The Sweet Summer
Tittle : The Sweet Summer (Part 4)
Author : Ichaa Ichez Lockets
Cast : Shin Hye Rin, Shin Eun Kyo, Lee Taemin, Kim Ki Bum (Key), Choi Minho, Kim JongHyun (Jjong), Lee Jin Ki (Onew).
Genre : Friendship, Romance.
Length : Series (Chaptered)
Dari kejauhan tampak 3 orang namja dan seorang yeoja yang berjalan kaki menyusuri pedesaan. Ketiga namja itu terlihat sangat asik berbincang-bincang, namun sang yeoja justru tampak cemberut menatap kearah 3 namja lainnya.
Mereka adalah Taemin, Key, Minho dan tentu saja Hye Rin. Sore ini rencananya Hye Rin ingin menemani Minho berkeliling desa untuk mengambil obyek foto, menggantikan Eun Kyo yang tidak bisa menemani Minho karena bekerja. Namun kesempatan Hye Rin untuk berduaan dengan Minho tampaknya tidak terwujud karena kehadiran Key dan juga Taemin. Membuat Hye Rin hanya mampu mendengus kesal.
“Ehmm, kalo yang ini jalan menuju kemana Taemin?” tanya Minho sambil menunjuk jalan setapak didepannya.
“Oh… ini jalan menuju ke atas bukit, Hyung.”
“Jauh tidak?” timpal Key.
“Ani, mungkin hanya 500 meter dari sini. Soalnya ini hanya bukit kecil.”
Tanpa bertanya lagi, ketiganya langsung melewati jalan setapak menuju keatas bukit yang Taemin maksud. Sedangkan Hye Rin masih saja memajang tampang-super-juteknya mengekor ketiga namja yang masih tampak asih mengobrol selama perjalanan.
‘Ugh! Kalau tau akan begini, sebaiknya tadi aku menolak saja menggantikan unnie untuk mengantar Minho. Kupikir ini akan menyenangkan. Tapi kenapa menjadi sangat garing seperti ini??’ batin Hye Rin.
“Eh noona, kenapa kau tertinggal jauh sekali?” tanya Taemin seraya berjalan melambat menyetarakan langkah Hye Rin.
“Kau duluan saja sana. Lagipula aku juga sudah tau jalannya.” Ucap Hye Rin ketus. Tampaknya gadis tomboy ini sudah benar-benar kesal karena sepanjang jalan hanya didiamkan saja oleh 3 orang namja lainnya.
Taemin tak berani bertanya lagi. Ia hanya mampu menatap Hye Rin heran sambil berjalan disampingnya.
Meski sudah lama mengenal Hye Rin, Taemin selalu merasa takut jika Hye Rin marah seperti ini. Tapi ia lebih takut kalau gadis itu sedih. Karena ia tahu, ia tak bisa melakukan apapun yang membuat mood noona kesayangannya itu berubah.
Aneh. Selalu saja seperti ini. Taemin hanya bisa diam tanpa kata menatap lekat ke arah Hye Rin. Padahal dibalik semua itu berkecamuk perasaan yang begitu rumit, dan hanya saja Hye Rin belum memiliki cukup waktu untuk mengetahuinya.
Tak sampai sepuluh menit kemudian, mereka tiba di puncak bukit itu. Disana hanya ada sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu dan sebuah pohon besar. Berbeda dengan jalan menuju ke tempat ini yang ditumbuhi beberapa pohon kecil yang rindang.
Dari puncak bukit kecil ini, mereka bisa melihat seluruh sudut pedesaan serta hamparan sawah yang menguning. Semuanya tampak kecil namun begitu indah.
Kali ini Taemin tersenyum ke arah Hye Rin yang masih cemberut. Tampaknya Taemin mendadak teringat akan masa lalunya bersama Hye Rin dan Eun Kyo yang sering sekali bermain kemari. Sedangkan Minho langsung mengeluarkan kameranya dan mulai membidik beberapa obyek disana.
Minho tampak sibuk, namun Key justru terlihat santai menikmati pemandangan sore dan memajang pose cool dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana pendeknya.
Pikiran Hye Rin jadi terusik melihat tingkah Key itu, “Kau kenapa tidak mencari obyek foto seperti dia?” tanya Hye Rin pada Key sambil menunjuk kearah Minho.
“Anio. Aku kesini hanya untuk menemani Minho menyelesaikan tugas kuliahnya. Sedangkan tugasku sudah kuselesaikan jauh-jauh hari.”
Hye Rin menyipitkan matanya kearah Key. Hampir saja ia menjitak kepala Key karena ucapan namja itu terdengar begitu angkuh. Sampai sebuah blitz kamera menghentikan tangannya di udara.
“Minho! Kau memotretku??” pekik Key pada Minho yang tersenyum dibalik lensa kameranya.
