Tittle : Pixie Rain
[Part 12]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Semua
berawal dari tahun ajaran baru. Saat itu Yunbi mulai hidup sesuka hatinya,
tidak ada yang sanggup melarang Yunbi berbuat sesuatu. Ia sangat senang
menuruti kemauan semua teman-temannya, mulai dari mentraktir makanan sampai
membelikan mereka barang-barang. Yunbi akan melakukan segalanya demi mereka
semua. Meski Yunbi tahu bahwa tidak ada yang benar-benar tulus ingin menjadi
temannya.
Sampai ada sebuah taruhan yang
mempertemukannya dengan Kibum atau lebih popular dipanggil Key. Di SMA Cheonsa
(SMA Yunbi sebelumnya), Key dikenal sebagai siswa yang dingin, misterius tapi
memiliki wajah yang tampan.
Meski demikian, sebenarnya Key
sangat sulit untuk diatur. Dia bukan tipikal siswa seperti Woohyun yang suka
membuat geng untuk menindas orang lain. Key selalu sendirian. Ia bisa saja
menghajar orang lain yang membuat dirinya terusik. Atau membolos seharian tanpa
alasan yang jelas. Hidupnya sangat bebas. Tak ada yang sanggup
mengendalikannya, selain dirinya sendiri.
Dan waktu itu Yunbi sedikit
tersudut. Teman-temannya meragukan kepopuleran Yunbi karena dia belum pernah
memiliki pacar. Ya… Yunbi memang sangat mahir di banyak bidang, tapi untuk yang
satu itu ia sangat buruk. Yunbi bahkan tidak tahu bagaimana cara menyukai lawan
jenis, karena selama ini cinta pertamanya hanyalah Oppanya seorang.
Semua teman Yunbi mendesak agar
Yunbi mendekati Key. Mereka berjanji akan setia bersama Yunbi jika Yunbi
berhasil mendapatkan namja itu.
Dunia Yunbi yang begitu sempit
membuat ia tidak memiliki pilihan lain. Dengan mudah yeoja itu menyetujui saran
teman-temannya. Tapi sayang, mendapatkan Key tidak semudah janji yang ia
ucapkan.
Key sangat tidak mempedulikan
hal disekitarnya. Namja itu tidak punya kepekaan sama sekali. Bahkan disaat
Yunbi terang-terangan menyatakan cinta kepadanya, Key masih bersikap cuek
seakan tidak pernah mendengar pernyataan dari Yunbi.
Yunbi yang tidak ingin membuat
teman-temannya kecewa melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian namja
itu. Dan tanpa sadar ia sudah terlalu jauh masuk ke dalamnya. Awalnya Yunbi
hanya mengikuti kemana Key pergi, tapi lama-lama ia familiar dengan lingkungan
sekitar namja itu yang keras.
Sampai suatu ketika, Yunbi
sempat digoda oleh beberapa ahjussi saat ia masuk ke sebuah Bar untuk mengikuti
Key. Yunbi hampir saja jadi bahan keributan disana jika Key tidak lebih dulu
menolongnya. Namja itu lantas membawa Yunbi keluar sebelum mereka sadar bahwa
Yunbi adalah yeoja di bawah umur.
“Cepatlah pulang sebelum mereka menemukanmu.” Perintah Key sambil
melangkahkan kakinya ingin kembali masuk.
“Tidak
mau!” Yunbi menarik lengan Key.
Key
hanya membalas dengan tatapan kesal. “Aku tidak akan menolongmu lagi jika hal
seperti ini kembali terjadi.”
“Kumohon
jadilah pacarku!”
Ini
sudah yang kesekian kalinya kalimat itu ia dengar dari bibir Yunbi. Lama-lama
Key bosan mendengarnya.
“Aku
akan menuruti apa maumu!”
Saat
itulah langkah Key berhenti. “Apa kau yakin?”
Yunbi awalnya sempat ragu, tapi kemudian ia mengangguk.
Key
menyeringai. Dengan gerakan yang cepat, ia langsung meraih tengkuk Yunbi dan
mendaratkan bibirnya di bibir yeoja itu sekilas.
“Selamat!
Kau jadi pacarku mulai sekarang.”
