunya dirumah. Mulai dari mencuci piring, menyapu, mengepel, berbelanja dan segudang tugas rumah lainnya. Sayangnya itu belum cukup, Yujin masih harus berhemat karena uang jajannya dipotong selama satu minggu. Belum lagi Yujin dilarang keras untuk pergi kemanapun selain kekampus dan ke supermarket untuk berbelanja. Karena itulah ia menghilang selama beberapa minggu.
- · “Selama ini kau kemana saja Yujin?” Potong Key lebih dulu. “Aku sudah menghubungimu berulang kali tapi kau tidak pernah menjawabnya...”
- · “Yujin adalah manager kami.” Lagi-lagi Key memotong kalimat Yujin. Baginya pertanyaan ‘bodoh’ Hana sedikit ‘mengganggu’ pembicaraan dirinya bersama Yujin.
Nah itu dia
cuplikan singkat part kemaren. Dan part ini... aku akan memenuhi janjiku
sebelumnya. Hehe. Apakah itu? Baca aja deh yaaa~ Oiya sedikit bocoran, nanti
bakalan ada member exo yang jadi cameo hihi. Jadi... silakan membaca!
Tittle : Lucid Dream [Part 7]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew),
Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo : EXO’s member.
Length : Chapter
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Yujin...
kau jinjja...” rahang Hana terkatup keras. Matanya tampak berkaca-kaca menahan
amarah. Tanpa lebih banyak meninggalkan kata, Hana lantas pergi meninggalkan
Yujin yang tahu benar akan sulit untuk sekedar bertemu dengan yeoja itu lagi.
“Mian
karena kami, temanmu jadi...” suara lirih Minho yang terdengar selanjutnya
sedikit menyadarkan Yujin yang sempat tertegun.
“Ini
bukan salah kalian.” Yujin menatap Minho putus asa. Cepat atau lambat Hana juga
pasti akan mengetahuinya meski Yujin tidak pernah berharap kejadiannya akan
seperti sekarang.
“Jadi
ada apa kalian mencariku?”
Key
langsung mengambil sebuah amplop berwarna putih dari dalam tasnya. Seperti
biasa namja ini paling tidak mau tahu dengan urusan orang lain, karena itulah
ia cepat mengabaikan kejadian sebelumnya.
“Kami
melupakan sesuatu.” Ucap Key. “Setelah berdiskusi dengan para member, akhirnya kami
sepakat untuk membagi 15% pendapatan kami untukmu, Yujin.”
“Mwo?”
Mata Yujin membola. “Itu... aku tidak bisa menerimanya! Sudah sejak awal aku
ingin membantu kalian karena...” Yujin tidak melanjutkan kata-katanya.
“Pokoknya aku tidak bisa menerimanya.”
“Tapi
kau sudah banyak membantu. Kami tidak bisa membiarkannya begitu saja Yujin.”
“Aniyo
Minho. Aku tidak pernah menginginkan imbalan apapun dari kalian. Sebaiknya uang
itu digunakan untuk menyewa tempat latihan saja. Sungguh, aku tidak bisa
menerimanya. Mian.”
Key
dan Minho saling bertukar tatapan. Semburat kekecewaan menghiasi wajah mereka
berdua.
“Tapi
besok kau akan kembali kan?”
Yujin
tidak bisa menjawab.
“Apa
kami melakukan kesalahan?” Tanya Minho menebak kenapa Yujin tiba-tiba
menghilang beberapa minggu ini.
“Hmm...
dalam dua minggu kedepan mungkin aku tidak bisa ikut bersama kalian di tempat
latihan atau saat kalian tampil. Tapi kalian bisa bertemu denganku dikampus
untuk menyerahkan beberapa jadwal dan anggaran yang harus kususun.”
Tidak
puas mendengar jawaban Yujin, Minho justru tampak semakin penasaran. “Apa
terjadi sesuatu?”
Yujin
semakin tersudut. Ia tidak mungkin mengatakan secara terang-terangan kalau ia
sekarang sedang dihukum karena pulang terlambat. Apalagi Yujin pulang terlambat
saat harus menjadi manager SHINee di SMA Chungdam, sudah pasti alasan itu akan
membuat semua member menjadi tidak enak. Jalan terbaik untuk menjawab
pertanyaan itu adalah dengan tidak berkata apapun.
