Pages

Tuesday, 8 October 2013

FF SHINee : Lucid Dream [Part 4]


  


Tittle                    : Lucid Dream [Part 4]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Aliran air mengucur pelan dari ujung kran kemudian jatuh melebur bersama butiran-butiran kecil busa yang melapisi setiap peralatan dapur didalam wastafel. Satu demi satu peralatan dapur tersebut Yujin cuci dan ia tata dengan rapi di rak. Setelah memastikan semua piring kotor sudah ia bereskan, Yujin membasuh tangannya sampai semua busa larut bersama air. Rasanya Yujin ingin cepat-cepat kembali ke dalam kamar untuk beristirahat sekarang. Pekerjaan rumah yang sejak tadi diberikan umma padanya membuat Yujin lelah.
                “Mau kemana Yujin? Apa pekerjaan didapur sudah selesai?”
                Yujin menghentikan langkahnya tepat di tangga menuju lantai dua, “Hmmm.” Jawab yeoja itu tanpa menoleh ke arah umma yang duduk santai bersama Yumi di ruang tengah.
                “Kalau begitu sekarang...”
                Hanya dengan mendengar awalan dari kalimat itu Yujin sudah sanggup menebak, pasti akan ada pekerjaan lain yang menunggu untuk diberikan padanya.
                “....tolong belanja beberapa kebutuhan....”
                “Yumi sajalah umma, sejak tadi dia hanya duduk-duduk sementara aku sudah bersih-bersih dapur dan mencuci semua piring kotor.” Keluh Yujin menolak.
                “Yaaa~ Apa Unni lupa ini hari sabtu? Aku tadi les piano sampai sore, sedangkan unni sejak pagi libur.” Yumi tak mau kalah. “Yumi capek ummaaaaa~ Unni saja yaa?” rengeknya seketika membuat telinga Yujin gatal. Adiknya yang satu ini memang selalu kurang ajar. Jika umma tidak ada disamping Yumi sekarang mungkin sebuah jitakan sudah mendarat di kepala bocah kelas 2 SMA itu.
                “Iya Yujin, kasihan adikmu baru 3 jam yang lalu pulang les. Kau saja yang berangkat.” Satu – kosong untuk Yujin. “Ini uang dan daftar belanjanya. Juga ada kupon diskon untuk mie ramen merk XXX. Kau harus membelinya di minimarket dekat sekolah Yumi, ne? Umma mendapatkan kupon ini dari sana....”
                Yujin yang sudah tak sanggup mengelak berjalan lambat menuju kamar untuk mengambil jaket sebelum akhirnya pasrah menerima dompet merah berisi uang yang umma sodorkan, “Aku berangkat...” jawabnya malas sambil membuka pintu depan.
                  Jarak dari rumah Yujin ke sekolah Yumi sekitar 15 menit, tapi Yujin harus berjalan 5 menit dari rumahnya ke halte terdekat, dan 10 menit dari halte ke supermarket yang umma nya maksud. Mungkin pekerjaan ini akan lebih mudah jika umma menyuruh Yumi berbelanja setelah Yumi pulang sekolah. Tapi sayangnya Yujin tidak yakin ummanya bisa berfikiran demikian karena setiap ada pekerjaan seperti ini hanya satu nama yang akan terlintas di kepala beliau, nama Yujin.
                Sebuah minimarket di sudut gang yang sepi akhirnya terlihat di ujung mata Yujin. Yeoja itu mulai melangkah masuk dan mengambil keranjang didepan pintu. Tentu saja rak berisi ramen yang Yujin tuju pertamakali, disusul rak berisi kimchi instan (karena kimchi umma Yujin tidak pernah laku diatas meja makan, maka Yujin perlu membelinya), kemudian ke rak minyak goreng, gochujang, dubu, bumbu penyedap, bawang putih, serta kecap. Lalu yang terakhir ke rak bagian sabun dan pengharum pakaian....
                Saat Yujin sibuk memilih beberapa barang, tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatian Yujin. Orang itu tengah duduk membelakangi Yujin di meja yang berhadapan langsung dengan kaca depan. Sepertinya orang itu sibuk menghabiskan semangkuk ramen instan sampai-sampai ia tidak sadar kalau Yujin mulai berjalan ke sisi kirinya.