Yunbi selalu merinding jika
mengingat kejadian itu. Ia menyesalinya. Mungkin saat itu kehidupan Yunbi sudah
tidak menarik baginya sampai ia berbuat hal-hal nekat seperti sering pergi ke
bar dan meminum-minuman keras. Bahkan terakhir kali ia sempat ditangkap polisi
dan membuat appanya marah besar. Oleh karena itulah Yunbi berakhir di tempat
ini. Bisa dibilang semua berawal dari namja bernama Key itu.
Tapi sekarang Yunbi terlalu
sibuk memikirkan bagaimana cara menyembunyikan identitas aslinya sampai ia
melupakan semua kejadian itu. Aneh, tapi Yunbi merasa ia mendapatkan hidup yang
baru semenjak ia berada di sini.
“Apa kau mau jus?” pertanyaan
Taemin membuyarkan lamunan Yunbi. Yunbi yang semula hanya mengaduk-aduk makan
siangnya di kantin, mulai satu persatu memasukkan sesendok nasi ke dalam
mulutnya.
“Kau sedang memikirkan apa Bi?
Kenapa wajahmu serius sekali?” Tanya Taemin penasaran. “Apakah pagi ini Minho
Hyung mengganggumu?”
Yunbi tidak menjawab. Ia masih
sibuk berfikir kenapa manusia seperti Key bisa mendarat di sekolah ini. Bahkan
ia juga masuk ke dalam asrama pria, menggantikan posisi Woohyun di kamar 215.
“Ah! Bukankah kau murid baru di
kelasku?”
Yunbi langsung tersedak saat
menyadari Key menarik bangku di sampingnya.
“Oiya perkenalkan, aku Taemin!”
Taemin terus nyerocos tanpa memperdulikan Yunbi yang sibuk menyembunyikan
wajahnya. “Dan ini Yu…”
“Bi!” sahut Yunbi cepat. “Aku
Bi. Kalau begitu ayo Taemin kita masuk ke dalam kelas, sebentar lagi bel
berbunyi.” Buru-buru Yunbi membawa nampannya dan mengembalikan bangku ke bawah
meja.
“Tapi masih ada waktu 20 menit
lagi, Bi!”
Yunbi melotot tajam. ‘Apa kau
gila? Cepat pergi kataku!’
Taemin mendadak horror melihat
tatapan Yunbi. Ia langsung berpamitan dan mengekor di belakang namja itu.
“Hari ini tingkahmu aneh sekali,
Bi.”
***
Hujan turun lagi. Beruntung kali
ini tepat sepuluh menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Yunbi yang tengah
menunggu hujan tampak melamun di ruang operator gedung olah raga. Ia meletakkan
kepala diatas tangannya yang tersangga pinggiran jendela. Yeoja itu masih saja
memikirkan hal yang sama, yaitu Key. Ia bingung bagaimana cara menghindari
namja itu. Apalagi sekarang mereka satu sekolah, satu kelas, bahkan satu
asrama. Jika tanpa sengaja Yunbi bertemu dengannya didalam wujud asli Yunbi,
pasti semua akan berubah kacau.
“Uh…” Yunbi mengacak rambut
panjangnya secara asal. Saat itulah ada sebuah tangan yang menghentikan
gerakannya.
“Oh… Oppa!”
“Lagi-lagi melamun.” Ucap Minho
menggeser kursi di samping Yunbi. “Jika orang lain yang menemukanmu, bagaimana
huh?”
Yunbi hanya tersenyum tipis.
“Apa kau tidak bosan bersembunyi
disini terus?”
Yunbi menoleh. “Bukankah Oppa
yang memberitahuku tempat ini?”
Gantian Minho yang tersenyum.
“Baiklah. Tapi sekali-sekali kau bisa pergi keluar.”
“Mau kemana hujan-hujan begini?”
Lantas Minho meraih tangan Yunbi
dan mengajaknya pergi. “Ikutlah denganku.”
“Eh… Oppa… Tapi…”
Tidak peduli hujan deras mengguyur,
Minho tetap menggandeng tangan Yunbi keluar dari sana. Berjalan menyusuri taman
sekolah, melewati gerbang utama, kemudian mencegat salah satu taksi dan
menaikinya.
