Tittle : Lucid Dream [Part 4]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim
Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Aliran air
mengucur pelan dari ujung kran kemudian jatuh melebur bersama butiran-butiran
kecil busa yang melapisi setiap peralatan dapur didalam wastafel. Satu demi
satu peralatan dapur tersebut Yujin cuci dan ia tata dengan rapi di rak.
Setelah memastikan semua piring kotor sudah ia bereskan, Yujin membasuh
tangannya sampai semua busa larut bersama air. Rasanya Yujin ingin cepat-cepat
kembali ke dalam kamar untuk beristirahat sekarang. Pekerjaan rumah yang sejak
tadi diberikan umma padanya membuat Yujin lelah.
“Mau
kemana Yujin? Apa pekerjaan didapur sudah selesai?”
Yujin
menghentikan langkahnya tepat di tangga menuju lantai dua, “Hmmm.” Jawab yeoja
itu tanpa menoleh ke arah umma yang duduk santai bersama Yumi di ruang tengah.
“Kalau
begitu sekarang...”
Hanya
dengan mendengar awalan dari kalimat itu Yujin sudah sanggup menebak, pasti
akan ada pekerjaan lain yang menunggu untuk diberikan padanya.
“....tolong
belanja beberapa kebutuhan....”
“Yumi
sajalah umma, sejak tadi dia hanya duduk-duduk sementara aku sudah
bersih-bersih dapur dan mencuci semua piring kotor.” Keluh Yujin menolak.
“Yaaa~
Apa Unni lupa ini hari sabtu? Aku tadi les piano sampai sore, sedangkan unni sejak
pagi libur.” Yumi tak mau kalah. “Yumi capek ummaaaaa~ Unni saja yaa?”
rengeknya seketika membuat telinga Yujin gatal. Adiknya yang satu ini memang
selalu kurang ajar. Jika umma tidak ada disamping Yumi sekarang mungkin sebuah
jitakan sudah mendarat di kepala bocah kelas 2 SMA itu.
“Iya
Yujin, kasihan adikmu baru 3 jam yang lalu pulang les. Kau saja yang berangkat.”
Satu – kosong untuk Yujin. “Ini uang dan daftar belanjanya. Juga ada kupon
diskon untuk mie ramen merk XXX. Kau harus membelinya di minimarket dekat
sekolah Yumi, ne? Umma mendapatkan kupon ini dari sana....”
Yujin
yang sudah tak sanggup mengelak berjalan lambat menuju kamar untuk mengambil
jaket sebelum akhirnya pasrah menerima dompet merah berisi uang yang umma
sodorkan, “Aku berangkat...” jawabnya malas sambil membuka pintu depan.
Jarak dari rumah Yujin ke sekolah Yumi
sekitar 15 menit, tapi Yujin harus berjalan 5 menit dari rumahnya ke halte
terdekat, dan 10 menit dari halte ke supermarket yang umma nya maksud. Mungkin
pekerjaan ini akan lebih mudah jika umma menyuruh Yumi berbelanja setelah Yumi
pulang sekolah. Tapi sayangnya Yujin tidak yakin ummanya bisa berfikiran
demikian karena setiap ada pekerjaan seperti ini hanya satu nama yang akan
terlintas di kepala beliau, nama Yujin.
Sebuah
minimarket di sudut gang yang sepi akhirnya terlihat di ujung mata Yujin. Yeoja
itu mulai melangkah masuk dan mengambil keranjang didepan pintu. Tentu saja rak
berisi ramen yang Yujin tuju pertamakali, disusul rak berisi kimchi instan
(karena kimchi umma Yujin tidak pernah laku diatas meja makan, maka Yujin perlu
membelinya), kemudian ke rak minyak goreng, gochujang, dubu, bumbu penyedap,
bawang putih, serta kecap. Lalu yang terakhir ke rak bagian sabun dan pengharum
pakaian....
Saat
Yujin sibuk memilih beberapa barang, tiba-tiba ada seseorang yang menarik
perhatian Yujin. Orang itu tengah duduk membelakangi Yujin di meja yang berhadapan
langsung dengan kaca depan. Sepertinya orang itu sibuk menghabiskan semangkuk
ramen instan sampai-sampai ia tidak sadar kalau Yujin mulai berjalan ke sisi
kirinya.
