Tittle : Pixie Rain
[Part 15]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Hari itu tampak cerah, sinar
matahari dengan terang menerobos sela-sela dedaunan pohon yang berjajar dengan
rapi di pinggir jalan. Jalanan tidak seramai jam-jam sibuk. Hanya dilewati
beberapa angkutan umum dan mobil yang melintas perlahan.
Yunbi yang masih menggunakan
seragam sekolahnya tampak malas menyandarkan kepala di kaca jendela. Namja yang
sedang bersamanya membiarkan Yunbi duduk pojok belakang bus, sementara dia
duduk di sampingnya.
Hari itu tepat setelah jam
pelajaran kedua, Key menarik Yunbi dari rombongan kelasnya yang tengah menuju
ruang seni dan mengajaknya membolos. Membolos, Yunbi pernah melakukannya. Tapi
tidak dengan sekolah yang superketat seperti sekarang.
Sayangnya Yunbi tidak memiliki
‘kekuatan’ untuk menolak ajakan Key karena kesepakatan mereka sebelumnya. Jika
Yunbi berani macam-macam, namja itu bisa kapan saja membongkar semua rahasia
yang selalu Yunbi sembunyikan.
Yunbi menebak, setelah ini Key pasti akan
selalu ‘menempel’ padanya.
“Sebenarnya mau kemana kita
huh?” Yunbi mengangkat kepalanya yang ia sandarkan sambil menarik headset yang
terpasang di telinga Key.
Key hanya melirik tanpa jawaban.
Ia tampak terusik.
“Aku bilang, kita mau kemana
Kibum-ah!” Kali ini Yunbi memanggil Key dengan nama aslinya.
Namja itu justru tersenyum,
“Sudah lama aku tidak mendengarnya.” Nama
asli. Selama ini hanya neneknya yang memanggil Key dengan nama itu. Setelah
beliau meninggal, baru sekarang ada orang lain yang memanggilnya demikian.
Saat itu juga ponsel Yunbi
berdering. Rupanya panggilan dari Taemin.
“Yeobose…” Tut! Dengan cepat Key
meraih ponsel itu kemudian menutupnya. Bahkan ia juga melepas batrai kemudian
memasukkanya dalam saku jaketnya.
“YA! Apa yang kau lakukan?!”
Tidak ada jawaban. Key hanya
menyilangkan tangannya kemudian menutup mata sambil kembali mendengarkan music.
Berpura-pura tidak mempedulikan. Yunbi tahu jika Key sudah memasang
‘pertahanan’ seperti itu, ia tidak bisa berbuat banyak.
Setelah kurang lebih 40 menit menaiki
bus akhirnya Key turun di salah satu halte, Yunbi pun mengekor dibelakangnya.
Ternyata tempat tujuan Key kali ini adalah APEC Naru Park. Salah satu tempat
wisata di kota Busan yang berbatasan langsung dengan laut. Begitu sampai, Key
memilih untuk naik ke bagian tebing yang diatasnya terdapat taman kecil yang jauh
terlihat lebih indah dan juga sepi.
Merekapun duduk bersama disebuah
bangku kayu. Dari sana terpampang dengan jelas luasnya lautan yang membentang
sejauh mata memandang. Entah kenapa suasana seperti ini mengingatkan Yunbi pada
saat ia dan Minho pergi beberapa minggu yang lalu. Namun saat itu hujan mengguyur
Kota Busan seharian, jadi Yunbi tidak bisa menikmati pemandangan seindah yang ia lihat sekarang.
Tanpa sengaja namja itu menoleh
ke arah Key yang tampak tidak menikmati pemandangan ini. Ia justru menutup mata
sambil mendengarkan music dengan kedua headset yang menancap ditelinga. Tapi
anehnya ada senyuman yang terkembang disana. Sebuah senyuman yang tampak begitu
tenang, yang belum pernah Yunbi temukan sebelumnya.
