Annyeong haseyo wanabull~
Masih pada sehat kaan setelah semingguan kemaren abis diaduk aduk sama tingkah konyol member wonowon di variety show? hahaha
melanjutkan part sebelumnya tentang kehadiran Ong yang super misterius, kali ini saatnya penjelasan siapakah sosok Ong yang sebenarnya.
Langsung aja deh~
Tittle : Serenity [Part 3]
Author : Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-15
Cast :
Shin Jihyun, Ong Seongwoo,
Kang Daniel, Hwang Minhyun. Choi Yena
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Suara
klakson mobil terdengar sayup dari kejauhan. Malam yang berputar di Seoul
semakin larut dikala aktivitas yang berjalan sebelumnya satu persatu mulai terhenti.
Bergantian dengan sinar-sinar lampu yang terus menerus menyorot, bagai bintang
yang berjatuhan menghiasi setiap sudut kota.
Pemandangan
Seoul yang tampak sunyi terpampang begitu jelas didepan Jihyun yang tengah
berada diatas rooftop apartemennya. Ia baru sadar bahwa disamping tali-tali
yang membentang untuk tempat menjemur pakaian, rooftop ini juga memiliki sebuah
bangku besar berbentuk persegi yang biasa dipakai bagi penghuni untuk bersantai
di waktu senggang.
Jihyun
duduk di tepian bangku itu, kakinya merapat tegang. Disampingnya terlihat
seseorang yang berhasil membuat gadis itu nyaris menangis hanya dengan
melihatnya dari kejauhan. Jihyun tidak menyangka ia bisa bertemu dengan seseorang
dari masa lalunya di tempat ini. Dan bahkan orang itu tinggal satu apartemen
dengan Kang Daniel, tetangga sebelah apartemennya.
Ong
Seongwoo.
Nama namja itu Ong Seongwoo. Sebuah nama dengan
surname yang belum pernah Jihyun temui dimiliki orang lain sebelumnya.
Bagi
Jihyun, Seongwoo bukanlah orang biasa. Dia bukan sekedar ‘seseorang yang Jihyun
kenal di masa lalunya’. Lebih dari itu kenangan yang pernah mereka buat dan
waktu yang telah mereka lewati bersama terlalu berharga untuk dilupakan.
Kala
masih sama-sama tinggal di Jeonju, keluarga Jihyun dan Seongwoo memiliki rumah
yang bersebelahan–sama persis seperti sekarang. Seongwoo memiliki seorang kakak
perempuan yang lahir di tahun yang sama dengan Jihyun. Gadis itu bernama Ong
Seonghee.
Seonghee
dan Jihyun begitu dekat. Bahkan Jihyun sudah menganggap Seongwoo (adik yang
berbeda 1 tahun dengan Seonghee) seperti adik kandungnya sendiri. Namun saat
menginjak 11 tahun, Seonghee diketahui memiliki sebuah penyakit. Ia sempat satu
tahun melawan penyakit itu sampai akhirnya tubuh kecil Seonghee terlalu lemah
untuk bertahan. Dengan iringan kesedihan yang mendalam, kakak kandung Seongwoo
satu-satunya itu harus pergi di umur 12 tahun.
Sayangnya
cobaan yang dilalui keluarga Ong tidak hanya sampai disitu. Bahwa pabrik dimana
tempat para warga bekerja yang tak jauh dari sana tiba-tiba bangkrut. Ayah dan
ibu Ong kehilangan pekerjaannya, sama seperti ibu Jihyun. Untunglah saat itu
ayah Jihyun yang merupakan pegawai pemerintahan masih bisa menjadi tulang
punggung keluarga.
Tapi tidak untuk keluarga Ong.
Jihyun
ingat terakhir kali ia melihat Ong menangis sebelum menaiki sebuah bus menuju Incheon.
Namja kecil itu tidak ingin meninggalkan seseorang yang sudah ia anggap sebagai
pengganti kakak kandungnya. Namun sayangnya kondisi keluarga mereka tidak
memungkinkan lagi untuk tinggal disana. Karena itulah ayah dan ibu Ong memilih
untuk melanjutkan hidup di tempat saudara mereka yang tinggal di Incheon.
Ada
begitu banyak kenangan masa kecil yang terjadi 10 tahun lalu. Dan ketika kini
Jihyun menemukan Seongwoo di tempat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya,
gadis itu sudah tidak sabar untuk meluapkan segala rasa rindunya. Ingin sekali
Jihyun mengetahui apa yang terjadi 10 tahun setelah mereka terakhir kali
bertemu, apa ia masih mengingat kejadian di masa lalu dan mungkin saja mereka bisa menjalin persaudaraan seperti dulu lagi.
“Jadi
bagaimana kabarmu sekarang?” Tanya Jihyun menoleh ke arah Seongwoo yang masih
menatap lurus ke depan.
Kedua
bibir tipis namja itu berujar pelan, “Aku baik-baik saja.” Suaranya jauh
terdengar lebih berat ketimbang disaat Seongwoo masih kecil dulu. Jika
diperhatikan sepintas pun banyak perubahan yang terlihat pada namja itu. Tapi
tiga tahi lalat di pipi kanannya tidak mungkin Jihyun lupakan.
