Annyeonghaseyo~~
Ketemu lagi di FF Serenity, ga kerasa ya udah sampe part 6 wkwk
Masih inget kan sama adegan kemaren yang Jihyun bingung milih antara Ong atau Minhyun?
disini ada lanjutannyaaaa (yaiyaalah xD)
btw ceritanya Minhyun disini lebih tua dari Jihyun ya, otomatis lebih tua dari Ong juga.
langsung aja deh. cus!
*upgrade cover ya karena ceritanya udh mulai serius(?)*
Tittle : Serenity [Part 6]
Author : Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-15
Cast :
Shin Jihyun, Ong Seongwoo,
Kang Daniel, Hwang Minhyun. Choi Yena
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Ting
tong!
Suara
bel terdengar dari luar pintu apartemen nomor 806. Kala itu jam menunjukkan
pukul 10 malam lebih 25 menit, namun tampaknya sang pemilik apartemen belum
beristirahat. Terbukti dengan hanya berselang beberapa detik pintu warna
abu-abu itu langsung terbuka.
“Seongwoo
ya– ”
“Nuna!”
Belum
sempat Jihyun berbicara pada Seongwoo yang membukakan pintu, suara Daniel dari
dalam apartemen itu lebih dulu terdengar. Akhirnya Jihyun pun masuk, bergabung
dengan Seongwoo dan Daniel yang tengah menyantap ramen di ruang tengah.
“Belanjaan
nuna banyak sekali…” Ucap Daniel begitu melihat beberapa tas yang Jihyun bawa.
Pemandangan ini terasa asing baginya.
“Ah
ini… Aku baru saja menerima gaji pertamaku, jadi…” ia mengambil dua tas
diantaranya. “Ini untuk kalian.”
Tanpa
dikomando dua orang itupun membuka tas yang ada dihadapan mereka masing-masing.
“Thrasher!!”
belum sempat mengecek miliknya, Daniel justru terkejut dengan benda yang
dikeluarkan Seongwoo dari dalam tas kertas berwarna hitam.
“Astaga…
sudah lama aku ingin membeli jaket ini.” Lanjutnya sambil memegang ujung lengan
jaket itu.
“Ah,
mianhe Daniel. Aku tidak tahu kalau kau menginginkannya.” Ucap Jihyun. “Aku
membelikan itu untuk Seongwoo agar dia bisa memakainya untuk pulang bekerja.”
“Kau
pasti senang Hyung T_T”
“Gomawo
nuna.” Seongwoo berujar tanpa memandang ke arah Jihyun. Membuat Jihyun teringat
dengan kejadian sore tadi.
Hampir saja Jihyun mohon ijin pada Minhyun
untuk menunda kepergian mereka berdua. Namun saat Jihyun menoleh kembali dimana
Seongwoo berada sebelumnya, namja itu tak ada disana. Jihyun bahkan sudah
mencoba mengecek halte bus, namun tampaknya Seongwoo memilih pergi sebelum ia
sempat mengatakan apapun.
Jihyun
merasa bersalah, tapi ia tidak bisa melakukan apapun selain kembali memenuhi
janji bersama Minhyun. Mereka berdua sempat makan malam bersama sebelum
akhirnya Jihyun langsung ke tempat ini.
“Mianhe
Seongwoo ya. Tadi aku tidak sempat berbicara denganmu sampai kau pergi begitu
saja.” Sesal Jihyun.
“Gwenchana
nuna. Lain kali aku akan menghubungimu lebih dulu.” Seongwoo mendongak.
“Lagipula nuna pergi untuk membeli ini kan?” ia mengangkat hoodie hitam dengan
tulisan THRASHER dibagian dada, membuat Jihyun seketika bisa bernafas dengan lega.
“Wa…”
Daniel berseru lirih saat mengecek isi dalam kotak yang Jihyun berikan padanya.
“Nuna…”
“Kau
bilang headphonemu rusak kan?”
Ia
mengangguk tanpa suara, wajahnya menampakkan keharuan. “Gomawo~”
“Syukurlah
jika kau menyukainya ^^”
Tentu
saja ia menyukainya. Daniel melihat ke arah headphone dengan merk ‘Beats’ warna
silver itu dengan tatapan bahagia. Saat itu juga sebuah ide tiba-tiba terlintas
di kepalanya.
“Nuna,
apakah kau punya waktu luang akhir minggu ini?”
***
Rupanya
hari anniversary Daniel dan Yena akan datang sebentar lagi. Daniel bermaksud
ingin membelikan yeoja itu sebuah hadiah yang special, tapi sayangnya ia tidak
bisa bersikap romantis. Oleh karena itu Daniel terfikir meminta tolong Jihyun
untuk membantunya memilih hadiah yang tepat.