“Mianhe,
tapi aku tidak bisa mengatakannya.” Ucap Yujin akhirnya. “Tapi kalian tidak
perlu khawatir, ini bukan hal besar. Aku tidak apa-apa.”
Key
menyipit mencoba menganalisa jawaban Yujin. “Kau tiba-tiba menghilang bukan
karena ingin menghindari kami kan?”
“Ani!
Tentu saja tidak.”
“Baguslah
kalau begitu.” Senyum cerah kembali menghiasi wajahnya.
Meski
Minho tampak diam, ia yakin ada sesuatu yang terjadi yang berhubungan dengan
member SHINee. Minho takut kalau-kalau Yujin merasa terganggu akan semua tugas
yang diberikan pada yeoja itu. Rasanya Minho ingin bertanya lebih lanjut, namun
jawaban Yujin sudah cukup memenjarakan niat itu.
“Tapi
Yujin...”
Yujin
beralih menatap Minho.
“...Jika
sesuatu terjadi lain kali. Jangan ragu untuk memberitahukannya pada kami ne?”
Dua
buah anggukan menjadi jawaban pertanyaan itu. Yujin tidak menyangka ternyata
Minho merupakan namja yang sangat peka meski ia sudah berusaha menyembunyikannya.
“Sudah
hampir jam 11, kami harus segera kembali.” Key beranjak dari tempat duduknya
diikuti Minho. “Oiya hampir saja lupa. Aku mendapat pesan dari Jonghyun hyung,
katanya ia ingin bertemu denganmu jam 5 sore ini di taman Mangwon dekat sungai
Han.”
Dalam
beberapa detik Yujin sempat mematung, mencerna kata-kata yang diucapkan Key
sampai akhirnya dia berseru tidak percaya. “Apa kau bilang? Jonghyun ingin
bertemu denganku?”
***
Pertemuan
jam 5 sore disaat Yujin sedang dalam masa hukuman seperti sekarang adalah hal
yang tidak mungkin. Sangat mustahil. Karena jika terlambat lima menit sampai
rumah saja, umma Yujin akan menambahkan hukuman menjadi dua kali lipat. Apalagi
jika terlambat beberapa jam? Mungkin bisa-bisa malam ini Yujin hanya akan
berteman dengan sebuah bantal di teras rumah karena umma tidak mengijinkannya
tidur didalam.
Namun
tampaknya semua kemungkinan itu tidak membuat Yujin jera. Buktinya ada seorang
yeoja yang duduk ditaman Mangwon pinggiran sungai Han dengan dua telapak tangan
yang ia selipkan diantara dua lututnya.
Tentu
saja Yujin terpaksa. Tapi bukan berarti ia tidak punya pilihan. Jika Yujin
ingin, bisa saja ia kembali duduk manis dirumah sementara Jonghyun kebingungan
menunggu ditempat sepi itu. Tapi lagi-lagi Yujin harus mengalah. Ia memilih untuk
mengambil semua resiko hanya demi mencari jawaban atas rasa penasarannya.
Seperti
yang Key katakan, Jonghyun meminta Yujin untuk datang ketempat ini jam 5 sore.
Tapi karena kuliah Yujin selesai pukul 3 sore, jadi dari jam setengah empat dia
sudah meringkuk disini. Belum lagi ia sama sekali tidak makan sejak pagi karena
insiden ‘nafsu makannya hilang kemudian Key dan Minho datang’. Padahal uang
dikantong Yujin hanya cukup untuk membayar kartu biaya langganan bus kota.
Bagaimanapun juga Yujin memilih untuk kelaparan atau pingsan di tempat ini
ketimbang harus pulang dengan berjalan kaki.
Setahu
Yujin, taman tempat ia berada sekarang ini selalu ramai. Biasanya banyak orang
yang berjalan-jalan, berolahraga atau sekedar duduk untuk menikmati indahnya sungai
Han. Tapi hari ini hanya satu-dua orang yang terlihat berlalu lalang menaiki
sepeda. Tampaknya orang-orang lebih memilih untuk diam dirumah daripada membeku
diluar.
Yujin
menggosok-gosokkan tangannya untuk mencari kehangatan. Tidak hanya harus
berperang dengan suhu yang rendah, ia juga harus menahan hembusan angin deras
dari sungai Han yang begitu luas. Meski salju belum turun, namun udara
benar-benar dingin. Hidung Yujin sampai memerah karenanya. Ini semua Yujin
lakukan hanya untuk namja bernama Jonghyun.
