Pages

Friday, 3 October 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 16]

Aku mau curhat dulu nih. *ini apaan dateng2 langsung curhat*
Sejujurnya part ini udah lama jadinya, Cuma aku ga pede gara2 disini ntar ada adegan ********* (yang bakalan kamu temuin setelah membaca sampai akhir :p). Jujur aku paling ga bisa bikin adegan kaya gituan karena aku memiliki hati yang lembut dan polos(?) *aku sediain kantong plastik buat yang mau muntah :p* Aku ampe bingung mau ngasih rate berapa, kalo PG kog terlalu rendah(?) kalo NC ntar disangkain FF yg aneh2(?) *nahlo*. Eehhh, jangan mikir aneh2 dulu lho ya xD pokoknya baca sampe akhir!
Sedikit bocoran, di ff ini ntar bakalan dijelasin semuanya(?). Mulai dari kenapa Jonghyun bisa jadi buronan, kenapa Yujin bisa mimpiin Jonghyun dan lain-lain temukan sendiri ya(?)
Oke langsung aja lah. Cekidot!



Tittle                    : Lucid Dream [Part 16]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-16
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Cameo                 : Ahn Yong Wook.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Yujin...” Ucap Jonghyun menatap Yujin dalam. “Apa kau percaya padaku?”
                Dahi Yujin berkerut tak mengerti. Mengapa disaat genting seperti sekarang Jonghyun justru melontarkan pertanyaan yang tidak penting? Seharusnya namja itu menanyakan keadaan Yujin atau mencari tahu apa yang terjadi selama ia pergi dan berstatus menjadi buronan.
                “Yujin.” Panggil Jonghyun lagi.
                Yujin yang semula terdiam kembali membalas tatapan Jonghyun.  “Apa kau baik-baik saja?” tanya Yujin balik.
                “Aku baik-baik saja.” Jawabnya meyakinkan. “Jadi bisakah kau percaya padaku?”
                ‘Kumohon Yujin, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian.’ Batin Jonghyun tak sanggup menunggu jawaban Yujin lebih lama lagi.
                Jawaban dari pertanyaan ini sangat menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya, Yujin tahu itu. Meski sedetik setelah mendengarnya pun Yujin yakin bahwa ia sangat mempercayai Jonghyun, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Apakah namja itu akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti dirinya sendiri?
Padahal suasana begitu mendesak. Semua orang tengah menunggu kehadiran Jonghyun, dan sekarang saat namja itu muncul apa yang harus Yujin lakukan untuk membuat keputusan yang bijak bagi semuanya?
                “Aku percaya padamu.” Ucap Yujin akhirnya. “Apapun yang terjadi aku percaya padamu Kim Jonghyun.”
                Jonghyun membuang nafas lega. Ia mencoba tersenyum agar Yujin merasa sedikit tenang.
                “Setelah ini aku akan membawamu pergi ke suatu tempat.” Ucap namja itu memegang kedua pundak Yujin. “Untuk sementara jangan hubungi siapapun. Termasuk keluarga dan para member.” Jonghyun meraih handphone Yujin dan melepas batrainya saat itu juga. “Maafkan aku Yujin, tapi tak ada jalan lain yang bisa kulakukan.”
                Yujin menatap Jonghyun tanpa suara. Perlahan kedua tangannya bergerak melingkar di bahu namja itu dan berbisik lirih ditelinganya, “Gwenchana. Mari kita lakukan bersama-sama.”
Kemudian Jonghyun langsung menyerahkan helmnya pada Yujin dan meminta yeoja itu untuk segera naik ke atas motornya. Seperti keputusan yang baru saja Yujin katakan, entah kemana namja itu akan membawanya, ia akan mengikutinya. Karena ia percaya apapun yang akan Jonghyun lakukan pasti untuk kebaikan Yujin.
                “Chakkaman!”
                Jonghyun yang hampir menarik gas motornya menoleh sepintas. Saat itu pula Yujin memasangkan syal berwarna merah yang sejak tadi ia pakai pada leher Jonghyun. Bagaimanapun juga helm milik Jonghyun kini tengah dipakai Yujin, dan tanpa penutup kepala namja itu bisa saja kedinginan.
                Detik berikutnya motor itu melesat meninggalkan pinggiran sungai Han dan bergerak cepat melukis jalanan yang mulai lengang di tengah malam. Jantung Yujin berdegup kencang. Sejujurnya ia sangat takut karena tidak sanggup menebak kemana Jonghyun akan membawanya. Belum lagi ia tidak sempat berpamitan dengan siapapun. Yujin hanya bisa mengsugesti pikirannya bahwa semua akan baik-baik saja.
                Jonghyun sempat berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar motornya di suatu tempat. Ia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dan sesaat setelah pengisian selesai, Jonghyun kembali membawa Yujin pergi dari sana.
                Roda motor yang ditumpangi Jonghyun dan Yujin terus berputar tanpa henti. Terus dan terus saja berputar. Yujin sampai tidak yakin ada dimana ia sekarang. Yang jelas sudah beberapa jam yang lalu mereka melewati perbatasan kota seoul. Sepertinya Jonghyun menuju ke arah selatan. Tapi Yujin masih tidak mengerti kemana tujuan namja itu sebenarnya.