                 Namja itu menggunakan kaos bergaris hitam putih dan sebuah topi, otot tangannya tampak mengeras hanya karena menggengam mangkuk ramen dan sumpit. Dalam waktu singkat namja itu bangkit, membuang mangkuk sterofoam kemudian berjalan keluar minimarket meski Yujin belum sepenuhnya yakin orang itu adalah orang yang ia kenal.
                “Chakkaman!” panggil Yujin mengikuti langkah orang itu melewati pintu.
                Yang dipanggil masih terdiam.
                “KIM JONGHYUN!” kali ini suara Yujin lebih keras. Ia tidak ingin kejadian didepan cafe terulang hanya karena Yujin terlalu malu untuk memanggilnya.
                Namja itu akhirnya menoleh, sedikit menaikkan ujung topinya untuk membalas tatapan Yujin. Ternyata benar ia Jonghyun.
                “Kau...” Yujin tercekat. Ia memang sudah lama berniat untuk bisa bertemu langsung dengan Jonghyun seperti sekarang. Tapi... lalu apa?
                Jonghyun sempat menatap Yujin tidak mengerti, tapi kemudian pandangannya teralih saat ia mulai mengambil sebuah kunci dari sakunya untuk mengendarai motor.
                “Chakkaman Kim Jonghyun. Aku berbicara padamu.” Panggil Yujin lebih berani. Ia berdiri didepan Jonghyun tepat diseberang motornya untuk mencegah namja itu pergi. Meski wajahnya terlihat begitu yakin, namun tentu saja isi hatinya tidak demikian. Ada perasaan takut, tegang sekaligus penasaran. Jantung yeoja itu berdetak cepat dalam hitungan detik. Bagaimana tidak, orang yang selama ini mati-matian Yujin cari dan Yujin tunggu tiba-tiba saja hadir dihadapannya di saat yang sama sekali tak Yujin bayangkan. Jika Yujin mengetahui lebih awal mungkin respon yang ia tunjukkan jauh lebih baik dari sekarang.
                “Apakah kau... pernah bertemu denganku sebelumnya?”
                Pertanyaan macam apa ini? Tentu saja jawabannya tidak. Pertemuan mendadak ini memberi waktu yang terlalu singkat untuk Yujin dalam berfikir, yang ada dalam kepalanya sekarang hanyalah ada sebuah pemikiran spontan. Meski terdengar sangat ambigu, tapi Yujin terlanjur penasaran akan kehadiran Jonghyun. Ia sangat ingin tahu bagaimana Jonghyun bisa tiba-tiba muncul dalam mimpinya padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
Apa Jonghyun penggemar rahasia Yujin,  atau ia punya kekuatan sihir yang bisa mendatangi mimpi siapa saja?
                Pemikiran yang bodoh, batin Yujin.
                Jonghyun terdiam, dahinya berkerut. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah seperti baru saja melihat alien yang terlalu percaya diri sehingga sekarang bertanya pada  Jonghyun seolah-olah Jonghyun yang lebih dulu mengenalinya.
                “Tidak.” Jawab Jonghyun singkat. Tentu saja tidak. Seharusnya Yujin sudah bisa menebak dari ekspresi Jonghyun yang begitu asing saat bertatapan langsung dengannya.
                “Oppa!”
                Yujin menoleh ke asal suara. Siapa lagi ini? Berbeda dengan noona-noona yang Yujin temui sebelumnya, kali ini yeoja yang muncul didekat minimarket itu terlihat tidak memiliki selisih umur yang jauh dengan Yujin. Buktinya tadi dia memanggil Jonghyun dengan sebutan ‘Oppa’.
                “Aku baruu saja ingin menemuimu Oppa. Jodoh sekali kita bisa bertemu disini.”
                Rambut yeoja itu pendek. Lebih pendek dari rok mini yang ia pakai. Meski hanya menggunakan atasan kaos dan sebuah sweater berwarna peach, entah kenapa yeoja itu terlihat menarik. Wajahnya sangat cute dan tampak cerah.
