Pages

Sunday, 12 January 2014

FF SHINee :Lucid Dream [Part 7]

Annyeong Chingudeul! Author balik lagi~ *aegyo* *ngikutin salam author lain*
Wkwkwk
Kali ini lanjutan lucid dreamnya ngga terlalu lama kan? Hehehe semoga ngga didemo lagi kaya yang part kemaren gara2 kelamaan nongol.
Buat pengingat(?) part sebelumnya, intip yuk!
  • ·         “Apa kau gila? Tubuhmu SEKARAT Kim Jonghyun!” bentak Yujin tidak setuju. Bisa-bisanya Jonghyun melarang Yujin menghubungi member SHINee. Jika bukan member, siapa lagi yang bisa menolongnya?
  • ·         Suasana berubah menjadi benar-benar riuh, semua seperti berjalan lancar tanpa terjadi apapun. Tak ada satupun penonton yang melihat kejanggalan walau yang sebenarnya terjadi beberapa menit lalu cukup membuat semua panitia panik.
  • ·         Yujin melirik tangannya. DEG! Pukul 21.47. Cepat-cepat yeoja itu meninggalkan aula SMA Chungdam karena ia telah melanggar ‘jam malam’ yang telah ditetapkan ummanya. Bisa dipastikan setelah ini ada sebuah ‘nyanyian merdu’ yang menunggu Yujin dirumah.
  • ·         “Aku ingin membicarakan tentang Yujin.” Hanya dengan mendengar nama itu saja sudah membuat Jonghyun tidak tertarik. “Sebenarnya kenapa kau begitu membencinya?”
  • ·         Onew tersenyum tipis. ‘Rupanya kau sedang menyimpan sesuatu, Jonghyun.’ Batinnya diam-diam mengetahui kebiasaan Jonghyun yang selalu tidak bisa menatapnya disaat sedang berbohong.
  • ·         “Kau dihukum? Karena pulang terlambat?”
  • ·         Yujin tahu benar sudah begitu banyak ‘pekerjaan’ yang menunggunya dirumah. Mulai dari mencuci piring, menyapu, mengepel, berbelanja dan segudang tugas rumah lainnya. Sayangnya itu belum cukup, Yujin masih harus berhemat karena uang jajannya dipotong selama satu minggu. Belum lagi Yujin dilarang keras untuk pergi kemanapun selain kekampus dan ke supermarket untuk berbelanja. Karena itulah ia menghilang selama beberapa minggu.
  • ·         “Selama ini kau kemana saja Yujin?” Potong Key lebih dulu. “Aku sudah menghubungimu berulang kali tapi kau tidak pernah menjawabnya...”
  • ·          “Yujin adalah manager kami.” Lagi-lagi Key memotong kalimat Yujin. Baginya pertanyaan ‘bodoh’ Hana sedikit ‘mengganggu’ pembicaraan dirinya bersama Yujin.

Nah itu dia cuplikan singkat part kemaren. Dan part ini... aku akan memenuhi janjiku sebelumnya. Hehe. Apakah itu? Baca aja deh yaaa~ Oiya sedikit bocoran, nanti bakalan ada member exo yang jadi cameo hihi. Jadi... silakan membaca!


Tittle                    : Lucid Dream [Part 7]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo                 : EXO’s member.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!



“Yujin... kau jinjja...” rahang Hana terkatup keras. Matanya tampak berkaca-kaca menahan amarah. Tanpa lebih banyak meninggalkan kata, Hana lantas pergi meninggalkan Yujin yang tahu benar akan sulit untuk sekedar bertemu dengan yeoja itu lagi.
“Mian karena kami, temanmu jadi...” suara lirih Minho yang terdengar selanjutnya sedikit menyadarkan Yujin yang sempat tertegun.
“Ini bukan salah kalian.” Yujin menatap Minho putus asa. Cepat atau lambat Hana juga pasti akan mengetahuinya meski Yujin tidak pernah berharap kejadiannya akan seperti sekarang.
