Pages

Tuesday, 14 February 2017

FF SHINee : Pixie Rain [Part 12]



Tittle                    : Pixie Rain [Part 12]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Semua berawal dari tahun ajaran baru. Saat itu Yunbi mulai hidup sesuka hatinya, tidak ada yang sanggup melarang Yunbi berbuat sesuatu. Ia sangat senang menuruti kemauan semua teman-temannya, mulai dari mentraktir makanan sampai membelikan mereka barang-barang. Yunbi akan melakukan segalanya demi mereka semua. Meski Yunbi tahu bahwa tidak ada yang benar-benar tulus ingin menjadi temannya.
                Sampai ada sebuah taruhan yang mempertemukannya dengan Kibum atau lebih popular dipanggil Key. Di SMA Cheonsa (SMA Yunbi sebelumnya), Key dikenal sebagai siswa yang dingin, misterius tapi memiliki wajah yang tampan.
                Meski demikian, sebenarnya Key sangat sulit untuk diatur. Dia bukan tipikal siswa seperti Woohyun yang suka membuat geng untuk menindas orang lain. Key selalu sendirian. Ia bisa saja menghajar orang lain yang membuat dirinya terusik. Atau membolos seharian tanpa alasan yang jelas. Hidupnya sangat bebas. Tak ada yang sanggup mengendalikannya, selain dirinya sendiri.
                Dan waktu itu Yunbi sedikit tersudut. Teman-temannya meragukan kepopuleran Yunbi karena dia belum pernah memiliki pacar. Ya… Yunbi memang sangat mahir di banyak bidang, tapi untuk yang satu itu ia sangat buruk. Yunbi bahkan tidak tahu bagaimana cara menyukai lawan jenis, karena selama ini cinta pertamanya hanyalah Oppanya seorang.
                Semua teman Yunbi mendesak agar Yunbi mendekati Key. Mereka berjanji akan setia bersama Yunbi jika Yunbi berhasil mendapatkan namja itu.
                Dunia Yunbi yang begitu sempit membuat ia tidak memiliki pilihan lain. Dengan mudah yeoja itu menyetujui saran teman-temannya. Tapi sayang, mendapatkan Key tidak semudah janji yang ia ucapkan.
                Key sangat tidak mempedulikan hal disekitarnya. Namja itu tidak punya kepekaan sama sekali. Bahkan disaat Yunbi terang-terangan menyatakan cinta kepadanya, Key masih bersikap cuek seakan tidak pernah mendengar pernyataan dari Yunbi.
                Yunbi yang tidak ingin membuat teman-temannya kecewa melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian namja itu. Dan tanpa sadar ia sudah terlalu jauh masuk ke dalamnya. Awalnya Yunbi hanya mengikuti kemana Key pergi, tapi lama-lama ia familiar dengan lingkungan sekitar namja itu yang keras.
                Sampai suatu ketika, Yunbi sempat digoda oleh beberapa ahjussi saat ia masuk ke sebuah Bar untuk mengikuti Key. Yunbi hampir saja jadi bahan keributan disana jika Key tidak lebih dulu menolongnya. Namja itu lantas membawa Yunbi keluar sebelum mereka sadar bahwa Yunbi adalah yeoja di bawah umur.
                “Cepatlah pulang sebelum mereka menemukanmu.” Perintah Key sambil melangkahkan kakinya ingin kembali masuk.
                “Tidak mau!” Yunbi menarik lengan Key.
                Key hanya membalas dengan tatapan kesal. “Aku tidak akan menolongmu lagi jika hal seperti ini kembali terjadi.”
                “Kumohon jadilah pacarku!”
                Ini sudah yang kesekian kalinya kalimat itu ia dengar dari bibir Yunbi. Lama-lama Key bosan mendengarnya.
                “Aku akan menuruti apa maumu!”
                Saat itulah langkah Key berhenti. “Apa kau yakin?”
                Yunbi awalnya sempat ragu, tapi kemudian ia mengangguk.
                Key menyeringai. Dengan gerakan yang cepat, ia langsung meraih tengkuk Yunbi dan mendaratkan bibirnya di bibir yeoja itu sekilas.
                “Selamat! Kau jadi pacarku mulai sekarang.”