Seperti biasa tidak ada tombol
‘pause’ bagi warga Busan dalam keadaan apapun. Meskipun sore ini mendung begitu
pekat diiringi dengan hujan yang terus menerus turun, aktifitas tetap saja
berjalan. Tak sedikit orang-orang yang bersembunyi dibawah payung berjalan
beriringan di pinggiran trotoar. Ada beberapa pula yang memilih untuk berteduh
dihalte sambil menunggu bus datang. Yunbi terpaku melihat pemandangan ini. Ia
hanya bisa menyangga kepalanya sambil menengok ke luar kaca jendela.
“Pilihlah salah satu.” Ucap
Minho menunjuk ke rak baju, ketika mereka tiba-tiba berhenti di salah satu toko
pakaian.
“Tap…tapi…” bibir Yunbi
mendekati telinga Minho sambil berbisik. “Aku harus memilih pakaian namja atau
yeoja?”
Tawa Minho meledak. “Terserah
kau sajalah.” Ia pura-pura tidak mendengar pertanyaan Yunbi dan berjalan ke rak
lain untuk mencari pengganti bajunya yang basah.
Setelah menimbang beberapa kali,
akhirnya Yunbi memilih celana jeans robek-robek yang cukup longgar, lengkap dengan
T-shirt putih dan coat berwarna cokelat. Ia menambahkan penampilannya dengan
sebuah topi bulat berwarna hitam. Dengan begitu baik disaat dia yeoja maupun
namja, baju ini akan cocok dia pakai.
“Ternyata seleramu tidak buruk.”
Yunbi menaikkan sebelah
bibirnya. Minho tidak tahu jika Yunbi pernah kursus fashion 2 tahun lalu.
“Dan sekarang kita mau kemana?”
Minho masih cuek menunggu di
pinggir jalan sambil membawa payung yang baru saja ia beli tanpa menggubris
pertanyaan Yunbi.
“Bagaimana jika tiba-tiba hujan
berhenti disaat kita tengah berada diantara orang banyak?” Yunbi bertanya lagi.
Ia takut Minho membawanya ke tempat umum, dan ia akan berubah kembali disana.
“Tidak. Kau jangan khawatir.”
Jawab Minho akhirnya. “Lihat. Mendung gelap hari ini merata di langit. Dan juga
sudah 3 hari tidak turun hujan. Pasti kali ini akan lebih lama dari biasanya.
Percayalah padaku.”
Yunbi hanya bisa membalas
tatapan Minho dengan ragu. Ia tidak bisa berbuat banyak selain menuruti apa
kata namja itu.
Akhirnya taksi yang mereka
tumpangi berhenti di tempat kedua. Dari sini Yunbi bisa sangat jelas melihat
lautan yang membentang di pantai selatan Korea. Tapi sayangnya bukan itu tempat
tujuan yang Minho maksud.
Melainkan Taejongdae, sebuah
taman di atas bukit batu yang berjarak sekitar 20 menit dari tempat terakhir
Yunbi singgah. Untuk pergi ke tempat ini, pengunjung harus menaiki tangga
setinggi 30 meter sampai akhirnya bisa masuk ke area taman yang dikelilingi
oleh tebing berbatas besi. Taman ini juga memiliki gedung dengan dinding kaca
dan sebuah mercusuar yang bisa dijadikan untuk tempat menikmati pemandangan
laut dari ketinggian.
Di cuaca yang buruk seperti
sekarang tentu saja tidak ada yang mau mengunjungi tempat ini. Orang-orang
lebih suka datang disaat hari sedang cerah karena pemandangan akan jauh lebih
indah.
Tapi justru itu yang mereka
berdua cari. Meski harus rela menaiki tangga di tengah hujan, setidaknya di
tempat ini Yunbi tidak perlu takut karena disana sangat sepi. Hanya ada 6 orang
termasuk Yunbi dan Minho. Sepertinya couple lain sedang terjebak hujan,
terbukti mereka tetap menunggu di dekat pintu masuk padahal banyak area lain
yang bisa dikunjungi.
Untuk mengindari mereka, Yunbi
dan Minho memilih pergi ke mercusuar yang terletak di sebelah timur gedung.
“Indah sekali.” Yunbi terpana
dengan pemandangan yang terpampang dihadapannya. Meskipun cuaca mendung,
hitamnya langit dan birunya laut masih terpisah dengan jelas.
Minho tidak menanggapi kalimat
Yunbi. Ia hanya terdiam sambil melihat keluar mercusuar.
