Selamat (tengah)
malam readers yang paling kucintai didunia ini (?)
Kayaknya semua udah
bosen ya denger kata maap dari aku gara2 (selalu) terlambat ngepost dari
chapter ke chapter berikutnya. Tapi aku juga ngga akan bosen buat (selalu)
minta maaf setiap kali ngepost ^^v
Apakah ada yang
masih inget part sebelumnya? Oke cekidot...
- “Seharusnya kau bilang sejak awal Yujin. Tentang jam malammu.” Lanjut Minho. “Mian karena kami kau jadi dihukum.”
- “Kau seharusnya menceritakan pada umma sejak awal kalau kau menjadi manajer mereka. Lain kali umma akan mengijinkannya...”
- “Minho memintaku untuk memaafkanmu. Dia bilang kau melakukan ini bukan karena kehendakmu, tapi karena permintaan member SHINee.” Lanjut Hana. “Apa itu benar?”
- “Ah itu, iya-iya! Apa kau tau? Hanya dengan memberitahu alamat rumahmu, aku jadi bisa mendapatkan nomor telpon Minho dan alamat apartemennya. Ah... jinja, kau memang berguna Yujin. Hihihi”
- “Hari ini Onew hyung ulang tahun. Tapi sayangnya hari ini Key memiliki acara bersama keluarganya, Taemin ada jadwal les piano, sementara Jonghyun hyung tidak mengangkat telpon, jadi aku terpaksa meminta bantuanmu Yujin. Mian...”
- “Kau sudah berulang kali memintaku untuk tidak muncul dihadapanmu, tapi aku terus saja mengganggu kehidupanmu.” Sesal Yujin. “Terkadang aku berfikir untuk berhenti. Tapi aku tidak bisa melakukannya sebelum aku menemukan jawaban atas rasa penasaranku. Mianhe karena aku terlalu egois.”
- “SURPRISE! Saengil chukkahamnida... saengil chukkahamnida...”
- Semuanya saling bertukar pandang. Setahu mereka tidak ada orang lain selain Yujin dan pemilik persewaan yang ‘tahu’ tempat ini. Tapi bahkan pemilik persewaan adalah seorang ahjussi paruh baya yang tidak mungkin memiliki suara cempreng seperti sekarang. Akhirnya Minho memilih bangkit kemudian membukakan pintu untuk orang itu.
Tittle : Lucid Dream [Part 9]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew),
Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Hana?!? Apa yang kau lakukan disini?” Yujin berseru tidak percaya menatap
kehadiran Hana yang tiba-tiba.
“Aku...” Hana sempat menghentikan
kata-katanya. “Tentu saja aku ingin bertemu denganmu Yujin.”
“Kita bicara diluar.”
Yujin menarik tangan Hana
bermaksud untuk mengajaknya keluar, namun sesosok namja lebih dulu mendahului
langkahnya. Membuka pintu kemudian pergi tanpa suara. Yujin tahu benar namja
itu paling tidak suka jika ada orang lain yang datang ke tempat latihan ini.
Yujin sudah lebih dari cukup mengusik Jonghyun. Dan sekarang...Hana?
“Wah... apakah ada yang sedang
ulang tahun?” Hana tampak tidak memperdulikan ajakan Yujin dan mengabaikan sama
sekali kepergian Jonghyun. “Astaga, apa sekarang tanggal 14 Desember? Hampir
saja aku melupakannya. Onew Oppa chukkae!” lanjutnya seperti tidak terjadi
apapun.
Yujin menurunkan bahunya sambil
menunduk, tidak berani menatap member yang ada disana. Dia benar-benar tidak
enak karena Hana telah merusak acara malam ini. Rasanya yeoja itu ingin menyembunyikan
wajahnya didalam kantong jika ia bisa.