Saat asik melamun, tiba-tiba
mata Key terbuka. Cepat-cepat Yunbi mengalihkan pandangan dan melihat ke arah
lain sebelum ketahuan.
“Indah bukan?”
Yunbi tidak langsung menjawab.
“Kau bisa ke tempat ini
sendirian, kenapa harus susah-susah mengajakku huh.” Ia berlagak kesal.
“Heol. Sudah kuajak ke tempat
seperti ini bukannya berterimakasih malah protes.” Key menggeleng-gelengkan
kepala mendengar jawaban Yunbi. “Itu karena aku tidak punya teman lain, puas
kau?”
Yunbi terkejut.
“Aku hanya malas jika aku kesini
sendirian orang lain akan melihatku sebagai orang yang aneh.” Lanjutnya dengan
suara lirih. “Lagipula tempat wisata memang digunakan untuk rekreasi bukan?
Siapa juga yang mau dengan bodoh pergi ke tempat wisata sendirian? Kau pikir
ini sungai Han?”
Sejak kapan Key memikirkan
anggapan orang lain? Itu adalah poin yang langsung bisa Yunbi tangkap.
Sebelumnya Key adalah namja yang supercuek, yang bahkan ia tidak peduli jika
harus berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah yang lain dalam waktu
singkat. Key juga tidak pernah peduli jika dengan terang-terangan dia mendengar
ada orang lain yang berbicara buruk dibelakangnya. Key selalu ‘hidup’ dalam
dunianya sendiri.
Tapi sekarang bahkan kalimat itu
dengan jelas terucap dari bibir Key secara langsung. Apakah ini benar-benar Key
yang Yunbi kenal?
“Jangan melihatku seperti itu.”
Jawab Key menyadari apa yang Yunbi pikirkan.
Yunbi membuang mukanya seolah-olah
tidak ada yang terjadi.
“Apa kau lapar?”
Tidak ada jawaban.
“Tunggu disini sebentar.” Lanjut
Key kemudian bangkit dan berjalan dengan cepat menuju keluar untuk mencari
makanan.
Yunbi hanya bisa terdiam. Ia
memandang punggung Key yang pergi menjauh dengan heran. Entah kenapa dari
belakang Key tampak seperti orang lain. Bukan seorang namja yang cuek dan
selalu berbuat seenaknya, tapi seorang namja dengan punggung yang sendu dan
tampak kesepian.
***
Pukul 7 malam, Yunbi yang baru
saja memasuki kamar asrama langsung menjatuhkan badannya diatas kasur. Yeoja
itu kelelahan karena seharian harus menemani Key mengelilingi kota Busan.
Setelah dari Naru Park, mereka sempat makan siang di sebuah restoran seafood
sebelum akhirnya mengunjungi beberapa tempat. Key mengaku bahwa saat masih duduk
SMP ia pernah tinggal di Busan, oleh karena itu Key ingin mengunjungi semua
tempat disana sambil mengingat masa kecilnya.
Itu cukup menyenangkan memang.
Langitpun ikut berbahagia karena sejak pagi tidak turun hujan. Tapi
menghabiskan waktu satu hari bersama Key membuat Yunbi menjadi bimbang. Banyak
sisi lain dari namja itu yang perlahan-lahan mulai Yunbi ketahui. Yang jelas
mulai sekarang Yunbi tidak bisa mengatakan bahwa Key adalah orang yang 100%
cuek dengan semua yang terjadi disekitarnya. Justru sebaliknya, namja itu
selalu mengamati banyak hal dengan sangat detail. Secara diam-diam.
Dia bahkan tahu benar kebiasaan
Yunbi yang selalu menekan ujung jari disaat sedang gugup. Yunbi juga akan
membuat simpul pita pada tali sepatunya, simpul itu pulalah yang Key buat saat
ia menyadari bahwa tali sepatu milik Yunbi terlepas. Tanpa dikomandopun Key
langsung membukakan tutup botol air mineral milik Yunbi karena sejak dulu Yunbi
tidak pernah bisa membukanya sendiri, bahkan ketika ia bertubuh seorang
laki-laki.