                Yunbi selalu merinding jika mengingat kejadian itu. Ia menyesalinya. Mungkin saat itu kehidupan Yunbi sudah tidak menarik baginya sampai ia berbuat hal-hal nekat seperti sering pergi ke bar dan meminum-minuman keras. Bahkan terakhir kali ia sempat ditangkap polisi dan membuat appanya marah besar. Oleh karena itulah Yunbi berakhir di tempat ini. Bisa dibilang semua berawal dari namja bernama Key itu.
                Tapi sekarang Yunbi terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara menyembunyikan identitas aslinya sampai ia melupakan semua kejadian itu. Aneh, tapi Yunbi merasa ia mendapatkan hidup yang baru semenjak ia berada di sini.
                “Apa kau mau jus?” pertanyaan Taemin membuyarkan lamunan Yunbi. Yunbi yang semula hanya mengaduk-aduk makan siangnya di kantin, mulai satu persatu memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
                “Kau sedang memikirkan apa Bi? Kenapa wajahmu serius sekali?” Tanya Taemin penasaran. “Apakah pagi ini Minho Hyung mengganggumu?”
                Yunbi tidak menjawab. Ia masih sibuk berfikir kenapa manusia seperti Key bisa mendarat di sekolah ini. Bahkan ia juga masuk ke dalam asrama pria, menggantikan posisi Woohyun di kamar 215.
                “Ah! Bukankah kau murid baru di kelasku?”
                Yunbi langsung tersedak saat menyadari Key menarik bangku di sampingnya.
                “Oiya perkenalkan, aku Taemin!” Taemin terus nyerocos tanpa memperdulikan Yunbi yang sibuk menyembunyikan wajahnya. “Dan ini Yu…”
                “Bi!” sahut Yunbi cepat. “Aku Bi. Kalau begitu ayo Taemin kita masuk ke dalam kelas, sebentar lagi bel berbunyi.” Buru-buru Yunbi membawa nampannya dan mengembalikan bangku ke bawah meja.
                “Tapi masih ada waktu 20 menit lagi, Bi!”
                Yunbi melotot tajam. ‘Apa kau gila? Cepat pergi kataku!’
                Taemin mendadak horror melihat tatapan Yunbi. Ia langsung berpamitan dan mengekor di belakang namja itu.
                “Hari ini tingkahmu aneh sekali, Bi.”
***
                Hujan turun lagi. Beruntung kali ini tepat sepuluh menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Yunbi yang tengah menunggu hujan tampak melamun di ruang operator gedung olah raga. Ia meletakkan kepala diatas tangannya yang tersangga pinggiran jendela. Yeoja itu masih saja memikirkan hal yang sama, yaitu Key. Ia bingung bagaimana cara menghindari namja itu. Apalagi sekarang mereka satu sekolah, satu kelas, bahkan satu asrama. Jika tanpa sengaja Yunbi bertemu dengannya didalam wujud asli Yunbi, pasti semua akan berubah kacau.
                “Uh…” Yunbi mengacak rambut panjangnya secara asal. Saat itulah ada sebuah tangan yang menghentikan gerakannya.
                “Oh… Oppa!”
                “Lagi-lagi melamun.” Ucap Minho menggeser kursi di samping Yunbi. “Jika orang lain yang menemukanmu, bagaimana huh?”
                Yunbi hanya tersenyum tipis.
                “Apa kau tidak bosan bersembunyi disini terus?”
                Yunbi menoleh. “Bukankah Oppa yang memberitahuku tempat ini?”
                Gantian Minho yang tersenyum. “Baiklah. Tapi sekali-sekali kau bisa pergi keluar.”
                “Mau kemana hujan-hujan begini?”
                Lantas Minho meraih tangan Yunbi dan mengajaknya pergi. “Ikutlah denganku.”
                “Eh… Oppa… Tapi…”
                Tidak peduli hujan deras mengguyur, Minho tetap menggandeng tangan Yunbi keluar dari sana. Berjalan menyusuri taman sekolah, melewati gerbang utama, kemudian mencegat salah satu taksi dan menaikinya.