Menggunakan
kemeja denim berlapis kaos putih polos lengkap dengan celana jeans sobek
favoritenya, Daniel sudah siap berdiri didepan apartemen Jihyun. Jihyun
langsung tersenyum saat melihat namja itu.
“Kau
tampan juga ternyata.”
“Nuna
baru menyadarinya?”
Jihyun
langsung tertawa, “Bagaimana jika Yena tahu kita pergi bersama? Aku tidak ingin
dia salah faham.”
“Santai
saja nuna. Yena sedang pulang ke Jeju sampai lusa. Aku akan memberinya surprise
begitu ia tiba di Seoul.”
Dengan
persiapan sematang ini Daniel masih mengaku kalau ia bukanlah tipe laki-laki
yang romantis? Yena beruntung sekali bisa mendapatkannya.
Tak
lama kemudian mereka meluncur menggunakan bus. Dengan sopan Daniel
mempersilakan Jihyun untuk duduk sementara ia berdiri di sampingnya karena
kebetulan bis yang mereka tumpangi sedang penuh. Kali ini tujuan mereka adalah
Distrik Myeongdong dimana terdapat deretan toko berbagai merk dari harga yang terjangkau
sampai barang kategori branded bisa ditemukan disana.
“Jadi
kita mau membeli apa nuna?” Daniel menggaruk tengkuknya sambil melihat sekitar.
Mungkin karena tengah weekend jadi tempat ini jauh lebih ramai dari biasanya.
Bahkan Daniel selalu berjalan dibelakang Jihyun agar tidak terpisah dengan
yeoja itu.
“Hmm…”
Jihyun mengetuk dagu dengan ujung jarinya. “Bagaimana kalau tas?”
Jihyun
pernah dua kali bertemu dengan Yena jadi sedikit-sedikit ia bisa mengetahui
selera fashion yeoja itu. Seingat Jihyun, Yena selalu menggunakan tas berjenis
crossbody bag dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Jadi ia pasti akan senang
jika Daniel menambahkan satu dari tas yang akan ia jadikan koleksi itu.
Beberapa
kali keluar masuk toko, Jihyun masih belum bisa menentukan tas mana yang akan
ia ambil. Ada beberapa tas yang bagus namun harganya terlampau mahal.
Sebaliknya, jika Jihyun mencari tas yang murah maka ia akan mendapatkan
kualitas yang kurang baik.
“Gomawo
nuna, kau sudah mau mengantarku hari ini.” Ucap Daniel sambil menaruh dua gelas
ice coffee latte yang mereka pesan. Kini mereka tengah beristirahat di salah
satu coffee shop jalanan distrik Myeongdong.
Yang
diajak berbicara tidak menyahut, justru masih memandang sebuah tas kertas
berwarna putih yang bertengger diatas meja.
“Ini…
tidak pa-pa kan?” Jihyun menunjuk tas itu, dimana dalamnya terdapat sebuah
Jelly Kelly bag merk terkenal dengan harga tiga kali lipat lebih mahal daripada
kartu langganan bus yang setiap bulan ia isi.
“Gwenchana.
Yena pasti menyukainya.”
Tentu
saja Yena menyukainya, Jihyun tahu itu. Tapi harga tas ini… Jihyun merasa sudah
menjerumuskan Daniel karena ia yang memilihnya. Sayangnya dia tidak tahu kalau harganya
akan semahal ini.
“Oh…
bukankah kau Daniel?” sebuah suara tiba-tiba menyelusup diantara mereka berdua.
Jihyun yang semula sibuk melamun spontan menoleh dan menemukan dua orang namja
berdiri tepat disampingnya.
“Oh…”
Daniel hanya berseru sambil tersenyum. Sepertinya mereka memang saling kenal.
“Kenapa
kau lama sekali tidak berangkat kuliah?” tanya orang itu.
Jihyun
mengangkat sebelah alisnya. Kuliah? Selama ini Daniel tidak pernah membahas hal
itu. Bahkan Jihyun mengira kesibukan Daniel selama ini hanyalah kegiatan dance
yang sering ia ikuti, sekaligus pacaran – tentu saja. Tapi untuk kuliah… Jihyun
tidak menyangka kalau Daniel adalah seorang mahasiswa.
“Aku
punya kegiatan lain.” Jawabnya singkat.
“Ah…”
mereka berdua mengangguk-angguk sambil saling bertukar pandang. Terlihat
canggung. “Kalau begitu kami pamit dulu, sampai ketemu lain kali Daniel.”
Daniel hanya tersenyum tipis. Tak lama kemudian kedua
temannya itupun menghilang di balik pintu.
“Nuna
pasti terkejut kan?”
“Mm?”