Yeoja
itu melirik ke arah jam tangan berwarna merahnya. Pukul 6 sore. Tidak terasa
sisa-sisa sinar jingga matahari mulai samar. Langit biru berselimut awan tebal
perlahan berubah gelap sementara dari kejauan tampak lampu-lampu kota mulai
bersinar.
Apa
harus selalu seperti ini? Setiap kali ingin bertemu dengan Jonghyun, Yujin
harus berlama-lama menunggu dan berdebat dengan isi hatinya sendiri. Berulang
kali ia menoleh ke sekitar, tak ada sedikitpun tanda-tanda keberadaan Jonghyun
disana. Apa Jonghyun tidak sadar kalau hanya untuk sekedar memenuhi
permintaannya sekarang Yujin harus mengorbankan begitu banyak hal?
Hampir
saja Yujin menyerah. Kepalanya tertunduk lemas, berfikir seburuk apa nasib yang
akan ia terima setelah ini. Tidak hanya akan berurusan dengan kerasnya hukuman
dari umma, tapi juga memikirkan kelanjutan masalahnya dengan Hana. Yujin yakin
Hana akan sangat kecewa dan sulit untuk mendapatkan kata maaf darinya. Sekarang
bukannya menyelesaikan masalah, Yujin malah membuang-buang waktu untuk menunggu
Jonghyun yang entah akan datang atau tidak.
Lalu
apa yang harus Yujin lakukan?
Setelah
lama menunggu, kira-kira pukul tujuh malam akhirnya yeoja itu bangkit dari
tempat duduknya. Ia berjalan menjauhi tepian sungai Han untuk mencari halte
bus. Namun belum sempat Yujin meninggalkan taman, tiba-tiba ada sebuah sinar
terang yang menyorot ke arahnya. Sinar itu begitu silau sampai-sampai Yujin
harus menyipitkan sebelah matanya untuk melihat siapa yang datang. Tepat ketika
lampu itu dimatikan, ia bisa memastikan kalau orang yang sejak tadi ia nantikan
akhirnya tiba juga.
Dengan
gaya khasnya yang jalang, Jonghyun berjalan mendekat. Wajahnya datar tanpa
ekspresi. Kedua bibirnya terkatup rapat. Tatapannya masih terlihat begitu
dingin saat sebelah tangannya bergerak mengambil sesuatu dari dalam jaketnya.
Sebuah
syal berwarna merah merah marun. Syal itu melayang begitu saja dihadapan Yujin.
Dan secepat kedipan mata, Jonghyun langsung berbalik menuju motornya sebelum
Yujin sempat melontarkan kata-kata.
“YA!”
teriak Yujin sambil melempar keras syal itu ke kepala Jonghyun. Spontan
Jonghyun menoleh sambil memegang kepalanya.
“Apakah
hanya itu?”
Jonghyun
mengerutkan dahi. Sedikit protes dengan tatapannya karena Yujin melempar syal
sembarangan.
“KIM
JONGHYUN!” Yujin berteriak lagi lebih keras saat Jonghyun kembali membalikkan
badannya.
“Wae?”
kali ini Jonghyun mulai terusik. Ia menoleh dengan marah, namun yang ditemukan
selanjutnya justru membuat namja itu seketika terdiam.
Orang
yang baru saja meneriakinya kini tengah menarik nafas sesak, butiran kristal
dengan jelas terlihat membanjiri sudut mata yeoja itu.
“Kau
tidak seharusnya muncul dihadapanku Kim Jonghyun!”
Yujin
tak sanggup lagi menahan api yang membakar perasaannya. Jika saja emosi itu
tidak keluar dengan kata-kata, maka air matanya lah yang akan berbicara. Namun
Yujin sudah terlalu lama terdiam. Sudah begitu banyak waktu yang ia buang hanya
demi untuk mengejar seorang namja yang jelas-jelas tidak pernah menganggapnya
sejak awal ini. Yujin jengah.
Apakah
Jonghyun manusia? Jika ia, kenapa ia tidak memiliki perasaan? Setiap kali Yujin
muncul, namja itu selalu mengabaikannya. Bahkan dengan terang-terangan tidak
ingin melihatnya. Yujin sudah cukup lama bersabar hanya demi menemukan jawaban
atas misteri dalam mimpinya. Kini Yujin sudah terlanjur masuk, dan ia menyesal.
