Mohon maaf
lahir batiiin~~
Habis lebaran
mau minta maaf dulu sudah menghilang bertahun2 ._.v Maafin yaa... aigoo pasti
reader nungguinnya sampai lumutan. *bersihin lumut reader ._.
Sebenernya udah
bikin sampe part 16, tapi apa daya ngga ada waktu ngepost. Mianhe :(
Pasti udah lupa
sama part sebelumnya ya? Intip yuk cuplikannya(?)
- · “Lee Tae Joon?” Yujin mengulanginya karena merasa nama itu terdengar sedikit familiar.
- Ia mengangguk. “Aku... saudara kembar Tae Hoon Hyung.”
- · Jonghyun maupun Taejoon, tidak memiliki perbedaan besar dari segi fisik. Seluruh bagian wajah, mulai dari mata, hidung, bibir, alis maupun rahang sama persis. Tinggi dan besar badannya pun sama. Hanya saja pipi Jonghyun lebih tirus. Selain itu cara berpakaian keduanya sangat berbeda. Jonghyun lebih sering memakai jaket kulit, blazer hitam, celana jeans, dan sepatu boot. Tapi Taejoon jauh lebih rapi. Ia menggunakan kemeja yang dimasukkan ke pinggang, celana jeans, dan sepatu coklat setinggi mata kaki. Tidak terlalu formal namun memperlihatkan sisi yang elegan. Taejoon juga menggunakan kacamata sedangkan Jonghyun tidak.
- · Entah kenapa Yujin merasa begitu aneh saat bertemu dengan Taejoon. Perasaannya sedikit janggal. Sangat berbeda dengan saat ia menemukan Jonghyun waktu itu. Meski Taejoon memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar ketimbang Jonghyun, namun tetap saja hati Yujin tidak sanggup berbohong. Tentu saja ia lebih menyukai sosok Jonghyun. Apakah karena ia sudah terlalu lama mengejar Jonghyun sedangkan Taejoon tidak?
- · Um..ma? Yujin membola. Ia menatap ke arah Jonghyun, namun Jonghyun tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari arah wanita itu.
- · Dan saat yeoja yang telah menghancurkan kehidupannya itu muncul, yeoja itu justru mengabaikannya dan menganggap Jonghyun bagai benalu yang sewaktu-waktu akan mengambil semua yang ia punya. Pikiran umma Jonghyun terlalu picik. Sepertinya beliau sudah dibutakan oleh harta yang selama ini terbentang di bawah alas kakinya.
- · Satu-satunya hal yang bisa Jonghyun rasakan sekarang adalah... bahwa ia... sangat merindukan mereka. Walau itu tidak sanggup ia perlihatkan, namun hatinya tidak bisa berbohong. Seorang anak berusia 8 tahun yang kini telah tumbuh dewasa masih memiliki perasaan yang sama disaat terakhir kali ia melihat ibu dan adiknya pergi meninggalkannya. Bogosipda.
- · Akhirnya di sebuah bahu yang kecil itulah ia merengkuh untuk menumpahkan segalanya. Jonghyun menangis tanpa suara, namun tubuhnya bergetar hebat. Ketara sekali air mata tidak sanggup menghapus kepahitan yang sudah terlanjur ia cerna. Pelampiasan yang biasa ia jadikan tempat bertumpu pun tak ada berguna. Ia ingin menyalahkan seseorang, tapi siapakah?
- · Yujin berusaha tegar melihat Jonghyun begitu terguncang saat memeluknya dengan erat. Matanya ikut memanas. Namun ia menghirup udara sebanyak mungkin untuk menelannya kembali. Yujin tahu ia tidak cukup kuat untuk menampung kesedihan yang dialami Jonghyun. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri disana dan bertahan selama mungkin untuk membuat Jonghyun percaya bahwa ia tak pernah sendirian.
Tittle : Lucid Dream [Part 14]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim
Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Hari minggu yang cerah, meski sinar matahari tidak begitu
terik namun hari ini terasa sedikit lebih hangat jika dibandingkan dengan
hari-hari di musim dingin sebelumnya. Tahun ini musim dingin berjalan lebih
lama hingga memasuki bulan ke empat. Bisa dipastikan musim gugur akan datang
terlambat dan mengharuskan semua warga korea tetap bertahan dengan jaket tebal
serta syal untuk bepergian.
Meskipun cuaca hari ini cerah
dan bahkan Yujin tidak perlu kekampus karena ini hari libur, yeoja itu memilih
untuk tetap meringkuk di balik selimut tebalnya ketimbang berjalan-jalan
keluar. Yumi sudah sejak pagi ribut meminjam baju Yujin karena ingin kencan
dengan namja yang merupakan kakak kelasnya, Appa Yujin satu jam yang lalu pamit
untuk memenuhi ajakan makan siang dari atasannya, umma Yujin arisan. Tinggal
Yujin yang berdiam diri dirumah. Padahal Umma Yujin sudah memberi pesan “Jika
kau ingin pergi, jangan lupa taruh kunci rumah di bawah pot bunga.” Pertanda
beliau memberikan ‘lampu hijau’ pada Yujin untuk meninggalkan rumah. Tapi tetap
saja yeoja itu tidak merubah posisinya.