                Jalanan aspal yang membentang begitu panjang lama kelamaan menyempit, Yujin tahu mereka sudah semakin menjauhi pusat kota. Gedung-gedung pun tak terlihat sama sekali, bahkan deretan rumah tidak sebanyak yang Yujin lihat di tempat sebelumnya. Namun Jonghyun tidak berhenti. Namja itu masih menarik gas motornya sampai butiran pasir tertangkap di pupil mata Yujin.
                Pantai. Pantai terjauh di korea selatan dari seoul. Perjalanan panjang selama kurang lebih lima jam itupun berakhir disini. Motor Jonghyun semakin lama semakin melambat. Ia menepikannya tepat di sebuah dermaga yang sangat sepi.
                “Gwenchanha?”
                Itu adalah kalimat pertama yang Jonghyun ucapkan saat ia turun dari motor. Yujin hanya membalasnya dengan anggukan.
                Saat itu pukul 5 pagi lebih tiga puluh dua menit. Yujin menoleh ke sekitarnya, hanya terlihat pinggiran pantai dan sebuah gang di seberang jalan yang menuju ke beberapa perumahan tak jauh dari sana.
                “Tunggulah disini, aku akan mencari penginapan.” Ucap Jonghyun setelah turun dari motornya.
                “Biar aku saja.” Yujin melangkah lebih dulu.
                “Andwae!”
                “Akh!” Yeoja itu mengerang saat dengan tiba-tiba Jonghyun menarik tangannya. Hampir saja Yujin lupa lukanya kemarin belum sembuh.
                “Gwenchanha?”
Yujin tak menjawab, memaksa Jonghyun menyibakkan lengan yeoja itu untuk mencari jawabannya. “Kau terluka. Apa terjadi sesuatu kemarin?”
“Ani. Aku tidak pa-pa.” Jawab Yujin cepat. “Kau tunggu saja disini. Aku akan segera kembali.”
“Yujin!” Bentak Jonghyun memanggil nama Yujin. “....Kau tidak boleh pergi sendirian.” Kedua mata namja itu terlihat serius. Hanya dengan sebuah kalimat singkat yang Jonghyun lontarkan, membuat Yujin akhirnya mengangguk pelan.
                Setelah meyakinkan Yujin, Jonghyun lantas menyeberang jalan dan melangkah dengan payah karena kakinya terasa kram terlalu lama duduk diatas motor. Ia harus ekstra hati-hati karena bagaimanapun juga sekarang status Jonghyun adalah seorang buronan.
                Di daerah pinggiran pantai seperti ini tidak mengherankan jika warga perumahan yang ada disana sebagian besar adalah seorang nelayan. Jonghyun bisa menemukan jaring-jaring untuk menangkap ikan tergantung di depan setiap rumah. Bahkan tak jarang beberapa dari mereka sudah terjaga bersiap menangkap ikan di lautan.
                Sesuai dengan informasi yang Jonghyun dapatkan, ada sebuah rumah yang menerima sewa untuk menginap. Pemilik rumah tersebut adalah seorang ahjumma paruh baya yang tinggal sendirian. Oleh karena itu beliau mengijinkan salah satu kamar di sanggojaenya untuk dijadikan tempat penginapan.
                Jonghyun bergegas kembali ke pinggir pantai setelah selesai mencari penginapan. Senyumnya mengembang saat menemukan Yujin tengah duduk di ujung dermaga dan melihat ke arah matahari yang terbit dari arah timur.
                “Maaf sudah membuatmu menunggu lama.” Ucap Jonghyun duduk di samping yeoja itu kemudian menyerahkan ubi manis hangat yang baru saja ia beli. Yujin menerimanya dengan senyum lebar.
 “Yujin bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Jonghyun sambil memandang ke arah yeoja itu lurus-lurus.
Yujin yang semula sibuk melahap ubi hangat ditangannya seketika menoleh. “Ne?”
“Kenapa kau percaya padaku?”
Yang ditanya tidak langsung menjawab, memaksa Jonghyun melontarkan pertanyaan kedua.
 “Bukankah mereka bilang aku seorang pembunuh?”
 “Kau bukan seorang pembunuh.” Jawab Yujin cepat. “Seorang pembunuh tidak akan menyelamatkanku dari para pemabuk.” Yujin tampak yakin dengan jawabannya. “...Pembunuh juga tidak akan rela turun dari panggung demi membelaku dari serangan penggemar... Aku tidak pernah mendengar seorang pembunuh bisa memaafkan seseorang yang sudah membuat hidupnya hancur selama 13 tahun.”
‘Begitukah?’
“Kau tidak perlu merasa takut Jonghyun. Sebentar lagi semua pasti akan berakhir dengan baik. Para member dan juga Taejoon sudah berusaha keras untuk membuktikan kalau kau tidak bersalah.” Ucap Yujin melontarkan isi pikirannya yang selalu positif. “Kita hanya perlu menunggu...”