“Jadi ada apa kalian mencariku?”
Key langsung mengambil sebuah amplop berwarna putih dari dalam tasnya. Seperti biasa namja ini paling tidak mau tahu dengan urusan orang lain, karena itulah ia cepat mengabaikan kejadian sebelumnya.
“Kami melupakan sesuatu.” Ucap Key. “Setelah berdiskusi dengan para member, akhirnya kami sepakat untuk membagi 15% pendapatan kami untukmu, Yujin.”
“Mwo?” Mata Yujin membola. “Itu... aku tidak bisa menerimanya! Sudah sejak awal aku ingin membantu kalian karena...” Yujin tidak melanjutkan kata-katanya. “Pokoknya aku tidak bisa menerimanya.”
“Tapi kau sudah banyak membantu. Kami tidak bisa membiarkannya begitu saja Yujin.”
“Aniyo Minho. Aku tidak pernah menginginkan imbalan apapun dari kalian. Sebaiknya uang itu digunakan untuk menyewa tempat latihan saja. Sungguh, aku tidak bisa menerimanya. Mian.”
Key dan Minho saling bertukar tatapan. Semburat kekecewaan menghiasi wajah mereka berdua.
“Tapi besok kau akan kembali kan?”
Yujin tidak bisa menjawab.
“Apa kami melakukan kesalahan?” Tanya Minho menebak kenapa Yujin tiba-tiba menghilang beberapa minggu ini.
“Hmm... dalam dua minggu kedepan mungkin aku tidak bisa ikut bersama kalian di tempat latihan atau saat kalian tampil. Tapi kalian bisa bertemu denganku dikampus untuk menyerahkan beberapa jadwal dan anggaran yang harus kususun.”
Tidak puas mendengar jawaban Yujin, Minho justru tampak semakin penasaran. “Apa terjadi sesuatu?”
Yujin semakin tersudut. Ia tidak mungkin mengatakan secara terang-terangan kalau ia sekarang sedang dihukum karena pulang terlambat. Apalagi Yujin pulang terlambat saat harus menjadi manager SHINee di SMA Chungdam, sudah pasti alasan itu akan membuat semua member menjadi tidak enak. Jalan terbaik untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan tidak berkata apapun.
“Mianhe, tapi aku tidak bisa mengatakannya.” Ucap Yujin akhirnya. “Tapi kalian tidak perlu khawatir, ini bukan hal besar. Aku tidak apa-apa.”
Key menyipit mencoba menganalisa jawaban Yujin. “Kau tiba-tiba menghilang bukan karena ingin menghindari kami kan?”
“Ani! Tentu saja tidak.”
“Baguslah kalau begitu.” Senyum cerah kembali menghiasi wajahnya.
Meski Minho tampak diam, ia yakin ada sesuatu yang terjadi yang berhubungan dengan member SHINee. Minho takut kalau-kalau Yujin merasa terganggu akan semua tugas yang diberikan pada yeoja itu. Rasanya Minho ingin bertanya lebih lanjut, namun jawaban Yujin sudah cukup memenjarakan niat itu.
“Tapi Yujin...”
Yujin beralih menatap Minho.
“...Jika sesuatu terjadi lain kali. Jangan ragu untuk memberitahukannya pada kami ne?”
Dua buah anggukan menjadi jawaban pertanyaan itu. Yujin tidak menyangka ternyata Minho merupakan namja yang sangat peka meski ia sudah berusaha menyembunyikannya.
“Sudah hampir jam 11, kami harus segera kembali.” Key beranjak dari tempat duduknya diikuti Minho. “Oiya hampir saja lupa. Aku mendapat pesan dari Jonghyun hyung, katanya ia ingin bertemu denganmu jam 5 sore ini di taman Mangwon dekat sungai Han.”