Jika Yujin bisa kembali tidur
dan melakukan lucid dream, ia sangat ingin melakukannya. Tapi bahkan untuk
tertidur saja sulit. Apalagi lucid dream? Sudah sejak lama buku jurnal mimpinya
selalu kosong, tanda yeoja itu sudah tidak sanggup lagi melakukannya.
“TING TONG!”
Alis di dahi Yujin merapat. Ia
merasa terusik dengan suara bell dari depan rumah. Padahal hampiiirr saja Yujin
bisa kembali tertidur, tapi belum sempat ia menutup matanya justru suara yang
sangat berisik itu lebih dulu terdengar.
“TING TONG!”
Yujin berniat mengabaikannya, siapa tahu orang itu akan mengira kalau rumah
ini sedang kosong dan memilih untuk kembali lain waktu.
1...2...3 diam-diam Yujin menghitung dalam hatinya. Ia sedikit lega
menyadari bahwa usahanya untuk mengabaikan bell itu ternyata berhasil. Kini
tinggal meneruskan kegiatannya yang tertunda yaitu ti...
“TING TONG!”
“YA!!” Yujin menyingkapkan selimutnya dengan asal. Dengan wajah sebal ia
langsung keluar kamar, menuruni tangga menuju pintu depan. Yeoja itu tidak
sadar kalau rambutnya acak-acakan dan ia hanya menggunakan kaos kebesaran
beserta hot pants sebagai kostum tidur kesayangannya.
Yujin sudah siap ingin memaki siapapun yang memencet bel sialan itu karena
sudah mengganggu tidur siangnya.
Tapi begitu pintu terbuka, Yujin justru mematung. Dibaliknya terpampang
jelas senyum cerah seorang namja dengan kedua mata yang tampak seperti sayatan
tipis. Namja berambut warna coklat tua itu langsung menyapa Yujin ketika tau
yeoja itu langsung yang membukakan pintu.
“Annyeong Yujin!”
“Op...pa...”
Sedetik setelah berbicara, Yujin langsung berteriak sambil berlari kembali
ke kamar. Ia tidak tahu kemana harus menyembunyikan wajah malunya didepan lider
SHINee itu. Saat ia sudah memastikan kalau dandanannya sedikit wajar, barulah
ia kembali ke ruang tamu dimana Onew masih berdiri di depan pintu.
“Jeosonghaeyo (maaf) oppa... masuklah...”
Onew hanya tersenyum menyadari Yujin sudah mengikat rambutnya dan mengganti
bajunya menjadi lebih sopan. Padahal bagi Onew, bagaimanapun dandanan Yujin
tidak akan menjadi masalah baginya.
“Ada apa Oppa datang kemari?”
Minho sudah sangat sering datang kesini, begitu pula Jonghyun yang pernah
mengantarnya beberapa kali (meski tidak pernah sampai didepan rumah). Bahkan
Key dan Taemin pun pernah sekali mengunjungi tempat ini untuk menjemput Yujin
ke konser mereka di daerah Sangamdong. Tapi Onew? Baru kali ini Yujin melihat
namja itu datang mengunjunginya. Bisa dipastikan ada sesuatu yang penting yang
ingin ia bicarakan.
“Aku ingin bicara denganmu Yujin.”
“Soal apa?” tanya Yujin balik.
Onew sempat mengedarkan padangannya ke arah sekitar kemudian memandang
Yujin lagi.
“Jangan khawatir Oppa, sedang tidak ada siapapun sekarang. Kau bisa
berbicara dengan nyaman.”
Namja itu tersenyum lega. “Ini soal Jonghyun.”
Begitu mendengar nama Jonghyun, ekspresi Yujin langsung berubah.
“...Sudah beberapa hari ini Jonghyun menginap di apartemenku. Ia tidak
melakukan apapun. Hanya makan, tidur, dan minum beberapa botol soju.” Lanjut
Onew. “Bocah itu sama sekali tidak melakukan aktivitas diluar. Padahal ada
beberapa jadwal manggung tapi ia tak berniat menghadirinya. Setiap kali aku
pulang dari cafe, aku selalu menemukannya dalam keadaan mabuk, lalu tertidur.”
Yujin tidak terlalu terkejut mendengar penjelasan Onew. Malah yeoja itu
sedikit lega mengetahui Jonghyun berada di tempat yang ‘aman’ dan dalam keadaan
baik-baik saja.
“...Aku tahu kau pasti mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya
Yujin. Untuk itu aku ingin meminta bantuanmu.”
Dahi Yujin berkerut.
“Jonghyun sudah menceritakan semuanya padaku. Tentang Taejoon.”
“Oppa juga mengenal Taejoon?”