Jonghyun membalas tatapan Yujin iba. Ia justru merasa bersalah karena baru menyadari ternyata sudah berjalan sejauh ini dan memberikan bekas yang mendalam di hati yeoja itu. Seharusnya ia mengakhirinya sejak dulu, sebelum satu kenangan pun hinggap dalam benak Yujin.
Sayangnya sekarang semua sudah terjadi. Jonghyun terlanjur memasukkan Yujin dalam kehidupannya yang mengerikan ini.
Haruskah Jonghyun menceritakan kejadian yang sebenarnya?
Orang itu... Ahn Yong Wook. Orang yang membunuh umma Jonghyun dua tahun silam kini telah bebas. Jika saja ia bukan anak dari ketua gangster yang memiliki banyak tumpukan uang dan bahkan ‘link’ di kalangan polisi, sudah jelas ia akan lebih lama membusuk didalam penjara. Namun karena kekuasaan yang dimiliki oleh ayah dari preman kelas atas itu, hanya dibutuhkan dua tahun sampai akhirnya ia bisa keluar dengan cara yang mudah.
Yong Wook sudah lama menunggu saat-saat seperti ini untuk balas dendam karena Jonghyun telah memasukkannya ke dalam penjara. Ia tidak hanya mengintai kehidupan pribadi Jonghyun, tapi juga menjadikan Yujin sebagai ancaman jika Jonghyun berbuat macam-macam. Bahkan Yongwook rela membunuh anak buahnya sendiri yang lebih dulu bebas hanya demi menciptakan skenario bahwa Jonghyun lah pembunuhnya.
Tepat malam yang lalu Jonghyun hampir saja tertangkap kawanan yang diketuai oleh Yongwook. Beruntung Jonghyun berhasil kabur, namun sayang handphonenya terjatuh saat ia berusaha lari. Dan handphone itulah yang dijadikan mereka sebagai satu-satunya bukti untuk membuat Jonghyun merasakan apa yang mereka rasakan. Yaitu masuk ke dalam jeruji besi.
Demi Tuhan meski Jonghyun harus melewati ‘perjalanan panjang’ hanya untuk bertemu dengan Yujin, ia akan tetap melakukannya. Sayangnya ia tak sanggup membawa ‘orang lain’ ke dalam masalah yang tengah dihadapinya sekarang karena khawatir akan membawa resiko yang lebih besar. Satu-satunya yang bisa Jonghyun lakukan sekarang adalah membawa Yujin sejauh mungkin.
Jonghyun bersumpah ia akan selalu menjaga Yujin apapun yang terjadi.
Karena pernah satu kali Jonghyun mengabaikan sebuah ancaman, ia mendapati ummanya harus menjadi korban pembunuhan. Dan sekarang ketika ancaman itu kembali ia dengar, Jonghyun tidak ingin semua terulang untuk yang kedua kalinya.
***
                “Kau sudah bangun?” sapa Yujin.
                Sejak mereka mendapatkan penginapan pagi tadi, Jonghyun berusaha terjaga disamping pintu kamar untuk menjaga Yujin. Namun tubuhnya terlalu lelah karena sejak tadi malam melakukan perjalanan jauh yang akhirnya membuat Jonghyun tertidur meski ia tidak menginginkannya.
                “Jam berapa sekarang?” Ucap Jonghyun bangkit perlahan sambil mengusap matanya.
                “Jam 6 sore.” Jawab Yujin menunjuk jam dinding yang bergantung di kamar sanggojae. “Kau tidur lama sekali. Pasti kau lapar sekarang. Tunggu sebentar aku akan membawakan makanan.”
                “Chakkaman! Kau mau kemana?” sepertinya Jonghyun jadi khawatir berlebihan setiap kali Yujin pamit meninggalkannya. Bahkan saat tidur namja itu selalu menggenggam tangan Yujin walau diam-diam akhirnya Yujin melepaskannya.
                “Aku hanya akan ke dapur. Tadi sore ahjumma sudah menawarkan kimchi jiggae untuk kita berdua. Tunggu ya?”
                Jonghyun tertegun saat Yujin meninggalkan kamar itu. Ia jadi terfikir apakah keputusannya membawa Yujin seperti sekarang sudah benar? Bagaimana seandainya jika Yujin tidak pergi bersamanya? Mungkin yeoja itu tengah berada di dalam rumahnya yang hangat dan memakan makanan yang layak.
                Hajiman andwae~ Ini sudah keputusan yang benar, pikir Jonghyun. Ia tidak boleh meninggalkan yeoja itu disana. Setelah Jonghyun melarikan diri dari Yongwook kemarin, mereka bisa saja menangkap Yujin sebagai tawanan. Atau bahkan langsung membunuh Yujin saat itu juga agar Jonghyun muncul untuk balas dendam.
                Setidaknya jika mereka bersama, Jonghyun akan bisa menjaga Yujin. Yang penting mereka pergi sejauh mungkin ke tempat dimana tidak ada seorangpun yang bisa mengenal mereka dan tak meninggalkan jejak sedikitpun, meski sejujurnya Jonghyun tidak memiliki tempat tujuan.
