Episode baru sudah datang!!!
Haahh maapkeun karena telat lagi
kayaknya saya keblenger sama Produce 101 jadinya mengabaikan ff ini U.U
btw gara2 iin kemaren saya jadi kepikiran buat bikin FFnya Ongniel nyahahahaha
makannya jadi semangat nyelesain FF ini LOLOLOLOLOLOLOL
apakah ada ide buat ceritanya?
Kalau ada yang mau kasih saran boleh loh :p
Tittle : Pixie Rain
[Part 16]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Pukul sepuluh malam kurang 5
menit, dua orang namja berjalan perlahan melewati koridor gedung asrama pria.
Kedua namja itu berhenti di depan sebuah pintu dengan nomor 205. Sudah saatnya
kembali dan mengucapkan selamat tinggal, tapi tidak ada satupun dari mereka
yang memulai pembicaraan.
Key yang berdiri dihadapan Yunbi
akhirnya menunjuk pintu dengan ujung dagunya, memberikan isyarat untuk Yunbi
segera masuk ke dalam. Yunbi hanya membalas tatapan namja itu datar, menghela
nafasnya sedikit keras sebelum kemudian membuka pintu tanpa mengatakan apapun.
Dan dugaan Yunbi ternyata
benar-benar terjadi beberapa detik kemudian. Dengan cepat ia bisa menangkap
siluet seorang pria yang tengah duduk bersandar pada tiang tempat tidur sambil
menatap layar handphonenya.
“Hampir saja kau terlambat,
Yunbi-ssi.” Minho bertanya dengan bahasa formal, menandakan bahwa ia sedang
marah dan berkata seolah tengah berbincang dengan orang asing.
Yunbi tidak menjawab, hanya melepas
jaket kemudian menggantungkannya di balik pintu. Namja itu sempat melirik ke arah
tempat tidur Taemin yang terletak ‘diatas’ dan memastikan namja itu tidak akan
mendengar pembicaraan mereka karena sudah terlelap.
“Siapa dia?” sepertinya Minho
tidak lagi bisa menyembunyikan rasa penasarannya lebih lama. Ia bertanya
langsung mengenai sosok Key yang tiba-tiba saja muncul secara misterius dan
mencampuri urusan mereka.
“Namjachingu.” Jawab Yunbi tanpa
membalas tatapan Minho.
“Namjachingu?” Minho memastikan.
“Aku bertanya sungguh-sungguh, Yunbi-ssi.”
“Aku juga tidak sedang
bercanda.”
“Secepat itu?” Sepertinya Minho
masih tidak sanggup menerima jawaban Yunbi. “Apakah dia sudah tahu identitas
aslimu? Bagaimana ia bisa mengetahuinya? Atau… jangan-jangan dia menggunakan
rahasiamu agar kau mau menjadi yeojachingunya?”
Benar. Semua itu benar.
Sepertinya Yunbi memang tidak bisa berbohong didepan Minho. Namja itu selalu
saja ketahuan.
Tapi meski begitu kenyataanya,
Yunbi tidak pernah menganggap bahwa Key sedang memanfaatkannya. Yah… mungkin
memang iya pada awalnya. Tapi tidak untuk sekarang. Setelah menghabiskan
beberapa waktu bersama namja itu, Yunbi baru menyadari bahwa ia bukan seperti
yang Yunbi kira selama ini.
Key adalah orang yang baik. Dan
yang paling penting, Yunbi bisa memercayainya.
“Jika itu memang benar, aku
tidak bisa tinggal diam.” Jawab Minho. “Mulai besok kau harus menjauhinya…”
“Jangan campuri urusanku.”
Kalimat itu terdengar pelan
namun begitu mengejutkan di telinga Minho. Kedua matanya membola, ia langsung
bangkit dari tempat tidurnya.
“Mulai sekarang jangan campuri
urusanku, Minho-ssi.” Jawab Yunbi yakin sambil menarik handuknya kemudian
membuka pintu kamar mandi dan bersembunyi disana. Minho hanya tidak tahu bahwa tepat
setelah pintu itu tertutup, tubuh Yunbi lantas jatuh terduduk. Ia
menyembunyikan wajahnya di balik handuk dan menangis dalam diam.