“Apa
kau masih ingat dulu aku pernah jatuh saat memboncengmu dengan sepeda?” kenang
Jihyun. “Waktu itu rem sepedanya blong sampai aku tidak bisa berhenti dan
menabrak tiang listrik tepat didepan rumahmu…”
Ia
tersenyum mengingat kejadian itu. Sedikit penasaran apakah bekas luka di lutut
Seongwoo masih ada sampai sekarang.
“Waktu
duduk di kelas 4 SD kau juga pernah mendatangi kelasku dan meminta uang jajan
Seonghee hanya untuk membeli kelereng. Tapi Seonghee tidak memberinya karena
kau tidak diperbolehkan banyak bermain.” Jihyun tertawa. “Akhirnya aku yang
diam-diam memberimu uang dan kau memberikanku kupon toppokki gratis sebagai
gantinya…”
Rasanya
begitu aneh bisa menceritakan hal yang belum pernah Jihyun ceritakan pada orang
lain sebelumnya. Ini pertamakalinya Jihyun mengingat kejadian di masa lalu karena
sejujurnya kepergian Seonghee pun menjadi salah satu pengalaman menyakitkan
baginya.
“Dan
waktu di malam natal kau juga pernah…”
“Ehm…”
suara itu menghentikan kalimat Jihyun. Ia yang semula melihat ke atas langsung
menoleh pada Seongwoo.
“Kumohon
jangan ungkit tentang masa lalu.”
Deg.
“Itu…”
Seongwoo tidak langsung melanjutkannya. “…sudah lama sekali.”
Semburat
kekecewaan muncul di wajah Jihyun. Ia mencoba menebak perasaan Seongwoo dari
ekspresi namja itu.
Ah… Sepertinya semua memang sudah terlalu lama terjadi
ya, tidak seharusnya Jihyun
mengungkitnya lagi. Iya… sekarang sudah bukan saatnya mengungkit hal di masa
lalu.
Iya
kan?
“Mian.” Jawab yeoja itu pelan. “Seharusnya aku
memang tidak perlu menceritakan kejadian-kejadian itu.” Ia tampak menyesal.
“Aniyo
gwenchana.” Seongwoo menanggapi. “Itu bukan salah nuna…”
Panggilan itu sudah lama sekali tidak Jihyun dengar.
Betapa ia sangat merindukannya.
Jihyun ingat sekali dulu Seongwoo akan memanggilnya
dengan nada yang merengek ketika namja itu ingin meminta sesuatu darinya,
terkadang juga ia akan meminta bantuan pada Jihyun ketika Seonghee melarangnya
melakukan sesuatu. Disaat malam tiba, Seongwoo senang sekali diam-diam masuk ke
dalam kamar Jihyun dari jendela hanya untuk menemani yeoja itu mengerjakan PR.
Setiap kali pulang sekolah, Seongwoo akan dengan senang hati membawakan tas milik
Jihyun meskipun Seonghee selalu marah karena ia tidak pernah membawakan
miliknya.
Nuna!
Nuna! Seongwoo akan
selalu memanggil Jihyun dengan nada yang ceria, senyuman yang tersungging di
bibirnya dan aegyo yang tidak pernah habis ia perlihatkan.
Namun sekarang ketika seseorang yang sudah lama ia
rindukan ini benar-benar ada didepannya, Jihyun hanya bisa menatap orang itu
seakan mereka berdua belum pernah bertemu sebelumnya.
“Kau
pasti sudah lelah…” ucap Jihyun akhirnya. “Istirahatlah. Kita bisa berbicara
lagi lain kali…” yeoja itu menggerakan tangan ke arah Seongwoo. Menepuk bahunya
sekilas.
Setelah
itupun Seongwoo berpamitan. Siluetnya menghilang tepat di ujung tangga menuju
ke bawah, meninggalkan Jihyun yang masih membeku di tempat.
Entah kenapa Jihyun merasakan sebuah ke janggalan mencuat
dalam hatinya. Belum sempat ia meluapkan segala kerinduan yang sudah lama
terjebak disana, kini jihyun sendiri yang harus menguncinya rapat-rapat.
Mungkin.
Mungkin memang waktunya yang belum tepat.
Mungkin.
Mungkin waktu 10 tahun memang bukan waktu yang singkat untuk bisa menjaga semua
memori itu agar tetap utuh seperti semula.
Mungkin…
mungkin memang seperti itu.
Tanpa
sadar cairan bening pun meleleh melewati pipi Jihyun. Tatapannya masih terpaku
pada sudut rooftop yang kini telah kosong.
“Jeongmal
bogoshipda, Seongwoo-ya~”
***
“Oppa!”
Sebuah
suara terdengar dari kejauhan, disusul dengan derap langkah yang cukup keras
dari sepatu wedges yang bergesekan dengan tanah.
Jihyun
yang tengah sibuk bercerita bersama Kang Daniel menoleh bersamaan. Dari sana
muncul seorang yeoja dengan rambut panjang sedikit bergelombang berlari kecil
menuju mereka berdua. Yeoja itu langsung meraih lengan Daniel yang seketika
berdiri saat ia datang.