Dalam beberapa detik Yujin sempat mematung, mencerna kata-kata yang diucapkan Key sampai akhirnya dia berseru tidak percaya. “Apa kau bilang? Jonghyun ingin bertemu denganku?”
***
Pertemuan jam 5 sore disaat Yujin sedang dalam masa hukuman seperti sekarang adalah hal yang tidak mungkin. Sangat mustahil. Karena jika terlambat lima menit sampai rumah saja, umma Yujin akan menambahkan hukuman menjadi dua kali lipat. Apalagi jika terlambat beberapa jam? Mungkin bisa-bisa malam ini Yujin hanya akan berteman dengan sebuah bantal di teras rumah karena umma tidak mengijinkannya tidur didalam.
Namun tampaknya semua kemungkinan itu tidak membuat Yujin jera. Buktinya ada seorang yeoja yang duduk ditaman Mangwon pinggiran sungai Han dengan dua telapak tangan yang ia selipkan diantara dua lututnya.
Tentu saja Yujin terpaksa. Tapi bukan berarti ia tidak punya pilihan. Jika Yujin ingin, bisa saja ia kembali duduk manis dirumah sementara Jonghyun kebingungan menunggu ditempat sepi itu. Tapi lagi-lagi Yujin harus mengalah. Ia memilih untuk mengambil semua resiko hanya demi mencari jawaban atas rasa penasarannya.
Seperti yang Key katakan, Jonghyun meminta Yujin untuk datang ketempat ini jam 5 sore. Tapi karena kuliah Yujin selesai pukul 3 sore, jadi dari jam setengah empat dia sudah meringkuk disini. Belum lagi ia sama sekali tidak makan sejak pagi karena insiden ‘nafsu makannya hilang kemudian Key dan Minho datang’. Padahal uang dikantong Yujin hanya cukup untuk membayar kartu biaya langganan bus kota. Bagaimanapun juga Yujin memilih untuk kelaparan atau pingsan di tempat ini ketimbang harus pulang dengan berjalan kaki.
Setahu Yujin, taman tempat ia berada sekarang ini selalu ramai. Biasanya banyak orang yang berjalan-jalan, berolahraga atau sekedar duduk untuk menikmati indahnya sungai Han. Tapi hari ini hanya satu-dua orang yang terlihat berlalu lalang menaiki sepeda. Tampaknya orang-orang lebih memilih untuk diam dirumah daripada membeku diluar.
Yujin menggosok-gosokkan tangannya untuk mencari kehangatan. Tidak hanya harus berperang dengan suhu yang rendah, ia juga harus menahan hembusan angin deras dari sungai Han yang begitu luas. Meski salju belum turun, namun udara benar-benar dingin. Hidung Yujin sampai memerah karenanya. Ini semua Yujin lakukan hanya untuk namja bernama Jonghyun.
Yeoja itu melirik ke arah jam tangan berwarna merahnya. Pukul 6 sore. Tidak terasa sisa-sisa sinar jingga matahari mulai samar. Langit biru berselimut awan tebal perlahan berubah gelap sementara dari kejauan tampak lampu-lampu kota mulai bersinar.
Apa harus selalu seperti ini? Setiap kali ingin bertemu dengan Jonghyun, Yujin harus berlama-lama menunggu dan berdebat dengan isi hatinya sendiri. Berulang kali ia menoleh ke sekitar, tak ada sedikitpun tanda-tanda keberadaan Jonghyun disana. Apa Jonghyun tidak sadar kalau hanya untuk sekedar memenuhi permintaannya sekarang Yujin harus mengorbankan begitu banyak hal?
Hampir saja Yujin menyerah. Kepalanya tertunduk lemas, berfikir seburuk apa nasib yang akan ia terima setelah ini. Tidak hanya akan berurusan dengan kerasnya hukuman dari umma, tapi juga memikirkan kelanjutan masalahnya dengan Hana. Yujin yakin Hana akan sangat kecewa dan sulit untuk mendapatkan kata maaf darinya. Sekarang bukannya menyelesaikan masalah, Yujin malah membuang-buang waktu untuk menunggu Jonghyun yang entah akan datang atau tidak.