Namja itu menggunakan kaos bergaris hitam
putih dan sebuah topi, otot tangannya tampak mengeras hanya karena menggengam
mangkuk ramen dan sumpit. Dalam waktu singkat namja itu bangkit, membuang
mangkuk sterofoam kemudian berjalan keluar minimarket meski Yujin belum
sepenuhnya yakin orang itu adalah orang yang ia kenal.
“Chakkaman!”
panggil Yujin mengikuti langkah orang itu melewati pintu.
Yang
dipanggil masih terdiam.
“KIM
JONGHYUN!” kali ini suara Yujin lebih keras. Ia tidak ingin kejadian didepan
cafe terulang hanya karena Yujin terlalu malu untuk memanggilnya.
Namja
itu akhirnya menoleh, sedikit menaikkan ujung topinya untuk membalas tatapan
Yujin. Ternyata benar ia Jonghyun.
“Kau...”
Yujin tercekat. Ia memang sudah lama berniat untuk bisa bertemu langsung dengan
Jonghyun seperti sekarang. Tapi... lalu apa?
Jonghyun
sempat menatap Yujin tidak mengerti, tapi kemudian pandangannya teralih saat ia
mulai mengambil sebuah kunci dari sakunya untuk mengendarai motor.
“Chakkaman
Kim Jonghyun. Aku berbicara padamu.” Panggil Yujin lebih berani. Ia berdiri
didepan Jonghyun tepat diseberang motornya untuk mencegah namja itu pergi. Meski
wajahnya terlihat begitu yakin, namun tentu saja isi hatinya tidak demikian.
Ada perasaan takut, tegang sekaligus penasaran. Jantung yeoja itu berdetak cepat
dalam hitungan detik. Bagaimana tidak, orang yang selama ini mati-matian Yujin
cari dan Yujin tunggu tiba-tiba saja hadir dihadapannya di saat yang sama
sekali tak Yujin bayangkan. Jika Yujin mengetahui lebih awal mungkin respon
yang ia tunjukkan jauh lebih baik dari sekarang.
“Apakah
kau... pernah bertemu denganku sebelumnya?”
Pertanyaan
macam apa ini? Tentu saja jawabannya tidak. Pertemuan mendadak ini memberi waktu
yang terlalu singkat untuk Yujin dalam berfikir, yang ada dalam kepalanya
sekarang hanyalah ada sebuah pemikiran spontan. Meski terdengar sangat ambigu,
tapi Yujin terlanjur penasaran akan kehadiran Jonghyun. Ia sangat ingin tahu
bagaimana Jonghyun bisa tiba-tiba muncul dalam mimpinya padahal mereka belum
pernah bertemu sebelumnya.
Apa Jonghyun penggemar rahasia
Yujin, atau ia punya kekuatan sihir yang
bisa mendatangi mimpi siapa saja?
Pemikiran
yang bodoh, batin Yujin.
Jonghyun
terdiam, dahinya berkerut. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah seperti baru
saja melihat alien yang terlalu percaya diri sehingga sekarang bertanya pada Jonghyun seolah-olah Jonghyun yang lebih dulu
mengenalinya.
“Tidak.”
Jawab Jonghyun singkat. Tentu saja tidak. Seharusnya Yujin sudah bisa menebak
dari ekspresi Jonghyun yang begitu asing saat bertatapan langsung dengannya.
“Oppa!”
Yujin
menoleh ke asal suara. Siapa lagi ini? Berbeda dengan noona-noona yang Yujin
temui sebelumnya, kali ini yeoja yang muncul didekat minimarket itu terlihat
tidak memiliki selisih umur yang jauh dengan Yujin. Buktinya tadi dia memanggil
Jonghyun dengan sebutan ‘Oppa’.
“Aku
baruu saja ingin menemuimu Oppa. Jodoh sekali kita bisa bertemu disini.”
Rambut
yeoja itu pendek. Lebih pendek dari rok mini yang ia pakai. Meski hanya
menggunakan atasan kaos dan sebuah sweater berwarna peach, entah kenapa yeoja
itu terlihat menarik. Wajahnya sangat cute dan tampak cerah.