                Saat sedang sibuk melamun, tiba-tiba ponsel Yujin berdering. Jonghyun langsung meraihnya dari atas meja.
                ‘Apa kalian sudah cukup bersenang-senang di pantai?’ sebuah pesan dari nomer yang tak dikenal langsung membuat tubuh Jonghyun seketika menegang.
                “Kimchi jiggae nya sudah datang...”
                “Yujin sejak kapan kau mengaktifkan ponselmu?!?”
                Yujin terkejut karena Jonghyun tiba-tiba bertanya dengan nada tinggi. “Itu... beberapa jam yang lalu karena aku ingin mengetahui berada dimana kita sekarang. (melalui GPS)” Jawabnya takut. “Tapi seingatku tadi aku sudah mematikannya kembali... Apa aku lupa mematikannya?”
                “Sial!” Mereka pasti sudah melacak keberadaan Jonghyun dan Yujin lewat ponsel Yujin. “Cepat ambil jaketmu. Kita harus pergi sekarang juga!” perintah Jonghyun pada Yujin kemudian melepas batrai pada handphone yeoja itu sebelum mereka dilacak kembali.
                Namun belum sempat mereka berdua pergi meninggalkan penginapan itu, ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan halaman. Beberapa orang mengenakan setelan jas turun dari sana dan langsung tersenyum mendapati Jonghyun dan Yujin yang baru saja menutup pintu depan.
                “Aku tidak menyangka bisa menangkap ‘dua ikan besar’ sekaligus.” Ucapnya sambil tersenyum licik. “Bawa mereka berdua sekarang juga!”
***
                Yujin tidak tahu jelas ia sedang berada dimana. Yang terlihat hanya sebuah gedung tua dengan tembok yang belum di cat dan ruang pengap tanpa sirkulasi udara. Yujin bisa mencium bau menyengat di ruangan yang lembab ini. Belum lagi asap rokok mengepul dimana-mana. Sejak tadi kedua mata Yujin ditutup dan tangan serta kakinya pun tak luput dari ikatan. Saat ia bisa kembali melihat, ada disinilah ia sekarang.
                Selain Yujin dan Jonghyun, ada sekitar 6 orang dalam ruangan itu. Dengan penerangan yang minim, Yujin mencoba melihat ke arah mereka satu persatu. Tampak begitu asing sampai salah seorang namja berusia kira-kira 30 tahunan maju mendekati Yujin yang duduk di dekat tembok. Namja berbadan besar itu memiliki kulit sedikit gelap, kumis tebal serta rambut yang tampak acak-acakan.
                Ia meraih dagu Yujin dan tersenyum licik, “Lama tidak bertemu gadis manis...”
                DEG!
                “Jangan ganggu dia!” Jonghyun berseru mengalihkan perhatian namja bertato naga di lehernya itu. “Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!!”
                Namja itu justru tertawa meremehkan. “Bagaimana mungkin yeoja ini tidak terlibat? Bukankah semua ini dimulai karena kau yang sok berjiwa pahlawan datang menolongnya?”
                Yujin menoleh ke arah Jonghyun terperanjat. “Jonghyun kau...?”
                 “Kau... Kau pasti tidak pernah melupakan janjiku untuk terus mencarimu sampai kapanpun, kan?” Potong Yongwook kemudian duduk diatas kursi yang berhadapan dengan Jonghyun dan Yujin. “ Tapi... apakah kau tahu kesalahanmu, Kim Jonghyun?”            
Jonghyun diam, rahangnya mengeras.
                “Yang pertama, karena kau mengalahkanku. Jika saat itu aku tidak sedang mabuk, mungkin aku yang akan mengalahkanmu dan bahkan mendapatkan hiburan dari yeoja ini...”
                “Geumanhae! (berhentilah!)”
                “Yang kedua... Ini yang paling membuatku marah.” Ekspresi namja itu berubah.  “Karena kau memasukkanku ke penjara.” Lanjutnya. “Kau pikir kau pintar setelah kemarin berhasil kabur? Mencarimu dan mengetahui informasi tentangmu lebih mudah ketimbang memukul nyamuk.”
                Semua orang yang ada disana langsung tertawa mendengar kalimat yang bukan lelucon itu. Rupanya mereka sangat menikmati waktu-waktu seperti sekarang padahal Jonghyun dan Yujin justru merasakan sebaliknya. Kemungkinan terburuk apapun bisa saja terjadi. Kedua tangan dan kaki mereka diikat, ruangan ini juga sangat sempit dengan akses keluar hanya sebuah pintu yang Yujin yakin sudah dikunci, tak ada barang apapun seperti kayu atau tongkat yang bisa dijadikan senjata, belum lagi tenaga 6 orang berbadan besar yang penuh dendam itu tidak sebanding. Jonghyun kalah telak.
                “Aku sudah cukup bersabar menunggu pihak polisi ‘memakan umpanku’ kemarin, tapi kau malah berani-beraninya berusaha lari dariku. Membuat kesabaranku habis sekarang.”
                Jonghyun berusaha bangkit dan menyerang, tapi apa daya tubuhnya justru ambruk didepan ujung sepatu Yongwook karena kedua kakinya masih diikat.
