Tittle : Victory [Part 9]
Author : Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance.
Rating : T
Cast : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length : Chaptered
Desclaimer : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Kau sudah datang rupanya?” tanya Shinwoo saat menemukan Hye Mi tengah berlatih di ruang koreo.
“Oh ne~ Oppa.”
Shinwoo langsung menaruh barang-barangnya di sudut ruangan, “Gongchan bilang ia akan terlambat. Lalu dimana Jane?”
“Aku disini.” Yang dicari langsung muncul dari balik pintu. Jane tampak begitu cuek melengang melintasi ruangan.
Shinwoo dan Hye Mi sempat saling berpandangan sampai keduanya kembali melanjutkan aktifitas masing-masing. Shinwoo sibuk menonton beberapa video, sedangkan Hye Mi tampak jeli mendengarkan bit lagu yang terputar melalui headset. Hye Mi berusaha sebanyak-banyaknya mencari gerakan yang mungkin bisa digunakan dalam tim nantinya.
“Annyeonghaseo~ mianhe aku terlambat.” Ucap Gongchan yang baru saja datang.
Hye Mi tersenyum menyambut kedatangan Gongchan. “Gwenchana Channie.”
Setelah semua selesai pemanasan, akhirnya latihan pun dimulai. Awalnya mereka mengulang beberapa gerakan yang telah mereka susun kemarin, barulah kemudian mereka memikirkan beberapa part yang masih kosong.
“Eum… Bagaimana kalo kita melakukan dance berpasangan?” kali ini bukan Hye Mi atau Shinwoo yang mengusulkan, melainkan Gongchan. Wajahnya tampak begitu bersemangat.
“Berpasangan?”
“He’em.” Gongchan mengangguk.
“Kalau begitu… karena badanku lebih kurus, kurasa aku akan lebih cocok jika bersama Gongchan.” Usul Hye Mi sambil membandingkan tubuh mereka. “Kemudian Jane… tidak pa-pa kan kalau bersama Shinwoo Oppa?” Hye Mi melihat ke arah Jane, berharap ada persetujuan dari sana. Tapi Jane tidak menjawab.
“Seperti itu juga tidak pa-pa Hye Mi.” ucap Shinwoo memecah kecanggungan. “Kalau begitu kita coba lagi saja. Kupikir dance berpasangan bisa diletakan dibagian ‘coda’. Bagaimana?”
Semua mengangguk dan mulai mengambil formasi masing-masing. Tapi Hye Mi masih merasa ada sesuatu yang Jane sembunyikan. Sejak kemarin dia diam saja. Bahkan tak ada sedikitpun ekspresi yang mampu Hye Mi baca.
Apa Jane marah? Atau dia tidak suka bergabung dengan kelompok ini?
“Jane, gwenchana?” ucap Hye Mi berusaha sepelan mungkin agar yang lain tidak menyadarinya. Namun Jane masih diam.
“Jane? Apa ada juga yang ingin kau sampaikan?” kali ini Hye Mi berbicara dengan suara standar.
“Ani.” Jawab Jane cepat dengan nada dan ekspresi yang datar. “Lagipula jika aku mengeluarkan pendapat, tidak akan ada yang mau mendengarkannya. Bukankah kalian hanya mau mendengarkan yeoja ini?” Jane menatap Hye Mi tajam.
“Noona?!” Gongchan tampak terkejut. Begitu pula dengan Hye Mi dan Shinwoo. Tentu saja mereka tak pernah berfikir seperti apa yang baru saja Jane katakan.
“Maksudmu apa Jane?” tanya Hye Mi mengerutkan dahinya.
“Kau mengajakku ke kelompok ini agar kau bisa menunjukkan semua yang kau miliki padaku bukan?” Jane kembali menatap tajam ke arah Hye Mi. “Tch! Aku sudah mengiranya sejak awal.” Lanjutnya sarkatis.
“Noona cukup!” bentak Gongchan tiba-tiba. Dia tidak suka Hye Mi disudutkan seperti itu. Padahal Hye Mi sudah berusaha menerima pendapat Jane, tapi Jane justru bersikap sebaliknya. Lagipula Gongchan tahu betul bagaimana awalnya Hye Mi sempat ragu untuk mengajak Jane, karena ia tahu Jane tidak mau satu kelompok dengannya.
“Bisakah kita membicarakan ini baik-baik dan kembali focus latihan?” kali ini Shinwoo yang mulai angkat bicara. Namun Gongchan mengabaikannya.