                Begitu ia mendekat, Jonghyun langsung mencabut kunci motor kemudian melingkarkan sebelah tangannya di bahu yeoja itu. Senyumnya mengembang, ekspresi dingin seketika memudar dalam hitungan detik.
                “Apa oppa sudah makan? Aku membawakan makanan special untukmu Oppa.”
                “Jinja?” jawab Jonghyun bersemangat. Aneh sekali nada bicaranya sangat berbeda dengan disaat berbicara dengan Yujin. “Oppa sangat lapar. Kalau begitu....”
                Lapar? Bukankah Jonghyun baru saja menghabiskan semangkuk mie ramen?
                Yujin berbalik, ia menggerutu dalam hati. Bisa-bisanya Jonghyun ber-akting hanya dalam sekali kedipan? Jinjja nappeun namja. Baru saja kemarin Jonghyun ber poppo ria dengan noona-noona dihadapan Yujin, sekarang tanpa dosa ia bermesraan dengan yeoja lain. Apa Jonghyun tidak sadar kalau Yujin jelas-jelas melihatnya? Meski Yujin bukan siapa-siapa, tapi hanya dengan melihat dua kejadian ini membuat hatinya menjadi kesal.
                “Jonghyun kau...” Yujin kembali menoleh ke arah Jonghyun yang berjalan bersama yeoja itu menuju ke sebuah gang. Saat itu pula ia melihat Jonghyun tengah mendekatkan wajahnya ke arah yeoja itu, seperti mencium wangi aroma yeoja itu dari rambutnya yang ikal. Tanpa sadar Yujin marah-marah sambil menghentakan kakinya ditanah.
                Dengan kesabaran yang tinggal setengah Yujin kembali ke dalam minimarket dan meletakkan keranjang belanjaannya di kasir. Saat menghitung uang, lagi-lagi sudut mata Yujin menangkap sesuatu yang tergeletak di samping meja tempat Jonghyun baru saja menghabiskan ramennya. Ada sebuah benda yang tertinggal.
                “Ahjushi, bisakah aku menitipkan belanjaanku disini? Aku akan segera kembali.” Ucapnya terburu-buru kemudian berlari mengejar Jonghyun.
                Gang yang baru saja Jonghyun lewati tampak sepi, bahkan diujung jalan tak terlihat siapapun disana. Yujin terus berjalan lurus dengan gerakan cepat. Saat ia menemui persimpangan, hatinya mulai bimbang. Yujin tidak memiliki feeling sama sekali jalan yang mana yang dilewati Jonghyun sebelumnya. Tapi akhirnya yeoja itu memutuskan lewat jalan sebelah kiri dengan pertimbangan jika Jonghyun tak terlihat disana ia bisa cepat-cepat kembali kemudian lewat jalan yang disebelah kanan. Langkah gadis itu semakin lama membawanya semakin masuk ke perumahan. Ia menengok kanan-kiri kalau-kalau Jonghyun sudah mulai memasuki beberapa pelataran apartemen sederhana yang ada disekitarnya.
                Meski Yujin merasa yakin, tapi hatinya terasa janggal. Kenapa ia bersedia susah-susah mencari Jonghyun hanya demi mengembalikan barangnya yang tertinggal ini? Bisa saja kan Yujin menitipkannya pada Onew yang selalu stand by di cafenya? Bukankah beberapa detik yang lalu Jonghyun baru saja mengecewakannya?
Tapi Yujin tidak ingin membuang kesempatan ini. Meski ia sangat takut dengan tempat yang sepi atau jalanan yang gelap, tetap saja bila lebih cepat barang ini sampai di tangan Jonghyun, maka akan lebih baik pikir Yujin.
                Saat yeoja itu melintasi sebuah rumah, tiba-tiba sayup terdengar suara dua orang yang tengah berbincang. Yujin lantas menebar pandangan ke sekelilingnya, tak ada siapa-siapa disana. Sekali lagi ia perhatikan ternyata orang yang ia cari tak jauh dari sana. Mereka tengah berjalan melewati tangga besi yang ada di sisi sebuah gedung tua. Entah ini gedung atau rumah, Yujin tidak yakin karena hanya memiliki dua lantai.