Begitu
ia mendekat, Jonghyun langsung mencabut kunci motor kemudian melingkarkan
sebelah tangannya di bahu yeoja itu. Senyumnya mengembang, ekspresi dingin
seketika memudar dalam hitungan detik.
“Apa
oppa sudah makan? Aku membawakan makanan special untukmu Oppa.”
“Jinja?”
jawab Jonghyun bersemangat. Aneh sekali nada bicaranya sangat berbeda dengan
disaat berbicara dengan Yujin. “Oppa sangat lapar. Kalau begitu....”
Lapar?
Bukankah Jonghyun baru saja menghabiskan semangkuk mie ramen?
Yujin
berbalik, ia menggerutu dalam hati. Bisa-bisanya Jonghyun ber-akting hanya
dalam sekali kedipan? Jinjja nappeun namja. Baru saja kemarin Jonghyun ber
poppo ria dengan noona-noona dihadapan Yujin, sekarang tanpa dosa ia bermesraan
dengan yeoja lain. Apa Jonghyun tidak sadar kalau Yujin jelas-jelas melihatnya?
Meski Yujin bukan siapa-siapa, tapi hanya dengan melihat dua kejadian ini
membuat hatinya menjadi kesal.
“Jonghyun
kau...” Yujin kembali menoleh ke arah Jonghyun yang berjalan bersama yeoja itu
menuju ke sebuah gang. Saat itu pula ia melihat Jonghyun tengah mendekatkan
wajahnya ke arah yeoja itu, seperti mencium wangi aroma yeoja itu dari
rambutnya yang ikal. Tanpa sadar Yujin marah-marah sambil menghentakan kakinya
ditanah.
Dengan
kesabaran yang tinggal setengah Yujin kembali ke dalam minimarket dan
meletakkan keranjang belanjaannya di kasir. Saat menghitung uang, lagi-lagi
sudut mata Yujin menangkap sesuatu yang tergeletak di samping meja tempat
Jonghyun baru saja menghabiskan ramennya. Ada sebuah benda yang tertinggal.
“Ahjushi,
bisakah aku menitipkan belanjaanku disini? Aku akan segera kembali.” Ucapnya
terburu-buru kemudian berlari mengejar Jonghyun.
Gang
yang baru saja Jonghyun lewati tampak sepi, bahkan diujung jalan tak terlihat
siapapun disana. Yujin terus berjalan lurus dengan gerakan cepat. Saat ia
menemui persimpangan, hatinya mulai bimbang. Yujin tidak memiliki feeling sama
sekali jalan yang mana yang dilewati Jonghyun sebelumnya. Tapi akhirnya yeoja
itu memutuskan lewat jalan sebelah kiri dengan pertimbangan jika Jonghyun tak
terlihat disana ia bisa cepat-cepat kembali kemudian lewat jalan yang disebelah
kanan. Langkah gadis itu semakin lama membawanya semakin masuk ke perumahan. Ia
menengok kanan-kiri kalau-kalau Jonghyun sudah mulai memasuki beberapa
pelataran apartemen sederhana yang ada disekitarnya.
Meski
Yujin merasa yakin, tapi hatinya terasa janggal. Kenapa ia bersedia susah-susah
mencari Jonghyun hanya demi mengembalikan barangnya yang tertinggal ini? Bisa
saja kan Yujin menitipkannya pada Onew yang selalu stand by di cafenya? Bukankah
beberapa detik yang lalu Jonghyun baru saja mengecewakannya?
Tapi Yujin tidak ingin membuang
kesempatan ini. Meski ia sangat takut dengan tempat yang sepi atau jalanan yang
gelap, tetap saja bila lebih cepat barang ini sampai di tangan Jonghyun, maka
akan lebih baik pikir Yujin.
Saat
yeoja itu melintasi sebuah rumah, tiba-tiba sayup terdengar suara dua orang
yang tengah berbincang. Yujin lantas menebar pandangan ke sekelilingnya, tak
ada siapa-siapa disana. Sekali lagi ia perhatikan ternyata orang yang ia cari tak
jauh dari sana. Mereka tengah berjalan melewati tangga besi yang ada di sisi
sebuah gedung tua. Entah ini gedung atau rumah, Yujin tidak yakin karena hanya
memiliki dua lantai.