Onew menggeleng, “Aku hanya mengetahui kalau Jonghyun memang memiliki
saudara kembar bernama Taejoon. Namun aku tidak pernah melihat seperti apa
dia.” Jelasnya. “Karena itulah aku ingin meminta bantuanmu.”
Yujin antusias. “Apa yang bisa kulakukan?”
“Aku ingin mempertemukan mereka berdua. Mungkin tidak seperti pertemuan
mereka sebelumnya, tapi aku yakin kali ini bisa berjalan lebih baik.”
Ada sedikit rasa pesimis yang hinggap di hati Yujin mengingat saat
pertemuan terakhir Taejoon dan Jonghyun yang berakhir pahit. Hanya menoleh
untuk membalas tatapan Taejoon saja Jonghyun enggan, apalagi berbicara
dengannya? Kemungkinan untuk berhasil akan menjadi sangat kecil.
“Soal Jonghyun kau tidak perlu khawatir, aku sudah berbicara dengannya soal
ini. Dan ia menyutujuinya. Meskipun umma mereka tidak menyukai Jonghyun,
kupikir Taejoon ada harapan.”
“Apa oppa yakin?”
Onew mengangguk sekali lagi. “Kau hanya perlu menghubungi Taejoon untuk
bertemu di tempat yang sudah kita tentukan.”
Yujin masih menatap Onew tanpa suara. Ia tahu benar Onew sudah lama sekali mengenal
Jonghyun, banyak rahasia yang mereka berdua saling ketahui ketimbang yang
sejauh ini Yujin dengar. Mungkin itu sebabnya Jonghyun bisa dengan mudah
sepakat untuk kembali bertemu dengan adik kembarnya. Bagaimanapun juga dalam
hati kecil Jonghyun, ia sangat ingin melepas kerinduan bersama Taejoon meski
hanya sebentar.
Pada akhirnya Yujin sadar, walau Jonghyun sudah sering memperlihatkan sisi
lain dari dirinya didepan Yujin, tetap saja ada hal yang hanya bisa dilakukan
oleh Onew, bukan dirinya.
“Tapi Oppa... sayangnya nomor Taejoon yang kusimpan sudah tidak aktif.”
Jawabnya putus asa.
“Apa Taejoon pernah memberikanmu alamat atau semacamnya?”
Yeoja itu menggeleng. “Dia hanya pernah bilang kalau ia datang dari Amerika
ke Korea untuk membuka cabang usahanya disini.”
Onew terdiam. Sepertinya kini sudah benar-benar tidak ada harapan. Mereka
berdua kehilangan jejak. Padahal ini adalah kesempatan emas untuk mempertemukan
Jonghyun dan Taejoon yang tidak bisa dipastikan sampai kapan ia masih berada di
Korea.
“O!” seru Yujin tiba-tiba. “Di layar GPS yang terpasang dalam mobilnya aku
sempat melihat dia menandai sebuah jalur menuju Cheongdamdong.”
“Cheongdamdong?”
“Hm.”
“Oke arraseo. Aku akan mencari info tentang keberadaannya.” Ucap Onew
kemudian. “Gomawo sudah membantuku Yujin.”
***
Keesokan harinya sudah sejak pagi Onew menjemput Yujin untuk mengajaknya ke
suatu tempat. Tempat yang sangat disukai oleh Hana dikala weekend datang
sekaligus paling Yujin hindari karena ia tidak terbiasa dengan aroma hairspray
dan obat rebonding. Apalagi kalau bukan salon.
Untuk kali ini Yujin akan ‘bertindak’ dengan cara Onew. Ia tidak akan
menunggu seharian disuatu tempat atau berusaha menghubungi ‘orang itu’ meski
jelas-jelas handphonenya sedang tidak aktif. Orang yang akan Yujin temui
memiliki ‘kelas’ yang berbeda, oleh karena itulah mau tidak mau Yujin harus
bersedia berubah demi melakukan sedikit ‘penyamaran’.
Hanya melalui informasi minim yang Yujin utarakan kemarin, Onew berhasil
menemukan keberadaan Taejoon. Namja itu rupanya baru saja membuka cabang Hotel
di daerah Cheongdamdong, pusat distrik di korea. Taejoon membeli gedung sebuah apartemen
yang hampir bangkrut dan membangunnya kembali menjadi seperti yang ia inginkan.
Lee Taejoon, saudara kembar Kim Jonghyun yang merupakan vokalis band SHINee
mulai hari ini resmi membuka Hotel kelas Internasional atas namanya.
Tentang bagaimana Onew bisa menemukan semua informasi langka itu, Yujin
tidak terlalu mengerti. Namun mengingat Onew juga merupakan bagian dari
keluarga pengusaha, tentu saja itu bukan hal yang mustahil. Yujin tahu Onew
memiliki begitu banyak jaringan di Seoul. Ia bisa mengandalkan orang tuanya,
atau mungkin kolega sesama pebisnis di area Gangnam. Apapun itu yang penting
sekarang semua informasi sudah mereka dapatkan.
“Apa kau siap?” tanya Onew saat memperhatikan Yujin sudah selesai dengan
riasannya.