Lalu apa yang harus Yujin lakukan?
Setelah lama menunggu, kira-kira pukul tujuh malam akhirnya yeoja itu bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan menjauhi tepian sungai Han untuk mencari halte bus. Namun belum sempat Yujin meninggalkan taman, tiba-tiba ada sebuah sinar terang yang menyorot ke arahnya. Sinar itu begitu silau sampai-sampai Yujin harus menyipitkan sebelah matanya untuk melihat siapa yang datang. Tepat ketika lampu itu dimatikan, ia bisa memastikan kalau orang yang sejak tadi ia nantikan akhirnya tiba juga.
Dengan gaya khasnya yang jalang, Jonghyun berjalan mendekat. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Kedua bibirnya terkatup rapat. Tatapannya masih terlihat begitu dingin saat sebelah tangannya bergerak mengambil sesuatu dari dalam jaketnya.
Sebuah syal berwarna merah merah marun. Syal itu melayang begitu saja dihadapan Yujin. Dan secepat kedipan mata, Jonghyun langsung berbalik menuju motornya sebelum Yujin sempat melontarkan kata-kata.
“YA!” teriak Yujin sambil melempar keras syal itu ke kepala Jonghyun. Spontan Jonghyun menoleh sambil memegang kepalanya.
“Apakah hanya itu?”
Jonghyun mengerutkan dahi. Sedikit protes dengan tatapannya karena Yujin melempar syal sembarangan.
“KIM JONGHYUN!” Yujin berteriak lagi lebih keras saat Jonghyun kembali membalikkan badannya.
“Wae?” kali ini Jonghyun mulai terusik. Ia menoleh dengan marah, namun yang ditemukan selanjutnya justru membuat namja itu seketika terdiam.
Orang yang baru saja meneriakinya kini tengah menarik nafas sesak, butiran kristal dengan jelas terlihat membanjiri sudut mata yeoja itu.
“Kau tidak seharusnya muncul dihadapanku Kim Jonghyun!”
Yujin tak sanggup lagi menahan api yang membakar perasaannya. Jika saja emosi itu tidak keluar dengan kata-kata, maka air matanya lah yang akan berbicara. Namun Yujin sudah terlalu lama terdiam. Sudah begitu banyak waktu yang ia buang hanya demi untuk mengejar seorang namja yang jelas-jelas tidak pernah menganggapnya sejak awal ini. Yujin jengah.
Apakah Jonghyun manusia? Jika ia, kenapa ia tidak memiliki perasaan? Setiap kali Yujin muncul, namja itu selalu mengabaikannya. Bahkan dengan terang-terangan tidak ingin melihatnya. Yujin sudah cukup lama bersabar hanya demi menemukan jawaban atas misteri dalam mimpinya. Kini Yujin sudah terlanjur masuk, dan ia menyesal.
“Aku benar-benar seperti orang bodoh. Ini semua karena kau Jonghyun.”
Sebelah alis Jonghyun naik. “Kau memang bodoh. Bukankah aku sudah memintamu untuk pergi? Tapi kau sendiri yang memilih untuk tinggal.” Sekali lagi sebuah cambukan terlontar dari bibir Jonghyun.
Yujin memutar bola matanya keatas, berusaha untuk tidak menangis. Tapi gejolak yang meledak dalam dadanya justru mendesak buliran itu untuk terjun bebas.
“Geurae! Kau benar Kim Jonghyun.” Balas Yujin tersengal. “Kau memang pernah bilang jika aku bukan siapa-siapamu, jadi kau tidak akan pernah memperdulikan perasaanku. Bahkan jika aku meloncat dari atas gedung sekarang juga, kau pasti tidak akan berbuat apapun.”
Jonghyun menatap Yujin dalam-dalam. Sorot matanya masih sulit ditebak.