Jonghyun dan yeoja itu terus berjalan
keatas, membuat Yujin harus mundur beberapa langkah untuk melihatnya lebih
jelas. Keduanya tampak menghilang ketika memasuki sebuah rumah kecil yang
berada di rooftop gedung itu. Apakah selama ini Jonghyun tinggal disana? Tapi
kenapa Jonghyun meninggalkan motornya didepan minimarket jika ingin pulang
kerumah? Apa karena gedung ini tidak memiliki tempat parkir?
Imajinasi liar kembali melintas di
pikiran Yujin. Begitu banyak kemungkinan yang membuat yeoja ini tidak berhenti
mengeluarkan spekulasi. Apalagi Jonghyun tidak sendirian. Bukankah sedikit
‘berbahaya’ jika namja dan yeoja berada di suatu tempat yang sepi malam-malam
begini?
Yujin menghela nafas berat kemudian
membuka genggaman tangannya dimana ada barang milik Jonghyun yang terselip
disana. Sebuah kalung dengan bandul cincin berukiran nama Lee Tae Hoon. Mungkin
ini milik seseorang yang penting bagi Jonghyun. Apapun yang terjadi yeoja itu
berjanji pada dirinya sendiri untuk mengembalikan kalung ini pada Jonghyun
langsung.
Tapi tidak sekarang.
***
“Tuk...tuk...tuk...”
Yujin mengetukkan ujung sepatunya lantai sementara badannya bersandar pada
dinding sebelah pintu. Dari lantai teratas gedung ini bisa ia lihat dengan
sangat jelas langit bersemu jingga dengan bulatan menyilaukan di ufuk barat.
Sebuah
rumah sangat sangat sederhana di rooftop gedung dengan pelataran kosong tanpa
tanaman yang Yujin temukan tadi malam merupakan satu-satunya petunjuk keberadaan
Jonghyun. Hana bilang hari ini SHINee tidak ada jadwal manggung, jadi besar
kemungkinan Jonghyun akan lebih mudah ditemui dirumahnya. Tapi meski sudah
berjam-jam Yujin menunggu tetap saja tak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Yujin
tidak habis pikir kenapa Jonghyun bisa tinggal ditempat seperti ini. Bagian
luarnya hanya terdapat sebuah tempat duduk kotak (yang lebih mirip seperti
meja) dan beberapa tumpukan barang tidak terpakai. Cat temboknya juga sudah
terkelupas dan kaca jendela banyak dihiasi dengan plester berwarna coklat
karena pecah dibeberapa bagian. Bahkan Yujin tidak menemukan jemuran atau
semacamnya yang menandakan rumah ini memang pernah ditempati manusia.
Saat
Yujin sibuk mondar mandir, tiba-tiba terdengar derap langkah dari tangga bawah.
Spontan yeoja itu langsung berdiri tegap untuk mengetahui siapa yang
kemungkinan akan datang.
“Oh...”
orang yang baru saja tiba berseru lebih dulu. Jari telunjuknya mengarah pada
Yujin. “Bukankah kau yang datang ke cafe waktu itu? Apa kau belum jadi bertemu
dengan Jonghyun?”
Jelas
sekali ia bukan Jonghyun. Namja ini sedikit lebih tinggi dan wajahnya jauh
lebih memancarkan keramahan. Hanya dengan memakai sebuah kemeja yang dilapisi
sweater tanpa kancing, ia sudah terlihat ‘berkelas’. Senyumnya seketika
mengembang, disusul dengan bungkukan sopan ketika ia mulai berjalan mendekat.
Yujin
pun membalas bungkukan namja yang merupakan leader SHINee ini. Tapi ia masih
bingung harus menjawab pertanyaannya atau tidak.
“Kenapa
masih menunggu diluar? Apa Jonghyun sedang tak ada dirumah?” tanya Onew lagi
sambil mengecek pintu rumah Jonghyun yang ternyata tidak dikunci. Kepalanya
masuk sejenak kemudian keluar sambil sekali lagi tersenyum.
“Ah...
Sekarang kita berdua yang kurang beruntung, ternyata Jonghyun memang tak ada
didalam.” Jawabnya sendiri. “Tapi kenapa dia tidak mengunci pintunya huh?
Bukankah berbahaya jika ada pencuri yang masuk?”
Lagi-lagi
Yujin tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Ia hanya sanggup menatap Onew
dengan canggung.
“Oiya,
aku Onew, teman Jonghyun.” Namja itu menyodorkan tangannya.
“Yujin.”
Balas Yujin singkat. “Kalau begitu, sebaiknya aku pul...”
“Sepertinya
aku tahu sekarang Jonghyun ada dimana.” Potong Onew lebih cepat. “Jika kau mau,
aku bisa mengantarkanmu kesana...” Onew tahu benar Jonghyun tidak memiliki
teman-yeoja ‘baik-baik’ seperti Yujin. Setahu Onew penggemar SHINee juga tidak
ada yang tahu dimana rumah Jonghyun. Lagipula ini sudah kedua kalinya ia
mendapati Yujin mencari Jonghyun, jika bukan karena keperluan yang sangat
penting tidak mungkin Yujin melakukannya.
Mendengar
tawaran itu, Yujin sempat berfikir untuk tidak menerimanya. Tapi jika
kesempatan ini ia sia-siakan mungkin lain kali ia semua kejadian yang
dilewatinya harus terulang lagi. Dengan sedikit keraguan akhirnya Yujin
mengangguk.
Berjarak
10 menit dari rumah Jonghyun, sampai juga Yujin di apartemen lain yang Yujin
sendiri tidak tahu itu milik siapa. Awalnya Yujin mengira ini milik Onew karena
ia bisa dengan mudah membuka pasword untuk masuk kesana. Tapi ternyata... ini
lebih buruk! Yujin tak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika Hana tahu
sedang ada dimana Yujin sekarang.
“Oh
hyung...! Kau datang?”
Tepat
ketika sapaan itu diucapkan, semua tatapan orang yang ada di apartemen itu
terhenti pada Yujin. Bahkan seorang namja berambut sedikit lebat sampai melepaskan
jari-jarinya dari stick game padahal sudah jelas-jelas permainan sepak bola
sedang berlangsung di layar televisi.
“Siapa
dia hyung?” tanya seorang namja yang satu-satunya tidak bermain game. Namja itu
hanya melihat Yujin sepintas kemudian kembali berkutat dengan beberapa lembar
kertas diatas meja, ia bertanya tanpa membalas tatapan Yujin sedikitpun.
“Dia
teman Jonghyun...”
Yujin
reflek menoleh ke arah Onew. Teman...Jonghyun?
“....tadi aku bertemu dengannya didepan rumah
Jonghyun. Kupikir Jonghyun ada disini jadi aku membawanya kemari.”
“GOOOOLLL!”
terdengar teriakan keras dari seorang namja yang duduk di lantai depan sofa.
Rambut lembutnya ikut bergoyang saat ia melompat dengan girang.
“YA
Taemin! Itu curang namanya!”
Mereka
berdua kembali berdebat tentang permainan, sedangkan namja yang tadi asik
menghitung sesuatu justru kembali tertarik dengan kedatangan Yujin.
“Sepertinya
aku pernah melihatmu sebelumnya.” Ucap namja itu datar.
“Ah
iya aku lupa mengenalkan mereka padamu.” Potong Onew tidak mendengarkan. “Yang
sedang asik bermain game itu Minho dan Taemin, kemudian yang sibuk belajar itu
Key.”
“Aku
tidak sedang belajar Hyung.”
Onew
hanya tersenyum menanggapi jawaban Key. “Apa Jonghyun ada didalam? Dia sedang
tidur?”
“Dia
tidak ada disini.” Jawab Minho sambil terus bermain game bersama Taemin.
“Jinja?
Sayang sekali, padahal yeoja ini ingin bertemu dengannya.”
Wajah
Yujin berubah kecewa. “Gwenchana Onew-ssi...” jawab Yujin. “Gomawo kau sudah
membawaku kemari. Sekarang sebaiknya aku...”