                Seperti biasa tidak ada tombol ‘pause’ bagi warga Busan dalam keadaan apapun. Meskipun sore ini mendung begitu pekat diiringi dengan hujan yang terus menerus turun, aktifitas tetap saja berjalan. Tak sedikit orang-orang yang bersembunyi dibawah payung berjalan beriringan di pinggiran trotoar. Ada beberapa pula yang memilih untuk berteduh dihalte sambil menunggu bus datang. Yunbi terpaku melihat pemandangan ini. Ia hanya bisa menyangga kepalanya sambil menengok ke luar kaca jendela.
                “Pilihlah salah satu.” Ucap Minho menunjuk ke rak baju, ketika mereka tiba-tiba berhenti di salah satu toko pakaian.
                “Tap…tapi…” bibir Yunbi mendekati telinga Minho sambil berbisik. “Aku harus memilih pakaian namja atau yeoja?”
                Tawa Minho meledak. “Terserah kau sajalah.” Ia pura-pura tidak mendengar pertanyaan Yunbi dan berjalan ke rak lain untuk mencari pengganti bajunya yang basah.
                Setelah menimbang beberapa kali, akhirnya Yunbi memilih celana jeans robek-robek yang cukup longgar, lengkap dengan T-shirt putih dan coat berwarna cokelat. Ia menambahkan penampilannya dengan sebuah topi bulat berwarna hitam. Dengan begitu baik disaat dia yeoja maupun namja, baju ini akan cocok dia pakai.
                “Ternyata seleramu tidak buruk.”
                Yunbi menaikkan sebelah bibirnya. Minho tidak tahu jika Yunbi pernah kursus fashion 2 tahun lalu.
                “Dan sekarang kita mau kemana?”
                Minho masih cuek menunggu di pinggir jalan sambil membawa payung yang baru saja ia beli tanpa menggubris pertanyaan Yunbi.
                “Bagaimana jika tiba-tiba hujan berhenti disaat kita tengah berada diantara orang banyak?” Yunbi bertanya lagi. Ia takut Minho membawanya ke tempat umum, dan ia akan berubah kembali disana.
                “Tidak. Kau jangan khawatir.” Jawab Minho akhirnya. “Lihat. Mendung gelap hari ini merata di langit. Dan juga sudah 3 hari tidak turun hujan. Pasti kali ini akan lebih lama dari biasanya. Percayalah padaku.”
                Yunbi hanya bisa membalas tatapan Minho dengan ragu. Ia tidak bisa berbuat banyak selain menuruti apa kata namja itu.
                Akhirnya taksi yang mereka tumpangi berhenti di tempat kedua. Dari sini Yunbi bisa sangat jelas melihat lautan yang membentang di pantai selatan Korea. Tapi sayangnya bukan itu tempat tujuan yang Minho maksud.
                Melainkan Taejongdae, sebuah taman di atas bukit batu yang berjarak sekitar 20 menit dari tempat terakhir Yunbi singgah. Untuk pergi ke tempat ini, pengunjung harus menaiki tangga setinggi 30 meter sampai akhirnya bisa masuk ke area taman yang dikelilingi oleh tebing berbatas besi. Taman ini juga memiliki gedung dengan dinding kaca dan sebuah mercusuar yang bisa dijadikan untuk tempat menikmati pemandangan laut dari ketinggian.
                Di cuaca yang buruk seperti sekarang tentu saja tidak ada yang mau mengunjungi tempat ini. Orang-orang lebih suka datang disaat hari sedang cerah karena pemandangan akan jauh lebih indah.
                Tapi justru itu yang mereka berdua cari. Meski harus rela menaiki tangga di tengah hujan, setidaknya di tempat ini Yunbi tidak perlu takut karena disana sangat sepi. Hanya ada 6 orang termasuk Yunbi dan Minho. Sepertinya couple lain sedang terjebak hujan, terbukti mereka tetap menunggu di dekat pintu masuk padahal banyak area lain yang bisa dikunjungi.
                Untuk mengindari mereka, Yunbi dan Minho memilih pergi ke mercusuar yang terletak di sebelah timur gedung.
                “Indah sekali.” Yunbi terpana dengan pemandangan yang terpampang dihadapannya. Meskipun cuaca mendung, hitamnya langit dan birunya laut masih terpisah dengan jelas.
                Minho tidak menanggapi kalimat Yunbi. Ia hanya terdiam sambil melihat keluar mercusuar.