“Aku
benar-benar seperti orang bodoh. Ini semua karena kau Jonghyun.”
Sebelah
alis Jonghyun naik. “Kau memang bodoh. Bukankah aku sudah memintamu untuk
pergi? Tapi kau sendiri yang memilih untuk tinggal.” Sekali lagi sebuah
cambukan terlontar dari bibir Jonghyun.
Yujin
memutar bola matanya keatas, berusaha untuk tidak menangis. Tapi gejolak yang
meledak dalam dadanya justru mendesak buliran itu untuk terjun bebas.
“Geurae!
Kau benar Kim Jonghyun.” Balas Yujin tersengal. “Kau memang pernah bilang jika
aku bukan siapa-siapamu, jadi kau tidak akan pernah memperdulikan perasaanku. Bahkan
jika aku meloncat dari atas gedung sekarang juga, kau pasti tidak akan berbuat
apapun.”
Jonghyun
menatap Yujin dalam-dalam. Sorot matanya masih sulit ditebak.
“Apa
kau tahu? Kau justru terlihat lebih menyedihkan dari aku Kim Jonghyun.” Yujin
terus saja melanjutkan kata-kata meski suaranya terdengar parau. “Kau harus
selalu memakai topeng dan menyembunyikan sisi lain dari dirimu didepan banyak
orang. Mereka bisa saja menganggapmu pria yang tangguh, tapi bagiku kau pria
yang menyedihkan.”
Dalam
keadaaan seperti sekarang, yang Yujin pikirkan hanya satu. Yaitu menumpahkan
semua kekecewaannya pada Jonghyun. Ingin rasanya kembali melontarkan kata-kata
pedas untuk membalas seluruh sakit hatinya, namun bibir yeoja itu sudah tidak
sanggup bersuara. Bahkan untuk menghirup udara saja terasa sulit. Ia justru
menutup mata untuk menahan air yang terus saja bergulir dari sana.
Yujin
menyesal dengan kebodohannya yang menyedihkan ini. Ia sadar tidak ada gunanya
memaki-maki Jonghyun sekarang karena itu tidak akan merubah keadaan. Yang ada
justru ia akan semakin terlihat buruk dimata namja itu.
Beberapa
detik berselang, perlahan-lahan Yujin membuka matanya. Namun yang ia temukan
bukan wajah Jonghyun yang menyebalkan, melainkan sebuah helm full face berwarna
hitam didepan wajahnya.
“Aku
hanya punya satu helm. Jadi kau saja yang memakainya.”
Dalam
beberapa waktu Yujin terdiam menatap helm yang Jonghyun sodorkan. Pikirannya
mendadak kosong. Bahkan air mata yang sejak tadi memenuhi sudut matanya
seketika membeku. Yujin masih tidak sanggup mengerti akan situasi yang
sebenarnya terjadi sekarang.
“Kenapa
masih disitu? Apa kau ingin berdiri disana sampai besok pagi?”
Yeoja
itu tidak langsung menjawab, matanya mengerjap beberapa kali. Yang bisa ia
lihat hanya sosok Jonghyun yang sedang menunggunya diatas motor, bersiap untuk
mengantarkannya pulang. Bukan Jonghyun yang tadi sempat membuat emosinya
meledak-ledak.
Cepat-cepat
Yujin mengambil syal dan memakai helm itu seadanya sebelum kemudian berjalan
mendekati Jonghyun.
“Apa
kau selalu ceroboh dalam melakukan semua hal huh? Memakai helm saja tidak
bisa.” Ucap Jonghyun sambil memasangkan pengait pada helm yang Yujin pakai.
Saat itu juga Yujin merasa jantungnya berdegup begitu cepat.
“Rumahmu
ada didaerah mana?”
“Gyong...Gyonggido,
Yongsangu.”
Jonghyun
mengangguk kemudian mempersilahkan Yujin menaiki motor yang lebih tinggi dari
setengah badan yeoja itu.
“Terserah
kau mau berpegangan atau tidak, yang jelas aku enggan mengurangi kecepatan
standarku.”