Yujin hanya mengangguk. Sedikit membetulkan letak blazer berwarna krem yang
ia kenakan sebelum akhirnya mengikuti langkah Onew menuju mobil.
Sejujurnya Yujin merasa tidak nyaman. Bibirnya terasa tebal karena memakai
lipstik berwarna merah muda, ia pun tidak boleh banyak bergerak untuk menjaga
tatanan rambut ikalnya tetap terlihat rapi. Belum lagi high heels dan rok tube
sepanjang lutut yang ia pakai. Seumur-umur bari kali ini ia berdandan seperti
sekarang.
Senada dengan Yujin, Onew pun tampak begitu rapi menggunakan tuxedo hitam berhiaskan
pita kupu-kupu. Jika saja Yujin merupakan fans SHINee, mungkin ia akan histeris
dan meminta selfie bersama Onew sekarang juga -_-
Setelah sepuluh menit perjalanan akhirnya mereka tiba juga di sebuah gedung
dengan tembok kaca yang menjulang ke atas. Gedung itu tidak hanya terlihat
megah, namun juga modern. Dibagian depan terdapat air mancur yang mengelilingi
sebuah tulisan berwarna emas yang berbunyi “Gold Hotel”. Nyali Yujin langsung
menciut. Jangankan melakukan aksinya, untuk melangkah dari mobil saja ia tidak
yakin.
“Kajja!” Onew tersenyum sambil meraih kertas undangan yang ia simpan di
dashbor mobil. Sebelumnya namja itu menyampaikan kalau ia bisa datang ke acara
peresmian perusahaan ini untuk menggantikan rekannya yang berhalangan hadir. Namun
yang terjadi sebenarnya adalah, Onew membujuk temannya untuk memberi kesempatan
padanya agar bisa datang ke tempat ini. Ia bersedia melakukan apapun demi
sepucuk undangan untuk memasuki acara peresmian Hotel ini. Dan dia berhasil
mendapatkannya.
Setelah mengisi daftar hadir, mereka masuk ke ballroom gedung itu.
Ruangannya terlihat megah didominasi dengan warna emas, tentu saja. Selain itu
banyak lampu kristal yang menggantung dari langit-langit, dan disetiap sisi
dinding terdapat kain yang menjulang menambah kesan mewah pada acara ini. Tapi
bukan hanya itu yang membuat Yujin terperangah, jika saja tadi pagi Onew tidak
membawanya ke salon mungkin Yujin akan disangka sebagai pegawai catering atau
bahkan tukang bersih-bersih karena kostum dan dandanan yang biasanya ia pakai. Hari
ini semua yang ada disana berpenampilan rapi. Sebagian besar pasangan suami
istri berumur diatas 40 an. Mereka merupakan pemilik saham yang bekerja sama
dengan Hotel milik Taejoon.
“Kita datang disaat yang tepat.”
Onew dan Yujin sedikit terlambat, sebenarnya. Hal itu sengaja dilakukan
Onew karena ia tidak ingin berlama-lama ditempat ini. Dan tepat disaat mereka
berdua masuk, Taejoon selaku pemilik perusahaan sedang bersiap untuk melakukan
sambutan.
“Apakah itu dia?” tanya Onew pada Yujin sambil menujuk ke arah panggung
dengan ekor matanya.
“Ne.” Yujin mengangguk. “Dandanannya jauh lebih formal. Tapi mereka berdua
tetap terlihat mirip.”
Sama seperti Onew, Taejoon juga menggunakan tuxedo berwarna hitam.
Rambutnya tampak jauh lebih rapi dan wajahnya terlihat cerah dengan cahaya
lampu. Melihat posisi Taejoon sekarang, Yujin hampir tidak percaya kalau namja
itu adalah namja yang pernah meminta tolong padanya dari seberang meja sebuah
restoran.
“Setelah melakukan sambutan, ia akan turun dan menyapa para tamu. Saat
itulah kesempatan kita untuk berbicara padanya. Arraseo?” perintah Onew yang
dibalas anggukan oleh Yujin.
Hanya untuk berbicara dengan Taejoon saja Onew harus susah payah mencari
info dan memohon pada temannya agar bisa datang ke tempat ini. Yujin pun harus
rela berdandan seperti seseorang yang bukan dirinya sama sekali. Namun tak ada
cara lain. Semenjak Umma Jonghyun mengetahui Taejoon menemui Hyungnya, beliau
membatasi semua akses untuk Taejoon melakukan aktivitas. Apapun yang dilakukan
Taejoon harus melalui sepengetahuan ummanya. Belum lagi tersiar kabar jika
mereka berdua akan segera meninggalkan korea dan menyerahkan seluruh tanggung
jawab kepada wakil direktur. Semua itu tentu saja dilakukan untuk menjauhkan
Taejoon dari Jonghyun.
“...atas perhatian semua yang hadir disini, saya ucapkan terimakasih.” Ucap
Taejoon mengakhiri sambutannya yang langsung dibalas oleh tepuk tangan para
hadirin.
Onew dan Yujin yang berdiri disisi pintu sejak tadi memperhatikan namja
itu. Ia mulai menuruni panggung dan menyalami beberapa tamu yang datang.
Semakin lama Taejoon berjalan ke area dekat mereka berdua, membuat Yujin tidak
sabar karena namja itu belum melihat keberadaannya. Dan tepat ketika jarak
mereka tinggal beberapa meter, Taejoon tampak terkejut. Cepat-cepat Yujin
menempelkan telunjuk ke bibirnya agar namja itu diam.
“Kemari...” ucap Yujin tanpa suara.
Taejoon langsung merespon dengan berjalan mendekat.
“Ada apa kau kemari Yujin?”
“Aku ingin menemuimu.” Jawab Yujin cepat. “Sebelumnya kenalkan, ini Onew
oppa teman Jonghyun.”
Onew sedikit membungkuk, dibalas Taejoon dengan sopan.
“Hari ini apa kau ada waktu?”
“Hari ini?” tanya Taejoon balik. “Hari ini dan besok aku sangat sibuk.
Maaf.”
“Kalau begitu lusa?”
Taejoon beralih ke Yujin yang bertanya padanya. “Mian lusa aku sudah harus
kembali ke amerika. Ada apa?”
Yujin dan Onew hanya bertukar pandangan.
“Jonghyun ingin bertemu denganmu.” Jawab Onew. “Itupun jika kau bersedia.”
Ekspresi Taejoon langsung berubah. “Hyung mau bertemu denganku??”
“Taejoon ah...”
DEG!
Saat itu pula terdengar sebuah panggil dari arah belakang Taejoon. Dari
suaranya saja Yujin tahu kalau itu umma Jonghyun.
Yujin mendadak panik. Ia bertukar pandangan dengan Onew dan Taejoon karena
tidak tahu harus berbuat apa. Gawat jika umma Jonghyun menemukan ia tengah
berbicara dengan Yujin. Tidak hanya rencana mereka yang gagal, bisa-bisa mereka
diusir setelah dipermalukan dengan kejam di acara ini. Bagaimanapun juga Yujin
sudah pernah bertemu langsung dengan beliau bersama Jonghyun waktu itu.
Membayangkannya saja Yujin ngeri, apalagi jika itu benar-benar terjadi.
Tapi ia tidak sanggup pergi kemanapun sekarang karena jarak mereka berdua
sangat dekat jika saja Taejoon tidak menjadi penghalang. Kondisi ini begitu
genting. Secepatnya mereka harus melakukan sesuatu.
“Ada apa umma?” Taejoon berbalik menyembunyikan Yujin di belakang tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas yang berbunyi nyaring. Spontan
pandangan semua tamu tertuju kesana.
“Jeosonghamnida. Aigoo... jeosonghamnida.”
Rupanya itu ulah Onew. Ia sengaja mengalihkan perhatian ummanya untuk
memberikan kesempatan pada Yujin pergi dari sana. Karena jarak yang tidak jauh,
cipratan airnya pun mengenai kaki umma Taejoon yang seketika membuat yeoja itu
naik pitam.
“Apa yang kau lakukan?”
“Jeosonghamnida presdir... jeosonghamnida.” Ucap Onew berkali-kali. Ia
tidak peduli jika pada akhirnya ia harus diusir dari tempat ini yang penting
keberadaan Yujin aman.
Saat itu pula Yujin memanfaatkan situasi untuk bergegas pergi dari sana. Namun
belum lama ia berjalan, ada seseorang yang lebih dulu meraih tangannya dan
menunjukkan jalan melalui pintu samping.
Namja itu adalah Taejoon. Taejoon memilih untuk pergi bersama Yujin disaat
semua perhatian mengarah pada Onew. Taejoon tahu Yujin dan Onew melakukan semua
ini hanya demi ia dan Jonghyun. Ia tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja.
“Taejoon... kau?”
Taejoon tidak menjawab, berusaha menunduk agar orang lain tidak terlalu
menyadari keberadaannya saat mereka melintasi sisi kanan ruangan. Beruntung
Taejoon sudah cukup mengenal seluk beluk hotelnya, sehingga memudahkan bagi
mereka keluar melewati pintu darurat tanpa ketahuan.
Saat keduanya sudah menaiki taksi, cepat-cepat Yujin menelpon Onew.
“Oppa mianhe...” kalimat itulah yang pertama kali meluncur dari bibirnya.
“Aniyo gwenchana. Aku juga sedang keluar dari gedung sekarang.” Jawab Onew
tenang. “Taejoon juga pergi bersamamu?”
“Ne. Apa Oppa tahu dimana Jonghyun sekarang?”
Onew berfikir sejenak. “Coba kau ke ruang latihan. Tadi malam ia sudah
meninggalkan apartemenku.”
“Arraseo. Gomawo Oppa.”
Atas saran Onew akhirnya taksi itu meluncur ke basement tempat latihan
member SHINee. Selama perjalanan mereka berdua tidak berbicara banyak,
terlampau canggung karena ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.
Berbeda dengan Yujin yang merasa tidak enak pada Onew, Taejoon justru bingung
apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan Jonghyun nantinya. Waktu itu
Jonghyun sama sekali tidak ingin membalas tatapan Taejoon sedikitpun. Belum
lagi ucapan yang dilontarkan ummanya pasti meninggalkan bekas yang dalam dihati
Jonghyun. Bisa dibilang pertemuan mereka bertiga kala itu justru membuat
keadaan bertambah buruk.
Tepat dipinggir jalan depan sebuah basement tempat latihan member SHINee,
taksi yang mereka tumpangi akhirnya berhenti. Begitu turun Taejoon justru
mematung, ia menatap Yujin dengan ragu.
“Apa kau yakin?” pertanyaan yang dilontarkan namja itu sama persis dengan
yang pernah Yujin ucapkan pada Onew.
Yujin tersenyum. Sejujurnya ia sangat tidak yakin mengingat bagaimana
reaksi Jonghyun beberapa hari lalu saat mereka berdua bertemu. Setelah itupun
ia sama sekali belum melihat Jonghyun lagi, jadi Yujin juga tidak bisa
memastikan apakah mood Jonghyun sekarang sudah berubah atau belum.
Tapi mereka berdua sudah melalui perjalanan yang begitu panjang dan tidak
mudah untuk sampai ke tempat ini. Sekarang hanya tinggal melewati beberapa anak
tangga kebawah untuk membuka pintu berwarna pearl aqua itu dan menemui Jonghyun.
Jika keduanya tidak yakin, haruskah mereka kembali dan membuang kesempatan
langka ini?
“Tenang saja, aku akan menunggumu diluar.” Ucap Yujin meyakinkan. “Jika
terjadi sesuatu, aku akan segera masuk.”
Tak ada pilihan lain. Akhirnya Taejoon mendekati anak tangga dan berjalan turun.
Ia meraih gagang pintu dengan ragu kemudian memutarnya perlahan-lahan untuk
memastikan kedatangannya tidak menganggu siapapun. Beruntung pintu itu tidak
dikunci, menandakan seseorang tengah berada di dalamnya.
Sekarang tidak ada pilihan lain bagi Yujin selain menunggu. Ia berusaha
menajamkan indra pendengarannya untuk memastikan tidak ada teriakan amarah atau
benda yang dibanting jika ternyata Jonghyun tidak ingin bertemu Taejoon.
Yeoja itu sempat mendapatkan pesan singkat dari Onew yang berisi permintaan
maaf karena tidak bisa menyusul Yujin kesana. Onew bilang ia harus segera
menemui temannya (si pemilik undangan) untuk menceritakan kejadian tadi.
Sepuluh menit terlewat. Tampaknya semua berjalan baik-baik saja. Yujin
tidak bisa mendengar apapun selain suara beberapa motor yang lewat didepan
basement itu. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Kenapa suasana didalam
begitu tenang?
Tiga puluh menit terlewat. Kali ini Yujin menancapkan hetset di telinganya
untuk mengurangi rasa bosan karena menunggu cukup lama. Ia memutar beberapa
lagu SHINee yang dulu sempat diisi oleh Key di Hpnya karena Key tidak terima
jika manager mereka sendiri tidak tahu satupun lagu milik SHINee. Dan itu
sedikit berguna sekarang.
Hampir satu jam. Kini ditangan Yujin sudah terdapat satu cup penuh berisi
odeng dan topokki yang ia beli di warung seberang jalan. Sejak pagi ia belum
makan, dan odeng-odeng hangat yang ada disana seakan-akan memanggil Yujin untuk
segera datang.
Entah sudah berapa lama. Yujin kembali bosan. Ia mencoba mendownload
beberapa permainan dari Hpnya untuk sekedar menghabiskan waktu. Tapi karena
Yujin bukan penyuka games, yang ada ia hanya dibuat kesal karena berulang kali
kalah.
Tak lama kemudian ada seorang namja yang menyembul dari tangga basement
menuju ke atas. Saat menyadarinya, cepat-cepat Yujin memasukkan hpnya ke dalam
tas. Tapi ternyata dibelakang namja itu mengekor namja lain dengan rambut
berwarna blonde yang tampak acak-acakan. Beruntung sekali ternyata benar-benar
Jonghyun yang ada didalam. Jika itu member lain, mungkin mereka akan superheboh
menemukan ‘Jonghyun’ tiba-tiba datang menggunakan tuxedo, memakai kacamata, dan
berambut coklat.
“Kau masih menunggu disini Yujin?”
Jonghyun menoleh, sedikit terkejut menyadari keberadaan Yujin disana.
“Bukankah aku sudah berjanji akan menunggu diluar?” Ia berjalan mendekat.
Saat itulah Yujin baru sadar kedua mata Taejoon tampak sembab. Tampaknya Yujin
baru saja melewatkan adegan dramatis didalam tadi.
“Gomapta. Kau dan Onew banyak berkorban hari ini.”
“Aniya.” Yujin mengibaskan tangannya. “Yang ada aku justru membuatmu
mendapatkan masalah.” Canda yeoja itu mengingatkan bahwa sekarang pasti umma
Taejoon sedang marah karena Taejoon kabur begitu saja.
Jonghyun tersenyum tipis. Taejoon justru tertawa sambil menoleh ke arah
Hyungnya. Mereka berdua tengah berdiri bersebelahan, hanya berjarak dua langkah
dari hadapan Yujin. Melihat keduanya berdampingan dari jarak dekat seperti
sekarang membuat Yujin tertegun. Ia sudah terbiasa dengan Jonghyun, tapi dengan
seseorang-berwajah-sama-persis-namun-memiliki-penampilan-berbeda yang berdiri
tempat disamping namja itu menimbulkan perasaan janggal di hati Yujin.
Yujin melihat dengan seksama ke arah Taejoon. Dari atas rambut hingga ujung
kakinya tak ada sedikitpun kekurangan. Bahkan bisa dibilang ia jauh lebih
sempurna ketimbang namja yang pernah Yujin temukan dalam mimpinya. Kemudian
pandangan Yujin justru beralih pada Jonghyun yang hanya menggunakan t-shirt
tanpa lengan, celana jeans dan slipper. Benar-benar terlihat khas seperti seorang
Jonghyun yang apa adanya.
Tanpa sadar namja itu tersenyum simpul membalas tatapan Yujin. Membuat Yujin
terkesiap dan tubuhnya mendadak kaku seperti dialiri listrik.
Seteguk ludah meluncur melewati kerongkongan Yujin. ‘Apa jonghyun baru saja
tersenyum padaku?’
Tanpa harus mencari tahu sekali lagi siapa diantara Taejoon dan Jonghyun
yang seharusnya Yujin pilih, rupanya hati yeoja itu sudah memberikan jawaban.
“Sepertinya aku harus kembali sekarang.” Pamit Taejoon akhirnya. “Suatu
saat aku pasti akan kembali Hyung.”
Jonghyun mengangguk. “Lakukan pekerjaanmu dengan baik di Amerika.”
“Ne.” Sebenarnya Taejoon masih ingin berbicara banyak namun ia terpaksa mengurungkan
niatnya dan hanya memeluk Jonghyun singkat. Akhir dari pertemuan itupun terasa
sangat menyedihkan sekarang.
“Gomawo.” Ucap Jonghyun tiba-tiba.
“Mwonde (untuk apa)?” Yujin masih melihat ke arah taksi yang ditumpangi
Taejoon mulai berjalan menjauh.
“Geunyang...(hanya)”
Sudut bibir Yujin merekah. “Tentu saja ini tidak gratis.” Protesnya. “Sudah
sejak pagi aku harus ke salon hanya untuk berdandan seperti ini. Belum lagi
kejadian yang ada acara peresmian perusahaan. Aku dan Taejoon harus bertingkah
seperti seorang pencuri untuk kabur dari sana. Seumur-umur baru kali ini aku
harus bertingkah seperti pencuri...”
Jonghyun hanya terdiam mendengar celotehan Yujin yang lebih panjang dari
kereta api itu.
“...Ah... Onew oppa juga harus menanggung akibatnya, kau tahu? Ia pasti
sedang menerima omelan dari temannya karena sudah berbuat onar disana. Dan
ini...” Yujin menunjuk ke arah lututnya. “Bahkan bekas luka waktu itu saja masih
terlihat....”
“Tapi hari ini kau cantik.”
“....”
Tiba-tiba suara Yujin menghilang. Ia mencoba menatap Jonghyun untuk
memastikan kalimat yang baru saja ia dengar benar-benar keluar dari bibir namja
itu.
“Besok di taman mangwon. Kutunggu kau sebelum matahari terbenam.”
Yujin masih menangkap sorot mata Jonghyun dengan tatapan tolol. “Eo?”
Mood Jonghyun mendadak buruk saat menemukan ekspresi blank yang ditunjukkan
Yujin. Padahal baru saja ia sudah susah payah membuang gengsinya untuk memuji
dan mengajak Yujin pergi, tapi semua itu tidak berarti karena Yujin bahkan
tidak memahami apa yang ia katakan. Jonghyun sangat benci jika ia harus
mengulangi kata-kata yang sudah ia ucapkan.
“Molla!” ucap Jonghyun sebal. Ia langsung berbalik badan dan menuruni
tangga menuju ruang latihan.
“YA! Apa yang baru saja kau katakan?” Yujin segera mengejar namja itu.
“Jawab aku Kim Jonghyuunn!”
***
Beberapa lembar baju tampak berjajar tak beraturan diatas tempat tidur
kamar Yujin. Hampir semua pakaian yang ada di dalam lemari sudah ia keluarkan.
Tapi tak ada satupun baju yang bisa membuat Yujin puas padahal selama ini
baju-baju itulah yang memberikannya rasa nyaman meski ia tahu karena itu ia
mendapat sebutan fasion terorist.
“Ugh kenapa tidak ada yang bagus?”
Yujin bergumam sambil mengacak-ngacak isi lemarinya. Namun lagi-lagi hanya
baju itu-itu saja yang bisa ia lihat. Padahal untuk kali ini ia ingin tampil
berbeda. Untuk kali ini saja.
“Yumiii, pinjam bajumu!” teriak Yujin sambil berjalan ke kamar Yumi.
Yujin dan Yumi memang memiliki selisih umur 4 tahun, namun postur mereka
berdua hampir sama. Bahkan Yumi sedikit lebih tinggi ketimbang Yujin yang
pertumbuhan tingginya sudah berhenti setahun yang lalu. Yujin sering
menyalahkan ummanya karena beliau memberikan gizi yang lebih baik pada Yumi
sehingga adiknya bisa memiliki pertumbuhan yang lebih baik pula. Tapi
setidaknya Yumi dan Yujin memiliki keuntungan, bahwa keduanya bisa saling
bertukar pakaian kapanpun mereka inginkan.
Karena tak menemukan Yumi di kamarnya, Yujin turun ke lantai satu. Begitu
menuruni tangga ia sudah disambut oleh ajakan ummanya untuk sarapan pagi. Tapi
Yujin bertekad tidak ingin sarapan sebelum ia menemukan baju yang cocok
untuknya.
“Yummiiiii~” Yujin kembali bergerak, kali ini ke ruang keluarga. Disanalah
ia menemukan adiknya tengah memakan buah apel sambil menonton tivi. Padahal ia
sudah menggunakan seragam lengkap dengan tas yang bersandar pada sofa, namun
kebiasaannya yang satu ini memang tidak pernah Yumi lewatkan setiap pagi sambil
menunggu sarapan siap.
“Yumi, mana bajuku yang kau pinjam kemarin?”
“Mm?” Yumi menoleh tanpa dosa. “Belum aku cuci.” Jawabnya cuek lalu kembali
memakan apel.
“YA! Apa kau tahu itu satu-satunya dress yang aku punya? Aku ingin
memakainya sore ini!”
Yumi sedang tidak berselera untuk ribut dengan unnienya pagi ini, jadi ia
memilih untuk menenggelamkan suara Yujin dengan volume televisi yang semakin
keras.
“Yumi kau...”
Saat itulah Yujin mendengar sebuah nama. Ia spontan menoleh ke arah
televisi yang tengah Yumi tonton.
Di layar kaca itu hanya terlihat segerombolan orang dan beberapa polisi.
Latar tempatnya seperti sebuah jalan kecil diantara dua gedung tua. Yujin tidak
bisa melihat terlalu jelas karena liputan itu diambil pada malam hari.
“Unnie, bukankah kau punya baju yang la...”
“Diam!” bentak Yujin tidak ingin kehilangan satu moment pun pada berita
itu. Yujin langsung mendekat ke arah televisi untuk melihat dan mendengarnya
lebih jelas.
“.... korban ditemukan di TKP dalam keadaan tewas. Diduga korban kehabisan
darah setelah mendapatkan beberapa tusukan yang terdapat di bagian dadanya...”
‘Nama tadi... Nama yang disebutkan tadi... aku salah mendengarnya bukan?’
batin Yujin cemas karena tidak yakin dengan apa yang ia dengar secara sepintas.
“...Pisau dan handphone milik pelaku yang tertinggal di tempat kejadian
telah diamankan polisi. Dari hasil penyelidikan sementara, sejauh ini diduga
motif pembunuhan karena dendam masa lalu yang pernah dilakukan korban, yaitu
menyebabkan kematian Ibu dari pelaku pembunuhan. Tersiar kabar pelaku
pembunuhan merupakan vokalis sebuah band yang sering tampil didaerah Gangnam. Diketahui
bahwa pelaku berinisial KJH saat ini masih sedang dalam pencarian...”
Yujin terperanjat. Ia menatap layar televisi itu tak percaya.
“Ini tidak mungkin! Jonghyun bukan seorang pembunuh!!”
-To Be Continue-
Hiyaaa, ending(?) apa ini? Wkwk mungkin memang sudah kebiasaan saya ngasih
adegan nanggung mengejutkan di akhir part hihihi
Yap yap yap, jonghyun dituduh sebagai pembunuh. Uwaaa. Dan orang yang
dibunuh adalah orang yang dulu pnah ngebunuh ummanya jonghyun. Tapi, benarkah
demikian? Tunggu next part yaaa
Mulai part depan ceritanya bakalan mulai serius(?). pokoknya bakalan
mencakup semua masa lalu jonghyun yang bakalan mengancam keselamatan namja
ganteng-pendek itu(?)
Anda penasaran? Saya juga! -__-
Pokoknya next part jangan sampe kelewatan yaa. Maap kalo part ini
kepanjangan. Gomawooo. Annyeooong!
Lanjuut min
ReplyDelete