Aku mau curhat dulu
nih. *ini apaan dateng2 langsung curhat*
Sejujurnya part ini
udah lama jadinya, Cuma aku ga pede gara2 disini ntar ada adegan *********
(yang bakalan kamu temuin setelah membaca sampai akhir :p). Jujur aku paling ga
bisa bikin adegan kaya gituan karena aku memiliki hati yang lembut dan polos(?)
*aku sediain kantong plastik buat yang mau muntah :p* Aku ampe bingung mau
ngasih rate berapa, kalo PG kog terlalu rendah(?) kalo NC ntar disangkain FF yg
aneh2(?) *nahlo*. Eehhh, jangan mikir aneh2 dulu lho ya xD pokoknya baca sampe
akhir!
Sedikit bocoran, di
ff ini ntar bakalan dijelasin semuanya(?). Mulai dari kenapa Jonghyun bisa jadi
buronan, kenapa Yujin bisa mimpiin Jonghyun dan lain-lain temukan sendiri ya(?)
Oke langsung aja
lah. Cekidot!
Tittle : Lucid Dream [Part 16]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-16
Cast : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew),
Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo : Ahn Yong Wook.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Yujin...” Ucap Jonghyun menatap Yujin dalam. “Apa kau percaya padaku?”
Dahi Yujin berkerut tak
mengerti. Mengapa disaat genting seperti sekarang Jonghyun justru melontarkan
pertanyaan yang tidak penting? Seharusnya namja itu menanyakan keadaan Yujin
atau mencari tahu apa yang terjadi selama ia pergi dan berstatus menjadi
buronan.
“Yujin.” Panggil Jonghyun lagi.
Yujin yang semula terdiam
kembali membalas tatapan Jonghyun. “Apa
kau baik-baik saja?” tanya Yujin balik.
“Aku baik-baik saja.” Jawabnya meyakinkan.
“Jadi bisakah kau percaya padaku?”
‘Kumohon Yujin, aku tidak bisa
meninggalkanmu sendirian.’ Batin Jonghyun tak sanggup menunggu jawaban Yujin
lebih lama lagi.
Jawaban dari pertanyaan ini
sangat menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya, Yujin tahu itu. Meski
sedetik setelah mendengarnya pun Yujin yakin bahwa ia sangat mempercayai
Jonghyun, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Apakah namja itu akan
melakukan sesuatu yang bisa menyakiti dirinya sendiri?
Padahal
suasana begitu mendesak. Semua orang tengah menunggu kehadiran Jonghyun, dan
sekarang saat namja itu muncul apa yang harus Yujin lakukan untuk membuat
keputusan yang bijak bagi semuanya?
“Aku percaya padamu.” Ucap Yujin
akhirnya. “Apapun yang terjadi aku percaya padamu Kim Jonghyun.”
Jonghyun membuang nafas lega. Ia
mencoba tersenyum agar Yujin merasa sedikit tenang.
“Setelah ini aku akan membawamu
pergi ke suatu tempat.” Ucap namja itu memegang kedua pundak Yujin. “Untuk
sementara jangan hubungi siapapun. Termasuk keluarga dan para member.” Jonghyun
meraih handphone Yujin dan melepas batrainya saat itu juga. “Maafkan aku Yujin,
tapi tak ada jalan lain yang bisa kulakukan.”
Yujin menatap Jonghyun tanpa
suara. Perlahan kedua tangannya bergerak melingkar di bahu namja itu dan berbisik
lirih ditelinganya, “Gwenchana. Mari kita lakukan bersama-sama.”
Kemudian
Jonghyun langsung menyerahkan helmnya pada Yujin dan meminta yeoja itu untuk
segera naik ke atas motornya. Seperti keputusan yang baru saja Yujin katakan,
entah kemana namja itu akan membawanya, ia akan mengikutinya. Karena ia percaya
apapun yang akan Jonghyun lakukan pasti untuk kebaikan Yujin.
“Chakkaman!”
Jonghyun yang hampir menarik gas
motornya menoleh sepintas. Saat itu pula Yujin memasangkan syal berwarna merah
yang sejak tadi ia pakai pada leher Jonghyun. Bagaimanapun juga helm milik
Jonghyun kini tengah dipakai Yujin, dan tanpa penutup kepala namja itu bisa
saja kedinginan.
Detik berikutnya motor itu
melesat meninggalkan pinggiran sungai Han dan bergerak cepat melukis jalanan
yang mulai lengang di tengah malam. Jantung Yujin berdegup kencang. Sejujurnya
ia sangat takut karena tidak sanggup menebak kemana Jonghyun akan membawanya.
Belum lagi ia tidak sempat berpamitan dengan siapapun. Yujin hanya bisa
mengsugesti pikirannya bahwa semua akan baik-baik saja.
Jonghyun sempat berhenti sejenak
untuk mengisi bahan bakar motornya di suatu tempat. Ia tidak mengucapkan
sepatah katapun. Dan sesaat setelah pengisian selesai, Jonghyun kembali membawa
Yujin pergi dari sana.
Roda motor yang ditumpangi
Jonghyun dan Yujin terus berputar tanpa henti. Terus dan terus saja berputar.