Beberapa detik kemudian yang
terdengar hanyalah suara pintu asrama yang terbuka lalu tertutup dengan cepat.
Bisa dipastikan malam ini Minho tidak akan terlihat diatas tempat tidurnya.
***
Cuaca hari ini begitu cerah.
Yunbi yang mendapatkan hari bebasnya setiap week end tampak kurang bersemangat
meski sekarang ia tengah bersama Oppa kesayangannya yang baru saja pulang dari
Amerika. Namja itu masih saja dengan malas meletakkan kepalanya di kaca jendela
dan mengamati satu persatu pepohonan pinggir jalan yang mereka lalui.
“Ada apa Yunbi? Kenapa kau tidak
mood hari ini?” tanya Jongsuk sambil menyetir. “Apakah kau marah pada Oppa
karena tidak memberitahumu bahwa Oppa akan kembali ke korea?”
Tidak ada jawaban.
“Apa kau mau es krim?”
Masih tidak ada jawaban.
Yunbi hanya memutar kepalanya ke
kanan dan memajukan bibir bawahnya. “Sebenarnya mau kemana kita sekarang?”
tanya namja itu. “Kenapa tidak sampai-sampai?”
Jongsuk langsung tersenyum.
“Oppa mau ke tempat yang pernah oppa ceritakan padamu waktu itu. Karena kemarin
Oppa baru saja sampai korea, jadi baru sekarang Oppa bisa kesana. Lagi pula
tempat itu juga masih di area Busan.”
Dahi Yunbi berkerut. ‘Tempat
yang pernah Oppa ceritakan?’
“Seolma…”
Jongsuk hanya menjawab dengan
anggukan.
Tempat pemakaman Lee Yoora.
Itulah tujuan mereka pergi sejak tadi. Ketika mengingat nama itu, entah kenapa
hati Yunbi mendadak jadi berdebar tanpa alasan. Mengetahui bahwa seseorang yang
pernah dicintai oleh Minho sudah tiada membuat perasaan Yunbi bercampur tidak
karuan.
Haruskah
Yunbi senang?
Tidak…
Yunbi tidak memiliki alasan untuk itu.
Sedih?
Mungkin
karena memperlihatkan rasa simpatinya, Yunbi sedih mengetahui kenyataan ini.
Tapi
dibalik itu semua tentu Yunbi lebih merasa terkejut. Apalagi kenyataan ini
justru ia ketahui dari Oppanya yang tengah berada jauh darinya.
Malam
itu, malam sebelum Yunbi bertemu dengan Minho, Suho dan juga Key, ia sempat
menerima sebuah panggilan dari Oppanya. Yunbi tidak menyangka bahwa dunia ini
begitu sempit sampai ia tidak bisa mempercayai kata-kata dari orang yang paling
ia percaya selama ini.
Gadis
itu Lee Yoora. Dia adalah orang yang sama yang pernah Taemin ceritakan
sebelumnya. Lee Yoora adalah seorang siswa dari SMA Cheonsa yang begitu
sempurna dan memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Minho dan Suho. Dari
sanalah tercipta sebuah cinta segitiga yang membuat persahabatan Minho dan Suho
berubah menjadi permusuhan hingga sekarang.
Saat
itu Yoora tidak memilih keduanya. Ia memilih untuk menghilang dan meninggalkan
tanda tanya besar bagi semua orang yang pernah mengenalnya. Namun tanpa
disangka, Yoora pergi bukan karena itu, melainkan karena sebuah alasan.
Tidak
ada yang tahu ternyata Yoora mengidap sebuah penyakit bawaan. Dibalik
kesempurnaannya, gadis itu hanya bisa bergantung dari obat-obatan. Karena
kondisi yang semakin buruk, akhirnya ia harus focus menjalani perawatan.
Dan
ternyata, seperti yang Yunbi bilang, bahwa dunia ini sangat sempit. Keluarga
Yoora memilih sebuah rumah sakit terbaik di Amerika, dimana rumah sakit itu
adalah tempat dimana Oppa Yunbi melakukan praktek semasa kuliahnya.
Karena
memang tidak mudah menemukan warga kebangsaan korea di tempat seluas itu. Ketika
mereka bertemu, mereka sudah merasa seperti keluarga. Setiap kali Jongsuk
berjaga, ia pasti akan mengunjungi kamar Yoora dan saling berbagi cerita.