Tapi yang paling mengejutkan
ialah ketika Key menanyakan tentang kalung yang selalu Yunbi pakai. Ia
mengatakan bahwa ia pernah melihat Yunbi menggunakan kalung yang sama persis
dengan warna emas, bukan warna perak seperti yang Yunbi pakai sekarang. Ya itu
benar, warna kalung itu akan berubah menjadi emas ketika Yunbi menjadi yeoja,
dan berwarna perak jika Yunbi menjadi namja. Namun Yunbi tidak yakin kapan Key
bisa melihat dengan cukup dekat warna kalung itu terutama ketika ia berwujud
sebagai Yunbi yang asli.
Yunbi menghembuskan nafasnya
berat. Saat asik melamun sambil melihat ke langit-langit kamar, tiba-tiba ia
teringat dengan handphonenya yang mati sejak tadi. Untung saja Key
mengembalikan handphone itu sebelum mereka berdua berpisah di tangga lantai
dua.
Begitu handphone itu menyala
banyak sekali notifikasi yang masuk. Yunbi mengerutkan dahi sambil mendekatkan
matanya ke arah layar handphone ketika membaca salah satu pesan yang berada di
urutan paling atas. Rupanya dari Jongsuk Oppa.
‘Bunny-ya! Kenapa telfon dari
oppa tidak kau angkat? Sudah sejak siang tadi Oppa mencoba menghubungimu tapi
handphonemu selalu tidak aktif…’
Aigoo…. Yunbi melewatkan telfon
dari oppa kesayangannya ini.
‘Besok lusa Oppa akan kembali ke
Korea. Maaf karena Oppa tidak menceritakan tentang upacara kelulusan yang sudah
dilakukan minggu lalu. Oppa sangat ingin mengundangmu ke dalam acara itu, tapi
Oppa takut identitasmu yang sekarang akan terbongkar, jadi Oppa hanya didampingi
oleh appa.”
Bahu Yunbi menurun. Ia kecewa.
‘Maaf selama ini Oppa jarang
menghubungimu karena Oppa ingin focus kuliah sehingga bisa cepat lulus dan
kembali ke korea. Semua urusan disini sudah Oppa selesaikan. Syarat terakhir
hanyalah data yang harus Oppa ambil langsung dari korea bulan lalu, ketika kita
sempat bertemu sebentar. Mulai sekarang Oppa berjanji akan lebih sering
menemuimu. Tidak sabar rasanya bertemu lagi.’
Jongsuk mengakhiri pesan yang
cukup panjang itu dengan sticker hati, membuat Yunbi seketika tersenyum.
Belum juga Yunbi sempat mengetik
balasan, tiba-tiba sebuah pesan dari Oppanya kembali masuk.
‘Yunbi, apakah kau pernah
mendengar tentang siswa di sekolahmu yang bernama Lee Yoora?’
DEG!
Butuh tiga detik bagi Yunbi
untuk mencerna pertanyaan yang tiba-tiba muncul dari Oppanya itu. Kedua matanya
membelalak. Berulang kali ia mengecek bahwa memang benar nama “Lee Yoora” yang
muncul disana. Dengan cepat jemari Yunbi membalas pesan itu dengan rentetan
pertanyaan yang bergumul di kepalanya.
Beberapa menit kemudian
handphone yang tengah Yunbi genggam pun terjatuh. Tubuh yeoja itu seketika
membeku dan pikiran yang semula penuh oleh tanda tanya besar langsung lenyap
bergantikan dengan perasaan yang bercampur menjadi satu. Tatapannya kosong.
Yunbi bahkan mengabaikan sebuah panggilan keras dari seorang namja yang muncul
dari balik pintu.
“Bi! Bi-yah! Apa kau
mendengarku?”
Namja dengan rambut acak-acakan
berwarna coklat itu berteriak sambil menggoyangkan tubuh Yunbi. Berusaha
mengembalikan isi pikiran Yunbi yang tengah pergi.