Hye Rin menoleh. Sekali lagi ia meleleh melihat senyum yang tampak tersungging di wajah Minho. Penyakit anehnya kembali kambuh. Yaitu detak jantung yang diatas normal dan nafas yang naik turun.
“Taemin, mendekatlah. Aku ingin memotret kalian bertiga disini.”
“Eh?” Hye Rin tersadar dari lamunannya. “Shireo! Dandananku sedang jelek!”
“Sejak kapan kau berdandan cantik?” seloroh Key.
“Ya! Siapa juga yang meminta pendapatmu? Ssh!” Hye Rin mendengus kesal mendengar ucapan Key. Kemudian dia mulai melangkah bermaksud ingin pergi dari sana.
“Hey… mau kemana noona? Ayo sini…” Taemin menarik lengan Hye Rin kemudian Key mengapitnya dari sisi yang lain.
KLIK! KLIK! KLIK!
Akhirnya jadilah beberapa foto yang didalamnya terlihat seorang namja dengan tatapan tajam, seorang yeoja berwajah acak-acakan, dan seorang namja lagi dengan senyum yang sangat menggemaskan.
“Kau sudah pulang?” tanya Eun Kyo ketika mereka bertiga tiba dirumah. Eun Kyo terlihat sedang mengobrol dengan JongHyun diteras depan. Mungkin karena terlalu asik mengobrol, Eun Kyo sampai tak sadar kalau ia masih menggunakan seragam kerjanya.
Saat itu juga raut wajah Minho berubah melihatnya.
“Apakah perjalanan kalian menyenangkan?” tanya JongHyun sambil tersenyum.
“Haha, ne~ Hyung!” jawab Taemin sambil berjalan mendekati sanggojae. Namun langkah Minho mendahuluinya. Tanpa suara, Minho langsung berjalan cepat menuju kamar.
Sepintas pandangan Eun Kyo terpaku pada Minho yang berjalan melintasinya, namun Minho sama sekali tak membalas tatapan itu. Dan JongHyun, sepertinya dia mampu menangkap arti dari situasi canggung ini.
“Aku mau masak makan malam saja ah...” Ucapan Hye Rin memecah suasana. “Taemin, malam ini kau makan malam disini ya.”
Taemin mengangguk.
“Eh tunggu!”
Langkah Hye Rin terhenti karena mendengar suara itu.
“Biar aku saja.” Ucap Key kemudian melewati Hye Rin menuju dapur.
“Eh? Siapa bilang kau boleh menggunakan dapurku sembarangan? Kau harus minta ijin padaku dulu!” Hye Rin berkacak pinggang. “Dan aku tidak mengijinkanmu memasak disini!”
“Dasar bawel!” Key mengacak-acak rambut Hye Rin seenaknya.
“Key-sshi!” protes Hye Rin pada Key, namun Key dengan cuek berlalu meninggalkannnya kemudian mulai mencari bahan makanan di kulkas.
Meski sempat terjadi perdebatan dan cukup membuat ‘penghuni’ sanggojae lainnya menoleh heran, akhirnya mereka berdua memasak makan malam bersama.
Sebuah janchi guksu, sundubu jiggae, dan bibimbab tersaji manis diatas meja. Tampaknya malam ini mereka memasak menu besar.
“Wah sangat enak!” puji Taemin. “Ini semua Key hyung yang masak?”
“Ne~ dengan sedikit ‘gangguan’ dari ‘Si bawel’ ini.” Jawab Key sambil menunjuk kea rah Hye Rin. Hye Rin langsung cemberut sambil memasukkan sesendok sundubu jiggae kedalam mulutnya.
Tawa yang lain tiba-tiba meledak melihat tingkah Hye Rin itu. Ekspresi wajahnya sangat lucu.
“Tapi sebenarnya kalian memang sama-sama kompak dalam hal ini. Betul kan oppa? ” Sahut Eun Kyo.
JongHyun mengangguk setuju. “Sering-seringlah masak seperti ini. Karena pasti aku akan menghabiskannya.”
Hye Rin langsung melirik kearah Key tajam. Tampaknya ia sudah kapok jika harus memasak bersama namja itu lagi. Ia tahu kalau berdebat dengan Key hanya akan menyita waktu dan membuang tenaganya.
Disaat yang lain tengah bercanda dan sibuk menghabiskan hidangan diatas meja, Minho justru terdiam sambil memandang kearah piringnya yang belum tersentuh.
“Ah iya, apa kalian hanya tinggal berdua di sanggojae ini?” tanya Key pada kedua yeoja pemilik sanggojae.
“Ne~ Key. Sanggojae ini peninggalan nenek kami satu-satunya.”