“Apakah itu…dia…” Yunbi menunjuk sebuah foto
yang terpajang manis disebuah etalase kecil, bersanding dengan sebuah guci
berwarna biru cerah bertuliskan Lee Yoora.
Jongsuk
mengangguk. “Cantik bukan?”
Yunbi
tidak menjawab pertanyaan itu, namun sorot matanya mengiyakan. Lee Yoora memang
sangat cantik. Wajahnya memancarkan aura kedamaian. Bahkan senyumnya terlihat
begitu tenang, membuat siapapun yang melihatnya merasakan kehangatan dari
senyum itu. Rambutnya yang terurai panjang dengan potongan sederhana justru
membuat gadis itu terlihat semakin cantik. Namun secara keseluruhan, tatapan
yeoja itulah yang paling terlihat bersinar. Kedua matanya bulat dengan double
eyelids yang Yunbi yakin tercetak sempurna tanpa operasi plastik.
Baru
sekarang Yunbi mengakui ada seorang yeoja yang lebih cantik darinya. Yunbi juga
bisa menebak, bahwa kepribadian Lee Yoora tidak akan kalah cantik daripada
wajahnya.
“Sayang
sekali dia harus pergi di usia yang masih sangat muda.” Jongsuk berujar sambil
memandang wajah dalam foto itu. “Beberapa bulan yang lalu, tepat sebelum ia
meninggal, ia sempat menitipkan buku hariannya padaku.”
Yunbi
langsung menoleh kea rah Jongsuk.
“Yoora
bilang dia hanya bisa mempercayakannya padaku. Tapi sekarang sepertinya sudah
saatnya buku harian itu kukembalikan.” Jongsuk mengambil sebuah buku dari
tasnya, bermaksud memasukkan buku itu ke dalam etalase, tapi cepat-cepat Yunbi
cegah.
“Bolehkah
kupinjam sebentar?”
Buku
itupun berpindah dari tangan Jongsuk ke tangan Yunbi, ia membukanya sekilas.
Namun lembaran itu terhenti pada halaman yang terselip sebuah kertas dengan
gambar yang tepisah.
Seketika
Yunbi membelalak saat membaca kalimat yang ada dibalik kertas itu. “Oppa…
sepertinya ‘kutukan’ yang terjadi padaku ada hubungannya dengan Lee Yoora!”
Jongsuk
sampai menutup mulut dengan tangannya, tidak percaya bahwa ia menemukan sesuatu
yang menjadi bukti bahwa kalimat yang diucapkan Yunbi benar adanya.
***
Langit sudah mulai gelap, waktu
menunjukkan puku 19.00 dimana semua penghuni asrama akan diberikan kesempatan
untuk menghabiskan makan malam di kantin asrama. Namun ada beberapa dari mereka
yang memilih untuk menghabiskan waktu diluar sampai jam malam habis.
Yunbi yang sudah mengetahui
‘jadwal hujan’ hari ini bersiap di kamarnya. Seperti biasa ia akan mengambil
hoodie berwarna biru navy kemudian pergi meninggalkan asrama menuju gedung
olahraga dan bersembunyi disana.
Yunbi sempat melihat ke
sekeliling (termasuk ruang ganti gedung olahraga) sebelum ia memutuskan naik
tribun menuju ruang operator yang ada diatas. Saat jemari mulai Yunbi mendekati
gagang pintu ruang yang ia tuju, ia mendengar sesuatu dari sana. Suara itu
lirih, nyaris tidak terdengar. Membuat Yunbi terdiam sejenak dan memastikan
dari mana arah datangnya.
Akhirnya Yunbi berjalan berputar
menuju sisi depan ruang operator yang memiliki jendela kaca yang menghadap ke
lapangan sebagai tempat untuk ‘memonitor’ pertandingan. Dari sana dengan jelas
sisi dalam bisa terlihat. Meskipun sisi dalam ruang itu tampak gelap, namun
jarak mereka yang cukup dekat bisa membuat Yunbi memastikan bahwa ia adalah
orang yang Yunbi kenal.