Taemin, Key dan Onew yang semula
terkejut dengan kehadiran Hana hanya saling menukar pandang. Disusul oleh kata
‘Gomawo’ yang diucapkan Onew karena Hana sudah memberinya ucapan ulang tahun. Meski
suasana berubah canggung, namun karena tahu Hana adalah teman Yujin, mereka
tidak ragu untuk mempersilakan yeoja itu duduk.
“Kalian sudah berbaikan
rupanya?” Key menyeletuk sambil makan tobboki. “Kukira temanmu kemarin tidak
akan memaafkanmu Yujin.”
Minho langsung menyenggol lengan
namja itu.
“Ah... tentu saja aku akan
memaafkan Yujin. Lagipula Minho sudah menjelaskan semuanya.” Jawab Hana
melempar tatapannya pada Minho. Minho justru melihat ke arah Yujin yang tampak
diam sejak kehadiran Hana disana.
“Oiya, sepertinya aku belum
memperkenalkan diriku pada Onew Oppa dan Taemin.” Hana kembali berujar.
“Annyeonghaseo, naneun Hana imnida. Bangapta!” ucapnya disusul dengan senyuman
lebar.
“Ne. Bangapta noona.” Balas
Taemin. “Tapi apakah noona teman sekelasnya Yujin noona?”
Cepat-cepat Hana mengangguk.
“Aku ini...”
“Bagaimana kau bisa kemari Hana?
Bukankah aku tidak pernah memberimu alamat tempat ini?”
Semua yang ada disana langsung
menoleh mencari sumber suara itu. Ternyata Yujin buka suara. Sejak tadi ia
menimbang-nimbang akan langsung menanyakan ini didepan semua member atau tidak.
Tapi karena Hana seperti tidak memperdulikan ketidaknyamanan Yujin, akhirnya Yujin
memilih untuk to the point.
“Aku yang memberitahunya.” Minho
yang lebih dulu menjawab. “Hana bilang dia ingin bertemu denganmu karena ada
urusan penting. Jadi aku memberitahumu kalau dia ada ditempat ini. Mian.” Ucap
Minho semakin pelan di akhir kalimat. Ia memilih untuk memberikan alamat tempat
ini pada Hana karena tidak ingin Hana salah paham pada Yujin untuk yang kedua
kalinya. Tapi Minho tidak mengira justru hal itu membuat Yujin tidak nyaman.
Yujin sama sekali tak bermaksud
untuk menyembunyikan keberadaan SHINee dari sahabatnya. Ia juga tak bermaksud
untuk membenci Hana karena terlalu mencampuri urusannya. Tapi kehadiran Hana
sekarang benar-benar tidak tepat. Apalagi ini saat yang spesial, dan para
member sudah mempersiapkan semua hal sebelumnya. Lagipula jika ada urusan,
seharusnya ia menghubungi Yujin lebih dulu daripada Minho kan? Sekarang Yujin
bukan hanya tidak enak pada Onew yang sedang berulang tahun karena suasana jadi
berubah, tapi juga pada Jonghyun yang sudah bisa dipastikan akan kembali
membencinya.
“Ah iya, kudengar tugas Yujin
banyak sekali. Kalau begitu bagaimana jika aku juga jadi manager kalian?
Bukankah kasihan Yujin jika harus jadi manager kalian seorang diri?”
Semua member kembali saling
bertukar tatapan. Sedangkan Yujin langsung tertunduk dalam.
Hana kumohon...berhentilah,
batin Yujin tidak tahan.
***
Hari ini adalah hari sabtu, hari
dimana bisa dipastikan akan ada kenaikan pengunjung di Season Cafe, cafe milik
Onew. Alasannya tentu saja karena jadwal mingguan member SHINee. Para penggemar
band indie itu sudah memadati setiap meja pelanggan, dan bahkan tidak sedikit
yang rela berdiri dibagian belakang cafe demi menantikan penampilan SHINee.
“Yujin, lebih baik kau lewat
pintu samping cafe karena bagian depan sudah penuh.” Jelas Minho via telpon.