Key tampak mengangguk-angguk. “Lalu dimana appa dan umma kalian? Apa mereka tidak tinggal disini?”
Mendengar pertanyaan dari Key, Eun Kyo hanya mampu terdiam dan langsung menoleh ke arah Hye Rin yang tampak meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar. Menimbulkan suara dentingan disana.
“Mereka sudah mati.” Jawab Hye Rin tanpa memandang ke siapapun. “Mereka berdua sudah mati.” Kemudian Hye Rin beranjak dari meja makan karena selera makannya tiba-tiba hilang.
Eun Kyo dan Taemin saling berpandangan melihat kepergian Hye Rin. Sedangkan ketiga namja lainnya tak berani berkomentar lagi. Suasana hangat di meja makan kini telah berganti menjadi suasana yang dingin.
***
Pagi itu Hye Rin tak nampak sibuk didapur, tak juga sedang pergi bersama Taemin untuk mengantar pesanan kue. Namun ia justru terlihat sedang duduk termangu di teras depan sanggojaenya.
“Apa kau sedang sibuk, Hye Rin?”
Hye Rin menoleh mencari sumber suara itu. Ternyata itu Minho!
“Eh? A…a…anio.” Jawab Hye rin terbata.
“Kalau begitu bisakah kau menunjukkan jalan menuju tempat untuk mencetak foto?”
Hye Rin tak langsung menjawab pertanyaan Minho. Ia justru menelan ludah sambil menatap Minho tanpa berkedip.
“Hye Rin?”
“Eh mian…” Hye Rin tersadar dari lamunannya. “Tentu. Tentu saja bisa. Kajja.” Ucap Hye Rin mencoba setenang mungkin. Ia tak ingin Minho sadar kalau hatinya sedang melompat kegirangan.
Akhirnya mereka menaiki bus menuju kota kecil tempat mereka pertama kali bertemu. Sudah lama Hye Rin memimpikan hal ini, yaitu bepergian berdua saja bersama Minho. Namun disaat ia benar-benar mendapatkan moment ini , ia justru salah tingkah dan tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.
Begitu juga dengan Minho, namja yang sudah-terbiasa-tidak-bicara ini masih saja diam sambil sesekali melihat isi kameranya. Berbeda sekali dengan saat ia pergi bersama Eun Kyo. Saat itu Minho dan Eun Kyo terlihat sangat akrab dan tidak ada kecanggungan seperti sekarang ini.
“Dimana tempatnya Hye Rin?” tanya Minho pada Hye Rin. Ini adalah kalimat pertama yang ia ucapkan setelah mereka berdua bersama sejak tadi.
“Itu disana.” Hye Rin menujuk sebuah toko berdinding kaca dengan beberapa frame foto yang terpajang di etalase depan toko itu.
Ketika sampai di tempat cetak foto, Minho langsung menyodorkan kameranya ke seorang ahjussi yang bekerja disana. Kemudian ahjussi itu memasukkan sebuah kabel yang menghubungkan antara kamera dengan computer.
Tanpa sengaja Hye Rin melihat isi kamera Minho yang terpajang di layar computer. Disana terlihat banyak sekali foto Eun Kyo yang diambil Minho saat di panti asuhan beberapa hari yang lalu. Senyum Eun Kyo terlihat begitu cerah. Berbeda dengan foto Hye Rin yang tampak cemberut diantara Key dan juga Taemin saat kemarin mereka tengah diatas bukit.
Entah kenapa sekarang mood Hye Rin tiba-tiba jelek. Ia tak tahu apa yang sedang ia rasakan, hanya saja ada sedikit tatapan sinis sekaligus kecewa melihat foto-foto itu.
Benarkah perasaan ini dinamakan ‘cemburu’? Tapi Hye Rin menolak jika harus cemburu dengan unnie kesayangannya sendiri.
Ah… sekarang Hye Rin benar-benar bingung!
-To Be Continue-
O’ow, kayaknya udah mulai ‘complicated’ nihh. Kira-kira Hye Rin beneran cemburu sama unnie-nya ngga ya? Terus, kenapa Minho lebih akrab sama Eun Kyo daripada Hye Rin? Dan lagi, sebenernya apa ya yang dirasain Taemin terhadap ‘noona kesayangannya – Hye Rin’?
Tunggu jawabannya di part berikutnya.
Gamsahamnida buat yang udah mau baca. Jangan lupa komen. Gomawo. *bow.
satu kata !!!!!!!!! KEREN !!
ReplyDeletemakasihhh
ReplyDeleteff yang ini ngerasa ceritanya berjalan begitu aja, bacanya jadi enak eon ^^ jadi bisa merasakan suasana, setting, ekspresi, wajah, dsb nya dengan sendirinya XD daebak~
ReplyDeleteT..O..P..
ReplyDelete