Sesaat
setelah Jonghyun berbicara, yang terjadi berikutnya motor itu melesat
meninggalkan area pinggiran sungai Han yang sepi. Yujin yang sempat ragu
memegang tubuh Jonghyun akhirnya tidak punya pilihan. Ia memeluk Jonghyun dari
belakang, menutup kedua matanya dan berusaha meredakan detak jantungnya ketika
aroma farfum khas Jonghyun menyeruak diudara.
Yujin
tidak ingat ia mimpi apa tadi malam sehingga bisa mengalami sebuah kejadian
seperti sekarang. Jika sebelumnya kejadian ini hanya dapat ia temukan dalam
ladang ‘lucid dream’-nya, kini dengan jelas Yujin benar-benar bisa mengalaminya
dalam dunia nyata. Dalam hati kecil Yujin yakin bahwa Jonghyun memang orang
yang sama dengan yang ada dalam mimpinya, hanya saja Jonghyun belum menunjukkan
itu semua.
Benar
kata Jonghyun, kecepatan motornya tidak main-main. Yujin tidak tahu namja itu
berjalan berapa kilometer per jam, yang jelas ini benar-benar kencang
sampai-sampai Yujin tak sanggup membuka kedua matanya. Yeoja itu pasrah. Karena
ia tahu bahkan rasa takut tidak bisa membantunya sekarang.
Saat
melintasi sebuah jalan, tiba-tiba motor Jonghyun melambat. Semakin lama semakin
pelan sampai akhirnya benar-benar berhenti. Yujin pikir mereka sudah sampai,
namun ketika Yujin membuka matanya ternyata ini bukan area di tempat ia
tinggal.
Jonghyun
menstandarkan motornya di pinggir jalan kemudian turun, diikuti Yujin yang
masih tampak bingung.
“Apa
terjadi sesuatu?” tanya yeoja itu penasaran.
Tidak
ada jawaban. Jonghyun justru berjongkok mengecek beberapa bagian mesin motor.
Sepertinya memang ada sesuatu yang tidak beres. Tanpa berfikir panjang namja
itu langsung membuka jok motor untuk mengambil beberapa peralatan.
“Sebaiknya
kau menunggu didalam sana.” Ucap Jonghyun menunjuk sebuah kedai jajangmyun yang
tidak jauh dari tempat mereka berdua. “Disini dingin.”
“Oh...”
Yujin bingung harus berkata apa. Begitu banyak kemungkinan yang melesat dalam
sel otaknya.
“Aku
tidak akan kemana-mana.” Jawab Jonghyun mengerti apa yang Yujin pikirkan.
“Setelah selesai aku akan menyusulmu ke dalam.”
Meski
masih terdengar datar, namun nada bicara Jonghyun tidak dingin dan misterius
seperti biasanya. Sangat berbeda dari yang sebelumnya Yujin dengar. Dalam
sekali ucapan, semua kata-kata yang namja itu sampaikan langsung sanggup
membuat Yujin percaya.
Akhirnya
sesuai dengan perintah Jonghyun, yeoja itu berjalan masuk. Kedai yang ia
datangi terlihat sangat sederhana dengan dinding kaca dibagian depan dan hanya
ada beberapa meja yang berdiri didalamnya. Namun sebuah sisi tembok berhasil menarik
perhatian Yujin. Tembok yang semula berwarna putih itu kini telah penuh dihiasi
dengan begitu banyak coretan yang ditulis secara acak. Saking banyaknya
sampai-sampai ada beberapa yang tidak terbaca. Yujin sampai melamun melihatnya.
“Mau
pesan apa agashi?” suara pemilik kedai tiba-tiba membuyarkan lamunan Yujin.
“Oh...
mianhamnida...aku... mmm...”
Pemilik
kedai yang memiliki umur jauh diatas umma Yujin itu lantas tersenyum melihat
Yujin yang bimbang.
“Atau
jika kau sedang menunggu, kau bisa duduk dulu disana.”
Yujin
membalas senyum ahjumma itu ramah. Selanjutnya ia duduk ditepian jendela sambil
memandangi Jonghyun yang tampak sibuk diluar.
“Minumlah
ini agashi, minuman ini bisa menghangatkan tubuhmu.” Ahjumma itu kembali datang
membawakan secangkir teh untuk Yujin.
“Oh...
gamsahamnida... ini...”
“Tidak
usah khawatir, ini gratis.” Lanjut ahjumma itu lagi. “Jika kau mau kami juga
masih ada jajangmyun. Kebetulan hari ini agak sepi sementara ada beberapa
sayuran untuk jajangmyun yang sudah kami siapkan. Kami tidak mungkin
menghabiskan semuanya sendiri.” Ahjumma itu terlihat begitu baik hati, Yujin
jadi tidak karena terlalu merepotkan.
“Animnida
ahjumma, ini sudah cukup.” Tolak Yujin halus. Tapi ahjumma itu tetap mendesak
untuk membuatkan dua mangkuk jajangmyun untuk Yujin dan Jonghyun. Tampaknya ia
tahu peristiwa apa yang baru saja dihadapi mereka berdua.
Dalam
beberapa waktu Yujin menunggu, tidak bosan-bosannya ia memandangi Jonghyun yang
masih sibuk memperbaiki motor. Terkadang Jonghyun mencoba menyalakan motor,
kemudian duduk lagi, mengambil handphone untuk menelpon seseorang, kemudian
duduk memperbaiki lagi. Setelah beberapa kali mengutak-atik mesin, akhirnya
namja itu bangkit dan berjalan memasuki kedai dimana Yujin berada.
“Bagaimana?
Apa sudah bisa perbaiki?” tanya Yujin sedikit takut bertanya kalau-kalau mood
jelek Jonghyun kembali gara-gara frustasi memperbaiki motor.
Namja
itu menggeleng, “Kurasa kita harus menunggu.”
Menunggu?
Yujin tidak mengerti apa yang harus mereka tunggu. Namun belum sempat yeoja itu
bertanya, ahjumma pemilik kedai sudah lebih dulu datang membawa dua mangkuk
jajangmyun.
“Aigoo,
sepertinya kau begitu lelah karena sibuk memperbaiki motormu. Apakah sekarang
sudah beres anak muda?”
Jonghyun
tersenyum menanggapi pertanyaan ahjumma itu, “Animnida ahjumma, sepertinya aku
harus menunggu bantuan.”
Ah..
menunggu bantuan. Yujin baru mengerti.
“Gwenchana-gwenchana.
Yang penting sekarang kalian harus mengisi energi dengan makanan ini. Habiskan
semuanya ne?”
“Wah!”
Yujin sampai tidak bisa menutup mulutnya karena terkesima dengan jajangmyun
yang dibawakan ahjumma itu. Terlihat sangat lezat dengan mie yang kenyal serta
beberapa pikle untuk penambah rasa. “Gamsahamnida ahjumma. Jalmeokgott seubnida
(aku akan menikmatinya)!”
Ketika
ada sebuah kesulitan datang, tanpa diduga justru ada keberuntungan lain yang
mengikutinya. Yujin tidak pernah mengira hari ini ia akan makan malam ditemani
oleh namja yang selalu menyita pikirannya. Duduk berhadapan sambil menghabiskan
dua mangkuk jajangmyun gratis tentu saja tidak akan mungkin Yujin lupakan. Ia
tidak peduli entah setan mana yang sedang merasuki tubuh Jonghyun hingga bisa
berubah seperti ini. Yang penting sekarang namja itu dengan sukses menghapus
semua rasa menyesal dan kecewa yang sempat hinggap dihatinya.
“Gamsahamnida
ahjumma! Lain kali kami akan datang lagi!” pamit Yujin setelah ia selesai makan,
sementara Jonghyun lebih dulu keluar beberapa menit sebelumnya.
Rupanya
bantuan yang Jonghyun maksud sudah datang sejak tadi. Tepat didepan kedai itu terlihat
sebuah mobil yang terparkir dengan rapi. Hanya dibutuhkan waktu beberapa menit
dan sebuah kotak peralatan untuk mengutak atik motor Jonghyun, namja bertubuh
kurus pemilik mobil itu sudah sanggup memperbaikinya lagi.
“Maaf
karena sudah membuatmu menunggu.” Ucap namja itu sopan pada Yujin. “Aku Luhan
teman Jonghyun, dan kau?”
“Yujin.”
Balas Yujin. “Gomawo sudah membantu.”
Dia
mengangguk. “Kalau begitu aku pergi duluan. Dan kau Kim Jonghyun...” namja itu
beralih menatap Jonghyun. “.... jangan coba-coba melakukan hal aneh. Antarkan
dia sampai rumah.”