                “Ha-ha-ha! Kau punya nyali juga rupanya.” Ia berdiri dan menjambak rambut Jonghyun. “Geurae! Sekarang mari kita buat jadi lebih menarik.” Yongwook beralih menatap anak buahnya. “Lepaskan ikatan bocah ini!”
                Perasaan Yujin jadi semakin tidak enak. Ia menatap ke arah Jonghyun khawatir.
                “Jika kau bisa mengalahkanku sekali lagi, maka aku akan melepaskanmu. Sederhana bukan?”
                Jonghyun yang sudah mampu berdiri mengusap pergelangan tangannya, “Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Tapi lepaskan dia!”
                Yujin menggeleng keras. ‘Jangan Kim Jonghyun. Kumohon jangan katakan itu lagi!’
                Bagaimana bisa ia meninggalkan Jonghyun sendirian di tempat ini sementara Yujin tahu dengan jelas bahwa dia lah yang menyebabkan semua ini terjadi? Bahkan jika mungkin, Yujin ingin menggantikan posisi Jonghyun dengan dirinya.
Jonghyun menatap Yujin menyesal. Ia rela melakukan apapun demi menghindari sebuah goresan kecil pada yeoja itu. Namun yang terjadi sekarang justru lebih buruk. Tak ada jalan keluar selain menuruti semua yang diinginkan oleh namja pembunuh ummanya ini.
                “Bisakah kita mulai?” Yongwook mulai kesal. “Melihat kalian berdua seperti itu aku jadi merasa seperti sedang menonton drama.”
                Tanpa menunggu lebih lama lagi, ‘arena pertarungan’ pun mulai dibuat. Semua perabotan seperti meja dan kursi mulai disingkirkan. Jonghyun yang tampak siap mengepalkan tangannya berdiri di tengah ruangan berhadapan dengan Yongwook. Sedangkan Yujin yang ikatan kakinya sudah dilepas menunggu di sudut tembok dengan beberapa anak buah lain disebelah kanan-kirinya.
                Yongwook menyeringai sambil mengusap hidung dengan ibu jarinya. Ia tampak sangat siap. Tangannya mengepal keras, dan dengan gerakan cepat ia berusaha melayangkan tinju ke arah Jonghyun.
                Meleset. Jonghyun lebih dulu menghindar.
Karena tak ingin hilang kesempatan, Jonghyun langsung memberikan serangan balik dengan memukul perut Yongwook. Membuat ia terhuyung lemas ke belakang. Saat itulah tiba-tiba Jonghyun mendengar sebuah teriakan di sudut ruangan, diluar dugaan ternyata para kawanan melakukan hal yang sama pada Yujin.
                Jonghyun tersentak. “Yujin!” Ia mencoba mendekat namun tangannya ditahan oleh anak buah Yongwook. “Lepaskan!”
                Cengkraman kedua anak buah Yongwook justru semakin keras ketika Jonghyun berusaha untuk mengelak. Tapi ia tidak bisa tinggal diam melihat Yujin jatuh menatap Jonghyun sambil menangis. Tentu saja kekuatan yeoja itu tidak ada bandingannya dengan para anak buah Yongwook yang memaksanya untuk berdiri meski tubuhnya terasa sakit.
                “LEPASKAN DIA!” teriak Jonghyun masih terus berontak. Sekuat tenaga ia melepaskan cengkraman itu kemudian melayangkan pukulan pada anak buah Yongwook yang menahannya. Tapi ketika Jonghyun tinggal beberapa langkah dari Yujin, tubuhnya berhenti saat melihat sebuah pistol mengarah pada kepala yeoja itu.
                “Ckckck, kau bernafsu sekali Kim Jonghyun.” Ucap Yongwook sambil mengusap perut bekas terkenal pukulan dari Jonghyun. “Permainan baru saja dimulai. Tenanglah sedikit.” Lanjutnya tersenyum licik.
                “Aku bilang lepaskan dia!” Jonghyun geram. “Bunuh saja aku sekarang jika kau menginginkannya Yongwook!!”
                Yongwook menggeleng-geleng pelan. “Aku sudah menjelaskan aturan permainannya bukan? Kau hanya harus mematuhinya jika tidak ingin peluru bersarang di kepala yeoja itu.”
                Jonghyun menoleh ke arah Yujin sekilas. Ia tahu gadis itu ketakutan. Tapi tidak ada jalan lain selain melanjutkan ‘permainan’ yang dibuat oleh Yongwook. Jika Jonghyun gegabah, ia bisa membuat Yujin dalam bahaya.
                Yongwook kembali berdiri dihadapan Jonghyun. Namja itu menyeringai. Sangat menyenangkan sekali baginya bisa melihat Jonghyun dalam keadaan genting seperti sekarang.
                Bugh!