Jihyun mencoba mengendalikan ekspresinya. “Ah.. itu…”
“Dulu
aku memang seorang mahasiswa. Tapi sudah beberapa semester ini aku tidak
berangkat kuliah.”
Bibir
Jihyun membentuk huruf ‘o’ tanpa suara. “Sepertinya kau memang lebih memilih
hobimu ya? Sayang sekali. Padahal jika kau kuliah, kau bisa mendapatkan
pekerjaan. Jika kau mendapatkan pekerjaan, kau bisa punya uang. Jika kau punya
uang, kau bisa membeli segalanya.”
Daniel
langsung tertawa mendengar penjelasan Jihyun. Tampaknya Jihyun dan Seongwoo
cocok sekali, mereka berdua sama-sama menggilai pekerjaan mereka. Terlalu
realistis. Padahal bagi Daniel uang bukanlah kebahagiaanya. Melainkan… sesuatu
yang ia sukai. Hobinya.
“Sudah
hampir gelap.” Ucap Daniel sambil melihat keluar. “Apa nuna mau langsung pulang?”
“Aku ingin ke suatu tempat.”
“Kemana?
Biar kuantarkan?”
“Ani-ani.”
Jihyun meraih tasnya kemudian bangkit. “Biar aku sendiri saja. Sampai bertemu
nanti Daniel.”
Masih
pukul 5 sore lebih 30 menit, harusnya Jihyun masih sempat. Kali ini yeoja itu
bermaksud pergi ke sebuah café bernama Seasons yang tidak jauh dari sana.
Setahu Jihyun, Seongwoo bekerja di café itu dari pagi hingga petang saat
weekend. Jadi untuk kali ini mungkin mereka bisa pulang kerumah bersama.
“Bolehkah
aku memesan satu caramel macchiato?”
Bibir
Jihyun langsung merekah disaat ia menyadari sang pelayan café tampak terkejut
melihatnya. Mereka berdua hanya saling bertukar senyum sampai pelayan itu
meminta Jihyun untuk menunggu diluar karena sebentar lagi jam kerjanya akan
selesai.
“Nuna
wae yeogi wasseo? (nuna kenapa datang ke sini)?”
“Untuk
menjemputmu.” Jawabnya polos.
“Aigoo.”
Seongwoo menyentuh puncak kepala yeoja yang lebih tua satu tahun darinya itu.
Baru kali ini ada orang yang repot-repot mau datang menjemputnya, karena
biasanya hanya sambutan dari Daniel yang selalu ia dapatkan.
“Bagaimana
dengan Daniel? Apakah hari ini lancar?”
Bahu
Jihyun menurun. Ia lebih dulu melangkah disusul dengan Seongwoo yang
mengikutinya dari samping. “Aku justru memilihkan kado yang mahal untuknya.”
Sesal Jihyun.
“Tapi
itu kado yang bagus kan?”
“Iya
tapi mahal.” Bibirnya melengkung kebawah. “Kupikir Yena pasti menyukai tas itu,
tapi saat ku cek harganya ternyata mahal sekali.”
Seongwoo
tersenyum melihat ekspresi Jihyun, “Gwenchanha. Yena pasti menyukainya… karena
itu mahal.” Goda Seongwoo membuat Jihyun langsung memukul namja itu kesal.
Mereka
berdua sempat bercanda sambil berjalan menuju halte bus sampai tiba-tiba Jihyun
menghentikan langkahnya ditengah-tengah. Tatapan yeoja itu mendadak tertumpu
pada satu titik.
“Ada
apa nuna?”
Tak
ada jawaban. Jihyun mengerutkan dahinya untuk mencoba lebih focus melihat ke arah
seseorang yang tengah berdiri di pinggir jalan kira-kira 7 meter didepannya.
Orang itu adalah seorang yeoja dengan rambut panjang bergelombang, menggunakan
sebuah rok mini warna coklat dipadukan dengan sweater lengan panjang bercorak
kekuningan. Tubuh mungilnya tampak melompat kegirangan sambil memeluk lengan
seorang pria asing dengan bahu sedikit kekar.
“Itu…”
jemari Jihyun bergerak ke depan. “Seongwoo-ya, bukankah dia Yena?”
-To
Be Continue-
wkwkw apa ini lol
maapkan saya karena bikin karakter yena seperti ini u.u
oiya btw itu kostumnya daniel pas kencan(?) sama jihyun itu adalah bajunya yang dia pake pas Get Ugly haha. karena menurut saya disitu daniel paling ganteng. Uhuy!
oke deh, jangan lupa ketemu lagi di part selanjutnyaaa
Why..why apakah daniel akan dikhianati??poor daniel...kasian ong, kasian daniel T_T
ReplyDeleteIya kasihan... Tunggu part selanjutnya yaa T.T
Delete