“Kuperhatikan sejak kemarin kau selalu bersikap jahat pada Hye Mi noona.” Ucapnya to the point. “Waeyo noona?” Gongchan yang sebelumnya childish dan periang, tiba-tiba berubah menjadi serius. Ketara sekali namja itu mulai tak mampu mengendalikan sifat labilnya.
“Cukup channie…” Hye Mi jadi khawatir melihat Gongchan seperti ini. “Jane tidak jahat seperti apa yang kau katakan…”
Shinwoo pun ikut mencoba menenangkan dengan menepuk bahu Gongchan, tapi langsung Gongchan tepis.
“Kenapa kau diam saja noona? Apa kau iri pada Hye Mi noona huh?” Lanjut Gongchan tak peduli. “Katakan!” suara namja itu mulai meninggi. Hye Mi sampai kaget dibuatnya.
Jane mengepalkan tangannya keras-keras sambil melirik Hye Mi tajam. Ingin sekali rasanya benar-benar menampar Hye Mi saat itu juga. Tapi ia tahu, perbuatan bodoh itu pasti akan berakhir sia-sia.
“Apa sekarang kau sudah PUAS?” teriak Jane keras. “Ambil saja semua yang bisa kau ambil dariku Hye Mi!” Wajahnya berubah merah. Terlihat jelas ada amarah yang tertahan disana.
Belum sempat Hye Mi berkata lagi, Jane lebih cepat pergi meninggalkan ruangan itu. Tanpa berfikir panjang Hye Mi langsung mengejar Jane yang mulai berlari dan memasuki lift. Beruntung Hye Mi bisa menyusulnya tepat sebelum pintu lift tertutup. Membuat keduanya terjebak disana.
“Mianhe Jane…. Aku tak bermaksud…”
PLAK! Jane tak langsung menjawab kalimat itu, justru tangannya yang berbicara. Meninggalkan semburat merah disana.
“Apa hanya itu yang bisa kau ucapkan? Apa kau pikir kata maaf bisa merubah segalanya?” teriak Jane keras, namun hanya Hye Mi yang mampu mendengarnya karena di dalam lift itu hanya ada mereka berdua. “Sebelumnya kau hampir merebut mimpiku menjadi trainee. Kau juga berhasil merebut hati para tentor di penilaian bulan kedua. Apa sekarang kau juga ingin merebut kepercayaan temanku satu-satunya? Katakan!”
DEG! Hye Mi terperanjat. Apa maksud dari ucapan Jane itu?
Hye Mi bisa melihat mata Jane berkaca-kaca. Sepertinya kali ini Jane benar-benar meluapkan semua emosi yang sudah lama ia pendam. Membuat dada Hye Mi seketika bergemuruh mendengarnya. Kedua mata Hye Mi membola tak percaya.
“Aku sangat menderita karena kehadiranmu disini!” Lanjut Jane ber api-api. “Kau tahu? Demi menerimamu sebagai trainee, aku hampir terancam gagal sebagai wakil dari Indonesia!!”
Hye Mi menutup mulut dengan kedua tangan saking shocknya. Lututnya terasa lemas. Ia sama sekali tak tahu hal itu pernah terjadi. Dan bahkan tak pernah menduganya. Hye Mi ingat betul saat audisi dulu juri sempat ragu akan bakat yang ia punya, sampai akhirnya ia bisa meyakinkan juri dan pantas menjadi trainee di perusahaan ini. Tapi apa karena itu posisi Jane jadi terancam?
“Jane… Aku…” Hye Mi hampir tak mampu mengeluarkan kata-kata dari bibirnya. Tercekat. Ia tak menyangka kalau dirinya lah yang begitu kejam. Sungguh. Ia tak pernah tahu semua ini bisa terjadi pada Jane. Terasa berlalu begitu saja.
“Jangan pikir didunia ini hanya kau yang merasa gagal!” teriak Jane lagi. “Kau gagal karena kemampuanmu sendiri! Tapi aku gagal karenamu Hye Mi!” nada bicara Jane kembali meninggi. Hati Hye Mi semakin sakit mendengarnya. “Kau bisa berakting didepan semua orang bahwa kau lah yang tertindas. Tapi apa yang mereka pikirkan terhadapku? Mereka semua membenciku!”