“Apa kau tahu? Kau justru terlihat lebih menyedihkan dari aku Kim Jonghyun.” Yujin terus saja melanjutkan kata-kata meski suaranya terdengar parau. “Kau harus selalu memakai topeng dan menyembunyikan sisi lain dari dirimu didepan banyak orang. Mereka bisa saja menganggapmu pria yang tangguh, tapi bagiku kau pria yang menyedihkan.”
Dalam keadaaan seperti sekarang, yang Yujin pikirkan hanya satu. Yaitu menumpahkan semua kekecewaannya pada Jonghyun. Ingin rasanya kembali melontarkan kata-kata pedas untuk membalas seluruh sakit hatinya, namun bibir yeoja itu sudah tidak sanggup bersuara. Bahkan untuk menghirup udara saja terasa sulit. Ia justru menutup mata untuk menahan air yang terus saja bergulir dari sana.
Yujin menyesal dengan kebodohannya yang menyedihkan ini. Ia sadar tidak ada gunanya memaki-maki Jonghyun sekarang karena itu tidak akan merubah keadaan. Yang ada justru ia akan semakin terlihat buruk dimata namja itu.
Beberapa detik berselang, perlahan-lahan Yujin membuka matanya. Namun yang ia temukan bukan wajah Jonghyun yang menyebalkan, melainkan sebuah helm full face berwarna hitam didepan wajahnya.
“Aku hanya punya satu helm. Jadi kau saja yang memakainya.”
Dalam beberapa waktu Yujin terdiam menatap helm yang Jonghyun sodorkan. Pikirannya mendadak kosong. Bahkan air mata yang sejak tadi memenuhi sudut matanya seketika membeku. Yujin masih tidak sanggup mengerti akan situasi yang sebenarnya terjadi sekarang.
“Kenapa masih disitu? Apa kau ingin berdiri disana sampai besok pagi?”
Yeoja itu tidak langsung menjawab, matanya mengerjap beberapa kali. Yang bisa ia lihat hanya sosok Jonghyun yang sedang menunggunya diatas motor, bersiap untuk mengantarkannya pulang. Bukan Jonghyun yang tadi sempat membuat emosinya meledak-ledak.
Cepat-cepat Yujin mengambil syal dan memakai helm itu seadanya sebelum kemudian berjalan mendekati Jonghyun.
“Apa kau selalu ceroboh dalam melakukan semua hal huh? Memakai helm saja tidak bisa.” Ucap Jonghyun sambil memasangkan pengait pada helm yang Yujin pakai. Saat itu juga Yujin merasa jantungnya berdegup begitu cepat.
“Rumahmu ada didaerah mana?”
“Gyong...Gyonggido, Yongsangu.”
Jonghyun mengangguk kemudian mempersilahkan Yujin menaiki motor yang lebih tinggi dari setengah badan yeoja itu.
“Terserah kau mau berpegangan atau tidak, yang jelas aku enggan mengurangi kecepatan standarku.”
Sesaat setelah Jonghyun berbicara, yang terjadi berikutnya motor itu melesat meninggalkan area pinggiran sungai Han yang sepi. Yujin yang sempat ragu memegang tubuh Jonghyun akhirnya tidak punya pilihan. Ia memeluk Jonghyun dari belakang, menutup kedua matanya dan berusaha meredakan detak jantungnya ketika aroma farfum khas Jonghyun menyeruak diudara.
Yujin tidak ingat ia mimpi apa tadi malam sehingga bisa mengalami sebuah kejadian seperti sekarang. Jika sebelumnya kejadian ini hanya dapat ia temukan dalam ladang ‘lucid dream’-nya, kini dengan jelas Yujin benar-benar bisa mengalaminya dalam dunia nyata. Dalam hati kecil Yujin yakin bahwa Jonghyun memang orang yang sama dengan yang ada dalam mimpinya, hanya saja Jonghyun belum menunjukkan itu semua.