Jonghyun dan yeoja itu terus berjalan keatas, membuat Yujin harus mundur beberapa langkah untuk melihatnya lebih jelas. Keduanya tampak menghilang ketika memasuki sebuah rumah kecil yang berada di rooftop gedung itu. Apakah selama ini Jonghyun tinggal disana? Tapi kenapa Jonghyun meninggalkan motornya didepan minimarket jika ingin pulang kerumah? Apa karena gedung ini tidak memiliki tempat parkir?
Imajinasi liar kembali melintas di pikiran Yujin. Begitu banyak kemungkinan yang membuat yeoja ini tidak berhenti mengeluarkan spekulasi. Apalagi Jonghyun tidak sendirian. Bukankah sedikit ‘berbahaya’ jika namja dan yeoja berada di suatu tempat yang sepi malam-malam begini?
Yujin menghela nafas berat kemudian membuka genggaman tangannya dimana ada barang milik Jonghyun yang terselip disana. Sebuah kalung dengan bandul cincin berukiran nama Lee Tae Hoon. Mungkin ini milik seseorang yang penting bagi Jonghyun. Apapun yang terjadi yeoja itu berjanji pada dirinya sendiri untuk mengembalikan kalung ini pada Jonghyun langsung.
Tapi tidak sekarang.
***
                “Tuk...tuk...tuk...” Yujin mengetukkan ujung sepatunya lantai sementara badannya bersandar pada dinding sebelah pintu. Dari lantai teratas gedung ini bisa ia lihat dengan sangat jelas langit bersemu jingga dengan bulatan menyilaukan di ufuk barat.
                Sebuah rumah sangat sangat sederhana di rooftop gedung dengan pelataran kosong tanpa tanaman yang Yujin temukan tadi malam merupakan satu-satunya petunjuk keberadaan Jonghyun. Hana bilang hari ini SHINee tidak ada jadwal manggung, jadi besar kemungkinan Jonghyun akan lebih mudah ditemui dirumahnya. Tapi meski sudah berjam-jam Yujin menunggu tetap saja tak ada tanda-tanda kehidupan disana.
                Yujin tidak habis pikir kenapa Jonghyun bisa tinggal ditempat seperti ini. Bagian luarnya hanya terdapat sebuah tempat duduk kotak (yang lebih mirip seperti meja) dan beberapa tumpukan barang tidak terpakai. Cat temboknya juga sudah terkelupas dan kaca jendela banyak dihiasi dengan plester berwarna coklat karena pecah dibeberapa bagian. Bahkan Yujin tidak menemukan jemuran atau semacamnya yang menandakan rumah ini memang pernah ditempati manusia.
                Saat Yujin sibuk mondar mandir, tiba-tiba terdengar derap langkah dari tangga bawah. Spontan yeoja itu langsung berdiri tegap untuk mengetahui siapa yang kemungkinan akan datang.
                “Oh...” orang yang baru saja tiba berseru lebih dulu. Jari telunjuknya mengarah pada Yujin. “Bukankah kau yang datang ke cafe waktu itu? Apa kau belum jadi bertemu dengan Jonghyun?”
                Jelas sekali ia bukan Jonghyun. Namja ini sedikit lebih tinggi dan wajahnya jauh lebih memancarkan keramahan. Hanya dengan memakai sebuah kemeja yang dilapisi sweater tanpa kancing, ia sudah terlihat ‘berkelas’. Senyumnya seketika mengembang, disusul dengan bungkukan sopan ketika ia mulai berjalan mendekat.
                Yujin pun membalas bungkukan namja yang merupakan leader SHINee ini. Tapi ia masih bingung harus menjawab pertanyaannya atau tidak.
                “Kenapa masih menunggu diluar? Apa Jonghyun sedang tak ada dirumah?” tanya Onew lagi sambil mengecek pintu rumah Jonghyun yang ternyata tidak dikunci. Kepalanya masuk sejenak kemudian keluar sambil sekali lagi tersenyum.
                “Ah... Sekarang kita berdua yang kurang beruntung, ternyata Jonghyun memang tak ada didalam.” Jawabnya sendiri. “Tapi kenapa dia tidak mengunci pintunya huh? Bukankah berbahaya jika ada pencuri yang masuk?”