                Sebuah pukulan Yongwook mengenai tepat di ujung bibir Jonghyun. Sayangnya namja itu terlambat menghindar karena konsentrasinya terbelah. Namun bukan Jonghyun namanya jika ia tumbang dalam sekali pukulan. Dengan cepat ia membalas pukulan itu di rahang Yongwook dan beberapa bagian tubuh lain secara bertubi-tubi. Bagaimanapun juga Jonghyun memiliki stamina yang lebih baik ketimbang Yongwook yang telah memasuki usia kepala tiga. Sebesar apapun usaha Yongwook untuk melawan, tentu tetaplah Jonghyun yang lebih unggul.
                Brak!
                Tubuh Yongwook terdorong hingga menabrak kursi kayu. Dengan emosi yang meluap Jonghyun langsung meraih kerah baju namja itu, namun disaat yang sama sebuah teriakan kembali terdengar.
                Jonghyun menoleh ke arah Yujin, kesempatan ini digunakan Yongwook untuk menendang namja itu hingga terjatuh.
                Kali ini anak buah Yongwook tidak hanya memukul Yujin, tapi juga menendang punggung yeoja yang jatuh tertelungkup itu. Sudut bibirnya berdarah, tatapannya mengabur oleh air mata, dan tangannya tidak bisa bergerak karena masih dalam ikatan. Yujin yang memiliki tubuh lemah harus menerima semua rasa sakit itu.
                “ANDWAE!!” Jonghyun bangkit. Tapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Yongwook, disusul oleh pukulan di perut namja itu.
                “Terus saja menyerangku Kim Jonghyun, maka yeoja itu akan merasakan hal yang sama. Ha-ha-ha.”
                Kini Jonghyun baru mengerti apa sesungguhnya maksud dari permainan ini. Ternyata Yongwook menjadikan Yujin sebagai tumbal setiap kali Jonghyun menyakitinya. Perlakuan apapun yang Yongwook dapatkan dari Jonghyun, maka Yujin pun akan mendapatkannya dari anak buah Yongwook. Dan jika Jonghyun berusaha memberontak, tak segan-segan sebuah pistol mengarah ke kepala yeoja itu.
                Terlambat baru sekarang Jonghyun menyadarinya, setelah tubuh Yujin babak belur dan masih harus dipaksa berdiri untuk menerima perlakuan selanjutnya. Yujin hanya bisa menangis. Ia tahu Jonghyun merasakan sakit yang sama. Tapi Yujin sama sekali tidak menyalahkan Jonghyun karena bagaimanapun juga dia lah penyebab semua ini terjadi.
                Mereka berdua saling beradu pandang dalam diam. Hati Jonghyun terasa perih melihat yeoja yang berusaha ia lindungi justru harus mendapatkan perlakuan yang begitu kejam. Rambut yang selalu Yujin ikat tampak berantakan, wajahnya basah oleh air mata dan darah, tubuhnya lunglai ke depan. Ia terpaksa berdiri hanya untuk membalas tatapan Jonghyun yang terasa begitu sulit.
                Akhirnya Jonghyun kembali berdiri menghadap Yongwook dengan kedua tangan yang menggantung pasrah di kedua sisi tubuhnya. Namja itu tertunduk, siap menerima perlakuan apapun dari Yongwook.
Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh preman kejam itu. Dengan kaki kanannya, ia langsung menendang Jonghyun keras sampai tubuh namja itu ambruk kebelakang. Dalam posisi tergeletak, Yongwook kembali menendang dan memukul Jonghyun membabi buta. Seluruh tubuh namja itu tak luput dari pukulan Yongwook.
Jonghyun tidak membalas sama sekali, ia hanya menutup matanya beberapa kali dan mencoba menahan rasa sakit dengan mengeratkan kedua rahangnya.
                Yujin memekik lirih. Kenapa Jonghyun tidak membela diri? Kenapa ia hanya diam menerima semua perlakuan itu?
                ‘Jonghyun jebal... kumohon lakukan sesuatu...’
                Sayangnya Yongwook masih belum puas, ia tidak berhenti sampai disitu. Dengan kedua tangannya Yongwook membangunkan tubuh Jonghyun, memukul perutnya beberapa kali. Menyeret dan membenturkan kepala Jonghyun ke dinding. Membuat darah kental mengalir di dahi namja itu.
                “Geumanhae!” Yujin berteriak ingin berlari ke arah Jonghyun, tapi lagi-lagi kedua anak buah Yongwook menahannya.
                “Apa hanya segini kemampuanmu Kim Jonghyun?” ucap Yongwook menarik kerah Jonghyun.
Jonghyun tak menjawab. Hanya sedikit membuka kelopak matanya menatap Yongwook samar.
Sebuah seringaian licik terlihat di wajah namja itu. Dengan kasar Yongwook melepaskan cengkraman di kerah baju Jonghyun dan berjalan mendekati meja yang berada didekat pintu.
                ‘Clek!’
                Sebuah senapan yang baru saja diambilnya sudah siap untuk menembakkan peluru. Yongwook tersenyum menatap senapan itu sebelum akhirnya mengarahkan ujung senapan itu pada Jonghyun yang masih terbaring tak berdaya di lantai.
                “ANDWAE! HAJIMA!” Pekik Yujin. “Jangan lakukan itu, kumohon!”