Benar kata Jonghyun, kecepatan motornya tidak main-main. Yujin tidak tahu namja itu berjalan berapa kilometer per jam, yang jelas ini benar-benar kencang sampai-sampai Yujin tak sanggup membuka kedua matanya. Yeoja itu pasrah. Karena ia tahu bahkan rasa takut tidak bisa membantunya sekarang.
Saat melintasi sebuah jalan, tiba-tiba motor Jonghyun melambat. Semakin lama semakin pelan sampai akhirnya benar-benar berhenti. Yujin pikir mereka sudah sampai, namun ketika Yujin membuka matanya ternyata ini bukan area di tempat ia tinggal.
Jonghyun menstandarkan motornya di pinggir jalan kemudian turun, diikuti Yujin yang masih tampak bingung.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya yeoja itu penasaran.
Tidak ada jawaban. Jonghyun justru berjongkok mengecek beberapa bagian mesin motor. Sepertinya memang ada sesuatu yang tidak beres. Tanpa berfikir panjang namja itu langsung membuka jok motor untuk mengambil beberapa peralatan.
“Sebaiknya kau menunggu didalam sana.” Ucap Jonghyun menunjuk sebuah kedai jajangmyun yang tidak jauh dari tempat mereka berdua. “Disini dingin.”
“Oh...” Yujin bingung harus berkata apa. Begitu banyak kemungkinan yang melesat dalam sel otaknya.
“Aku tidak akan kemana-mana.” Jawab Jonghyun mengerti apa yang Yujin pikirkan. “Setelah selesai aku akan menyusulmu ke dalam.”
Meski masih terdengar datar, namun nada bicara Jonghyun tidak dingin dan misterius seperti biasanya. Sangat berbeda dari yang sebelumnya Yujin dengar. Dalam sekali ucapan, semua kata-kata yang namja itu sampaikan langsung sanggup membuat Yujin percaya.
Akhirnya sesuai dengan perintah Jonghyun, yeoja itu berjalan masuk. Kedai yang ia datangi terlihat sangat sederhana dengan dinding kaca dibagian depan dan hanya ada beberapa meja yang berdiri didalamnya. Namun sebuah sisi tembok berhasil menarik perhatian Yujin. Tembok yang semula berwarna putih itu kini telah penuh dihiasi dengan begitu banyak coretan yang ditulis secara acak. Saking banyaknya sampai-sampai ada beberapa yang tidak terbaca. Yujin sampai melamun melihatnya.
“Mau pesan apa agashi?” suara pemilik kedai tiba-tiba membuyarkan lamunan Yujin.
“Oh... mianhamnida...aku... mmm...”
Pemilik kedai yang memiliki umur jauh diatas umma Yujin itu lantas tersenyum melihat Yujin yang bimbang.
“Atau jika kau sedang menunggu, kau bisa duduk dulu disana.”
Yujin membalas senyum ahjumma itu ramah. Selanjutnya ia duduk ditepian jendela sambil memandangi Jonghyun yang tampak sibuk diluar.
“Minumlah ini agashi, minuman ini bisa menghangatkan tubuhmu.” Ahjumma itu kembali datang membawakan secangkir teh untuk Yujin.
“Oh... gamsahamnida... ini...”
“Tidak usah khawatir, ini gratis.” Lanjut ahjumma itu lagi. “Jika kau mau kami juga masih ada jajangmyun. Kebetulan hari ini agak sepi sementara ada beberapa sayuran untuk jajangmyun yang sudah kami siapkan. Kami tidak mungkin menghabiskan semuanya sendiri.” Ahjumma itu terlihat begitu baik hati, Yujin jadi tidak karena terlalu merepotkan.
“Animnida ahjumma, ini sudah cukup.” Tolak Yujin halus. Tapi ahjumma itu tetap mendesak untuk membuatkan dua mangkuk jajangmyun untuk Yujin dan Jonghyun. Tampaknya ia tahu peristiwa apa yang baru saja dihadapi mereka berdua.