                Lagi-lagi Yujin tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Ia hanya sanggup menatap Onew dengan canggung.
                “Oiya, aku Onew, teman Jonghyun.” Namja itu menyodorkan tangannya.
                “Yujin.” Balas Yujin singkat. “Kalau begitu, sebaiknya aku pul...”
                “Sepertinya aku tahu sekarang Jonghyun ada dimana.” Potong Onew lebih cepat. “Jika kau mau, aku bisa mengantarkanmu kesana...” Onew tahu benar Jonghyun tidak memiliki teman-yeoja ‘baik-baik’ seperti Yujin. Setahu Onew penggemar SHINee juga tidak ada yang tahu dimana rumah Jonghyun. Lagipula ini sudah kedua kalinya ia mendapati Yujin mencari Jonghyun, jika bukan karena keperluan yang sangat penting tidak mungkin Yujin melakukannya.
                Mendengar tawaran itu, Yujin sempat berfikir untuk tidak menerimanya. Tapi jika kesempatan ini ia sia-siakan mungkin lain kali ia semua kejadian yang dilewatinya harus terulang lagi. Dengan sedikit keraguan akhirnya Yujin mengangguk.
                Berjarak 10 menit dari rumah Jonghyun, sampai juga Yujin di apartemen lain yang Yujin sendiri tidak tahu itu milik siapa. Awalnya Yujin mengira ini milik Onew karena ia bisa dengan mudah membuka pasword untuk masuk kesana. Tapi ternyata... ini lebih buruk! Yujin tak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika Hana tahu sedang ada dimana Yujin sekarang.
                “Oh hyung...! Kau datang?”
                Tepat ketika sapaan itu diucapkan, semua tatapan orang yang ada di apartemen itu terhenti pada Yujin. Bahkan seorang namja berambut sedikit lebat sampai melepaskan jari-jarinya dari stick game padahal sudah jelas-jelas permainan sepak bola sedang berlangsung di layar televisi.
                “Siapa dia hyung?” tanya seorang namja yang satu-satunya tidak bermain game. Namja itu hanya melihat Yujin sepintas kemudian kembali berkutat dengan beberapa lembar kertas diatas meja, ia bertanya tanpa membalas tatapan Yujin sedikitpun.
                “Dia teman Jonghyun...”
                Yujin reflek menoleh ke arah Onew. Teman...Jonghyun?
                 “....tadi aku bertemu dengannya didepan rumah Jonghyun. Kupikir Jonghyun ada disini jadi aku membawanya kemari.”
                “GOOOOLLL!” terdengar teriakan keras dari seorang namja yang duduk di lantai depan sofa. Rambut lembutnya ikut bergoyang saat ia melompat dengan girang.
                “YA Taemin! Itu curang namanya!”
                Mereka berdua kembali berdebat tentang permainan, sedangkan namja yang tadi asik menghitung sesuatu justru kembali tertarik dengan kedatangan Yujin.
                “Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya.” Ucap namja itu datar.
                “Ah iya aku lupa mengenalkan mereka padamu.” Potong Onew tidak mendengarkan. “Yang sedang asik bermain game itu Minho dan Taemin, kemudian yang sibuk belajar itu Key.”
                “Aku tidak sedang belajar Hyung.”
                Onew hanya tersenyum menanggapi jawaban Key. “Apa Jonghyun ada didalam? Dia sedang tidur?”
                “Dia tidak ada disini.” Jawab Minho sambil terus bermain game bersama Taemin.
                “Jinja? Sayang sekali, padahal yeoja ini ingin bertemu dengannya.”
                Wajah Yujin berubah kecewa. “Gwenchana Onew-ssi...” jawab Yujin. “Gomawo kau sudah membawaku kemari. Sekarang sebaiknya aku...”