Air mata Hye Mi seketika merebak. Bibirnya bergetar menahan tangis. Seperti ada sebuah ujung pisau tajam yang dengan cepat mencabik-cabik perasaannya. Mengoyak semua pemikiran Hye Mi terhadap Jane. Ia baru sadar betapa jahat sosok dirinya saat memaksa Jane menanggung semua penderitaan yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
Tepat saat itu pintu lift terbuka. Cepat-cepat Jane keluar dan melintasi koridor yang kosong dilantai bawah, namun Hye Mi membuat langkahnya berhenti di tengah-tengah.
“Mianhe Jane… Jeongmal…” suara gadis itu terdengar parau. Demi Tuhan, seandainya ada kata lain yang lebih tepat dari kata maaf, sungguh pasti ia akan mengucapkannya. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Aku sudah bosan mendengarnya!” Bentak Jane. “Ambil saja semua yang ingin kau ambil dariku sampai kau PUAS!”
“Tidak Jane! TIDAK!” Hye Mi langsung berlutut sambil memegang kedua kaki Jane. Air matanya benar-benar tumpah tak tertahankan. “Aku akan melakukan apapun jika itu bisa menebus semua kesalahanku. Aku berjanji!!” ucap Hye Mi setengah berteriak.
“Sekarang semuanya sudah terlambat! Jangan pernah menggangguku atau mencampuri urusanku lagi!!” Nafas Jane pun tersengal. Suaranya terdengar serak menahan luapan emosi yang mulai meledak. Kedua tangan Hye Mi yang menjerat kakinya langsung ia lepaskan.
“Beri aku kesempatan Jane… Kumohon…”
Jane tidak menghiraukannya. Ia sudah benar-benar tidak tahan lebih lama lagi berada disana. Akhirnya Jane memilih pergi tanpa suara. Meninggalkan Hye Mi yang hanya mampu terduduk kaku menyadari kesalahan yang bahkan tak pernah ia tahu itu ada.
“Noona!” Gongchan langsung berlari tepat setelah pintu lift yang ia tumpangi terbuka. “Gwenchanayo noona?” tanyanya saat menyadari wajah Hye Mi penuh oleh air mata.
Hye Mi tak menjawab. Ia mencoba membalas tatapan Gongchan sementara air matanya mengalir lagi.
“Apa ini karena Jane noona?” Gongchan semakin panik melihat Hye Mi kembali menangis. “Tolong katakan padaku noona, jebal…”
“Aniyo channie… ini semua salahku…” ucap Hye Mi menyesal. “Ini bukan salah Jane… ini semua salahku…” Rasa sakit kembali meradang dalam dadanya.
Perlahan jemari Gongchan menghapus air mata yang mengalir melewati pipi Hye Mi kemudian tangan namja itu melingkar melewati bahunya. Gongchan memeluknya.
Entah kenapa pelukan Gongchan justru membuat air mata Hye Mi mengalir semakin deras. Andai saja Gongchan tahu apa yang sebenarnya terjadi… Hye Mi sadar, ia lah yang patut dibenci… bukan Jane…
***
Sore itu Hye Mi tampak melamun di tempat favorite nya, diatas atap. Ia menerawang langit-langit memikirkan apa yang terjadi kemarin malam. Sikap Gongchan memang benar-benar diluar dugaan, namun tentu saja Jane yang kini lebih menyita perhatian Hye Mi. Hye Mi tak menyangka, ternyata semua itulah yang menjadi alasan Jane selalu membencinya. Betapa menderitanya Jane karena perbuatan dirinya. Bahkan jauh lebih menderita dari apa yang ia rasakan selama ini.
“Hey, kenapa melamun?”
“Jinyoung?”
Jinyoung hanya tersenyum lalu duduk disamping Hye Mi. “Kau belum menjawab pertanyaanku.”
“Ehm… itu…” Hye Mi tak tahu harus menjawabnya dengan apa. Kejadian kemarin kembali menyeruak dalam otaknya. Sejak tadi malam, Hye Mi tidak bertemu dengan Jane di dorm. Sepertinya Jane pulang larut malam dan berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan saat di kelas vokal Jane tampak diam saja. Ia sama sekali tak mau melihat ke arah Hye Mi.
Hye Mi jadi serba salah.
“Sepertinya kau melamun lagi.”
Mendengar ucapan Jinyoung, Hye Mi langsung tersadar dari lamunannya. “Owh.. mianhe…”
Jinyoung tersenyum, “Ne~ Gwenchana.”