Dalam beberapa waktu Yujin menunggu, tidak bosan-bosannya ia memandangi Jonghyun yang masih sibuk memperbaiki motor. Terkadang Jonghyun mencoba menyalakan motor, kemudian duduk lagi, mengambil handphone untuk menelpon seseorang, kemudian duduk memperbaiki lagi. Setelah beberapa kali mengutak-atik mesin, akhirnya namja itu bangkit dan berjalan memasuki kedai dimana Yujin berada.
“Bagaimana? Apa sudah bisa perbaiki?” tanya Yujin sedikit takut bertanya kalau-kalau mood jelek Jonghyun kembali gara-gara frustasi memperbaiki motor.
Namja itu menggeleng, “Kurasa kita harus menunggu.”
Menunggu? Yujin tidak mengerti apa yang harus mereka tunggu. Namun belum sempat yeoja itu bertanya, ahjumma pemilik kedai sudah lebih dulu datang membawa dua mangkuk jajangmyun.
“Aigoo, sepertinya kau begitu lelah karena sibuk memperbaiki motormu. Apakah sekarang sudah beres anak muda?”
Jonghyun tersenyum menanggapi pertanyaan ahjumma itu, “Animnida ahjumma, sepertinya aku harus menunggu bantuan.”
Ah.. menunggu bantuan. Yujin baru mengerti.
“Gwenchana-gwenchana. Yang penting sekarang kalian harus mengisi energi dengan makanan ini. Habiskan semuanya ne?”
“Wah!” Yujin sampai tidak bisa menutup mulutnya karena terkesima dengan jajangmyun yang dibawakan ahjumma itu. Terlihat sangat lezat dengan mie yang kenyal serta beberapa pikle untuk penambah rasa. “Gamsahamnida ahjumma. Jalmeokgott seubnida (aku akan menikmatinya)!”
Ketika ada sebuah kesulitan datang, tanpa diduga justru ada keberuntungan lain yang mengikutinya. Yujin tidak pernah mengira hari ini ia akan makan malam ditemani oleh namja yang selalu menyita pikirannya. Duduk berhadapan sambil menghabiskan dua mangkuk jajangmyun gratis tentu saja tidak akan mungkin Yujin lupakan. Ia tidak peduli entah setan mana yang sedang merasuki tubuh Jonghyun hingga bisa berubah seperti ini. Yang penting sekarang namja itu dengan sukses menghapus semua rasa menyesal dan kecewa yang sempat hinggap dihatinya.
“Gamsahamnida ahjumma! Lain kali kami akan datang lagi!” pamit Yujin setelah ia selesai makan, sementara Jonghyun lebih dulu keluar beberapa menit sebelumnya.
Rupanya bantuan yang Jonghyun maksud sudah datang sejak tadi. Tepat didepan kedai itu terlihat sebuah mobil yang terparkir dengan rapi. Hanya dibutuhkan waktu beberapa menit dan sebuah kotak peralatan untuk mengutak atik motor Jonghyun, namja bertubuh kurus pemilik mobil itu sudah sanggup memperbaikinya lagi.
“Maaf karena sudah membuatmu menunggu.” Ucap namja itu sopan pada Yujin. “Aku Luhan teman Jonghyun, dan kau?”
“Yujin.” Balas Yujin. “Gomawo sudah membantu.”
Dia mengangguk. “Kalau begitu aku pergi duluan. Dan kau Kim Jonghyun...” namja itu beralih menatap Jonghyun. “.... jangan coba-coba melakukan hal aneh. Antarkan dia sampai rumah.”
 Jonghyun hanya tertawa mendengar ancaman dari Luhan. “Tidak usah khawatir. Gomawo atas bantuanmu.”