                Yongwook menoleh ke arah Yujin. Alisnya berkerut. Saat itulah terlintas sesuatu dalam pikirannya.
                “Apa kau ingin menolongnya gadis manis?” Yongwook berjalan ke arah Yujin. “Jika kau ingin menolongnya, maka aku akan mempertimbangkannya sekali lagi.” Lanjutnya menyeringai.
                Yongwook menjambak rambut Yujin dan mendekatkan wajahnya ke arah yeoja itu. “Kupikir kita bisa melanjutkan kegiatan yang tertunda waktu itu...”
                Cengkraman anak buah Yongwook pada kedua tangan Yujin dilepaskan. Dengan sekali hentakan, tubuh Yujin terdorong keras ke tembok. Ia tidak bisa mengelak. Disaat yang sama salah satu tangan Yongwook mulai bergerak ke bahu Yujin dan merobek lengan baju yeoja itu. Yujin berteriak saat Yongwook berusaha mencium lehernya.
                “DASAR BINATANG!” Jonghyun sekuat tenaga bangkit dan langsung menarik tubuh Yongwook untuk menjauhi Yujin. Dengan emosi yang meluap, ia melayangkan pukulan ke wajah namja itu tanpa ampun. Yongwook berusaha bangkit dengan bantuan anak buahnya untuk membuat jarak diantara mereka. Saat itulah pistol yang dipegang Yongwook langsung mengarah tepat ke dada Jonghyun.
                “Permainan ini sudah berakhir Kim Jonghyun, selamat tinggal!”
                “ANDWAEE!!” Yujin menghambur ke arah Jonghyun.
                DOR!!! Sebuah peluru yang sebelumnya tertahan di ujung senapan itu akhirnya benar-benar meluncur. Disusul dengan lelehan darah yang terus menerus mengalir membasahi lantai.
***
                18 Mei 2012
                Seorang yeoja berseragam SMA Seungri berjalan pelan melintasi trotoar di pinggiran kota Seoul. Jam tangan berwarna birunya sudah menunjukkan pukul 10.00, halte bus yang berada tepat didepan sekolahnya sudah tidak beroperasi. Memaksa yeoja dengan name tag Jung Yujin itu pulang dengan jalan kaki.
                Sebenarnya jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh jika melewati ‘jalan tikus’. Tapi Yujin harus melintasi gang-gang sempit diantara beberapa perumahan dan gedung apartemen di area sekolahnya.
                Yujin bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa takut. Tapi saat melintasi persimpangan tiba-tiba mulutnya berhenti mengeluarkan suara. Dari kejauhan terlihat segerombolan orang yang mabuk. Yujin membalik badannya dan berjalan menjauhi namja itu, tapi ia terlambat. Yujin sudah berusaha berlari namun jalan yang ia pilih justru salah. Jalan buntu.
                Salah satu dari mereka bergerak maju saat Yujin tersudut. Yujin menyipitkan matanya untuk memperhatikan gerak-gerik namja itu. Di lehernya terdapat tato naga dan Yujin bersumpah tidak akan melupakan senyumnya yang menjijikan.
                Namja itu mencengkram bahu Yujin dan menghempaskannya di tembok. Yujin sudah berusaha berteriak sekeras-kerasnya namun usahanya sia-sia. Namja itu justru semakin leluasa ketika teman-temannya mulai membantu memegangi tubuh Yujin.
                “Lepaskan! Lepaskan aku!!” Yujin berontak sekuat tenaga dan terus saja mencoba menendang kakinya ke arah namja itu. Membuat namja itu kesal dan membenturkan kepala Yujin ke tembok. Seketika membuat Yujin tak sadarkan diri.
                Saat itulah Jonghyun muncul. Ia masih berusia 19 tahun. Meski Jonghyun tidak mengenal siapa Yujin, ia tak sanggup membiarkan kejadian itu berlalu begitu saja. Jonghyun tidak ingin pengalaman pahit yang menimpa ummanya dulu harus dirasakan oleh yeoja tak berdosa ini.
                Dari sinilah legenda yang beredar dimulai. Karena sebagian besar dari mereka sedang mabuk, memudahkan Jonghyun untuk mengalahkannya.
                “Agashi... agashi gwenchana?” Jonghyun menggoyangkan tubuh Yujin untuk membuatnya sadar. “Agashi...” meski Jonghyun sudah mencoba beberapa kali namun tubuh Yujin masih tidak bergerak.
                Tak ada pilihan lain selain membawa yeoja itu ke rumah sakit. Jonghyun takut kalau-kalau sesuatu yang buruk telah terjadi. Akhirnya ia menggendong Yujin dan mencari taksi untuk membawanya di rumah sakit. Namun Jonghyun langsung pergi meninggalkan yeoja itu setelah memastikan keluarga Yujin datang.
                Jonghyun hanya tidak mengetahui, bahwa selama ia menjaga Yujin, Yujin sempat membuka matanya satu kali. Hanya satu kali. Yujin sendiri tidak mengingat kapan itu terjadi, namun gambaran wajah Jonghyun dengan jelas sudah tersimpan di alam bawah sadarnya. Itulah mengapa Yujin bisa menemukan sosok Jonghyun dalam mimpinya meski ia merasa tidak pernah bertemu Jonghyun sama sekali.