Hye Mi terdiam sesaat. Tanpa ia sadari, sudah lama ia tak menemukan senyum itu semenjak ia dan Jinyoung sama-sama sibuk dengan kelompok masing-masing. Selama itu pula diam-diam Hye Mi benar-benar merindukan saat-saat seperti ini bersama Jinyoung.
“Sebenarnya apa yang kau pikirkan?” lanjut Jinyoung lagi. “Ceritakan saja... Siapa tahu aku bisa membantu.”
Hye Mi tertunduk memeluk kakinya, tertegun. “Eum… ada yang sedang marah padaku Jinyoung-shi. Aku hanya tak tahu apa yang harus aku lakukan.”
“Oh itu… semua orang tahu jawabannya, Hye Mi.” Jinyoung menoleh ke arah Hye Mi. “Tentu saja meminta maaf.”
Hye Mi menghela nafas. “Itu dia masalahnya. Aku takut dia tak mau memaafkanku.” jawabnya pesimis.
“Kau hanya perlu menunjukkan niat baikmu padanya Hye Mi. Bahwa kau benar-benar menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku yakin, sebesar apapun amarahnya padamu, ia pasti akan memaafkanmu nantinya.”
Hye Mi pikir ucapan Jinyoung ada benarnya juga. Meski tadi malam ia sudah meminta maaf, yang penting sekarang ia harus berusaha menujukkan niat baiknya pada Jane.
Akhirnya Hye Mi membalas tatapan Jinyoung sambil tersenyum. “Gomawo. Sepertinya aku memang harus melakukan seperti apa yang kau katakan.”
Jinyoung pun membalas senyum itu. “Cheonmaneyo.” Ucapnya dengan tenang. “Kalau begitu, cepat carilah dia sekarang sebelum semuanya terlambat.”
“Ne!” Hye Mi langsung bangkit dari tempat duduknya. “Aku pergi dulu ya Jinyoung-shi. Gomawo sekali lagi. Annyeong~” ucap Hye Mi kemudian menghilang di balik pintu menuju lantai bawah.
Dalam beberapa detik Jinyoung tampak tertegun sambil memandangi pintu tempat Hye Mi menghilang. Ia tak tahu jelas apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Yang jelas, diam-diam Jinyoung pun tengah merindukan sosok itu.
***
Tepat pukul 12 siang, Hye Mi sudah stanby didalam sebuah café yang terletak diseberang dorm tempat ia tinggal. Ia sengaja menunggu disana, berharap Jane mau memenuhi permintaan yang ia tulis di selembar kertas, kemudian ia tempelkan dipintu loker gadis itu.
‘Jane, kutunggu kau di café sebrang dorm jam 12 siang. Aku akan menunggu disana sampai kau datang. Kau tahu kan setelah makan siang kita ada latihan? Jika kau tidak datang, aku tidak akan mengikuti latihan terakhir kita.’
-Hye Mi-
Hye Mi tak yakin Jane akan memenuhi permintaannya atau tidak. Namun Hye Mi berharap penjelasan singkat dalam surat itu bisa membuat Jane sedikit berfikir akibatnya jika ia tidak datang.
Semuanya harus selesai hari ini juga. Karena jika tidak, maka kelompok mereka tidak akan tampil besok pagi.
Kini sudah jam 1 lebih Hye Mi ada disana. Hye Mi jadi semakin cemas karena jam makan siang akan berakhir kurang dari satu jam lagi. Bukan hanya tidak bisa mengikuti latihan, namun pasti ia juga akan mendapat masalah karena tidak kembali ke gedung trainee saat jam makan siang berakhir.
Tepat pukul 13.47 tiba-tiba sosok yang Hye Mi tunggu-tunggu muncul juga di ambang pintu. Awalnya ia tampak ragu, namun akhirnya gadis itu tetap memutuskan untuk masuk. Jane benar-benar datang!
“Noona!” panggil seseorang yang dengan cepat membuat Jane menoleh ke arahnya.
Gongchan. Jane tak menyangka justru menemukan sosok Gongchan disana.
“Sedang apa kau disini? Apa Hye Mi noona juga memintamu kemari?” tanya Gongchan memastikan.
Rupanya Hye Mi meminta Jane bertemu disini bukan untuk bertemu dengannya. Melainkan dengan Gongchan. Hye Mi pasti ingin kembali menyatukan mereka berdua setelah kejadian kemarin.