Dia adalah Minho. Yunbi sedikit
mengerutkan dahinya saat melihat namja itu meringkuk di pojok ruangan, bahunya
bergetar, berulang kali ia mengusap matanya sambil menatap sebuah lembaran yang
terselip di sela jemarinya. Terlambat Yunbi sadari, ternyata namja itu tengah
menangis.
Jantung Yunbi berdegup begitu
kencang. Ia tak pernah menemukan Minho dalam keadaan seperti sekarang. Apa yang
sebenarnya terjadi sampai namja itu terlihat sangat terpukul hingga menangis?
Apakah masalah itu sangat berat sampai-sampai ia tidak mampu membendung
perasaannya?
Belum lama Yunbi berdiri di
sana, ia ingin melihat lebih dekat untuk memastikan foto siapa yang tengah
Minho pegang. Tapi tanpa sadar kakinya mengenai ujung kursi tribun dan
menimbulkan suara, spontan Minho mendongak untuk memastikan siapa disana.
Yunbi berusaha untuk pergi dari
sana dengan menuruni tangga tribun, namun panggilan Minho menghentikan
langkahnya.
“Siapa disana?”
Tidak berani menoleh, Yunbi
hanya berdiri mematung. Memaksa Minho kemudian berjalan melewati yeoja itu dan
berdiri berhadapan dengannya, disalah satu anak tangga yang berada dibawah
Yunbi.
Begitu Minho menyadari bahwa
yeoja yang bersembunyi di balik hoodie itu adalah Yunbi, ia tidak berkata
apapun lagi. Seakan-akan namja itu tidak pernah bertemu dan bahkan
mengenalinya, Minho memilih untuk berlalu begitu saja.
“Chakkaman!” kali ini suara
Yunbi yang terdengar.
Langkah Minho terhenti sejenak. Namun
orang yang ia tunggu tidak juga melanjutkan perkataannya. Membuat namja itu
memilih untuk kembali turun dan bermaksud pergi dari sana.
Selanjutnya, belum juga ia
berpindah ke anak tangga lain ada sebuah dekapan yang lebih dulu menghentikan
langkahnya disana.
Yunbi yang berdiri satu tangga
diatas Minho tidak bisa membiarkan namja itu berperang dengan perasaan sedihnya
seorang diri. Ia tahu pertengkaran terakhirnya bersama Minho sudah memberikan
sebuah tembok besar nan tinggi yang tidak sanggup ia hancurkan. Namun perasaan sedih
untuk meninggalkan Minho dalam keadaan seperti sekarang jauh membuat Yunbi lebih
tidak nyaman.
Ia tidak sanggup berkata apapun.
Ia tidak memiliki bahu yang lapang yang bisa menampung segala keluh kesah milik
Minho. Ia pun tahu ia tidak pantas menawarkan semua itu setelah apa yang ia
katakan. Namun yang Yunbi miliki sekarang hanyalah sebuah perasaan. Perasaan
yang baru pertamakalinya Yunbi rasakan seumur hidup. Perasaan yang tersembunyi
dengan baik di salah satu bilik hatinya yang paling dalam.
Sebuah perasaan yang paling
tulus yang ia punya. Yang akan membiarkan ia mendapat rasa sakit demi
kenyamanan seseorang yang tengah Yunbi pikirkan sekarang. Biar saja… biar saja
Yunbi mendapatkan rasa sakit. Asalkan Minho dapat mengurangi rasa sedihnya
ketika ia menyadari bahwa ia baru saja kehilangan seseorang yang paling ia
sayangi.
Lee Yoora.
Hanya beberapa saat. Hanya
menghabiskan waktu yang singkat ketika Yunbi mencoba memeluk tubuh Minho dari
belakang, sebelum akhirnya namja itu melepaskan dengan perlahan kedua tangan
Yunbi dan meninggalkan ia disana.
***
Berjarak 10 meter dari tempat
Yunbi dan Minho. Sebuah lensa kamera terselip diantara daun pintu dengan
bidikan dari seseorang yang tampaknya sudah sangat menantikan momen ini. Sebuah
senyuman licik tersungging di sudut bibirnya. Hanya dengan menekan tombol
beberapa kali, ia mampu menangkap momen itu secara sempurna.
-To Be Continue-
No comments:
Post a Comment