“Kau pernah kesini?”
“Hm? Iya, sekali.”
“Oh.”
Hening sejenak. Yang terdengar
hanya suara hujan yang turun, bercampur dengan deburan ombak.
“Yunbi.”
“Ya?”
“Apakah waktu itu kau pernah
mengikutiku sampai ke tempat pemakaman ibuku?”
Yunbi terkejut tiba-tiba Minho
memberikan pertanyaan itu. Ia tidak berani membalas tatapan Minho dan memilih
untuk melihat kea rah yang lain. Yunbi jadi salah tingkah.
“Ah… ternyata kau memang
melihatnya.”
Yunbi menunduk. “Maafkan aku.”
“Tidak pa-pa. Kau tidak perlu
meminta maaf.” Jawab Minho. “Karena kita berdua pergi seperti ini, aku jadi
teringat kejadian waktu itu.”
Hening menyeruak lagi. Kali ini
suasana jadi terasa dua kali lipat lebih dingin.
“Jadi kau sudah tahu bahwa ibu
yang sekarang denganku adalah ibu tiriku…”
Malu-malu Yunbi melirik kea rah
Minho, ia mencoba focus mendengar lanjutan kalimat namja itu.
“Ayahku
menikah dengannya disaat aku berumur
10 tahun.” Ucapnya sambil menerawang. “Dulu kehidupan kami sangat sulit, tapi
semua berubah semenjak ayahku bertemu dengan wanita itu. Sepertinya
perlahan-lahan ayahku mulai melupakan masa lalunya. Termasuk aku.”
Yunbi menatap Minho dalam,
mencoba membaca pikiran namja itu dari sorot matanya.
“Sejujurnya aku sangat ingin
melakukan hal seperti yang pernah kau bilang sebelumnya, Yunbi.” Lanjut Minho.
“Selama ini aku selalu berusaha untuk menahan diri. Tapi akibatnya kini hidup
yang kujalani terasa sangat kosong.”
Entah kenapa kalimat itu terasa
sangat menyakitkan di hati Yunbi. Seakan-akan Yunbi adalah orang pertama yang
mendengar kisah ini dari Minho.
“…Dulu aku pernah memiliki
sahabat baik. Dan juga seseorang yang ingin aku lindungi.”
Yunbi mulai menebak siapa yang
Minho maksud, apakah itu Suho dan… Lee Yoora?
“Tapi mereka pergi satu
persatu.” Semburat kesedihan terpancar jelas di wajah namja itu. Ia masih ingin
melanjutkan cerita yang bertumpuk didalam kepalanya, tapi ia sengaja
menahannya. Semua kenangan itu terlalu menyakitkan jika harus Minho buka
kembali.
“Aku mengerti perasaanmu.”
Suara Yunbi menyelusup diantara
hujan yang membentur dinding kaca didepan mereka berdua.
“Sebelumnya aku sering
bertanya-tanya apakah hanya aku didunia ini yang harus melewati cobaan berat di
usiaku yang masih belasan tahun.” Yunbi membuang nafasnya keras-keras. “Aku
tidak punya teman disaat yang lain menganggap teman adalah dunianya. Aku tidak
bersama keluargaku disaat yang lain selalu menghabiskan waktu bersama keluarga
mereka. Bahkan aku juga tidak terlalu mengerti arti saling memiliki diantara
lawan jenis, padahal yang lain sudah saling memiliki pasangan dari bangku
sekolah menengah.”
“…Aku bertanya-tanya apakah aku
hidup di dunia yang berbeda?” Yunbi diam sejenak. “Apakah suatu saat aku bisa
masuk ke dalam dunia mereka?”
“Oppa, apa duniaku memang berbeda dengan yang lainnya? Bagaimana caraku
bisa masuk ke dalam dunia yang sama seperti mereka?”
Minho
tertegun menatap Yunbi lekat. Kedua manik mata namja itu tidak bergerak dari
setiap inci wajah yeoja yang tampak asik membagi cerita sambil terus melihat ke
depan. Seperti ada magnet yang mengikatnya dengan kuat. Sebuah daya tarik yang
terasa begitu ramah, yang bisa membuat hatinya menjadi nyaman. Perasaan yang
tidak asing.