                “Kau pernah kesini?”
                “Hm? Iya, sekali.”
                “Oh.”
                Hening sejenak. Yang terdengar hanya suara hujan yang turun, bercampur dengan deburan ombak.
                “Yunbi.”
                “Ya?”
                “Apakah waktu itu kau pernah mengikutiku sampai ke tempat pemakaman ibuku?”
                Yunbi terkejut tiba-tiba Minho memberikan pertanyaan itu. Ia tidak berani membalas tatapan Minho dan memilih untuk melihat kea rah yang lain. Yunbi jadi salah tingkah.
                “Ah… ternyata kau memang melihatnya.”
                Yunbi menunduk. “Maafkan aku.”
                “Tidak pa-pa. Kau tidak perlu meminta maaf.” Jawab Minho. “Karena kita berdua pergi seperti ini, aku jadi teringat kejadian waktu itu.”
                Hening menyeruak lagi. Kali ini suasana jadi terasa dua kali lipat lebih dingin.
                “Jadi kau sudah tahu bahwa ibu yang sekarang denganku adalah ibu tiriku…”
                Malu-malu Yunbi melirik kea rah Minho, ia mencoba focus mendengar lanjutan kalimat namja itu.
“Ayahku menikah dengannya disaat aku berumur 10 tahun.” Ucapnya sambil menerawang. “Dulu kehidupan kami sangat sulit, tapi semua berubah semenjak ayahku bertemu dengan wanita itu. Sepertinya perlahan-lahan ayahku mulai melupakan masa lalunya. Termasuk aku.”
                Yunbi menatap Minho dalam, mencoba membaca pikiran namja itu dari sorot matanya.
                “Sejujurnya aku sangat ingin melakukan hal seperti yang pernah kau bilang sebelumnya, Yunbi.” Lanjut Minho. “Selama ini aku selalu berusaha untuk menahan diri. Tapi akibatnya kini hidup yang kujalani terasa sangat kosong.”
                Entah kenapa kalimat itu terasa sangat menyakitkan di hati Yunbi. Seakan-akan Yunbi adalah orang pertama yang mendengar kisah ini dari Minho.
                “…Dulu aku pernah memiliki sahabat baik. Dan juga seseorang yang ingin aku lindungi.”
                Yunbi mulai menebak siapa yang Minho maksud, apakah itu Suho dan… Lee Yoora?
                “Tapi mereka pergi satu persatu.” Semburat kesedihan terpancar jelas di wajah namja itu. Ia masih ingin melanjutkan cerita yang bertumpuk didalam kepalanya, tapi ia sengaja menahannya. Semua kenangan itu terlalu menyakitkan jika harus Minho buka kembali.
                “Aku mengerti perasaanmu.”
                Suara Yunbi menyelusup diantara hujan yang membentur dinding kaca didepan mereka berdua.
                “Sebelumnya aku sering bertanya-tanya apakah hanya aku didunia ini yang harus melewati cobaan berat di usiaku yang masih belasan tahun.” Yunbi membuang nafasnya keras-keras. “Aku tidak punya teman disaat yang lain menganggap teman adalah dunianya. Aku tidak bersama keluargaku disaat yang lain selalu menghabiskan waktu bersama keluarga mereka. Bahkan aku juga tidak terlalu mengerti arti saling memiliki diantara lawan jenis, padahal yang lain sudah saling memiliki pasangan dari bangku sekolah menengah.”
                “…Aku bertanya-tanya apakah aku hidup di dunia yang berbeda?” Yunbi diam sejenak. “Apakah suatu saat aku bisa masuk ke dalam dunia mereka?”
                “Oppa, apa duniaku memang berbeda dengan yang lainnya? Bagaimana caraku bisa masuk ke dalam dunia yang sama seperti mereka?”
                Minho tertegun menatap Yunbi lekat. Kedua manik mata namja itu tidak bergerak dari setiap inci wajah yeoja yang tampak asik membagi cerita sambil terus melihat ke depan. Seperti ada magnet yang mengikatnya dengan kuat. Sebuah daya tarik yang terasa begitu ramah, yang bisa membuat hatinya menjadi nyaman. Perasaan yang tidak asing.