Menyadari hal itu, Jane justru terlihat semakin marah. Dengan cepat ia perhatikan setiap pelanggan yang ada di kedai itu. Jane tahu, Hye Mi pasti ada disana.
Dan benar, tak sampai satu menit Jane sudah mampu menemukan Hye Mi tengah duduk disudut ruangan menggunakan sebuah topi dan kacamata. Hye Mi tertangkap basah!
“Perbuatan bodoh apa lagi ini?” labrak Jane tak peduli semua orang mulai menatapnya.
“Oh.. Jane!” Hye Mi terkesiap ternyata Jane berhasil menemukan keberadaannya.
“Sudah kubilang jangan campuri urusanku!!” teriak Jane keras.
“Noona…” Gongchan mendekat. Membuat Jane tak berkutik. Ia lebih memilih keluar dari café itu sebelum emosinya kembali tersulut.
“Tunggu Jane!” Hye Mi berusaha cepat mengejar Jane, namun gadis itu berjalan lebih dulu. Tampaknya gadis itu benar-benar diliputi oleh emosi sampai-sampai ia tidak sadar ada sebuah mobil yang tengah mengarah padanya.
“TIIINNN!”
“Jane awas!!”
Tubuh Jane dan Hye Mi terhuyung ke depan. Nafas Hye Mi tampak terengah karena baru saja sekuat tenaga berlari mendorong tubuh Jane yang hampir saja tertabrak mobil.
“Jane Gwenchana?” tanya Hye Mi khawatir.
Jane tidak menjawab pertanyaan itu, justru melepaskan pelukan Hye Mi dengan kasar. “Jangan kira karena kau menyelamatkanku, ini akan merubah segalanya. Selamanya aku tetap akan membencimu Hye Mi!!” teriaknya lalu mulai melangkah melintasi trotoar pinggir jalan.
“Jane!” Hye Mi mencoba menarik lengan Jane namun Jane justru mendorong tubuh Hye Mi dengan keras.
BRAK!!
Suara itulah terdengar, tepat ketika Jane berbalik badan.
“Noonaa!!” dan bahkan suara Gongchan sekarang terasa begitu menyiksa.
Tiba-tiba Jane mendadak kaku. Tubuhnya membeku di tempat. Jantungnya berdegup kencang sementara semua orang mulai panik berdatangan.
‘Akuu… apa yang baru saja aku lakukan?’ bisik Jane dalam hatinya.
-To Be Continue-
KYAAAA~ *author histeris*
Itu itu… Hye Mi kenapaaa???? *brb telpon Shinwoo* (?)
Adu du du duh… ternyata karena semua itu ya Jane jadi dingin banget kalo lagi sama Hye Mi. Kasihan juga sebenernya. Tapi sekaraaaanggg, malah Hye Mi yang celaka. Kira-kira apa ya yang terjadi sama Hye Mi? terus gimana juga dengan penilaian bulanannya? Padahal kelompok mereka kan tampilnya besok pagi. BESOK PAGI!! Aaaaaaaa~ *histeris lagi*
Hehehe, part ini udah lumayan panjang kan? Soalnya kemaren banyak yang protes, jadi author panjaaaaaanggggiiinnnn ampe rekor 11 halaman (biasanya 9 halaman doang ._.v). Semoga ceritanya nambah seru dan tambah bikin penasaran yaa. hihihi
Oiya, sekedar info. Itu tadi yang adegan gongchan meluk + menghapus aer matanya Hye Mi *ceilah* itu terinspirasi dari fakta Gongchan yang waktu di sekolah pernah meluk + menghapus aer mata cewek yang ia suka. Ihiiiirrrrrr *pecinta gongchan siap2 patah hati neh :p
Terakhir, jangan lupaa komennya yuaaa. Gamsahamnidaaa *bow bareng member B1A4 pake baju hanbok (?)
eonni... buruan update lagi doong aku penasaraan xoxoxoxo
ReplyDeletekeren...keren....
ReplyDeleteditunggu part slanjutnya ya, eonnie
keren...
ReplyDeletekapan kelanjutannya?
penasaran banget ini
XD
:)
keren :)
ReplyDeleteditunggu part 10 nya yaaa :)
hehe
okeeee. gamsahamnidaaa
ReplyDeleted tgu klnjutNY,,, kyennnn
ReplyDeleteokaeee
ReplyDelete