Sadar karena dilihat Minho sejak
tadi, Yunbi memutar bola matanya ke kanan. Ia lantas menangkap tatapan yang
membuat tubuhnya seketika membeku, tapi jantungnya justru berpacu diatas
normal.
Tanpa
dikomando, tubuh itu bergerak dengan sendirinya mendekati sumber energi yang
membuat otak mereka tidak dapat dikendalikan. Ditengah hujan deras, diatas
sebuah mercusuar yang berhadapan langsung dengan pantai, akhirnya perasaan itu
membuncah dan meninggalkan sebuah kecupan manis dikening Yunbi.
***
Kacau sekali.
Yunbi merutuki dirinya sambil
berjalan tidak tentu arah. Padahal selanjutnya adalah jam pelajaran olah raga.
Seharusnya setelah mengganti pakaiannya, Yunbi pergi menuju ke gedung olah
raga. Tapi ia justru berputar-putar dari kelas, ke kamar mandi, kemudian ke
koridor. Ia tetap berjalan mendekati gedung olah raga, tapi tampaknya pikiran
namja itu sedang tidak fokus kesana.
Yunbi masih tidak bisa melupakan
kejadian kemarin. Bisa-bisanya Minho mencium keningnya di tempat itu? Astaga…
Yunbi mungkin sudah gila. Kenapa sampai sekarang jantungnya tidak mau berhenti
berdebar? Apakah Yunbi harus memeriksakannya ke rumah sakit?
Tak lama kemudian Yunbi sampai juga
di depan pintu gedung olah raga, ia ingin melangkah masuk tapi ia lebih dulu menemukan
seseorang yang berdiri disana. Sepertinya gedung olah raga baru saja selesai
dipakai oleh siswa kelas 3-1. Terlihat beberapa dari mereka masih beristirahat
disana. Termasuk orang itu… orang yang baru saja mencium Yunbi kemarin.
“Yunbi!”
Belum sempat Yunbi berbalik, Minho
memanggilnya lebih dulu.
“Aku ingin bicara denganmu
sebentar. Bisakah?”
Yunbi menekan-nekan ujung
jemarinya. “Oh.. ya… tentu saja Op… ah Hyung!”
Akhirnya dengan pasrah Yunbi
mengikuti langkah Minho menjauhi yang lain. Namja itu sempat menyeka
keringatnya dengan handuk yang ia pakai, sebelum akhirnya mulai berbicara.
“Aku ingin meminta maaf atas
kejadian kemarin.”
Eh?
“Aku… itu… Aku tidak sengaja
melakukannya. Kuharap kau tidak menganggapnya serius.” Minho menggaruk
tengkuknya, sedikit canggung saat mengatakan hal ini secara langsung.
“Ah! Itu… tentu saja Op… eh
Hyung! Aku sudah melupakannya.” Jawab Yunbi spontan. “Kau tidak perlu
memikirkannya.”
“Benarkah?”
Yunbi mengangguk cepat.
“Kalau begitu… terimakasih
Yunbi.” Senyum di wajah Minho mengembang. “Aku akan kembali ke kelas.”
Dan sebuah cologne berbau khas
menyeruak melewati Yunbi. Yunbi sempat memandangi ujung kakinya sebelum menoleh
mengikuti arah kemana namja itu pergi.
‘Aneh sekali… kenapa rasanya
ganjil seperti ini?’
Ia sempat membuang nafas berat
sebelum akhirnya melangkah kembali menuju gedung olah raga. Tapi seorang namja
yang berdiri menyandarkan tubuhnya di tiang gedung membuat Yunbi mendadak
berhenti. Namja bermata sipit itu membawa sebuah setelan seragam di tangan
kirinya.
“Bukankah ini milikmu?” tanya
namja itu kemudian melemparkan seragam ke arah Yunbi. Pasti tadi Yunbi
meninggalkannya di suatu tempat saat ia sedang sibuk melamun.
Yunbi
hanya melihat kea rah seragam yang mendarat di tangannya kemudian kea rah namja
itu bergantian. Pikirannya mendadak kacau, ‘Bagaimana Key bisa mengetahui kalau
seragam ini adalah milikku?’
Cepat-cepat
Yunbi mengecek bagian depan seragam itu, ternyata disana dengan jelas tertera sebuah
name tag miliknya.
Kang Yunbi.
-To Be Continue-
No comments:
Post a Comment