                Sadar karena dilihat Minho sejak tadi, Yunbi memutar bola matanya ke kanan. Ia lantas menangkap tatapan yang membuat tubuhnya seketika membeku, tapi jantungnya justru berpacu diatas normal.
Tanpa dikomando, tubuh itu bergerak dengan sendirinya mendekati sumber energi yang membuat otak mereka tidak dapat dikendalikan. Ditengah hujan deras, diatas sebuah mercusuar yang berhadapan langsung dengan pantai, akhirnya perasaan itu membuncah dan meninggalkan sebuah kecupan manis dikening Yunbi.
***
                Kacau sekali.
                Yunbi merutuki dirinya sambil berjalan tidak tentu arah. Padahal selanjutnya adalah jam pelajaran olah raga. Seharusnya setelah mengganti pakaiannya, Yunbi pergi menuju ke gedung olah raga. Tapi ia justru berputar-putar dari kelas, ke kamar mandi, kemudian ke koridor. Ia tetap berjalan mendekati gedung olah raga, tapi tampaknya pikiran namja itu sedang tidak fokus kesana.
                Yunbi masih tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Bisa-bisanya Minho mencium keningnya di tempat itu? Astaga… Yunbi mungkin sudah gila. Kenapa sampai sekarang jantungnya tidak mau berhenti berdebar? Apakah Yunbi harus memeriksakannya ke rumah sakit?
                Tak lama kemudian Yunbi sampai juga di depan pintu gedung olah raga, ia ingin melangkah masuk tapi ia lebih dulu menemukan seseorang yang berdiri disana. Sepertinya gedung olah raga baru saja selesai dipakai oleh siswa kelas 3-1. Terlihat beberapa dari mereka masih beristirahat disana. Termasuk orang itu… orang yang baru saja mencium Yunbi kemarin.
                “Yunbi!”
                 Belum sempat Yunbi berbalik, Minho memanggilnya lebih dulu.
                “Aku ingin bicara denganmu sebentar. Bisakah?”
                Yunbi menekan-nekan ujung jemarinya. “Oh.. ya… tentu saja Op… ah Hyung!”
                Akhirnya dengan pasrah Yunbi mengikuti langkah Minho menjauhi yang lain. Namja itu sempat menyeka keringatnya dengan handuk yang ia pakai, sebelum akhirnya mulai berbicara.
                “Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin.”
                Eh?
                “Aku… itu… Aku tidak sengaja melakukannya. Kuharap kau tidak menganggapnya serius.” Minho menggaruk tengkuknya, sedikit canggung saat mengatakan hal ini secara langsung.
                “Ah! Itu… tentu saja Op… eh Hyung! Aku sudah melupakannya.” Jawab Yunbi spontan. “Kau tidak perlu memikirkannya.”
                “Benarkah?”
                Yunbi mengangguk cepat.
                “Kalau begitu… terimakasih Yunbi.” Senyum di wajah Minho mengembang. “Aku akan kembali ke kelas.”
                Dan sebuah cologne berbau khas menyeruak melewati Yunbi. Yunbi sempat memandangi ujung kakinya sebelum menoleh mengikuti arah kemana namja itu pergi.
                ‘Aneh sekali… kenapa rasanya ganjil seperti ini?’
                Ia sempat membuang nafas berat sebelum akhirnya melangkah kembali menuju gedung olah raga. Tapi seorang namja yang berdiri menyandarkan tubuhnya di tiang gedung membuat Yunbi mendadak berhenti. Namja bermata sipit itu membawa sebuah setelan seragam di tangan kirinya.
                “Bukankah ini milikmu?” tanya namja itu kemudian melemparkan seragam ke arah Yunbi. Pasti tadi Yunbi meninggalkannya di suatu tempat saat ia sedang sibuk melamun.
Yunbi hanya melihat kea rah seragam yang mendarat di tangannya kemudian kea rah namja itu bergantian. Pikirannya mendadak kacau, ‘Bagaimana Key bisa mengetahui kalau seragam ini adalah milikku?’
Cepat-cepat Yunbi mengecek bagian depan seragam itu, ternyata disana dengan jelas tertera sebuah name tag miliknya.
                Kang Yunbi.
-To Be Continue-

No comments:

Post a Comment