                “Ah! Aku ingat sekarang!” Pekik Key tiba-tiba. “Kau mahasiswa fakultas ekonomi yang pernah mengantarkan aku dan Minho bertemu Mr Cho kan?”
                Minho spontan menoleh. Yujin skak mat.
                “Jadi kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?”
                “Ah iya benar. Kau Yujin kan?” tebak Minho langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian menghapiri Yujin. “Mian aku terlalu sibuk bermain game sampai-sampai lupa kalau itu kau.”
                Yujin mengangguk sekenanya. Ia sempat berfikir member SHINee tidak akan mengenalinya karena mereka memiliki banyak fans. Tapi melihat respon Key dan Minho, Yujin sadar ternyata ‘orang terkenal’ tak selamanya sombong seperti yang Yujin pikirkan.
                Saat itu juga tiba-tiba wajah Key berubah dari yang sebelumnya dingin menjadi tersenyum lebar.
“Yujin, waktu itu kau kan sudah banyak membantu kami. Aku sangaaat berterimakasih. Tapi...bisakah kau membantuku sekali lagi?”
                “Ne?”
Minho langsung menggoyangkan telapak tangannya tidak setuju. “Ani...Ani... Kemarin Yujin sudah banyak membantu kita, sekarang kau mau meminta bantuannya lagi? Kau tidak boleh merepotkan orang lain seperti itu Key, itu (semua kertas yang berisi catatan)  sudah tugasmu.”
                “Aku tidak bisa menyelesaikannya Minho-ya. Melihat angka-angka ini saja sudah membuatku pusing...” Key mengacak rambutnya frustasi, seakan-akan beberapa potong kertas yang ada dihadapannya mengandung zat adiktif yang mampu melumpuhkan syaraf-syaraf di otaknya dalam sekejap.
Melihat respon Key, Onew justru tertawa. Bahkan Taemin yang awalnya asik bermain game juga ikut tertawa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Tampaknya seisi ruangan sudah mengerti apa yang sebenarnya Key maksud, kecuali Yujin.
                “Memangnya...” suara lirih Yujin langsung menyita perhatian. “...apa yang bisa kubantu?”
***
                “Tut...tit...tut...tit.” sebuah suara tombol terdengar dari pintu depan. Disusul dengan derap langkah yang sempat melirih karena sepertinya orang yang baru saja datang itu telah melepas sepatunya sebelum menginjak ruang tengah.
                Seluruh ‘penghuni’ apartemen yang didatanginya tampak tidak memberikan respon sama sekali, justru terlihat duduk mengitari sebuah meja dengan tatapan yang kompak tertuju pada satu titik.
                “Siapa kau?”
                Akhirnya sebuah suara dari seseorang yang baru saja datang membuyarkan konsentrasi mereka semua. Coretan pena ditangan Yujin terhenti, tatapanya kini tertumpu pada namja yang berdiri tepat dihadapannya. Hanya dengan melihat sorot mata itu saja sudah membuat jantung Yujin berdetak cepat, apalagi mengetahui kalimat pertama yang baru saja  ia ucapkan, membuat tubuh Yujin seketika membeku.
 Tampaknya Jonghyun yang baru saja datang tidak hanya merasa asing dengan keberadaan Yujin, tapi juga sedikit terganggu akan kehadirannya yang tiba-tiba seperti sekarang.
                “Oh hyung! Kau sudah pulang?” sapa Taemin senang. “Sepertinya kita sudah menemukan manager yang tepat untuk band kita Hyung...”
                “Mwo?” tanya Jonghyun tidak percaya. “Manager?”

-To Be Continue-

2 comments:

  1. Haha...kok TBC ?
    Udah tegang juga #plakkk

    Makin penasaran ma ceritanya dan kemisteriusan jong . Seperti apa jong disini membuat eon semakin curious !! Suerr !! Cocok emnk jd playboy haha...I like bad boy :-*

    Cepetan part 5 nya ya saeng,gak sabar nih !! #kebelet

    ReplyDelete
  2. icha......daebak...
    lanjuuttt....

    ReplyDelete