Yujin sampai tidak yakin ada dimana ia sekarang. Yang jelas sudah beberapa jam
yang lalu mereka melewati perbatasan kota seoul. Sepertinya Jonghyun menuju ke
arah selatan. Tapi Yujin masih tidak mengerti kemana tujuan namja itu
sebenarnya.
Jalanan aspal yang membentang
begitu panjang lama kelamaan menyempit, Yujin tahu mereka sudah semakin
menjauhi pusat kota. Gedung-gedung pun tak terlihat sama sekali, bahkan deretan
rumah tidak sebanyak yang Yujin lihat di tempat sebelumnya. Namun Jonghyun
tidak berhenti. Namja itu masih menarik gas motornya sampai butiran pasir
tertangkap di pupil mata Yujin.
Pantai. Pantai terjauh di korea selatan
dari seoul. Perjalanan panjang selama kurang lebih lima jam itupun berakhir
disini. Motor Jonghyun semakin lama semakin melambat. Ia menepikannya tepat di
sebuah dermaga yang sangat sepi.
“Gwenchanha?”
Itu adalah kalimat pertama yang Jonghyun
ucapkan saat ia turun dari motor. Yujin hanya membalasnya dengan anggukan.
Saat itu pukul 5 pagi lebih tiga
puluh dua menit. Yujin menoleh ke sekitarnya, hanya terlihat pinggiran pantai
dan sebuah gang di seberang jalan yang menuju ke beberapa perumahan tak jauh
dari sana.
“Tunggulah disini, aku akan
mencari penginapan.” Ucap Jonghyun setelah turun dari motornya.
“Biar aku saja.” Yujin melangkah
lebih dulu.
“Andwae!”
“Akh!” Yeoja itu mengerang saat
dengan tiba-tiba Jonghyun menarik tangannya. Hampir saja Yujin lupa lukanya
kemarin belum sembuh.
“Gwenchanha?”
Yujin
tak menjawab, memaksa Jonghyun menyibakkan lengan yeoja itu untuk mencari
jawabannya. “Kau terluka. Apa terjadi sesuatu kemarin?”
“Ani.
Aku tidak pa-pa.” Jawab Yujin cepat. “Kau tunggu saja disini. Aku akan segera
kembali.”
“Yujin!”
Bentak Jonghyun memanggil nama Yujin. “....Kau tidak boleh pergi sendirian.” Kedua
mata namja itu terlihat serius. Hanya dengan sebuah kalimat singkat yang
Jonghyun lontarkan, membuat Yujin akhirnya mengangguk pelan.
Setelah meyakinkan Yujin, Jonghyun
lantas menyeberang jalan dan melangkah dengan payah karena kakinya terasa kram
terlalu lama duduk diatas motor. Ia harus ekstra hati-hati karena bagaimanapun
juga sekarang status Jonghyun adalah seorang buronan.
Di daerah pinggiran pantai
seperti ini tidak mengherankan jika warga perumahan yang ada disana sebagian
besar adalah seorang nelayan. Jonghyun bisa menemukan jaring-jaring untuk
menangkap ikan tergantung di depan setiap rumah. Bahkan tak jarang beberapa
dari mereka sudah terjaga bersiap menangkap ikan di lautan.
Sesuai dengan informasi yang Jonghyun
dapatkan, ada sebuah rumah yang menerima sewa untuk menginap. Pemilik rumah
tersebut adalah seorang ahjumma paruh baya yang tinggal sendirian. Oleh karena
itu beliau mengijinkan salah satu kamar di sanggojaenya untuk dijadikan tempat
penginapan.
Jonghyun bergegas kembali ke
pinggir pantai setelah selesai mencari penginapan. Senyumnya mengembang saat
menemukan Yujin tengah duduk di ujung dermaga dan melihat ke arah matahari yang
terbit dari arah timur.
“Maaf sudah membuatmu menunggu
lama.” Ucap Jonghyun duduk di samping yeoja itu kemudian menyerahkan ubi manis
hangat yang baru saja ia beli. Yujin menerimanya dengan senyum lebar.
“Yujin bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya
Jonghyun sambil memandang ke arah yeoja itu lurus-lurus.
Yujin
yang semula sibuk melahap ubi hangat ditangannya seketika menoleh. “Ne?”
“Kenapa
kau percaya padaku?”
Yang
ditanya tidak langsung menjawab, memaksa Jonghyun melontarkan pertanyaan kedua.
“Bukankah mereka bilang aku seorang pembunuh?”
“Kau bukan seorang pembunuh.” Jawab Yujin
cepat. “Seorang pembunuh tidak akan menyelamatkanku dari para pemabuk.” Yujin
tampak yakin dengan jawabannya. “...Pembunuh juga tidak akan rela turun dari
panggung demi membelaku dari serangan penggemar... Aku tidak pernah mendengar
seorang pembunuh bisa memaafkan seseorang yang sudah membuat hidupnya hancur
selama 13 tahun.”
‘Begitukah?’
“Kau
tidak perlu merasa takut Jonghyun. Sebentar lagi semua pasti akan berakhir
dengan baik. Para member dan juga Taejoon sudah berusaha keras untuk
membuktikan kalau kau tidak bersalah.” Ucap Yujin melontarkan isi pikirannya
yang selalu positif. “Kita hanya perlu menunggu...”
Jonghyun
membalas tatapan Yujin iba. Ia justru merasa bersalah karena baru menyadari
ternyata sudah berjalan sejauh ini dan memberikan bekas yang mendalam di hati yeoja
itu. Seharusnya ia mengakhirinya sejak dulu, sebelum satu kenangan pun hinggap
dalam benak Yujin.
Sayangnya
sekarang semua sudah terjadi. Jonghyun terlanjur memasukkan Yujin dalam
kehidupannya yang mengerikan ini.
Haruskah
Jonghyun menceritakan kejadian yang sebenarnya?
Orang
itu... Ahn Yong Wook. Orang yang membunuh umma Jonghyun dua tahun silam kini
telah bebas. Jika saja ia bukan anak dari ketua gangster yang memiliki banyak
tumpukan uang dan bahkan ‘link’ di kalangan polisi, sudah jelas ia akan lebih
lama membusuk didalam penjara. Namun karena kekuasaan yang dimiliki oleh ayah
dari preman kelas atas itu, hanya dibutuhkan dua tahun sampai akhirnya ia bisa
keluar dengan cara yang mudah.
Yong
Wook sudah lama menunggu saat-saat seperti ini untuk balas dendam karena
Jonghyun telah memasukkannya ke dalam penjara. Ia tidak hanya mengintai
kehidupan pribadi Jonghyun, tapi juga menjadikan Yujin sebagai ancaman jika
Jonghyun berbuat macam-macam. Bahkan Yongwook rela membunuh anak buahnya
sendiri yang lebih dulu bebas hanya demi menciptakan skenario bahwa Jonghyun
lah pembunuhnya.
Tepat
malam yang lalu Jonghyun hampir saja tertangkap kawanan yang diketuai oleh Yongwook.
Beruntung Jonghyun berhasil kabur, namun sayang handphonenya terjatuh saat ia
berusaha lari. Dan handphone itulah yang dijadikan mereka sebagai satu-satunya
bukti untuk membuat Jonghyun merasakan apa yang mereka rasakan. Yaitu masuk ke
dalam jeruji besi.
Demi
Tuhan meski Jonghyun harus melewati ‘perjalanan panjang’ hanya untuk bertemu
dengan Yujin, ia akan tetap melakukannya. Sayangnya ia tak sanggup membawa
‘orang lain’ ke dalam masalah yang tengah dihadapinya sekarang karena khawatir akan
membawa resiko yang lebih besar. Satu-satunya yang bisa Jonghyun lakukan
sekarang adalah membawa Yujin sejauh mungkin.
Jonghyun
bersumpah ia akan selalu menjaga Yujin apapun yang terjadi.
Karena
pernah satu kali Jonghyun mengabaikan sebuah ancaman, ia mendapati ummanya
harus menjadi korban pembunuhan. Dan sekarang ketika ancaman itu kembali ia
dengar, Jonghyun tidak ingin semua terulang untuk yang kedua kalinya.
***
“Kau sudah bangun?” sapa Yujin.
Sejak mereka mendapatkan
penginapan pagi tadi, Jonghyun berusaha terjaga disamping pintu kamar untuk
menjaga Yujin. Namun tubuhnya terlalu lelah karena sejak tadi malam melakukan
perjalanan jauh yang akhirnya membuat Jonghyun tertidur meski ia tidak
menginginkannya.
“Jam berapa sekarang?” Ucap Jonghyun
bangkit perlahan sambil mengusap matanya.
“Jam 6 sore.” Jawab Yujin
menunjuk jam dinding yang bergantung di kamar sanggojae. “Kau tidur lama
sekali. Pasti kau lapar sekarang. Tunggu sebentar aku akan membawakan makanan.”
“Chakkaman! Kau mau kemana?”
sepertinya Jonghyun jadi khawatir berlebihan setiap kali Yujin pamit
meninggalkannya. Bahkan saat tidur namja itu selalu menggenggam tangan Yujin walau
diam-diam akhirnya Yujin melepaskannya.
“Aku hanya akan ke dapur. Tadi
sore ahjumma sudah menawarkan kimchi jiggae untuk kita berdua. Tunggu ya?”
Jonghyun tertegun saat Yujin
meninggalkan kamar itu. Ia jadi terfikir apakah keputusannya membawa Yujin
seperti sekarang sudah benar? Bagaimana seandainya jika Yujin tidak pergi
bersamanya? Mungkin yeoja itu tengah berada di dalam rumahnya yang hangat dan
memakan makanan yang layak.
Hajiman andwae~ Ini sudah
keputusan yang benar, pikir Jonghyun. Ia tidak boleh meninggalkan yeoja itu
disana. Setelah Jonghyun melarikan diri dari Yongwook kemarin, mereka bisa saja
menangkap Yujin sebagai tawanan. Atau bahkan langsung membunuh Yujin saat itu
juga agar Jonghyun muncul untuk balas dendam.
Setidaknya jika mereka bersama,
Jonghyun akan bisa menjaga Yujin. Yang penting mereka pergi sejauh mungkin ke
tempat dimana tidak ada seorangpun yang bisa mengenal mereka dan tak
meninggalkan jejak sedikitpun, meski sejujurnya Jonghyun tidak memiliki tempat
tujuan.
Saat sedang sibuk melamun,
tiba-tiba ponsel Yujin berdering. Jonghyun langsung meraihnya dari atas meja.
‘Apa kalian sudah cukup bersenang-senang
di pantai?’ sebuah pesan dari nomer yang tak dikenal langsung membuat tubuh
Jonghyun seketika menegang.
“Kimchi jiggae nya sudah
datang...”
“Yujin sejak kapan kau
mengaktifkan ponselmu?!?”
Yujin terkejut karena Jonghyun
tiba-tiba bertanya dengan nada tinggi. “Itu... beberapa jam yang lalu karena
aku ingin mengetahui berada dimana kita sekarang. (melalui GPS)” Jawabnya
takut. “Tapi seingatku tadi aku sudah mematikannya kembali... Apa aku lupa
mematikannya?”
“Sial!” Mereka pasti sudah
melacak keberadaan Jonghyun dan Yujin lewat ponsel Yujin. “Cepat ambil jaketmu.
Kita harus pergi sekarang juga!” perintah Jonghyun pada Yujin kemudian melepas
batrai pada handphone yeoja itu sebelum mereka dilacak kembali.
Namun belum sempat mereka berdua
pergi meninggalkan penginapan itu, ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti
tepat di depan halaman. Beberapa orang mengenakan setelan jas turun dari sana
dan langsung tersenyum mendapati Jonghyun dan Yujin yang baru saja menutup
pintu depan.
“Aku tidak menyangka bisa
menangkap ‘dua ikan besar’ sekaligus.” Ucapnya sambil tersenyum licik. “Bawa
mereka berdua sekarang juga!”
***
Yujin tidak tahu jelas ia sedang
berada dimana. Yang terlihat hanya sebuah gedung tua dengan tembok yang belum
di cat dan ruang pengap tanpa sirkulasi udara. Yujin bisa mencium bau menyengat
di ruangan yang lembab ini. Belum lagi asap rokok mengepul dimana-mana. Sejak
tadi kedua mata Yujin ditutup dan tangan serta kakinya pun tak luput dari
ikatan. Saat ia bisa kembali melihat, ada disinilah ia sekarang.
Selain Yujin dan Jonghyun, ada
sekitar 6 orang dalam ruangan itu. Dengan penerangan yang minim, Yujin mencoba
melihat ke arah mereka satu persatu. Tampak begitu asing sampai salah seorang
namja berusia kira-kira 30 tahunan maju mendekati Yujin yang duduk di dekat
tembok. Namja berbadan besar itu memiliki kulit sedikit gelap, kumis tebal
serta rambut yang tampak acak-acakan.
Ia meraih dagu Yujin dan
tersenyum licik, “Lama tidak bertemu gadis manis...”
DEG!
“Jangan ganggu dia!” Jonghyun
berseru mengalihkan perhatian namja bertato naga di lehernya itu. “Dia tidak
ada hubungannya dengan semua ini!!”
Namja itu justru tertawa
meremehkan. “Bagaimana mungkin yeoja ini tidak terlibat? Bukankah semua ini
dimulai karena kau yang sok berjiwa pahlawan datang menolongnya?”
Yujin menoleh ke arah Jonghyun
terperanjat. “Jonghyun kau...?”
“Kau... Kau pasti tidak pernah melupakan
janjiku untuk terus mencarimu sampai kapanpun, kan?” Potong Yongwook kemudian
duduk diatas kursi yang berhadapan dengan Jonghyun dan Yujin. “ Tapi... apakah
kau tahu kesalahanmu, Kim Jonghyun?”
Jonghyun
diam, rahangnya mengeras.
“Yang pertama, karena kau
mengalahkanku. Jika saat itu aku tidak sedang mabuk, mungkin aku yang akan
mengalahkanmu dan bahkan mendapatkan hiburan dari yeoja ini...”
“Geumanhae! (berhentilah!)”
“Yang kedua... Ini yang paling
membuatku marah.” Ekspresi namja itu berubah. “Karena kau memasukkanku ke penjara.”
Lanjutnya. “Kau pikir kau pintar setelah kemarin berhasil kabur? Mencarimu dan
mengetahui informasi tentangmu lebih mudah ketimbang memukul nyamuk.”
Semua orang yang ada disana
langsung tertawa mendengar kalimat yang bukan lelucon itu. Rupanya mereka
sangat menikmati waktu-waktu seperti sekarang padahal Jonghyun dan Yujin justru
merasakan sebaliknya. Kemungkinan terburuk apapun bisa saja terjadi. Kedua
tangan dan kaki mereka diikat, ruangan ini juga sangat sempit dengan akses
keluar hanya sebuah pintu yang Yujin yakin sudah dikunci, tak ada barang apapun
seperti kayu atau tongkat yang bisa dijadikan senjata, belum lagi tenaga 6
orang berbadan besar yang penuh dendam itu tidak sebanding. Jonghyun kalah
telak.
“Aku sudah cukup bersabar
menunggu pihak polisi ‘memakan umpanku’ kemarin, tapi kau malah
berani-beraninya berusaha lari dariku. Membuat kesabaranku habis sekarang.”
Jonghyun berusaha bangkit dan
menyerang, tapi apa daya tubuhnya justru ambruk didepan ujung sepatu Yongwook karena
kedua kakinya masih diikat.
“Ha-ha-ha! Kau punya nyali juga
rupanya.” Ia berdiri dan menjambak rambut Jonghyun. “Geurae! Sekarang mari kita
buat jadi lebih menarik.” Yongwook beralih menatap anak buahnya. “Lepaskan
ikatan bocah ini!”
Perasaan Yujin jadi semakin
tidak enak. Ia menatap ke arah Jonghyun khawatir.
“Jika kau bisa mengalahkanku
sekali lagi, maka aku akan melepaskanmu. Sederhana bukan?”
Jonghyun yang sudah mampu
berdiri mengusap pergelangan tangannya, “Aku akan melakukan apapun yang kau
inginkan. Tapi lepaskan dia!”
Yujin menggeleng keras. ‘Jangan
Kim Jonghyun. Kumohon jangan katakan itu lagi!’
Bagaimana bisa ia meninggalkan
Jonghyun sendirian di tempat ini sementara Yujin tahu dengan jelas bahwa dia
lah yang menyebabkan semua ini terjadi? Bahkan jika mungkin, Yujin ingin
menggantikan posisi Jonghyun dengan dirinya.
Jonghyun
menatap Yujin menyesal. Ia rela melakukan apapun demi menghindari sebuah
goresan kecil pada yeoja itu. Namun yang terjadi sekarang justru lebih buruk.
Tak ada jalan keluar selain menuruti semua yang diinginkan oleh namja pembunuh
ummanya ini.
“Bisakah kita mulai?” Yongwook mulai
kesal. “Melihat kalian berdua seperti itu aku jadi merasa seperti sedang
menonton drama.”
Tanpa menunggu lebih lama lagi,
‘arena pertarungan’ pun mulai dibuat. Semua perabotan seperti meja dan kursi
mulai disingkirkan. Jonghyun yang tampak siap mengepalkan tangannya berdiri di
tengah ruangan berhadapan dengan Yongwook. Sedangkan Yujin yang ikatan kakinya
sudah dilepas menunggu di sudut tembok dengan beberapa anak buah lain disebelah
kanan-kirinya.
Yongwook menyeringai sambil
mengusap hidung dengan ibu jarinya. Ia tampak sangat siap. Tangannya mengepal
keras, dan dengan gerakan cepat ia berusaha melayangkan tinju ke arah Jonghyun.
Meleset. Jonghyun lebih dulu
menghindar.
Karena
tak ingin hilang kesempatan, Jonghyun langsung memberikan serangan balik dengan
memukul perut Yongwook. Membuat ia terhuyung lemas ke belakang. Saat itulah tiba-tiba
Jonghyun mendengar sebuah teriakan di sudut ruangan, diluar dugaan ternyata
para kawanan melakukan hal yang sama pada Yujin.
Jonghyun tersentak. “Yujin!” Ia
mencoba mendekat namun tangannya ditahan oleh anak buah Yongwook. “Lepaskan!”
Cengkraman kedua anak buah
Yongwook justru semakin keras ketika Jonghyun berusaha untuk mengelak. Tapi ia
tidak bisa tinggal diam melihat Yujin jatuh menatap Jonghyun sambil menangis.
Tentu saja kekuatan yeoja itu tidak ada bandingannya dengan para anak buah
Yongwook yang memaksanya untuk berdiri meski tubuhnya terasa sakit.
“LEPASKAN DIA!” teriak Jonghyun
masih terus berontak. Sekuat tenaga ia melepaskan cengkraman itu kemudian
melayangkan pukulan pada anak buah Yongwook yang menahannya. Tapi ketika
Jonghyun tinggal beberapa langkah dari Yujin, tubuhnya berhenti saat melihat
sebuah pistol mengarah pada kepala yeoja itu.
“Ckckck, kau bernafsu sekali Kim
Jonghyun.” Ucap Yongwook sambil mengusap perut bekas terkenal pukulan dari
Jonghyun. “Permainan baru saja dimulai. Tenanglah sedikit.” Lanjutnya tersenyum
licik.
“Aku bilang lepaskan dia!”
Jonghyun geram. “Bunuh saja aku sekarang jika kau menginginkannya Yongwook!!”
Yongwook menggeleng-geleng
pelan. “Aku sudah menjelaskan aturan permainannya bukan? Kau hanya harus
mematuhinya jika tidak ingin peluru bersarang di kepala yeoja itu.”
Jonghyun menoleh ke arah Yujin
sekilas. Ia tahu gadis itu ketakutan. Tapi tidak ada jalan lain selain
melanjutkan ‘permainan’ yang dibuat oleh Yongwook. Jika Jonghyun gegabah, ia
bisa membuat Yujin dalam bahaya.
Yongwook kembali berdiri
dihadapan Jonghyun. Namja itu menyeringai. Sangat menyenangkan sekali baginya
bisa melihat Jonghyun dalam keadaan genting seperti sekarang.
Bugh!
Sebuah pukulan Yongwook mengenai
tepat di ujung bibir Jonghyun. Sayangnya namja itu terlambat menghindar karena
konsentrasinya terbelah. Namun bukan Jonghyun namanya jika ia tumbang dalam sekali
pukulan. Dengan cepat ia membalas pukulan itu di rahang Yongwook dan beberapa
bagian tubuh lain secara bertubi-tubi. Bagaimanapun juga Jonghyun memiliki
stamina yang lebih baik ketimbang Yongwook yang telah memasuki usia kepala
tiga. Sebesar apapun usaha Yongwook untuk melawan, tentu tetaplah Jonghyun yang
lebih unggul.
Brak!
Tubuh Yongwook terdorong hingga
menabrak kursi kayu. Dengan emosi yang meluap Jonghyun langsung meraih kerah
baju namja itu, namun disaat yang sama sebuah teriakan kembali terdengar.
Jonghyun menoleh ke arah Yujin,
kesempatan ini digunakan Yongwook untuk menendang namja itu hingga terjatuh.
Kali ini anak buah Yongwook
tidak hanya memukul Yujin, tapi juga menendang punggung yeoja yang jatuh
tertelungkup itu. Sudut bibirnya berdarah, tatapannya mengabur oleh air mata,
dan tangannya tidak bisa bergerak karena masih dalam ikatan. Yujin yang
memiliki tubuh lemah harus menerima semua rasa sakit itu.
“ANDWAE!!” Jonghyun bangkit.
Tapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Yongwook, disusul oleh pukulan di perut
namja itu.
“Terus saja menyerangku Kim
Jonghyun, maka yeoja itu akan merasakan hal yang sama. Ha-ha-ha.”
Kini Jonghyun baru mengerti apa
sesungguhnya maksud dari permainan ini. Ternyata Yongwook menjadikan Yujin
sebagai tumbal setiap kali Jonghyun menyakitinya. Perlakuan apapun yang
Yongwook dapatkan dari Jonghyun, maka Yujin pun akan mendapatkannya dari anak
buah Yongwook. Dan jika Jonghyun berusaha memberontak, tak segan-segan sebuah
pistol mengarah ke kepala yeoja itu.
Terlambat baru sekarang Jonghyun
menyadarinya, setelah tubuh Yujin babak belur dan masih harus dipaksa berdiri
untuk menerima perlakuan selanjutnya. Yujin hanya bisa menangis. Ia tahu
Jonghyun merasakan sakit yang sama. Tapi Yujin sama sekali tidak menyalahkan
Jonghyun karena bagaimanapun juga dia lah penyebab semua ini terjadi.
Mereka berdua saling beradu
pandang dalam diam. Hati Jonghyun terasa perih melihat yeoja yang berusaha ia
lindungi justru harus mendapatkan perlakuan yang begitu kejam. Rambut yang selalu
Yujin ikat tampak berantakan, wajahnya basah oleh air mata dan darah, tubuhnya
lunglai ke depan. Ia terpaksa berdiri hanya untuk membalas tatapan Jonghyun yang
terasa begitu sulit.
Akhirnya Jonghyun kembali
berdiri menghadap Yongwook dengan kedua tangan yang menggantung pasrah di kedua
sisi tubuhnya. Namja itu tertunduk, siap menerima perlakuan apapun dari
Yongwook.
Tentu
saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh preman kejam itu. Dengan kaki
kanannya, ia langsung menendang Jonghyun keras sampai tubuh namja itu ambruk
kebelakang. Dalam posisi tergeletak, Yongwook kembali menendang dan memukul Jonghyun
membabi buta. Seluruh tubuh namja itu tak luput dari pukulan Yongwook.
Jonghyun
tidak membalas sama sekali, ia hanya menutup matanya beberapa kali dan mencoba
menahan rasa sakit dengan mengeratkan kedua rahangnya.
Yujin memekik lirih. Kenapa
Jonghyun tidak membela diri? Kenapa ia hanya diam menerima semua perlakuan itu?
‘Jonghyun jebal... kumohon lakukan
sesuatu...’
Sayangnya Yongwook masih belum puas,
ia tidak berhenti sampai disitu. Dengan kedua tangannya Yongwook membangunkan
tubuh Jonghyun, memukul perutnya beberapa kali. Menyeret dan membenturkan
kepala Jonghyun ke dinding. Membuat darah kental mengalir di dahi namja itu.
“Geumanhae!” Yujin berteriak
ingin berlari ke arah Jonghyun, tapi lagi-lagi kedua anak buah Yongwook
menahannya.
“Apa hanya segini kemampuanmu
Kim Jonghyun?” ucap Yongwook menarik kerah Jonghyun.
Jonghyun
tak menjawab. Hanya sedikit membuka kelopak matanya menatap Yongwook samar.
Sebuah
seringaian licik terlihat di wajah namja itu. Dengan kasar Yongwook melepaskan
cengkraman di kerah baju Jonghyun dan berjalan mendekati meja yang berada
didekat pintu.
‘Clek!’
Sebuah senapan yang baru saja
diambilnya sudah siap untuk menembakkan peluru. Yongwook tersenyum menatap
senapan itu sebelum akhirnya mengarahkan ujung senapan itu pada Jonghyun yang
masih terbaring tak berdaya di lantai.
“ANDWAE! HAJIMA!” Pekik Yujin.
“Jangan lakukan itu, kumohon!”
Yongwook menoleh ke arah Yujin. Alisnya
berkerut. Saat itulah terlintas sesuatu dalam pikirannya.
“Apa kau ingin menolongnya gadis
manis?” Yongwook berjalan ke arah Yujin. “Jika kau ingin menolongnya, maka aku
akan mempertimbangkannya sekali lagi.” Lanjutnya menyeringai.
Yongwook menjambak rambut Yujin
dan mendekatkan wajahnya ke arah yeoja itu. “Kupikir kita bisa melanjutkan
kegiatan yang tertunda waktu itu...”
Cengkraman anak buah Yongwook pada
kedua tangan Yujin dilepaskan. Dengan sekali hentakan, tubuh Yujin terdorong
keras ke tembok. Ia tidak bisa mengelak. Disaat yang sama salah satu tangan
Yongwook mulai bergerak ke bahu Yujin dan merobek lengan baju yeoja itu. Yujin
berteriak saat Yongwook berusaha mencium lehernya.
“DASAR BINATANG!” Jonghyun
sekuat tenaga bangkit dan langsung menarik tubuh Yongwook untuk menjauhi Yujin.
Dengan emosi yang meluap, ia melayangkan pukulan ke wajah namja itu tanpa
ampun. Yongwook berusaha bangkit dengan bantuan anak buahnya untuk membuat
jarak diantara mereka. Saat itulah pistol yang dipegang Yongwook langsung mengarah
tepat ke dada Jonghyun.
“Permainan ini sudah berakhir
Kim Jonghyun, selamat tinggal!”
“ANDWAEE!!” Yujin menghambur ke
arah Jonghyun.
DOR!!! Sebuah peluru yang
sebelumnya tertahan di ujung senapan itu akhirnya benar-benar meluncur. Disusul
dengan lelehan darah yang terus menerus mengalir membasahi lantai.
***
18 Mei 2012
Seorang yeoja berseragam SMA
Seungri berjalan pelan melintasi trotoar di pinggiran kota Seoul. Jam tangan
berwarna birunya sudah menunjukkan pukul 10.00, halte bus yang berada tepat
didepan sekolahnya sudah tidak beroperasi. Memaksa yeoja dengan name tag Jung
Yujin itu pulang dengan jalan kaki.
Sebenarnya jarak antara rumah
dan sekolahnya tidak terlalu jauh jika melewati ‘jalan tikus’. Tapi Yujin harus
melintasi gang-gang sempit diantara beberapa perumahan dan gedung apartemen di
area sekolahnya.
Yujin bersenandung kecil untuk
menghilangkan rasa takut. Tapi saat melintasi persimpangan tiba-tiba mulutnya
berhenti mengeluarkan suara. Dari kejauhan terlihat segerombolan orang yang
mabuk. Yujin membalik badannya dan berjalan menjauhi namja itu, tapi ia
terlambat. Yujin sudah berusaha berlari namun jalan yang ia pilih justru salah.
Jalan buntu.
Salah satu dari mereka bergerak
maju saat Yujin tersudut. Yujin menyipitkan matanya untuk memperhatikan
gerak-gerik namja itu. Di lehernya terdapat tato naga dan Yujin bersumpah tidak
akan melupakan senyumnya yang menjijikan.
Namja itu mencengkram bahu Yujin
dan menghempaskannya di tembok. Yujin sudah berusaha berteriak sekeras-kerasnya
namun usahanya sia-sia. Namja itu justru semakin leluasa ketika teman-temannya
mulai membantu memegangi tubuh Yujin.
“Lepaskan! Lepaskan aku!!” Yujin
berontak sekuat tenaga dan terus saja mencoba menendang kakinya ke arah namja
itu. Membuat namja itu kesal dan membenturkan kepala Yujin ke tembok. Seketika
membuat Yujin tak sadarkan diri.
Saat itulah Jonghyun muncul. Ia
masih berusia 19 tahun. Meski Jonghyun tidak mengenal siapa Yujin, ia tak sanggup
membiarkan kejadian itu berlalu begitu saja. Jonghyun tidak ingin pengalaman
pahit yang menimpa ummanya dulu harus dirasakan oleh yeoja tak berdosa ini.
Dari sinilah legenda yang
beredar dimulai. Karena sebagian besar dari mereka sedang mabuk, memudahkan
Jonghyun untuk mengalahkannya.
“Agashi... agashi gwenchana?”
Jonghyun menggoyangkan tubuh Yujin untuk membuatnya sadar. “Agashi...” meski
Jonghyun sudah mencoba beberapa kali namun tubuh Yujin masih tidak bergerak.
Tak ada pilihan lain selain membawa
yeoja itu ke rumah sakit. Jonghyun takut kalau-kalau sesuatu yang buruk telah terjadi.
Akhirnya ia menggendong Yujin dan mencari taksi untuk membawanya di rumah
sakit. Namun Jonghyun langsung pergi meninggalkan yeoja itu setelah memastikan
keluarga Yujin datang.
Jonghyun hanya tidak mengetahui,
bahwa selama ia menjaga Yujin, Yujin sempat membuka matanya satu kali. Hanya
satu kali. Yujin sendiri tidak mengingat kapan itu terjadi, namun gambaran
wajah Jonghyun dengan jelas sudah tersimpan di alam bawah sadarnya. Itulah
mengapa Yujin bisa menemukan sosok Jonghyun dalam mimpinya meski ia merasa
tidak pernah bertemu Jonghyun sama sekali.