Sebuah
senyum terkembang di wajah Jihyun. Hanya dengan melihatnya saja ia tahu
hubungan apa yang tengah mereka berdua jalin.
“Nuna…”
Daniel memperkenalkan. “Ini Choi Yena.” Ucapnya sambil tersenyum seperti biasa,
disusul dengan kedua mata sipitnya yang mengilang.
“Oh…
annyeonghaseyo.” Yeoja itu membungkuk kemudian kembali mundur selangkah,
sedikit bersembunyi di belakang tubuh Daniel yang lebar.
Sepintas
Jihyun lihat, gadis ini memiliki tipe yang akan disukai banyak pria. Tubuh yang
mungil, wajah yang cantik, memiliki fashion yang baik dan tentu saja cute!
Jihyun kira Daniel lebih menyukai nuna-nuna seksi, tapi namja itu ternyata memiliki
selera yang jauh dari dugaan Jihyun.
“Mianhe
nuna, aku harus…” ia melirik ke arah Yena.
Jihyun
mengerti, “Hm… gwenchana. Kita bisa mengobrol lagi lain kali.”
“Nuna
akan menunggu hyung disini sendirian?”
Jihyun
tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia tidak menyangka Daniel akan
menkhawatirkannya.
“Tidak
papa. Lagipula aku tidak akan bosan.”
Daniel
hanya menanggapi dengan anggukan kecil. Tak lama kemudian namja itu berpamitan
disusul dengan yeojachingunya, Yena.
Mereka
berdua berjalan menjauh, berdampingan. Dengan tangan Daniel yang memeluk bahu
Yena dari samping, dan Yena yang melingkarkan tangan kecilnya di pinggang namja
itu. Sesekali Daniel akan mengucap kepala yeoja itu dengan gemas, sesekali pula
Yena akan membalasnya dengan mencubit tubuh namja itu dari samping.
Manis
sekali, batin Jihyun.
Dan
kini tinggal Jihyun sendiri. Ia melirik jam tangan warna silver yang melingkar
di pergelangan sebelah kirinya. Pukul 9 malam. Kurang lebih 1 jam lagi Seongwoo
akan pulang dari tempat kerja part timenya.
Gwenchana…
meskipun sendirian tempat ini cukup ramai dengan komunitas-komunitas anak muda
seperti biasanya. Banyak hal yang bisa Jihyun lihat untuk menghabiskan waktu.
Lagipula 1 jam tidak terasa lama bukan jika dibandingkan dengan 10 tahun yang
sudah terlewat?
Dan kira-kira pukul 10 malam
lebih 15 menit, namja yang Jihyun tunggu itupun datang. Jihyun sempat menguap
karena ia sudah mulai ngantuk. Namun saat menyadari namja itu datang ia
langsung bangkit… kemudian tersenyum.
Masih
dengan jaket hitam yang tidak dikancingkan berlapis seragam warna biru merah,
Seongwoo tampak bingung melihat Jihyun tengah menunggunya dari kejauhan.
“Kau
sudah pulang?” tanya Jihyun sembari tersenyum saat mereka sudah berhadapan.
Seongwoo
mengangguk, sedikit membetulkan tas dengan tangan kirinya.
“Jha…”
Jihyun mengulurkan tangannya, membuat kedua alis Seongwoo terangkat tidak
mengerti.
Dengan
tatapan penuh tanda tanya, iapun membalas jabatan tangan itu.
“Annyeonghaseyo…
naneun Shin Jihyun imnida!” dia memperkenalkan diri. “Mulai sekarang kita akan
menjadi tetangga...”
Selama
tiga jam lebih Jihyun sudah mempersiapkan hal yang ingin ia ucapkan saat ini.
Dengan percaya diripun yeoja itu memperkenalkan diri, seolah mereka adalah dua
orang yang baru saja bertemu.
Sebuah
senyum mengembang di wajah Jihyun, ia menatap Seongwoo lurus-lurus sebelum
akhirnya berujar dengan yakin.
“Seongwoo-ya~
Haruskah kita memulai semuanya dari awal lagi?”
-To
Be Continue-
Hahahaha~
maapkeun kalo part ini ngga ada isi yang berarti(?) karena emang fokus nyeritain masa lalu ong-jihyun
dan soal Yena, cewenya daniel wkwk aku bikin FF ini udh dari bulan lalu, jadi ngga tau kalo sebenernya tipe ideal kang Daniel adalah nuna nuna LOL. tau gitu dibikin cinta segitiga sekalian aja ya sama Jihyun hahahaha
engga kog, saya udah insap bikin cinta segitigaan. hampir semua FF isinya cinta segitiga. boseeen!
yaudah deh, tunggu part selanjutnya ya!
Gomawo eonni, makin penasaran ma ffnya....lbh penasaran lg ma gaya pacaran daniel ma yena kyk gmna..^^
ReplyDeletehahahaha
Deletegomawooo
jangan... jangan penasaran xD nanti aku tanyain ke Daniel dulu gaya pacarannya gimana xD