Perbincangan singkat mereka membuat Yujin sedikit terkejut. Bahkan dengan member SHINee yang lain pun Yujin tidak pernah melihat Jonghyun sesantai ini. Untuk pertamakalinya Yujin melihat Jonghyun tertawa, rasanya seperti ia tidak menginginkan apapun lagi didunia ini.
“Apa dia temanmu?”
Jonghyun mengangguk. “Hu’um. Dia teman SMA ku.” Jawabnya sambil menyodorkan helm. “Kali ini pakailah dengan benar. Aku tidak ingin mengajarimu dua kali.”
Yujin justru terdiam. Tampaknya ada hal lain yang lebih menarik perhatian yeoja itu.
Sebuah butiran tipis berwarna putih dengan tekstur yang lembut. Yujin tercengang melihatnya. Salju itu perlahan turun dari langit kemudian menempel di atas kepala Yujin, di ujung jemari Yujin yang menengadah, dan bahkan diatas jok motor Jonghyun yang akan Yujin tumpangi.
“Lihatlah Jonghyun, salju pertama sudah turun!”
“Sepertinya kita harus lebih cepat sampai rumah. Jika tidak kau akan jatuh sakit.”
Yujin menoleh menatap Jonghyun sambil tersenyum simpul. Ia tidak menyangka namja itu diam-diam menghawatirkan kesehatannya padahal Yujin tahu benar dia bukan tipe yeoja yang mudah jatuh sakit. Tapi apapun yang Jonghyun katakan, tentu saja ia akan dengan senang hati menurutinya.
Detik berikutnya motor itu kembali melesat untuk melanjutkan perjalanan yang sebelumnya tertunda.
“Gomawo kau sudah mengantarkanku.”
Jonghyun tidak membalas ucapan Yujin ketika yeoja itu menyodorkan helm. Mereka berdua sudah hampir sampai depan rumah Yujin tapi Jonghyun enggan mengantarkan lebih dekat dengan alasan yang tidak jelas. Namja itu justru terlihat mengerutkan dahinya saat menemukan sebuah mobil berwarna putih terparkir tepat didepan halaman rumah Yujin. Iapun lantas pergi tanpa mengucapkan sesuatu.
“Aku pulang...” ucap Yujin sambil melepaskan sepatunya didepan rumah. Ia hampir saja lupa karena telah melanggar semua hukuman yang diberikan umma. Apapun itu sekarang ia siap menerima apa saja, karena waktu indah bersama Jonghyun sudah ‘membayar’ semuanya.
Tapi belum sempat langkah yeoja itu mendekati tangga, seseorang yang duduk diruang tamu bersama umma Yujin lebih dulu membuat ia terperanjat.
“Minho? Apa yang kau lakukan disini?”
-To Be Continue-
Nah itu dia secondmannya. Sebuah nama yang muncul di kalimat terakhir. Hihi maap nanggung, karena itu sudah menjadi kebiasaan saya -_-
Gimana adegan romantisnya? Kurang dapet kah? Hehe Jonghyun masih jual mahal(?) sih. Kekeke
Maap juga Luhan Cuma nongol sebentar doang, soalnya adegannya emang Cuma segitu ngga bisa ditambah2in kkk
Jadi, ngapain itu Minho malem-malem duduk bareng umma Yujin di ruang tamu? Modus banget ya minho ._. terus apa Jonghyun juga bakalan bersikap ‘hangat’ seperti ini terus selanjutnya? gimana juga dengan Hana yang masih marah gara2 dikecewain Yujin?
Semua akan terjawab di part selanjutnya yang (lagi-lagi) aku ngga bisa janji kapan nongolnya huhu

Akhir kata, terimakasih yang selembar-lembarnya(?) buat readers yang masih mau baca lanjutan FF ini. *bow bareng Luhan.


2 comments:

  1. What? Tunggu..
    Luhan? Luhan exo unn?

    ReplyDelete
  2. Oiya. Itu tanggalnya bener 21 Januari 2014 yah unn? Wkwk

    ReplyDelete