“Ah!
Aku ingat sekarang!” Pekik Key tiba-tiba. “Kau mahasiswa fakultas ekonomi yang
pernah mengantarkan aku dan Minho bertemu Mr Cho kan?”
Minho
spontan menoleh. Yujin skak mat.
“Jadi
kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?”
“Ah
iya benar. Kau Yujin kan?” tebak Minho langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian
menghapiri Yujin. “Mian aku terlalu sibuk bermain game sampai-sampai lupa kalau
itu kau.”
Yujin
mengangguk sekenanya. Ia sempat berfikir member SHINee tidak akan mengenalinya
karena mereka memiliki banyak fans. Tapi melihat respon Key dan Minho, Yujin
sadar ternyata ‘orang terkenal’ tak selamanya sombong seperti yang Yujin
pikirkan.
Saat
itu juga tiba-tiba wajah Key berubah dari yang sebelumnya dingin menjadi
tersenyum lebar.
“Yujin, waktu itu kau kan sudah banyak
membantu kami. Aku sangaaat berterimakasih. Tapi...bisakah kau membantuku sekali
lagi?”
“Ne?”
Minho langsung menggoyangkan telapak
tangannya tidak setuju. “Ani...Ani... Kemarin Yujin sudah banyak membantu kita,
sekarang kau mau meminta bantuannya lagi? Kau tidak boleh merepotkan orang lain
seperti itu Key, itu (semua kertas yang berisi catatan) sudah tugasmu.”
“Aku
tidak bisa menyelesaikannya Minho-ya. Melihat angka-angka ini saja sudah
membuatku pusing...” Key mengacak rambutnya frustasi, seakan-akan beberapa
potong kertas yang ada dihadapannya mengandung zat adiktif yang mampu
melumpuhkan syaraf-syaraf di otaknya dalam sekejap.
Melihat respon Key, Onew justru
tertawa. Bahkan Taemin yang awalnya asik bermain game juga ikut tertawa tanpa
mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Tampaknya seisi ruangan sudah
mengerti apa yang sebenarnya Key maksud, kecuali Yujin.
“Memangnya...”
suara lirih Yujin langsung menyita perhatian. “...apa yang bisa kubantu?”
***
“Tut...tit...tut...tit.”
sebuah suara tombol terdengar dari pintu depan. Disusul dengan derap langkah
yang sempat melirih karena sepertinya orang yang baru saja datang itu telah
melepas sepatunya sebelum menginjak ruang tengah.
Seluruh
‘penghuni’ apartemen yang didatanginya tampak tidak memberikan respon sama
sekali, justru terlihat duduk mengitari sebuah meja dengan tatapan yang kompak
tertuju pada satu titik.
“Siapa
kau?”
Akhirnya
sebuah suara dari seseorang yang baru saja datang membuyarkan konsentrasi
mereka semua. Coretan pena ditangan Yujin terhenti, tatapanya kini tertumpu
pada namja yang berdiri tepat dihadapannya. Hanya dengan melihat sorot mata itu
saja sudah membuat jantung Yujin berdetak cepat, apalagi mengetahui kalimat
pertama yang baru saja ia ucapkan, membuat
tubuh Yujin seketika membeku.
Tampaknya Jonghyun yang baru saja datang tidak
hanya merasa asing dengan keberadaan Yujin, tapi juga sedikit terganggu akan
kehadirannya yang tiba-tiba seperti sekarang.
“Oh
hyung! Kau sudah pulang?” sapa Taemin senang. “Sepertinya kita sudah menemukan
manager yang tepat untuk band kita Hyung...”
“Mwo?”
tanya Jonghyun tidak percaya. “Manager?”
-To Be Continue-
Haha...kok TBC ?
ReplyDeleteUdah tegang juga #plakkk
Makin penasaran ma ceritanya dan kemisteriusan jong . Seperti apa jong disini membuat eon semakin curious !! Suerr !! Cocok emnk jd playboy haha...I like bad boy :-*
Cepetan part 5 nya ya saeng,gak sabar nih !! #kebelet
icha......daebak...
ReplyDeletelanjuuttt....