“Ada gang kecil disebelah kiri cafe, tepat disana ada sebuah pintu berwarna
abu-abu bertuliskan staff only. Aku akan menunggumu disana.” Lanjutnya kemudian
menutup telpon setelah mendapat persetujuan dari Yujin.
Hari itu Yujin tidak datang
sendirian seperti biasanya. Karena memang telah mengetahui jadwal member
SHINee, Hana mengajak Yujin untuk datang bersama. Tidak hanya sekarang, tapi
juga untuk seterusnya. Meski para member tidak memberi persetujuan Hana untuk
menjadi manajer mereka yang kedua, namun Hana akan tetap mengikuti Yujin
kemanapun Yujin berurusan dengan SHINee. Dan Yujin tahu benar, bahwa mustahil
ia bisa menolak.
“Mian kami datang sedikit
terlambat.”
“Gwenchana.” Jawab Minho lantas
mempersilakan mereka untuk masuk.
Dalam ruangan selebar 3x3 meter
itu terlihat dua buah sofa dan beberapa perlengkapan khas ruangan staff. Yujin
juga bisa menemukan rak berisi beberapa map, sebuah gitar, dan meja kerja
dengan sebuah laptop diatasnya.
“Apa Jonghyun belum datang?”
tanya Hana memperhatikan isi ruangan itu dan tidak menemukan sosok Jonghyun.
“Sejak kemarin aku bahkan belum berbicara dengannya sama sekali.”
“Dia tidak bisa datang hari
ini.” Onew membawa dua buah kaleng soda untuk Yujin dan Hana kemudian ikut duduk
disofa.
“Waeyo?” tanya Yujin tidak
sabar.
“Dia sakit.” Key mengucapkan
kalimat itu tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
“Jadi hari ini kalian tidak
tampil?” Hana mendadak panik. Ia tidak ingin hari ini SHINee tidak jadi tampil
karena bahkan sekarang pertamakalinya ia menjadi bagian dari ‘crew’ band itu.
“Tidak, kami akan tetap tampil.”
Jawab Onew. “Meski hanya berempat.”
Pukul tujuh malam tepat akhirnya
mereka berempat benar-benar tampil. Karena Jonghyun tak ada, maka posisi
vokalis diisi oleh Onew. Tapi bukan SHINee namanya jika tidak bisa membius para
penonton. Meski tanpa Jonghyun, semua penonton tetap terlihat puas menyaksikan
penampilan SHINee malam itu. Semua, kecuali satu orang.
Yujin yang memilih untuk berdiri
di sisi panggung tampak begitu resah. Ketidakhadiran Jonghyun malam ini membuat
hatinya menduga begitu banyak kemungkinan. Jonghyun sakit apa sampai tidak bisa
datang kemari? Kejadian di SMA Chungdam terus saja menghantuinya. Ia tidak
sanggup membayangkan bagaimana keadaan namja itu jika memang kejadian yang sama
kembali terulang.
Apakah namja itu berkelahi lagi?
Atau sekarang bahkan lebih parah? Apa yang bisa ia lakukan jika itu benar-benar
terjadi? Lagipula Jonghyun tinggal sendirian. Belum lagi Jonghyun masih marah
karena kehadiran Hana di ruang latihan kemarin.
Semakin lama memikirkan
kemungkinan, perasaan Yujin jadi semakin tidak enak.
Yujin pikir masih ada 30 menit
tersisa sebelum jam malamnya habis. Meski penampilan SHINee belum selesai,
diam-diam yeoja itu ‘melarikan diri’. Setidaknya ia ingin memastikan kalau
Jonghyun baik-baik saja.
Setelah kurang lebih lima belas
menit menaiki bus, yeoja itu turun di halte Itaewon. Ia lantas mengeluarkan
syal dari dalam tasnya karena cuaca diluar ternyata lebih dingin dibandingkan
dengan sebelumnya.
Yeoja itu mulai berjalan
selangkah demi selangkah melewati mini market tempat ia membeli belanjaan bulan
lalu, kemudian perlahan mulai memasuki gang-gang perumahan yang ada disana.
Gang selebar kurang lebih dua meter itu tampak tidak jauh berbeda dengan
suasana terakhir kali Yujin kemari. Sangat sepi. Semua tembok pagar tertutup
rapat dan bahkan hampir tidak ada orang yang lewat meski banyak persimpangan.
Lagipula kali ini hujan salju turun bagitu lebat sampai-sampai menyulitkan
Yujin melihat jalan didepannya. Berulang kali Yujin hanya bisa menoleh kanan
kiri untuk memastikan mana jalan yang dapat membawanya ke rumah Jonghyun.
Yeoja itu melewati beberapa
tanjakan, beberapa persimpangan, kemudian tangga keatas, dan juga turunan.
“Apakah aku tersesat?” tanya
Yujin pada dirinya sendiri. Seingat dia tidak ada sebuah apotik di perempatan
gang menuju rumah Jonghyun. Tapi sekarang ia justru mematung didepan apotik
yang sudah tutup itu sambil menunjuk gang didepannya yang bercabang.
Saat melihat disalah satu gang,
dari kejauhan ada segerombolan orang yang berjalan ke arahnya. Namja-namja itu
berjumlah sekitar 5 orang dengan 2-3 orang yang tampak sempoyongan.
Yujin menyipitkan matanya untuk
memastikan apa yang ia lihat. Terlintas dalam benaknya untuk segera berlari
namun entah kenapa kakinya tidak bisa ia gerakkan. Dalam hitungan detik saat
ketakutannya memuncak, gejala menyebalkan itu justru datang. Sungguh ia ingin
melarikan diri untuk menghindari namja mabuk itu, namun tubuhnya bahkan tidak
bisa ia perintahkan.
Masih dengan posisi yang sama,
yeoja itu merogoh sakunya dan menemukan handphone disana. Tanpa berfikir
panjang, langsung saja ia menekan tombol pada panggilan terakhir yang ia
terima.
“Tut...tut...”
Gerombolan namja itu berjalan
semakin lama semakin dekat, membuat tubuh Yujin gemetaran.
“Tut...tut...”
‘Angkat telponnya jebal...’
Mereka masih saling bercanda
sampai salah satu diantaranya menangkap tatapan Yujin dan melayangkan
seringaian.
“Yeoboseyo...” suara berat
seorang namja mulai terdengar di ujung telpon.
“Minho–”
“Hey gadis yang berdiri disana!”
Yujin tersentak. Handphone dalam
genggamannya seketika terjatuh dan chasing belakangnya terlepas. Cepat-cepat ia
kembali memungut handphone nya dengan panik. Saat Yujin bangkit, rupanya
gerombolan itu sudah menghampirinya dan mulai berdiri mengelilingi Yujin.
“Aigoo~ mau kemana kau gadis
manis?” namja dengan rambut acak-acakan yang tadinya berjalan paling depan itu
berujar sambil menunjuk-nunjuk Yujin. “Apa ingin Oppa antarkan?”
Yang lain langsung tertawa
mendengar pertanyaan yang sebenarnya bukan lelucon itu, disusul dengan bau
alkohol yang tercium begitu menyengat.
Yujin
menyembunyikan wajahnya dibalik syal tebalnya, jantung yeoja itu berdegup begitu
kencang sementara tengkuknya terasa begitu berat. Yujin sangat ketakutan,
nafasnya tercekat membayangkan hal buruk apa yang bisa saja ia terima dalam
keadaan seperti ini.
“Tenanglah gadis manis, Oppa
tidak kan berbuat apapun.” Ucap namja yang berdiri disamping Yujin. Nadanya
bicaranya terseret-seret, ketara sekali ia sedang mabuk berat.
‘Kumohon jangan menggangguku...
Kumohon pergilah...’ ucap Yujin dalam hatinya. Ia tidak ingin sesuatu yang
buruk terjadi, tapi ia juga tak sanggup berbuat apapun sekarang.
“Bagaimana kalau kau ikut Oppa
saja.” Namja yang berdiri didepan Yujin kembali berujar. Ia mulai menyentuh
kepala Yujin dan membelai rambutnya. “Kita akan bersenang-senang gadis manis.”
Yujin semakin rapat menutup
kedua matanya. Tubuhnya bergetar semakin kuat. Bahkan untuk menarik nafas saja
gadis itu tidak mampu, kedua kakinya pun terasa begitu lemas.
Detik berikutnya Yujin justru
merasa ada orang yang memeluknya dari samping secara tiba-tiba. Hampir saja
tubuh Yujin jatuh karena namja itu melakukan hal diluar dugaan. Namun entah
kenapa bau parfum namja itu begitu khas. Terasa sangat familiar.
“Apa kalian ada urusan dengan
yeojachinguku?” tanya namja itu geram.
“Jong...Jonghyun?” salah satu
dari namja pemabuk itu langsung mengenalinya. Yang lain justru saling pandang
karena tidak tahu harus berbuat apa.
Jika kau ingin selamat, maka
jangan pernah membuat masalah dengan Kim Jonghyun. Hampir semua penduduk
Itaewon tahu siapa namja ini. Ia di kenal bertangan besi. Bahkan beredar kabar
kalau namja itu pernah menang melawan 9 orang sekaligus sendirian. Oleh karena
itu sebelum babak belur, para pemabuk yang mengganggu Yujin itu memilih untuk
lari. Jika tidak, mungkin Jonghyun sudah menghabisinya sekarang juga.
“Gwenchana?”
Yujin masih diam. Tatapannya kosong.
Sebutir air matanya hampir menetes.
“Tenang saja Yujin, kau aman
bersamaku sekarang.”
Hanya dibutuhkan satu kalimat.
Satu kalimat yang sanggup membuat ketakutan itu mulai berkurang. Cara bicara
Jonghyun yang hangat seketika membuat hatinya merasa nyaman. Akhirnya Yujin
menangkap tatapan khawatir Jonghyun kemudian mengangguk pelan.
“Minumlah...” Ucap Jonghyun menyodorkan
sebuah gelas berisi kopi panas. Yujin menerima dengan kedua tangannya.
Kini mereka berdua tengah berada dirumah
Jonghyun yang tak jauh dari sana. Meski rumah rooftop sederhana itu tidak
memiliki banyak perabotan dan terasa dingin karena minimnya penghangat ruangan,
entah kenapa Yujin merasa tenang berada disana.
“Tapi apa yang sebenarnya kau
lakukan didaerah sini? Kau tau kan disini tidak aman?” Jonghyun meluapkan
kekhawatirannya pada Yujin. “Apa kau tahu apa yang terjadi jika aku tidak datang?
Jika aku terlambat sedikit saja yang terjadi akan lebih buruk. Apa kau ingin
jadi berita utama di koran hanya karena perbuatan bodohmu ini?” namja itu
menyesalkan kecerobohan Yujin yang kurang hati-hati sampai terjadi kejadian
seperti tadi. Ia tidak ingin kejadian ini terulang hanya karena Yujin tidak
mengenali tempat-tempat disekitarnya, terutama daerah yang rawan seperti
disini.
“Kau tidak bisa tampil hari
ini...” Jawab Yujin lirih. Jonghyun mengerutkan dahi.
“...kudengar karena kau sakit.”
Sakit?
Jonghyun menengadah sambil
menutup matanya karena tidak tahu apa yang harus diucapkan lagi. Bisa-bisanya
Yujin percaya dengan alasan tidak masuk akal itu. Kalaupun Jonghyun memang sakit
ia masih bisa mengatasinya, jadi Yujin tidak perlu jauh-jauh datang kemari sampai
mengalami kejadian seperti tadi.
“Mianhe... aku memang bodoh.”
Jonghyun hanya sanggup
menurunkan bahunya menatap yeoja itu. Ia jadi sedikit menyesal karena telah
membentaknya tanpa berfikir lebih dulu.
“Seharusnya aku berlari atau
berteriak tapi aku tidak bisa.” Yeoja itu terus melanjutkan kata-katanya.
“Kejadian ini mengingatkanku pada sesuatu.”
Mata Jonghyun menyipit, “Apa kau
pernah mengalami kejadian serupa?”
Yujin tidak langsung menjawab.
Ia menunduk beberapa saat kemudian bergumam lirih. “Waktu itu musim dingin... sekitar
dua tahun yang lalu. Karena sedang mempersiapkan diri untuk ujian akhir
sekolah, aku jadi pulang sedikit larut. Jalanan sangat sepi dan gelap.
Tiba-tiba ada segerombolan lelaki yang mabuk datang menghampiriku.”
Jonghyun langsung terduduk
tegak, matanya menatap lurus ke arah Yujin. “Apa yang mereka lakukan padamu?”
Yujin menelan ludah dengan susah
payah. “Kejadian itu sudah lama... maksudku...”
“Yujin.” Jonghyun bergerak
menghampiri Yujin dan duduk dihadapan yeoja itu. Memaksa Yujin membalas
tatapannya. “Apa yang mereka lakukan padamu?” tanya Jonghyun lebih pelan.
“Salah satu dari mereka
mendekat. Sangat dekat. Aku bisa merasakan bau alkohol mengenai wajahku.”
Lanjut Yujin sambil menunduk. “Dia... mencengkram bahuku dan mendorongku ke
dinding. Aku sudah berusaha untuk mengelak tapi tenagaku tidak sebanding.”
Saat itulah Jonghyun melihat
gelas yang dipegang yeoja itu bergetar, membuat air didalamnya sedikit
terkoyak. Lantas Jonghyun menyingkirkannya dan menggenggam tangan Yujin lembut.
“Yang aku ingat saat itu
hanyalah sebuah cahaya lampu yang terlihat begitu jauh. Tak ada orang lain
disana.” Yujin terus saja bergumam. “Aku sudah berteriak minta tolong tapi
tetap tak ada yang datang. Jadi aku hanya bisa menangis dan menutup mataku.” suara
Yujin mulai pecah. Ia mencoba menarik nafas untuk menahan air mata yang
bergulir di pipinya. “Namja itu... namja yang mendekatiku pertama kali... dia
mencoba...mencoba... maksudku tangannya... tangannya bergerak terus dan aku...
aku...”
Tanpa berkata apapun, Jonghyun
langsung merengkuh Yujin ke dalam pelukannya. Tubuh yeoja itu gemetar dan
Jonghyun semakin mempererat pelukan itu. Yang terdengar berikutnya hanya isak
tangis dari bibir Yujin. Membuat hati Jonghyun terasa pilu mendengarnya.
Ketara sekali kejadian itu
memberikan trauma yang mendalam pada Yujin. Entah bagaimana hanya dengan
mendengarnya saja Jonghyun merasa sangat marah sampai hampir tidak bisa menahan
diri. Jika ia bisa kembali ke masa itu, mungkin Jonghyun akan benar-benar membunuhnya.
Bagaimana orang itu tidak memiliki perasaan sampai tega meninggalkan luka
mendalam seperti sekarang? Ia tidak bisa membayangkan apa yang Yujin rasakan
tadi saat kejadian itu hampir saja terulang.
Jonghyun lantas bergerak melepaskan
pelukan itu sambil melihat Yujin sekali lagi.
“Tapi aku tidak pa-pa. Orang itu
tidak melakukan apapun selain... maksudku itu tidak lebih jauh.” Jawab Yujin
memaksakan dirinya terlihat tegar dihadapan Jonghyun. “Tak ada yang berubah,
hanya mungkin ummaku yang sedikit lebih protektif.” Lanjutnya tidak menjelaskan
tentang keprotektifan ummanya tentang jam malam yang diberikan beliau.
Jonghyun masih saja menatap
Yujin dalam-dalam. Seorang yeoja yang memiliki masa lalu begitu menyakitkan, dengan
kedua mata yang memerah, pipi yang basah, bibir yang bergetar dan tubuh yang
terguncang. Ia terus saja menunduk, sesekali mengusap air mata dengan punggung
tangannya untuk menyembunyikan tangisnya disana. Yeoja itulah yang kini tengah
berada dihadapan Jonghyun dan berkata ia baik-baik saja.
Saat
itu pula tiba-tiba nada dering handphone Jonghyun terdengar. Ia lantas bangkit
untuk meraihnya.
“Yeoboseyo...”
Suara tidak asing yang terdengar
panik diseberang telpon langsung bisa Jonghyun kenali. Namja itu sempat melihat
ke arah Yujin sebelum kembali menjawab pada ujung telpon, “Orang yang kau cari
ada disini Minho. Jemput ia sekarang.”
-To Be
Continue-
Cie cie Jonghyun meluk Yujin
cieee uhuy! Aigoo ternyata yujin punya masa lalu yang pahit juga ya, untung
Jonghyunnya tanggep, jadi langsung meluk gitu deh! *author kelewat girang(?)
soalnya ini salah satu adegan favorite setelah yang jonghyun sekarat(?) di sma
chungdam sama Jonghyun yang boncengin Yujin pertama kali hihihi. #gaje
Oiya aku baca komen2 yang part2
lalu masih pada ngebahas secondmannya Minho wkwkwk. Sepertinya musti kasih
bocoran dikit nih ya, cinta segitiga Minho-yujin-jonghyun itu bukan inti dari
cerita ini, tapi intinya adalah kemisteriusan jonghyun, masa lalu jonghyun dan
perjuangan yujin buat nyari jawaban dari mimpinya. Nah, jadi bisa dipastikan ini
cerita ngga pake ngalah segala lah, salah faham lah, ngga enak sama temen lah dan
bla bla bla (kaya ffku sebelumnya). Yang jelas nantinya ngelibatin Hana juga
diantara jong-minho-yujin, tapi bakalan banyak hal diluar dugaan. Tunggu aja ya
^^v
Jadi apakah sikap Jonghyun sudah
benar-benar berubah? Gimana reaksi Minho setelah tahu apa yang terjadi? Kan Minho
tadi ditelpon Yujin tuh, terus hpnya yujin jatoh, telponnya mati, minho panik
deh -_- eh tau2 malah lagi sama jonghyun. Hihi
Yang jelas tunggu part2
selanjutnya yaa. Gomawo buat semua yang masih setia. Annyeong!
kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`
ReplyDeleteadmin agak dipanjangin dong disetiap part nyaaa;;;;_;;;;;
kerennnn ......
ReplyDeletenext chapter harus cepet kak di publish nya takut lu prev chapternya;;;
next chapternya mana min?
ReplyDeletekenapa belum keluar? padahal udah bulan Mei :(
aduh maaf banget yaa telat
Deletepart 10 - 11 baru aku posting barusan
enjor reading!
Hy unni saia sebenarnya readers lama (sekitar thn 2013) membaca setia postingan Ff mulai dari awal-lucid dream..
ReplyDeleteDulu hape aku masih jadul bgt wkwk jadi ngga bisa tinggalin jejak walopun saia uda sempet kasih tahu unni dulu, lewat twitter~~
Jgn marah ya un hehehe
Saia terus lupa nama blog unni pas punya hape baru yg lbh modern, akhirnya setelah menggali memori akhirnya ketemu juga...
Huaa kangen bgt sama Unni icha, sama ff dan postingannya..
Ff dan chapter 9 ini juga yg pertama kali aku baca di blog unni..
Haha akhirnya jonghyun mulai ada perubahan ama yujin..
Keren bgt ff unni, ampe speechless ..ya pokonya bgus bgt deh yaa
#edisicurhat