Jonghyun hanya tertawa mendengar ancaman dari
Luhan. “Tidak usah khawatir. Gomawo atas bantuanmu.”
Perbincangan
singkat mereka membuat Yujin sedikit terkejut. Bahkan dengan member SHINee yang
lain pun Yujin tidak pernah melihat Jonghyun sesantai ini. Untuk pertamakalinya
Yujin melihat Jonghyun tertawa, rasanya seperti ia tidak menginginkan apapun
lagi didunia ini.
“Apa
dia temanmu?”
Jonghyun
mengangguk. “Hu’um. Dia teman SMA ku.” Jawabnya sambil menyodorkan helm. “Kali
ini pakailah dengan benar. Aku tidak ingin mengajarimu dua kali.”
Yujin
justru terdiam. Tampaknya ada hal lain yang lebih menarik perhatian yeoja itu.
Sebuah
butiran tipis berwarna putih dengan tekstur yang lembut. Yujin tercengang
melihatnya. Salju itu perlahan turun dari langit kemudian menempel di atas
kepala Yujin, di ujung jemari Yujin yang menengadah, dan bahkan diatas jok
motor Jonghyun yang akan Yujin tumpangi.
“Lihatlah
Jonghyun, salju pertama sudah turun!”
“Sepertinya
kita harus lebih cepat sampai rumah. Jika tidak kau akan jatuh sakit.”
Yujin
menoleh menatap Jonghyun sambil tersenyum simpul. Ia tidak menyangka namja itu
diam-diam menghawatirkan kesehatannya padahal Yujin tahu benar dia bukan tipe
yeoja yang mudah jatuh sakit. Tapi apapun yang Jonghyun katakan, tentu saja ia
akan dengan senang hati menurutinya.
Detik
berikutnya motor itu kembali melesat untuk melanjutkan perjalanan yang
sebelumnya tertunda.
“Gomawo
kau sudah mengantarkanku.”
Jonghyun
tidak membalas ucapan Yujin ketika yeoja itu menyodorkan helm. Mereka berdua
sudah hampir sampai depan rumah Yujin tapi Jonghyun enggan mengantarkan lebih
dekat dengan alasan yang tidak jelas. Namja itu justru terlihat mengerutkan
dahinya saat menemukan sebuah mobil berwarna putih terparkir tepat didepan
halaman rumah Yujin. Iapun lantas pergi tanpa mengucapkan sesuatu.
“Aku
pulang...” ucap Yujin sambil melepaskan sepatunya didepan rumah. Ia hampir saja
lupa karena telah melanggar semua hukuman yang diberikan umma. Apapun itu
sekarang ia siap menerima apa saja, karena waktu indah bersama Jonghyun sudah
‘membayar’ semuanya.
Tapi
belum sempat langkah yeoja itu mendekati tangga, seseorang yang duduk diruang
tamu bersama umma Yujin lebih dulu membuat ia terperanjat.
“Minho?
Apa yang kau lakukan disini?”
-To Be Continue-
Nah
itu dia secondmannya. Sebuah nama yang muncul di kalimat terakhir. Hihi maap
nanggung, karena itu sudah menjadi kebiasaan saya -_-
Gimana
adegan romantisnya? Kurang dapet kah? Hehe Jonghyun masih jual mahal(?) sih.
Kekeke
Maap
juga Luhan Cuma nongol sebentar doang, soalnya adegannya emang Cuma segitu ngga
bisa ditambah2in kkk
Jadi,
ngapain itu Minho malem-malem duduk bareng umma Yujin di ruang tamu? Modus
banget ya minho ._. terus apa Jonghyun juga bakalan bersikap ‘hangat’ seperti
ini terus selanjutnya? gimana juga dengan Hana yang masih marah gara2
dikecewain Yujin?
Semua
akan terjawab di part selanjutnya yang (lagi-lagi) aku ngga bisa janji kapan
nongolnya huhu
Akhir
kata, terimakasih yang selembar-lembarnya(?) buat readers yang masih mau baca
lanjutan FF ini. *bow bareng Luhan.
What? Tunggu..
ReplyDeleteLuhan? Luhan exo unn?
Oiya. Itu tanggalnya bener 21 Januari 2014 yah unn? Wkwk
ReplyDelete