“Bi! Kang Yunbi!”
Pandangan kosong itupun bergerak
ke arah wajah Taemin yang duduk di depannya. “Oh…”
“Kemana saja kau? Kenapa kau
mematikan handphonemu?” Taemin berujar begitu cepat sambil terengah. “Kupikir
kau sudah ketahuan sampai kabur dari sekolah ini! Bahkan kau tidak kelihatan
sejak dari kelas seni. Apa kau gila? Mr Kim tadi mengadakan kuis dan ia
memberikanmu nilai 0 karena tidak mengikuti kelasnya.”
Yunbi tidak terlalu mendengarkan
ucapan Taemin karena nyawanya belum kembali seutuhnya.
“Hah…hah…” Taemin lantas
menjatuhkan badannya di kasur Minho yang ada di seberang ruangan. Ia tampak
begitu kelelahan setelah mencari Yunbi seharian. “Lain kali kau tidak boleh
mengulanginya Bi. Kau harus mengatakan terlebih dahulu sebelum pergi seperti
tadi. Apalagi Minho Hyung…”
Eh?
“…Dia terlihat sangat panik dan
mencarimu kesana kemari. Aku sudah mengatakan bahwa…”
Yunbi cepat bangkit dari tempat
tidurnya dan menyambar gagang pintu.
“Ya! Mau kemana kau Bi? Yaa!!”
“Tidak perlu mengikutiku!”
jawaban itu cukup keras terdengar dari balik pintu. Taemin hanya membuang
nafasnya keras-keras sambil kembali merebahkan badannya karena tidak kuat jika
harus berurusan dengan Yunbi lagi.
***
Suasana diluar cukup gelap
sampai langit tidak terlihat bahwa tengah mendung. Yunbi dengan seragam yang
masih menempel sejak tadi pagi berjalan tergesa menuruni tangga asrama menuju
gedung olah raga. Wajahnya tampak cemas saat mengetahui bahwa Minho tengah
mencarinya diluar. Bisa dipastikan namja itu tidak akan menyerah sebelum ia
memastikan bahwa Yunbi baik-baik saja.
Dengan cepat Yunbi membuka pintu
utama gedung olah raga. Diamatinya sudut gedung yang tampak sepi itu, tak ada
orang disana. Yunbi pun menyempatkan diri untuk naik ke ruang operator yang
selalu menjadi tempat persembunyiannya, tapi tetap saja sosok Minho tidak
ditemukan.
Saat Yunbi kembali turun dari
tribun, ada sebuah suara yang tiba-tiba menyelusup ditelinganya. Asal suara itu
dari ruang ganti pria. Tanpa pikir panjang Yunbi langsung berjalan menuju ruang
itu, tapi sayangnya suara dering alarm dari jam tangannya lebih dulu berbunyi.
Astaga, diluar hujan!
Yunbi menghentikan langkah tepat
di tembok samping pintu setelah memastikan alarm dari jam tangannya sudah
dimatikan. Sayup-sayup percakapan dua orang dalam ruangan itu mulai terdengar
diantara derasnya suara hujan.
“Sudah kubilang aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu.”
Tidak salah lagi itu adalah
suara Minho.
Orang kedua tertawa sumbang. “Kali ini kau pasti akan tertarik
mendengarnya.” Ia diam sejenak. “Ini
tentang Lee Yoora.”
Deg!
Yunbi hampir saja menjerit jika
ia tidak lebih dulu menahan ujung bibir dengan kedua tangannya.
Tidak ada suara. Yunbi tidak yakin ekspresi
apa yang Minho perlihatkan ketika ia mendengar nama itu.
“Aku tahu kau belum melupakannya.” Suara itu terdengar tidak asing.
Apakah dia Suho? Meski tidak pernah berbicara secara langsung, ini sudah kedua
kalinya Yunbi memergoki mereka berdua berbicara diam-diam di gedung olah raga.