                Namun tentu saja Jonghyun tak sanggup melupakan Yujin. Ia masih ingat setiap detik kebersamaan mereka berdua walau hanya sebentar. Karena berawal dari kejadian ini, pemabuk itu terus saja mencari Jonghyun, mengancam keberadaannya sampai berakhir dengan kematian ummanya ditangan pemabuk itu.
                Setiap kali Yujin muncul dihadapannya, Jonghyun selalu menghindar. Bukan karena Jonghyun membenci Yujin. Tapi karena ia tak ingin memiliki seseorang yang nantinya akan menjadi titik kelemahannya.
                Dimata Jonghyun, Yujin masih seperti seorang siswa berseragam SMA Seungri yang polos. Tapi seiring waktu berjalan, perlahan-lahan pandangan Jonghyun berubah. Bahwa ia melihat Yujin bukanlah sebagai seseorang yang nantinya akan menjadi titik kelemahan baginya, namun justru seseorang yang akan menjadi sumber kekuatan baginya karena ia tahu tidak ada orang lain yang Jonghyun miliki sekarang selain Yujin.
-To Be Continue-

Naaahhhh sudah kejawab kaan sekarang? Mhehehe Jadi bener sodara2, bahwa cowo yang ada di mimpi Yujin itu adalah Jonghyun, bukan kembarannya.
‘Tapi kog yang di dlm mimpi cowonya sempurna, sedangkan Jonghyun aslinya memiliki sifat dan penampilan yang bertolak belakang?’. Jadi begini, si Yujin itu ngeliat Jonghyun Cuma sekilas (pas pingsan). Nah gara2 itu muka Jonghyun nongol di mimpinya diaa. Pertanyaanya, kenapa bisa beda dgn aslinya kaan? Jawabannya adalah karena Yujin itu selalu melakukan Lucid Dream. Balik lagi yaa lucid dream adalah keadaan dimana kamu bisa mengendalikan mimpimu sendiri. Dengan kata lain, sifat dan penampilan cowo yg ada didalam mimpi yujin itu adalah jelmaan(?) dari khayalannya sendiri. Cuma mukanya tetep muka Jonghyun, begituu.
Contoh deh, readers pernah ga mimpiin bias jadi cowonya readers terus baik hati dan bla bla bla(?). sama deh kaya saya yang dulu pernah mimpi direbutin 2MIN, hahahaha. #ini aib. Wkwk
Oiya terus legenda (pas part nglawan pemabuk tadi)  itu pernah disinggung di part 9 waktu adegan Yujin mau kerumah jonghyun > nyasar > ketemu pemabuk lagi > jonghyun muncul > pemabuknya kabur gara2 pernah denger legendanya jonghyun. Padahal ya itu tadi, Cuma 5 orang. Tapi karena yang dilawan anak gangster ya.....
Mau bahas juga pas habis adegan itu (paragraf diatas ini xD) (masih di part 9) Yujin sempet nyeritain ke Jonghyun ttg masa lalunya kan? Tapi Jonghyun seakan2 ngga tau kan? Nah sebenernya aku dah ngasih clue, ada kalimat yang berbunyi “Jika ia bisa kembali ke masa itu, mungkin Jonghyun akan benar-benar membunuhnya.” Jadiiiiiii, Jonghyun ga ngira ternyata kejadian 2 tahun yg lalu itu berdampak besar pada kehidupan Yujin. Kalo ia tahu Yujin bakalan trauma kaya sekarang, mungkin Jonghyun bakalan ngasih ‘pelajaran’ yang lebih buat mereka. Tapi tetep yaa di part 9 Jonghyun belum ngaku kalo dia tahu betul tentang kejadian 2 tahun lalu.
And well, aku minta maaaapppp banget part ini kurang ngena (terutama adegan thriller(?)nya). Soalnya aku paling ga bisa sama adegan kekerasan. Ini aja aku sampe baca beberapa FF (yang mengandung kekerasan) lain buat dapetin feelnya, padahal ngga suka baca FF kekerasan. Jadinya ya Cuma gini deh, maaf yaa kalo jelek.
DAN AKHIRNYA DENGAN SANGAT S.E.N.A.N.G H.A.T.I AKU MENGATAKAN BAHWA INI TERAKHIR KALINYA READERS AKAN MELIHAT KATA2 TO BE CONTINUE DI FF LUCID DREAM. KARENA PART SELANJUTNYA AKAN MENJADI THE END. ALIAS ENDING.
Apakah Jonghyun akan selamat dari tembakan? Ataukah justru Yujin yang kena tembakan setelah dia berteriak andwae dan menghambur ke arah Jonghyun(?) *kaya di meteor garden gitu mhahaha*. Terus gimana hubungan mereka berdua setelah ini? gimana tanggapan member, dan keluarga dengan kejadian ini? tunggu next part yaa. Semoga endingnya ga mengecewakaan!
Akhir kata, gomawo yedeulraaa! #pyoong
               


6 comments: