Pages

Friday, 2 June 2017

FF SHINee : Pixie Rain [Part 15]




Tittle                    : Pixie Rain [Part 15]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Hari itu tampak cerah, sinar matahari dengan terang menerobos sela-sela dedaunan pohon yang berjajar dengan rapi di pinggir jalan. Jalanan tidak seramai jam-jam sibuk. Hanya dilewati beberapa angkutan umum dan mobil yang melintas perlahan.
                Yunbi yang masih menggunakan seragam sekolahnya tampak malas menyandarkan kepala di kaca jendela. Namja yang sedang bersamanya membiarkan Yunbi duduk pojok belakang bus, sementara dia duduk di sampingnya.
                Hari itu tepat setelah jam pelajaran kedua, Key menarik Yunbi dari rombongan kelasnya yang tengah menuju ruang seni dan mengajaknya membolos. Membolos, Yunbi pernah melakukannya. Tapi tidak dengan sekolah yang superketat seperti sekarang.
                Sayangnya Yunbi tidak memiliki ‘kekuatan’ untuk menolak ajakan Key karena kesepakatan mereka sebelumnya. Jika Yunbi berani macam-macam, namja itu bisa kapan saja membongkar semua rahasia yang selalu Yunbi sembunyikan.
 Yunbi menebak, setelah ini Key pasti akan selalu ‘menempel’ padanya.
                “Sebenarnya mau kemana kita huh?” Yunbi mengangkat kepalanya yang ia sandarkan sambil menarik headset yang terpasang di telinga Key.
                Key hanya melirik tanpa jawaban. Ia tampak terusik.
                “Aku bilang, kita mau kemana Kibum-ah!” Kali ini Yunbi memanggil Key dengan nama aslinya.
                Namja itu justru tersenyum, “Sudah lama aku tidak mendengarnya.”                            Nama asli. Selama ini hanya neneknya yang memanggil Key dengan nama itu. Setelah beliau meninggal, baru sekarang ada orang lain yang memanggilnya demikian.
                Saat itu juga ponsel Yunbi berdering. Rupanya panggilan dari Taemin.
                “Yeobose…” Tut! Dengan cepat Key meraih ponsel itu kemudian menutupnya. Bahkan ia juga melepas batrai kemudian memasukkanya dalam saku jaketnya.
                “YA! Apa yang kau lakukan?!”
                Tidak ada jawaban. Key hanya menyilangkan tangannya kemudian menutup mata sambil kembali mendengarkan music. Berpura-pura tidak mempedulikan. Yunbi tahu jika Key sudah memasang ‘pertahanan’ seperti itu, ia tidak bisa berbuat banyak.
                Setelah kurang lebih 40 menit menaiki bus akhirnya Key turun di salah satu halte, Yunbi pun mengekor dibelakangnya. Ternyata tempat tujuan Key kali ini adalah APEC Naru Park. Salah satu tempat wisata di kota Busan yang berbatasan langsung dengan laut. Begitu sampai, Key memilih untuk naik ke bagian tebing yang diatasnya terdapat taman kecil yang jauh terlihat lebih indah dan juga sepi.
                Merekapun duduk bersama disebuah bangku kayu. Dari sana terpampang dengan jelas luasnya lautan yang membentang sejauh mata memandang. Entah kenapa suasana seperti ini mengingatkan Yunbi pada saat ia dan Minho pergi beberapa minggu yang lalu. Namun saat itu hujan mengguyur Kota Busan seharian, jadi Yunbi tidak bisa menikmati pemandangan seindah  yang ia lihat sekarang.
                Tanpa sengaja namja itu menoleh ke arah Key yang tampak tidak menikmati pemandangan ini. Ia justru menutup mata sambil mendengarkan music dengan kedua headset yang menancap ditelinga. Tapi anehnya ada senyuman yang terkembang disana. Sebuah senyuman yang tampak begitu tenang, yang belum pernah Yunbi temukan sebelumnya.
                Saat asik melamun, tiba-tiba mata Key terbuka. Cepat-cepat Yunbi mengalihkan pandangan dan melihat ke arah lain sebelum ketahuan.
                “Indah bukan?”
                Yunbi tidak langsung menjawab.
                “Kau bisa ke tempat ini sendirian, kenapa harus susah-susah mengajakku huh.” Ia berlagak kesal.
                “Heol. Sudah kuajak ke tempat seperti ini bukannya berterimakasih malah protes.” Key menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban Yunbi. “Itu karena aku tidak punya teman lain, puas kau?”
                Yunbi terkejut.
                “Aku hanya malas jika aku kesini sendirian orang lain akan melihatku sebagai orang yang aneh.” Lanjutnya dengan suara lirih. “Lagipula tempat wisata memang digunakan untuk rekreasi bukan? Siapa juga yang mau dengan bodoh pergi ke tempat wisata sendirian? Kau pikir ini sungai Han?”
                Sejak kapan Key memikirkan anggapan orang lain? Itu adalah poin yang langsung bisa Yunbi tangkap. Sebelumnya Key adalah namja yang supercuek, yang bahkan ia tidak peduli jika harus berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah yang lain dalam waktu singkat. Key juga tidak pernah peduli jika dengan terang-terangan dia mendengar ada orang lain yang berbicara buruk dibelakangnya. Key selalu ‘hidup’ dalam dunianya sendiri.
                Tapi sekarang bahkan kalimat itu dengan jelas terucap dari bibir Key secara langsung. Apakah ini benar-benar Key yang Yunbi kenal?
                “Jangan melihatku seperti itu.” Jawab Key menyadari apa yang Yunbi pikirkan.
                Yunbi membuang mukanya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
                “Apa kau lapar?”
                Tidak ada jawaban.
                “Tunggu disini sebentar.” Lanjut Key kemudian bangkit dan berjalan dengan cepat menuju keluar untuk mencari makanan.
                Yunbi hanya bisa terdiam. Ia memandang punggung Key yang pergi menjauh dengan heran. Entah kenapa dari belakang Key tampak seperti orang lain. Bukan seorang namja yang cuek dan selalu berbuat seenaknya, tapi seorang namja dengan punggung yang sendu dan tampak kesepian.
***
                Pukul 7 malam, Yunbi yang baru saja memasuki kamar asrama langsung menjatuhkan badannya diatas kasur. Yeoja itu kelelahan karena seharian harus menemani Key mengelilingi kota Busan. Setelah dari Naru Park, mereka sempat makan siang di sebuah restoran seafood sebelum akhirnya mengunjungi beberapa tempat. Key mengaku bahwa saat masih duduk SMP ia pernah tinggal di Busan, oleh karena itu Key ingin mengunjungi semua tempat disana sambil mengingat masa kecilnya.
                Itu cukup menyenangkan memang. Langitpun ikut berbahagia karena sejak pagi tidak turun hujan. Tapi menghabiskan waktu satu hari bersama Key membuat Yunbi menjadi bimbang. Banyak sisi lain dari namja itu yang perlahan-lahan mulai Yunbi ketahui. Yang jelas mulai sekarang Yunbi tidak bisa mengatakan bahwa Key adalah orang yang 100% cuek dengan semua yang terjadi disekitarnya. Justru sebaliknya, namja itu selalu mengamati banyak hal dengan sangat detail. Secara diam-diam.
                Dia bahkan tahu benar kebiasaan Yunbi yang selalu menekan ujung jari disaat sedang gugup. Yunbi juga akan membuat simpul pita pada tali sepatunya, simpul itu pulalah yang Key buat saat ia menyadari bahwa tali sepatu milik Yunbi terlepas. Tanpa dikomandopun Key langsung membukakan tutup botol air mineral milik Yunbi karena sejak dulu Yunbi tidak pernah bisa membukanya sendiri, bahkan ketika ia bertubuh seorang laki-laki.
                Tapi yang paling mengejutkan ialah ketika Key menanyakan tentang kalung yang selalu Yunbi pakai. Ia mengatakan bahwa ia pernah melihat Yunbi menggunakan kalung yang sama persis dengan warna emas, bukan warna perak seperti yang Yunbi pakai sekarang. Ya itu benar, warna kalung itu akan berubah menjadi emas ketika Yunbi menjadi yeoja, dan berwarna perak jika Yunbi menjadi namja. Namun Yunbi tidak yakin kapan Key bisa melihat dengan cukup dekat warna kalung itu terutama ketika ia berwujud sebagai Yunbi yang asli.
                Yunbi menghembuskan nafasnya berat. Saat asik melamun sambil melihat ke langit-langit kamar, tiba-tiba ia teringat dengan handphonenya yang mati sejak tadi. Untung saja Key mengembalikan handphone itu sebelum mereka berdua berpisah di tangga lantai dua.
                Begitu handphone itu menyala banyak sekali notifikasi yang masuk. Yunbi mengerutkan dahi sambil mendekatkan matanya ke arah layar handphone ketika membaca salah satu pesan yang berada di urutan paling atas. Rupanya dari Jongsuk Oppa.
                ‘Bunny-ya! Kenapa telfon dari oppa tidak kau angkat? Sudah sejak siang tadi Oppa mencoba menghubungimu tapi handphonemu selalu tidak aktif…’
                Aigoo…. Yunbi melewatkan telfon dari oppa kesayangannya ini.
                ‘Besok lusa Oppa akan kembali ke Korea. Maaf karena Oppa tidak menceritakan tentang upacara kelulusan yang sudah dilakukan minggu lalu. Oppa sangat ingin mengundangmu ke dalam acara itu, tapi Oppa takut identitasmu yang sekarang akan terbongkar, jadi Oppa hanya didampingi oleh appa.”
                Bahu Yunbi menurun. Ia kecewa.
                ‘Maaf selama ini Oppa jarang menghubungimu karena Oppa ingin focus kuliah sehingga bisa cepat lulus dan kembali ke korea. Semua urusan disini sudah Oppa selesaikan. Syarat terakhir hanyalah data yang harus Oppa ambil langsung dari korea bulan lalu, ketika kita sempat bertemu sebentar. Mulai sekarang Oppa berjanji akan lebih sering menemuimu. Tidak sabar rasanya bertemu lagi.’
                Jongsuk mengakhiri pesan yang cukup panjang itu dengan sticker hati, membuat Yunbi seketika tersenyum.
                Belum juga Yunbi sempat mengetik balasan, tiba-tiba sebuah pesan dari Oppanya kembali masuk.
                ‘Yunbi, apakah kau pernah mendengar tentang siswa di sekolahmu yang bernama Lee Yoora?’
                DEG!
                Butuh tiga detik bagi Yunbi untuk mencerna pertanyaan yang tiba-tiba muncul dari Oppanya itu. Kedua matanya membelalak. Berulang kali ia mengecek bahwa memang benar nama “Lee Yoora” yang muncul disana. Dengan cepat jemari Yunbi membalas pesan itu dengan rentetan pertanyaan yang bergumul di kepalanya.
                Beberapa menit kemudian handphone yang tengah Yunbi genggam pun terjatuh. Tubuh yeoja itu seketika membeku dan pikiran yang semula penuh oleh tanda tanya besar langsung lenyap bergantikan dengan perasaan yang bercampur menjadi satu. Tatapannya kosong. Yunbi bahkan mengabaikan sebuah panggilan keras dari seorang namja yang muncul dari balik pintu.
                “Bi! Bi-yah! Apa kau mendengarku?”
                Namja dengan rambut acak-acakan berwarna coklat itu berteriak sambil menggoyangkan tubuh Yunbi. Berusaha mengembalikan isi pikiran Yunbi yang tengah pergi.
                “Bi! Kang Yunbi!”
                Pandangan kosong itupun bergerak ke arah wajah Taemin yang duduk di depannya. “Oh…”
                “Kemana saja kau? Kenapa kau mematikan handphonemu?” Taemin berujar begitu cepat sambil terengah. “Kupikir kau sudah ketahuan sampai kabur dari sekolah ini! Bahkan kau tidak kelihatan sejak dari kelas seni. Apa kau gila? Mr Kim tadi mengadakan kuis dan ia memberikanmu nilai 0 karena tidak mengikuti kelasnya.”
                Yunbi tidak terlalu mendengarkan ucapan Taemin karena nyawanya belum kembali seutuhnya.
                “Hah…hah…” Taemin lantas menjatuhkan badannya di kasur Minho yang ada di seberang ruangan. Ia tampak begitu kelelahan setelah mencari Yunbi seharian. “Lain kali kau tidak boleh mengulanginya Bi. Kau harus mengatakan terlebih dahulu sebelum pergi seperti tadi. Apalagi Minho Hyung…”
                Eh?
                “…Dia terlihat sangat panik dan mencarimu kesana kemari. Aku sudah mengatakan bahwa…”
                Yunbi cepat bangkit dari tempat tidurnya dan menyambar gagang pintu.
                “Ya! Mau kemana kau Bi? Yaa!!”
                “Tidak perlu mengikutiku!” jawaban itu cukup keras terdengar dari balik pintu. Taemin hanya membuang nafasnya keras-keras sambil kembali merebahkan badannya karena tidak kuat jika harus berurusan dengan Yunbi lagi.
***
                Suasana diluar cukup gelap sampai langit tidak terlihat bahwa tengah mendung. Yunbi dengan seragam yang masih menempel sejak tadi pagi berjalan tergesa menuruni tangga asrama menuju gedung olah raga. Wajahnya tampak cemas saat mengetahui bahwa Minho tengah mencarinya diluar. Bisa dipastikan namja itu tidak akan menyerah sebelum ia memastikan bahwa Yunbi baik-baik saja.
                Dengan cepat Yunbi membuka pintu utama gedung olah raga. Diamatinya sudut gedung yang tampak sepi itu, tak ada orang disana. Yunbi pun menyempatkan diri untuk naik ke ruang operator yang selalu menjadi tempat persembunyiannya, tapi tetap saja sosok Minho tidak ditemukan.
                Saat Yunbi kembali turun dari tribun, ada sebuah suara yang tiba-tiba menyelusup ditelinganya. Asal suara itu dari ruang ganti pria. Tanpa pikir panjang Yunbi langsung berjalan menuju ruang itu, tapi sayangnya suara dering alarm dari jam tangannya lebih dulu berbunyi.
                Astaga, diluar hujan!
                Yunbi menghentikan langkah tepat di tembok samping pintu setelah memastikan alarm dari jam tangannya sudah dimatikan. Sayup-sayup percakapan dua orang dalam ruangan itu mulai terdengar diantara derasnya suara hujan.
                “Sudah kubilang aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu.”
                Tidak salah lagi itu adalah suara Minho.
                Orang kedua tertawa sumbang. “Kali ini kau pasti akan tertarik mendengarnya.” Ia diam sejenak. “Ini tentang Lee Yoora.”
                Deg!
                Yunbi hampir saja menjerit jika ia tidak lebih dulu menahan ujung bibir dengan kedua tangannya.
                 Tidak ada suara. Yunbi tidak yakin ekspresi apa yang Minho perlihatkan ketika ia mendengar nama itu.
                “Aku tahu kau belum melupakannya.” Suara itu terdengar tidak asing. Apakah dia Suho? Meski tidak pernah berbicara secara langsung, ini sudah kedua kalinya Yunbi memergoki mereka berdua berbicara diam-diam di gedung olah raga.
                “Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?!” Minho tampak tidak sabar. “Sudah kubilang aku tidak punya waktu lagi.”
                Suho kembali tertawa. Tampaknya ia sangat suka memancing emosi Minho. “Baiklah jika kau mendesak.” Ujarnya. “Mengenai Lee Yoora… Aku tahu  dimana ia sekarang.”
                “Mwo?”
                “ANDWAE!!”
                Saat itu juga sebuah suara lain muncul dari balik pintu. Tampaknya ia sudah tidak sanggup lagi menahan diri untuk bersembunyi dari sana dan membiarkan percakapan mereka berlanjut. Dia adalah seseorang yang masih menggunakan seragam sekolah laki-laki dengan celana panjang yang sedikit kedodoran dan jas berwarna abu-abu lengkap dengan name tag yang masih terpajang disana. Dia adalah Yunbi. Yunbi dengan rambut berwarna kecoklatan yang menjulur sepanjang bahu dan wajah versi yeoja yang terlihat panik begitu memasuki ruang ganti itu.
                Minho membelalak saat menyadari Yunbi tiba-tiba muncul disana. Ia sempat melihat ke arah Suho yang tampak terkejut dengan kehadiran seseorang-yang-begitu-asing dimatanya.
                “K-kau siapa?”
                Yunbi mematung. Ia tidak sanggup berkata-kata.
                “Dia….” Minho mencoba menjawab sambil berjalan mendekati Yunbi. Tapi belum juga sampai ternyata ada orang yang lebih dulu muncul disamping yeoja itu dan melingkarkan tangan di bahunya.
                “Dia yeojachinguku.” Ucap orang itu cepat.
                Langkah Minho langsung terhenti di tengah-tengah. Pandangannya bertukar tajam dengan seseorang yang tidak asing dimatanya. Pada pertemuan Minho dan Key sebelumnya, namja itu dengan jelas menemukan identitas Yunbi yang merupakan seorang yeoja. Dan sekarang tiba-tiba dia datang dan mengakui kalau Yunbi adalah kekasihnya?
                Minho sempat ingin berucap sebelum suara Key lebih dulu terdengar.
                “Ah… bukankah kau Suho sunbaenim?” Lanjut namja bermata sipit itu. “Saat sedang berjalan kemari, aku bertemu dengan Mr Yoo dan beliau mengatakan bahwa ia mencarimu.”
                Suho tidak menjawab. Ia hanya melihat ke arah Minho, dan Yunbi bergantian. Tatapannya terlihat curiga. Tapi ketika ia menoleh kea rah Key, Key justru tersenyum dan sedikit menggoyangkan kepalanya. Memberikan tanda bahwa Suho harus segera pergi untuk memenuhi “pesan” yang baru saja ia sampaikan.
                Dan ketika bayangan Suho menghilang dari balik pintu, yang tersisa hanyalah Yunbi, Minho dan… Key.
                “Yunbi..” panggil Minho dengan suara berat.
                “Maafkan aku tapi sepertinya Yunbi harus pergi sekarang juga. Aku tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dengan wujud seperti ini.” Jawab Key memindahkan tangannya dari bahu Yunbi ke sela-sela jemari yeoja itu. “Annyeonghigiseyo Sunbaenim…”
                Yunbi yang tampak bingung tidak sanggup berbuat banyak. Ia sangat ingin berbicara pada Minho dan menjelaskan kemana ia pergi sejak tadi, tapi disisi lain ia tak bisa menolak ajakan Key. Bagaimanapun juga, Yunbi masih tetap didalam kendali namja itu.
                Dengan tatapan yang penuh rasa berdosa akhirnya Yunbi pasrah membiarkan Key menggandeng tangannya dan pergi dari sana, meninggalkan Minho yang masih berdiri dengan tanda tanya besar di dalam hatinya.
-To Be Continue-

No comments:

Post a Comment