“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?!” Minho tampak tidak sabar.
“Sudah kubilang aku tidak punya waktu
lagi.”
Suho kembali tertawa. Tampaknya
ia sangat suka memancing emosi Minho. “Baiklah
jika kau mendesak.” Ujarnya. “Mengenai
Lee Yoora… Aku tahu dimana ia sekarang.”
“Mwo?”
“ANDWAE!!”
Saat itu juga sebuah suara lain
muncul dari balik pintu. Tampaknya ia sudah tidak sanggup lagi menahan diri
untuk bersembunyi dari sana dan membiarkan percakapan mereka berlanjut. Dia
adalah seseorang yang masih menggunakan seragam sekolah laki-laki dengan celana
panjang yang sedikit kedodoran dan jas berwarna abu-abu lengkap dengan name tag
yang masih terpajang disana. Dia adalah Yunbi. Yunbi dengan rambut berwarna
kecoklatan yang menjulur sepanjang bahu dan wajah versi yeoja yang terlihat panik
begitu memasuki ruang ganti itu.
Minho membelalak saat menyadari
Yunbi tiba-tiba muncul disana. Ia sempat melihat ke arah Suho yang tampak
terkejut dengan kehadiran seseorang-yang-begitu-asing dimatanya.
“K-kau siapa?”
Yunbi mematung. Ia tidak sanggup
berkata-kata.
“Dia….” Minho mencoba menjawab
sambil berjalan mendekati Yunbi. Tapi belum juga sampai ternyata ada orang yang
lebih dulu muncul disamping yeoja itu dan melingkarkan tangan di bahunya.
“Dia yeojachinguku.” Ucap orang
itu cepat.
Langkah Minho langsung terhenti
di tengah-tengah. Pandangannya bertukar tajam dengan seseorang yang tidak asing
dimatanya. Pada pertemuan Minho dan Key sebelumnya, namja itu dengan jelas
menemukan identitas Yunbi yang merupakan seorang yeoja. Dan sekarang tiba-tiba
dia datang dan mengakui kalau Yunbi adalah kekasihnya?
Minho sempat ingin berucap
sebelum suara Key lebih dulu terdengar.
“Ah… bukankah kau Suho
sunbaenim?” Lanjut namja bermata sipit itu. “Saat sedang berjalan kemari, aku
bertemu dengan Mr Yoo dan beliau mengatakan bahwa ia mencarimu.”
Suho tidak menjawab. Ia hanya
melihat ke arah Minho, dan Yunbi bergantian. Tatapannya terlihat curiga. Tapi
ketika ia menoleh kea rah Key, Key justru tersenyum dan sedikit menggoyangkan kepalanya.
Memberikan tanda bahwa Suho harus segera pergi untuk memenuhi “pesan” yang baru
saja ia sampaikan.
Dan ketika bayangan Suho
menghilang dari balik pintu, yang tersisa hanyalah Yunbi, Minho dan… Key.
“Yunbi..” panggil Minho dengan
suara berat.
“Maafkan aku tapi sepertinya
Yunbi harus pergi sekarang juga. Aku tidak ingin ada orang lain yang melihatnya
dengan wujud seperti ini.” Jawab Key memindahkan tangannya dari bahu Yunbi ke
sela-sela jemari yeoja itu. “Annyeonghigiseyo Sunbaenim…”
Yunbi yang tampak bingung tidak
sanggup berbuat banyak. Ia sangat ingin berbicara pada Minho dan menjelaskan
kemana ia pergi sejak tadi, tapi disisi lain ia tak bisa menolak ajakan Key.
Bagaimanapun juga, Yunbi masih tetap didalam kendali namja itu.
Dengan tatapan yang penuh rasa
berdosa akhirnya Yunbi pasrah membiarkan Key menggandeng tangannya dan pergi
dari sana, meninggalkan Minho yang masih berdiri dengan tanda tanya besar di
dalam hatinya.
-To Be Continue-
No comments:
Post a Comment