Namun tentu saja Jonghyun tak
sanggup melupakan Yujin. Ia masih ingat setiap detik kebersamaan mereka berdua
walau hanya sebentar. Karena berawal dari kejadian ini, pemabuk itu terus saja
mencari Jonghyun, mengancam keberadaannya sampai berakhir dengan kematian
ummanya ditangan pemabuk itu.
Setiap kali Yujin muncul
dihadapannya, Jonghyun selalu menghindar. Bukan karena Jonghyun membenci Yujin.
Tapi karena ia tak ingin memiliki seseorang yang nantinya akan menjadi titik
kelemahannya.
Dimata Jonghyun, Yujin masih
seperti seorang siswa berseragam SMA Seungri yang polos. Tapi seiring waktu
berjalan, perlahan-lahan pandangan Jonghyun berubah. Bahwa ia melihat Yujin
bukanlah sebagai seseorang yang nantinya akan menjadi titik kelemahan baginya,
namun justru seseorang yang akan menjadi sumber kekuatan baginya karena ia tahu
tidak ada orang lain yang Jonghyun miliki sekarang selain Yujin.
-To Be
Continue-
Naaahhhh
sudah kejawab kaan sekarang? Mhehehe Jadi bener sodara2, bahwa cowo yang ada di
mimpi Yujin itu adalah Jonghyun, bukan kembarannya.
‘Tapi
kog yang di dlm mimpi cowonya sempurna, sedangkan Jonghyun aslinya memiliki
sifat dan penampilan yang bertolak belakang?’. Jadi begini, si Yujin itu
ngeliat Jonghyun Cuma sekilas (pas pingsan). Nah gara2 itu muka Jonghyun nongol
di mimpinya diaa. Pertanyaanya, kenapa bisa beda dgn aslinya kaan? Jawabannya
adalah karena Yujin itu selalu melakukan Lucid Dream. Balik lagi yaa lucid
dream adalah keadaan dimana kamu bisa mengendalikan mimpimu sendiri. Dengan
kata lain, sifat dan penampilan cowo yg ada didalam mimpi yujin itu adalah
jelmaan(?) dari khayalannya sendiri. Cuma mukanya tetep muka Jonghyun, begituu.
Contoh
deh, readers pernah ga mimpiin bias jadi cowonya readers terus baik hati dan
bla bla bla(?). sama deh kaya saya yang dulu pernah mimpi direbutin 2MIN,
hahahaha. #ini aib. Wkwk
Oiya
terus legenda (pas part nglawan pemabuk tadi) itu pernah disinggung di part 9 waktu adegan
Yujin mau kerumah jonghyun > nyasar > ketemu pemabuk lagi > jonghyun
muncul > pemabuknya kabur gara2 pernah denger legendanya jonghyun. Padahal
ya itu tadi, Cuma 5 orang. Tapi karena yang dilawan anak gangster ya.....
Mau
bahas juga pas habis adegan itu (paragraf diatas ini xD) (masih di part 9)
Yujin sempet nyeritain ke Jonghyun ttg masa lalunya kan? Tapi Jonghyun seakan2
ngga tau kan? Nah sebenernya aku dah ngasih clue, ada kalimat yang berbunyi
“Jika ia bisa kembali ke masa itu, mungkin Jonghyun akan benar-benar
membunuhnya.” Jadiiiiiii, Jonghyun ga ngira ternyata kejadian 2 tahun yg lalu
itu berdampak besar pada kehidupan Yujin. Kalo ia tahu Yujin bakalan trauma
kaya sekarang, mungkin Jonghyun bakalan ngasih ‘pelajaran’ yang lebih buat mereka.
Tapi tetep yaa di part 9 Jonghyun belum ngaku kalo dia tahu betul tentang
kejadian 2 tahun lalu.
And
well, aku minta maaaapppp banget part ini kurang ngena (terutama adegan
thriller(?)nya). Soalnya aku paling ga bisa sama adegan kekerasan. Ini aja aku
sampe baca beberapa FF (yang mengandung kekerasan) lain buat dapetin feelnya,
padahal ngga suka baca FF kekerasan. Jadinya ya Cuma gini deh, maaf yaa kalo
jelek.
DAN
AKHIRNYA DENGAN SANGAT S.E.N.A.N.G H.A.T.I
AKU MENGATAKAN BAHWA INI TERAKHIR KALINYA READERS AKAN MELIHAT KATA2 TO BE
CONTINUE DI FF LUCID DREAM. KARENA PART SELANJUTNYA AKAN MENJADI THE END. ALIAS
ENDING.
Apakah
Jonghyun akan selamat dari tembakan? Ataukah justru Yujin yang kena tembakan
setelah dia berteriak andwae dan menghambur ke arah Jonghyun(?) *kaya di meteor
garden gitu mhahaha*. Terus gimana hubungan mereka berdua setelah ini? gimana
tanggapan member, dan keluarga dengan kejadian ini? tunggu next part yaa.
Semoga endingnya ga mengecewakaan!
Akhir
kata, gomawo yedeulraaa! #pyoong
good next jangan lama-lama ok..
ReplyDeletesiaap
Deletegomawo yaaa
aku nangis bacanya
ReplyDeletejinjja? waaah
Deletegomawo btw
mana nih part 17,, udang nunggu lama nih,, jangan lama-lama donk.. udang penasaran beut..
ReplyDeletepart 17 udah di post kog. selamat membaca yaaa
Delete